• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA DASAR II BERBASIS MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA DASAR II BERBASIS MASALAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 1 ojs-unita.com

STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA DASAR II

BERBASIS MASALAH

Sumihar Simangungsong

Institut Sains dan Teknologi TD.Pardede, Medan Email:sumiharbonar@gmail.com

Abstract - This research was motivated by the low student learning outcomes of Basic Physics II. This is due to the learning of complex and difficult physics. These difficult impressions have an impact on decreasing interest in science. The purpose of this study was to obtain a high learning increase as a result of problem-based learning. The samples from this study are first-level students majoring in the ISTP Medan mine. Basic Physics Learning II is done is problem based learning. This learning is used because problem-based learning can improve problem solving skills (problem solving) as well as process skills (Scientific skills). To see the learning outcomes used the learning outcomes test and the increase in learning outcomes used the gain test which is at the first meeting of 0.71 the second meeting is 0.74 and the third meeting is 0.79. Because of the increase in gain at each high meeting, it was concluded that there was an increase in student learning outcomes as a result of problem-based learning.

(2)

Page | 2 ojs-unita.com

1. PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya adalah pembelajaran yang kompleks karna pembelajaran ini tidak hanya menyangkut konsep fisika itu sendiri tetapi juga menyangkut pembelajaran konsep lain seperti matematika. Pembelajaran fisika berhubungan dengan rumus-rumus, struktur aljabar, operasi bilangan bahkan konsep-konsep abstrak dari matematika yang hubunganya satu sama lain berhubungan dengan logika (Thoifuri, 2007). Bahkan ada hubungan yang erat antara fisika dengan matematika. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar fisika adalah pengaruh kemampuan mahasiswa dalam konsep matematika. Matematika adalah ilmu dasar yang harus dikuasai lebih mudah oleh siswa untuk belajar fisika. Dalam fisika, matematika menempatkan peran utama dalam kemampuannya untuk memecahkan masalah fisika dari bentuk sederhana hingga yang paling kompleks, matematika sangat membantu seseorang dalam mengeksplorasi seluk-beluk fisika yang faktanya tidak mudah (Wanhar 2008). Pembelajaran Fisika yang terkesan sulit berimbas terhadap menurunnya minat terhadapa sains dan teknologi untuk kaum muda (OECD, 2006).

Pembelajaran fisika yang kompleks menuntuk banyaknya kesiapan diri pembelajar. Hal ini menuntuk hasil pembelajaran fisika tidak hanya juga ditentukan oleh penguasaan Kognitif tetapi menuntut penguasaan afektif dan psikomotorik seperti proses ilmiah dan ketrampilan individu (Sappaile 2005). Kenyataan banyak siswa maupun mahasiswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran fisika. Mahasiswa membutuhkan lebih banyak waktu dan refleksi untuk menyerap ide –ide dasar (Johnston, 2006 ). Pembelajaran yang kompleks dan sulit ini sering menghasilkan pemahaman konsep yang rendah sehingga berdampak terhadap hasil belajar. Maka dari itu diperlukan strategi pembelajaran yang dapat

mengatasi masalah diatas. Masalah diatas yang dimaksud adalah pembelajaran fisika yang bukan saja penguasaan konsep tetapi juga dapat ditujukan terhadap penguasaan afektif dan psikomotorik yang berupa keterampilan proses seperti ketrampilan pemecahan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah pembelajaran yang didasarkan dari suatu masalah sehingga titik awal (starting point) dari pembelajaran ini adalah dengan merumuskan masalah (Rusman 2010). Tentunya ketepatan dalam mendefinisikan suatu masalah tidak terlepas dari kemampuan merumuskan masalah. Diawali dari suatu permasalahan sampai kepada jawaban dari permasalahan pembelajaran ini sudah barang tentu menuntut kecakapan proses ilmiah (Metode ilmiah ) sehingga pembelajaran ini dapat mengembangkan kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Trianto (2009:93), karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah: (1) adanya pengajuan rumusan masalah, (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (3) penyelidikan , (4) menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dan (5) kerja sama. Pembelajaran Fisika pada hakikatnya merupakan pembelajaran proses, di mana pada pembelajaran ini lebih menekankan kepada fisika sebagai produk, sebagai proses dan sebagai sikap. Fisika sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori mengenai gejala alam. Substansi fisika ini perlu dikuasai oleh siswa melalui pendidikan fisika. Dengan penguasaan fisika, siswa diharapkan dapat mengerti dan mengaplikasikan sains untuk tujuan pemecahan masalah dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika sebagai proses merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh (Metode Ilmiah) untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan mengenai gejala-gejala alam. (Suastra, 2009). Fisika sebagai sikap merupakan keyakinan, opini dan nilai-nilai yang

