• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ANALISIS STATISTIK TERHADAP PENYAKIT KANKER PARU OLEH BAHAN KARSINOGENIK (Studi Kasus Pasien Kanker Paru RSUD Dr.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ANALISIS STATISTIK TERHADAP PENYAKIT KANKER PARU OLEH BAHAN KARSINOGENIK (Studi Kasus Pasien Kanker Paru RSUD Dr."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STATISTIK TERHADAP PENYAKIT KANKER PARU OLEH BAHAN

KARSINOGENIK

(Studi Kasus Pasien Kanker Paru RSUD Dr. Soetomo)

Nama Mahasiswa : Ni’matus Solikhah

NRP : 1305 109 501

Jurusan : Statistika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si

Drs. I Nyoman Latra, M.Si Abstrak

Sebagai negara produsen sekaligus konsumen rokok, kanker paru telah menjadi salah satu masalah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder dari RSUD Dr. Soetomo tahun 2007.

Hasil analisis deskriptif penderita (kelompok case) menjawab terpapar asap rokok sebanyak 89,1%, bertempat tinggal di dekat daerah industri sebesar 45,7%, pekerjaan berhubungan dengan asap sebesar 41,3%, penderita pernah menghisap rokok sebesar 67,4%, lama merokok diatas 18 tahun sebesar 63%, setiap hari merokok antara 10-20 batang rokok sebesar 45,65%, suka mengkonsumsi makanan mengandung zat pengawet sebesar 84,8%, suka mengkonsumsi makanan mengandung zat arang sebesar 39,13%.

Hasil analisis deskriptif bukan penderita (kelompok control) yaitu terpapar asap rokok sebesar 40 %, bertempat tinggal di dekat daerah industri sebesar 17,4%, pekerjaan berhubungan dengan asap sebesar 6,5%, pernah menghisap rokok sebesar 47,8%, lama merokok kurang dari 18 tahun sebesar 56,5%, setiap hari merokok kurang dari 10 batang rokok sebesar 40,22%, suka mengkonsumsi makanan mengandung zat pengawet sebesar 59,8%, suka mengkonsumsi makanan mengandung zat arang sebesar 39,13%.

Model regresi logistik yang diperoleh adalah

g(x)=-3,284+1,592X9(1)+2,786X10(1)+1,479X11(1)+1,337X13(1)-1,529X17(1)+1,248X20(1)

Probabilitas yang dihasilkan adalah 0,974 artinya dari seribu orang yang terpapar asap rokok (X9), terpapar pestisida (X10), bertempat tinggal di daerah dekat industri (X11), pekerjaan berhubungan dengan asap (X13), menghisap rokok >10 batang perhari (X17), dan terbiasa mengkonsumsi makanan mengandung zat arang (X20), akan menderita kanker paru sebanyak 974 orang.

Kata kunci : Kanker paru, analisis deskriptif, regresi logistik.

Abstract

Being cigarettes producer and consumer, Indonesia has made lung cancer as a health problem. Primary and secondary data of RSUD Dr. Soetomo 2007 were used in this research.

Descriptive analysis applied to the lung cancer sufferer (cluster case) shows that 89.1% were affected by the smoke of cigarettes, 45.7% are living near by to the factory, 41.3% having their job related to smoke and dust, 67.4% are active smoker, 63% are smoking for more than 18 years, 45.65% are smoking about 10-20 cigarettes everyday, 84.8% consumes food with dye or preservative, and 39.13% consumes food with carbon.

Descriptive analysis applied to the non-lung cancer sufferer (cluster control) shows that 40% were affected by the smoke of cigarettes, 17.4% are living near by to the factory, 6.5% having their job related to smoke and dust, 47.8% are active smoker, 56.5% are smoking for more than 18 years, 40.22% are smoking less than 10 cigarettes everyday, 59.8% consumes food with dye or preservative, and 39.13% consumes food with carbon.

Regression logistic model gained from the data is g(x)=-3,284+1,592X9(1)+2,786X10(1)+1,479X11(1)+1,337X13(1)-1,529X17(1)+1,248X20(1).

The probability result of the model is 0.974 – which means that 974 of 1000 people who lives affected by the smoke of cigarettes (X9), affected by pesticide (X10), living near factory (X11), having occupacy related to smoke and dust (X13), consumes less than 10 cigarettes everyday (X17), and consumes food with carbon (X20) were having the risk of getting lung cancer.