(3)

Page | 3 ojs-unita.com

harus dipertahankan untuk mencari atau mengembangkan pengetahuan baru yang dikenal dengan sikap ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat meningkatkan ketrampilan pedagogik seperti keterampilan belajar mandiri (Neild, 2004).Selain pembelajaran yang kompleks fisika juga memuat konsep konsep abstrak matematis sehingga tidak mudah untuk menyikapi fisika adalah ilmu yang gampang. Diperlukan pembelajaran yang tepat.

Adanya aspek pembelajaran yang menuntut penguasaan konsep mengaitkan kita kepada pembelajaran berbasis masalah yang didalamnya menuntut pembelajar melakukan proses – proses yang menggali informasi sedemikian rupa yang pada akhirnya mengevaluasi. Menurut sanjaya (2008) ada enam langka pembelajaran berbasis masalah yakni : 1. Merumuskan masalah 2. Menganalisis masalah 3. Merumuskan hipotesis 4. Mengumpulkan data(Informasi) 5. Pengujian Hipotesis

6. Mengevaluasi pemecahan masalah.

Didalam proses yang bertujuan dalam penguasaan konsep proses pembelajaran berbasis masalah juga meningkatkan pemahaman (Understanding) sesuatu masalah. Paulo (1972) menegaskan bahwa pemahaman akan sesuatu hanya dapat kita pahami jika kita dapat memulai dengan suatu masalah yang kemudian kita mengakuisisi pengetahuan.

Tentunya didalam menyelesaikan suatu masalah diperlukan strategi pemecahan masalah. Terdapat beberapa strategi pemecahan masalah yang telah dikembangkan sebagai contoh strategi pemecahan masalah menurut Polya (1973) berupa:

1. Memahami masalah, yang meliputi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

2. Menyusun rencana pemyelesaiannya, yang dapat diwujudkan dengan menuliskan kalimat

3. Melaksanakan penyelesaian.

4. Membuktikan jawaban itu benar dan menyimpulkan.

Strategi pemecahan masalah ini dapat membangun keterampilan ketrampilan ilmiah atau biasa disebut keterampilan proses pemecahan masalah yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu. Proses ini dapat meningkatkan kognitif pembelajar (Dahar,1996). Keterampilan proses pemecahan masalah ini meliputi :

1. Merumuskan masalah

2. Mengorganisasi masalah dengan konsep teori

3. Penyelidikan dan pencarian bukti informasi 4. Menyusun sistematika hasil penyelidikan 5. Menganalisi dan mengevaluasi hasil

penelitian 6. Kesimpulan

Hasil belajar adalah adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2009). Lebih tegas lagi hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono,2006). Hal ini dapat dibuktikan setelah mengikuti berupa test akhir. Melalui masalah pembelajar mengembangkan kekuatan berpikir serta kritik yang membangun pengetahuan ilmiah. Dalam hal ini berpikir serta menerima kritik adalah kunci mengembangkan profesionalisme seseorang.

Tentunya hubungan antara penguasaan konsep fisika dengan hasil belajar dapat dijembatani oleh strategi pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah

(4)

Page | 4 ojs-unita.com

1. Apakah strategi pembelajaran fisika berbasis masalah pada matakuliah Fisika Dasar II dapat meningkatkan hasil belajar. 2. Apakah strategi pembelajaran fisika

berbasis masalah pada matakuliah Fisika Dasar II dapat meningkatkan keterampilan proses pemecahan masalah.

Penelitian ini bertujuan agar didapat Peningkatan hasil belajar yang tinggi melalui proses pembelajaran berbasis masalah. Hipothesis penelitian ini adalah Strategi Pembelajaran fisika pada matakuliah Fisika Dasar II dapat meningkatkan hasil belajar dan strategi pembelajaran fisika berbasis masalah pada matakuliah Fisika Dasar II dapat meningkatkan keterampilan proses pemecahan masalah.

2. METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat pertama jurusan tambang ISTP Medan sebanyak 14 orang pada mata kuliah Fisika Dasar II. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan februari sampai bulan juni 2019.

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis suatu masalah untuk menemukan jawaban permasalahan tersebut. Desain penelitian juga dapat merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau aturan dasar peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003).

Penelitian akan menjadi berkualitas ditentukan oleh desain penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam penelitian harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau memiliki ketepatan jika

memenuhi dua syarat (Machfoedz, 2007)yaitu : 1. dapat dipakai untuk menguji hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif analitik) dan 2. dapat mengendalikan atau mengontrol varians.

Kuasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Di dalam dunia pendidikan, penggunaan quasi eksperimen sangat disarankan mengingat kondisi objek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya penugasan secara acak. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &Rahmat, 2006). Terdapat beberapa macam jenis teknik quasieksperiment. Salah satunya adalah teknik pretest dan posttest desain. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah untuk melihat sebab-akibat dari adanya perlakuan yang diberikan kepada sampel penelitian dan melihat hubungan hubungan antar beberapa variable bebas maupun terikat yang ada dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkah eksperimen semu :

 Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti.

 Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian

 Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian

 Menyusun rencana eksperimen.

 Melakukan pengumpalan data tahap pertama (pretest)

 Melakukan eksperimen

 Mengumpulkan data tahap kedua (posttest)

 Mengolah dan menganalisis data.

(5)

Page | 5 ojs-unita.com

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasiekspeimen dimana perlakuan diberikan kepada satu kelompok (one small group) yang akan diberikan test awal dan test akhir (one grup pretest and post test). Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar berupa gain masing masing sampel. Pada tahap awal sebelum pembelajaran di berikan test awal berupa soal essay Fisika dasar II (Kalor,optik dan elektromagnetik) setelah itu dilakukan pembelajaran berbasis masalah dan setelah itu pada akhirnya diberikan Test akhir (post test).Test hasil belajar yang digunakan adalah test berupa soal Fisika Dasar II memuat sepuluh soal test uraian. Test Uraian dipilih agar hasil test memuat proses jawaban dengan langkah-langkah penyelesaian soal. Peningkatan hasil belajar dapat dianalisis melalui analisis (Uji Gain). Level peningkatan hasil belajar berupa gain ditunjukkan dalam tabel 1(interpretasi indeks gain)

Skor gain interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 07 Sedang

g < 0,3 Rendah

Tabel 1(interpretasi indeks gain)

Keterampilan proses pemecahan masalah adalah pembelajaran dimana tahap tahap pembelajaran yang mengorientasikan siswa dengan strategi pemecahan masalah. Dalam pembelajaran ini Mahasiswa diberikan angket pemecahan masalah yakni mulai merumuskan masalah, Mengorganisasi teori,,Penyelidikan, Menyusun sistematika hasil penyelidikan, Menganalisis dan mengevaluasi hasil penelitian dan membuat Kesimpulan. Penilaian ini dikategorikan berdasarkan adopsi Riduwan (2011) dalam dengan konversi seperti dalam table 2 :