Keywords: Descriptive analysis, logistic regression, lung cancer

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, masalah penyakit kanker terjadi lonjakan yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari peringkat dua belas menjadi peringkat empat di tahun 2005. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan seperlimanya akan meninggal akibat penyakit ini. Namun angka kematian akibat kanker ini sebenarnya bisa dikurangi 3-35 persen, asal dilakukan tindakan prevelensi, screening dan deteksi dini. Berdasarkan data catatan medis rumah sakit di samping laporan bidang patologi anatomi, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia bersama-sama Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia, menunjukkan pola frekuensi relatif jenis kanker yang tersering didapati di Indonesia dengan urutan kanker paru menduduki posisi keempat sebagai berikut: kanker leher rahim, hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring, limfoma, leukimia, kolon/rektum. Menurut American Cancer Society, penyebab kematian terbesar pada wanita adalah kanker payudara (19%), kanker paru (19%), serta kanker kolon dan rektum (15%). Sementara pada pria, didominasi oleh kanker paru (34%), kanker kolon dan rektum (12%), serta kanker prostat (10%). Pada penelitian kali ini difokuskan pada kanker paru karena merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker diseluruh dunia. Penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, namun faktor yang dicurigai penyebab dari timbulnya kanker disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, kebiasaan merokok (merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% kasus pada wanita), polusi udara, zat hasil industri tertentu seperti asbes, acrylonitrile, vinil chloride, arsen, dan lain-lain. Sebagai salah satu negara produsen sekaligus konsumen rokok di dunia, gangguan kesehatan akibat merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadi salah satu masalah kesehatan utama.

Metode statistik yang digunakan untuk mengetahui pola hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi kanker paru yaitu analisis statistik regresi logistik. Penelitian sebelumnya mengenai kanker paru yaitu ”The Characteristics and Two Year Survival Rate of Lung Cancer Patients at Dharmais Cancer Hospital in Period Januari 1998-November 2001”, [Rasyid, 2001].

1.2 Permasalahan

1. Bagaimana karakteristik penderita kanker paru?

2. Bagaimana pola hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi kanker paru?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui karakteristik penderita kanker paru.

2. Mengetahui pola hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi kanker paru.

1.4 Manfaat

Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi

1. Tenaga medis diharapkan dapat meningkatkan penanganan kanker paru dengan mengupayakan deteksi dini pada penderitanya. 2. Masyarakat yang mempunyai resiko tinggi menderita penyakit

kanker paru, perlu memeriksakan diri secara aktif untuk deteksi dini kanker di fasilitas kesehatan.

3. Pemerintah (Depkes) perlu diupayakan peningkatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) dengan penyebaran informasi lewat media massa tentang penyakit kanker paru. 1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu data sekunder diperoleh dari data rekam medik Poli Onkologi Satu Atap (POSA) unit rawat jalan penderita kanker paru Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo periode Nopember 2006 sampai dengan Januari 2007 dan data primer dari hasil survei dengan media komunikasi kuesioner.

(2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Statistika Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai dari mean, standard deviasi, nilai minimum, nilai maksimum dan juga frekuensi setiap item (variabel). Disamping hal – hal tersebut analisis deskriptif juga dapat memberikan gambaran tentang karakteristik penderita kanker paru. Penelitian ini menggunakan cross tabulation yaitu suatu metode statistik yang menggambarkan dua atau lebih variabel secara simultan dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel yang merefleksikan distribusi bersama dua atau lebih variabel dengan jumlah kategori yang terbatas [Agresti, 1990]. Metode cross tabulation dapat menjawab hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian tetapi bukan hubungan sebab akibat. Semakin bertambah jumlah variabel yang di tabulasikan maka semakin kompleks interpretasinya 2.2 Uji Independensi

Uji independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel [Agresti, 1990]. Setiap level atau kelas dari variabel – variabel tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Homogen

2. Mutually exclusive dan mutually exhaustive 3. Skala nominal, skala ordinal, dan skala interval Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara dua variabel yang diamati H1 : Ada hubungan antara dua variabel yang diamati Uji statistik

(

)

∑ ∑

=

= = r i k j ij ij ij

E

E

O

X

1 1 2 2 (2.1) Dimana :

Oij = Nilai observasi/pengamatan baris ke-i kolom ke-j Eij = Nilai ekspektasi baris ke-i kolom ke-j

i = 1, 2, ...r j = 1, 2,...k r = banyaknya baris k = banyaknya kolom

Dengan derajat bebas df = (r-1)(k-1), kriteria penolakan Ho 2 ) , ( 2 α

χ

df hitung

X

>

.