Skor Pemecahan Masalah Kriteria

80 – 100 Sangat Tinggi

60 – 79 Tinggi

40 – 59 Sedang

20 – 39 Rendah

0 - 19 Sangat Rendah

Table 2 . Kriteria Skor Pemecahan Masalah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian ditunjukan berupa data hasil belajar Mahasiswa. Pembelajaran dilakukan berbasis Masalah pada tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama memuat topic bahasan Kalor, pertemuan kedua memuat topik bahasan Optik dan topik bahasan ketiga memuat topik bahasan Elektromagnetik. Sebelum perlakuan yang diterapkan kepada mahasiswa diberikan dahulu pretest yang kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis masalah yang pada akhir pembelajaran diberikan posttest. Data hasil belajar berupa rata2 pretest dan posttest yakni pertemuan pertama rata2 pretest sebesar 35,21 dan rata2 posttest sebesar 81,07,pertemuan kedua rata2 pretest sebesar 41,64 dan rata2 posttest sebesar 84,86dan pertemuan ketiga rata2 pretest sebesar 44,36 dan rata2 posttest sebesar 88,14. Dari data yang didapat dari tiga pertemuan diperoleh rata-rata hasil belajar meningkat. Data rata2 hasil belajar dapat dilihat pada tabel 3. Gambar 1. Diagram nilai rata2 test tiap pertemuan. Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Nilai rata2 Pretest 493 583 621 Nilai rata2 Posttest 1135 1188 1234

(6)

Page | 6 ojs-unita.com

Gambar 1. Diagram Nilai pretest dan posttest Analisis(Uji Gain) dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari pretest dan posttest. Analisis ini berguna apakah peningkatan hasil belajar tinggi, sedang atau rendah. Sudah barang tentu jika analisis gain tinggi berarti efektivitas pembelajaran yang digunakan sangat tinggi. Analisis Gain dilakukan tiap pertemuan. Pada pertemuan pertama diperoleh sebesar 0,71 pertemuan kedua sebesar 0,74 dan pertemuan ketiga 0,79. Data Analisis(Uji) Gain dapat dilihat dari table 4. Peningkatan Gain dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga dapat dilihat pada Gambar 2. Pertemuan Nilai Rata2 Uji

Gain Ket Pretest Posttest I 493 1135 0,71 Tinggi II 583 1188 0,74 Tinggi III 621 1234 0,79 Tinggi table 4.

Pada Penelitian ini pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran berbasis masalah dimana salah satu tujuan yang hendak dinilai adalah peningkatan keterampilan proses pemecahan masalah. Keterampilan pemecahan masalah dilakukan sewaktu pembelajaran yang meliputi beberapa fase yakni Fase 1: Mahasiswa merumuskan masalah.Pada fase mahasiswa mendengarkan penjelasan awal tentang masalah yang terkai pada

materi kemudian mahasiswa mengikuti arahan dari dosen agar mahasiswa menunjukkan sikap ketertarikan yang pada akhirnya mahasiswa merumuskan suatu masalah yang akan dijawab. Fase2: mahasiswa mengorganisasi masalah dengan konsep suatu teori. Mahasiswa membuat karakteristik masalah yang akan dipecahkan. Fase 3: Penyelidikan mahasiswa individu maupunkelompok, Dalam hal ini mahasiswa mengumpulkan banyak teori mengenai masalah yang akan dipecahkan. Dalam penyelidikan ini sudah mulai kelihatan adanya hubungan atau keterkaitan suatu bangunan teori dengan konsep masalah yang dipergunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Fase 4: Mahasiswa menyusun sisitematika hasil penyelidikan informasi teori yang telah diteliti. Sistematika dapat berupa klasifikasi maupun hubungan (Relation). Sistematika terlihat akan ada muara keterkaitan masalah dengan jawaban.Fase 5:Mahasiswa Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Fase 6;Mahasiswa membuat kesimpulan terhadap jawaban masalah yang telah dirumuskan. Setiap Fase dilakukan penilaian terhadap mahasiswa apakah mahasiswa yang bersangkutan terlibat dalam proses pemecahan masalah.

Pada pertemuan pertama diperoleh nilai Rata2 skor keterampilan proses pemecahan masalah sebesar 79,5, pertemuan kedua sebesar 83,9 dan pada pertemuan ketiga sebesar 87,7. Hal ini dibuat dalam tabel 5. dan gambar 2.

Pertemuan Nilai Rata2 keterampilan proses pemecahan masalah Ket I 79,5 Tinggi II 83,9 Sangat Tinggi

III 87,7 Sangat Tinggi

Series1 35.2181.07 41.6484.86 44.3688.14 0 20 40 60 80 100 Re n ta n g n ilai h asi l t es t

(7)

Page | 7 ojs-unita.com

tabel 5. Nilai Rata2 keterampilan proses pemecahan masalah

Gambar 2. Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Pemecahan Masalah

Pembahasan

Dari data hasil belajar diperoleh peningkatan rata-rata hasil belajar tiap pertemuan (tabel 1). Peningkatan ini juga ditunjukkan dari grafik meningkatnya uji gain dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Peningkatan ini dapat kita simpulkan sebagai akibat dari diberlakukannya pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran Fisika Dasar II. Pembelajaran ini menuntut mahasiswa untuk menggali lebih banyak dan lebih luas informasi yang dibutuhkan sehingga adanya penguasaan konsep. Pembelajaran berbasis masalah ini juga memberikan andil yang cukup besar terhadap kemampuan analitik konsep terhadap masalah yang dituju. Selain penguasaan konsep yang berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa juga mengalami pembelajaran sendiri sehingga keterampilan ilmiah (Pemecahan Masalah) dapat ditingkatkan. Peningkatan gain yang tinggi tiap pertemuan menjawab pertanyan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Dari data Nilai Rata2 keterampilan proses pemecahan masalah didapati adanya peningkatan

skor dari 79,5, 83,9 dan 87,7. Peningkatan skor ini adalah sebagai akibat pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran berbasis masalah. Peningkatan ini diperoleh sangat tinggi yang berarti adanya hubungan yang sangat kuat antara penguasaan konsep yang baik akibat pembelajaran berbasis masalah yang hal ini tidak terlepas proses pemecahan masalah menginduksi banyak kemampuan ilmiah seperti merumuskan masalah, penyelidikan serta pada tahap mengevaluasi dan menyimpulkan.

Pembelajaran berbasis masalah mem-berikan pengaruh yang sangat baik dan signifi-kan terhadap keterampilan proses sains mahasiswa dalam hal merumuskan masalah,menyelidiki, sistematika dan menyimpulkan

4. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan dari data-data hasil penelitian, sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain :

1. Adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa setelah mengalami pembelajaran berbasis masalah pada tiap pertemuan. Hasil belajar yang dimaksud disini sesuai pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan penguasaan konsep.

2. Adanya peningkatan gain tiap pertemuan Pada pertemuan pertama diperoleh sebesar 0,71 pertemuan kedua sebesar 0,74 dan pertemuan ketiga 0,79.

3. Peningkatan gain yang tinggi ini menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar Fisika Dasar II Mahasiswa.

4. Adanya peningkatan keterampilan proses pemecahan masalah sebagai akibat 0.65 0.7 0.75 0.8 0.71 0.74 0.79

Nilai Rata-rataKeterampilan

Proses Pemecahan Masalah

(8)

Page | 8 ojs-unita.com

pembelajalan berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah menginduksi pembelajar untuk menggunakan keterampilan pemecahan masalah yang pada akhirnya dapat memicu penguasaan konsep.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdullah, Mikrajudin. (2016). Fisika Dasar. Bandung: ITB.

[2] Aslihan, K., & Mustafa, B. (2014). The Effect of Problem Based Learning Approach on Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics. Eurasian Journal of Physics & Chemistry Education

[3] Azam, Sumarno & Rahmat,(2006). Metodologi Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen dalam PPKP. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional [4] Arikunto, Suharsimi., (2011), Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Aksara, Jakarta

[5] Cook, Thomas D & Campbell, Donald T. (1979).Quasi Experimentation : Design & Analysis Issues for field settings.Houghton Mifflin Company: Boston.

[6] Dahar, R. W. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

[7] Dimyati&Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

[8] Djamarah & Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.

[9] Dogru, M., 2008. The Application of Problem Solving Method on Science Teacher Trainees. International of Environmental & Science Education, 3(1), pp. 9-18.

[10] Gaber, H & El–Shaer, A. 2014. Impact of Problem Based Learning on Students’ Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention. Journal of Education and Practice.

[11] Giancoli, Douglas C., Fisika Jilid 2, diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum dari Physics Fifth Edition, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.

[12] Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Grasindo.

[13] Gurganus Susan P. Math Instruction for Students.

[14] Sahin, M. 2009. Effect of problem based-learning on university students’ epistemological beliefs about physics and physics learning and conceptual understanding of newtonian mechanics. Journal Science Education Technology. [15] Johnston K.Crawfordand P. R. Fletcher,

Student Difficulties in Learning Quantum Mechanics.2006with Learning Problems College . of Charleston.2006

[16] Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[17] Indrawati, 1999. Keterampilan Proses Sains Tinjauan Kritis sari Teori ke Praktis. Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

(9)

Page | 9 ojs-unita.com

[18] Machfoedz. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

[19] Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[20] Neild (2004) Defining, measuring and maintaining the quality of Problem-Based Learning Australian Universities Quality Forum 2004

[21] Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

[22] Polya, G. (1973). How To Solve It. A New Aspect of Mathematic Method (2nd edition). Princeton University Press, Princeton, New jersey.

[23] Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada. [24] Sappaile, Baso Intang. 2007. Hubungan Kemampuan Penalaran dalam Matematika dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 069, 985-1003.

[25] Suastra, I.W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini: Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

[26] Thoifuri. 2007. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RASAIL

[27] Tipler, Paul A., Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2, diterjemahkan

oleh Bambang Soegijono, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.

[28] Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

[29] Rojas.S, 2010. On the teaching and learning of physics problem solving. Revista Mexica De Fisica, Volume 56, pp. 22-28.

[30] Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).Bandung: Alfabeta. [31] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

[32] Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[33] Suyatno. 2009. Mejelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka.

[34] Trianto (2009).Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif

Progresif.Surabaya:Kencana

[35] Wanhar,“Relationship between mathematics capabilities concept with solving math problems,” Baruga Journal., vol. 1, no. 3, pp. 100-115, 2008.

Gambar

Gambar 1. Diagram Nilai pretest dan posttest  Analisis(Uji  Gain)  dilakukan  untuk  mengetahui  peningkatan  hasil  belajar  dari  pretest  dan  posttest
tabel 5. Nilai Rata 2  keterampilan proses pemecahan  masalah

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap tekstur dendeng sayat daging ayam tertinggi diperoleh dari rata-rata perlakuan penambahan ekstrak asam jawa

Metode EOQ ( Economic Order Quantity) ini adalah metode yang digunakan untuk mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan agar

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui apakah komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap keinginan karyawan untuk berpindah kerja, 2)

Hasil analisis indeks kualitas lingkungan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih termasuk dalam kategori tercemar ringan dengan nilai indeks total sebesar

melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik pada kasus NY”I” di dapatkan data objektif berdasarkan

Etepon mampu menginduksi pembentukan senyawa terpenoid yang lebih baik daripada pohon yang dibor saja, pohon yang dibor dan diberi air gula, serta pohon yang

-Karyawan petik teh PTPN -Petani -Karyawan toko Kesempatan Kerja: -Pemandu wisata -Porter -Karyawan homestay -Karyawan toko souvenir -Karyawan rumah makan -Karyawan

Jenis Obat Herbal Untuk Mengatasi Eksim Basah - Penyakit eksim adalah salah satu kondisi kulit yang mempunyai kelainan kronis yang bisa mengakibatkan bagian tubuh yang