2.3 Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik adalah suatu analisis regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan sekumpulan variabel prediktor dimana variabel respon bersifat biner atau dikotomus. Variabel dikotomus adalah variabel yang hanya mempunyai dua kemungkinan nilai, misalnya sukses dan gagal, sedang variabel prediktor sering disebut juga covariate.

Model regresi logistik univariat yaitu [Hosmer, 2000]:

x x

e

e

x

1 0 1 0

1

)

(

β β β β

π

+ +

+

=

(2.2)

=

)

(

1

)

(

ln

)

(

x

x

x

g

π

π

(2.3)

x

1 0

β

β

+

=

Model regresi logistik multivariat

p p

x

x

x

x

g

(

)

=

β

0

+

β

1 1

+

β

2 2

+

...

β

(2.4) ) ( ) (

1

)

(

g x x g

e

e

x

+

=

π

Arti Notasi :

g

(

x

)

=

Logit

[

π

(

x

)]

π(x) = Probabilitas sukses dari variabel x

yang selanjutnya disebut sebagai model regresi logistik. Pola distribusi bersyarat variabel respon (y) dan errornya (e) ditulis sebagai berikut :

)

|

(

)

(

x

=

E

Y

x

π

[ ]

+

ε

=

E

Y

x

y

|

ε

π

+

=

(x

)

y

(2.5)

Nilai error mempunyai dua kemungkinan yaitu : Jika y=1, maka

ε

=1-

π

(x) dengan probabilitas

π

(x). Jika y=0, maka ε =-π(x) dengan probabilitas 1-

π

(x).

ε

memiliki distribusi dengan rata-rata nol dan varianπ(x)[ 1-

π

(x)].

2.3.1 Penaksiran Parameter

Penaksiran parameter dalam regresi logistik dapat menggunakan metode maksimum likelihood. Metode tersebut tidak memerlukan batasan-batasan pada karakteristik variabel prediktor. Parameter dari model diestimasi dari vektor

)

,...

,

(

0 1 p

T

=

β

β

β

β

dengan fungsi likelihood adalah sebagai berikut [Hosmer, 2000]:

= −

n i y yi

x

i

x

1 1

))

(

1

(

)

(

π

π

(2.6) di mana n = banyaknya subjek

π(x) = Probabilitas sukses dari variabel x

yi = nilai dari variabel dependen yang dikoding 1 dan 0 xi = nilai dari variabel independen

i =1, 2, …,n

Jika observasi diasumsikan independen akan didapatkan fungsi Likelihood

β

sebagai berikut :

=

= n i i

y

f

l

1

)

,

(

)

(

β

β

=

= − n i y yi i

x

x

l

1 1

))

(

1

(

)

(

)

(

β

π

π

( )

[ ]

l

( )

β

L

β

=

ln

( )

[

( )

]

= −

π

π

=

n 1 i y n i y i i i i

1

x

x

ln

( )

{

( )

}

[

]

= −

=

n i y n i y i i i i

x

x

1

1

ln

π

π

( )

( )

{

( )

}

=

=

n i n i y i i i i

x

x

x

1

1

1

ln

π

π

π

( )

( )

{

( )

}

=

π

+

π

π

=

n 1 i n i y i i i i

x

1

x

1

x

ln

( )

( )

{

( )

}

=

+

=

n i n i y i i i i

x

x

x

1

1

ln

1

ln

π

π

π

( )

( )

= = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎪ ⎪ ⎭ ⎪ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪ ⎪ ⎩ ⎪ ⎪ ⎨ ⎧ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − = n i p j ij j i i i i x n x x y 1 0 exp 1 1 ln 1 ln β π π

= = =

⎟⎟

⎜⎜

+

+

⎟⎟

⎜⎜

=

n i p j ij j i p j ij j i

x

n

x

y

1 0 0

exp

1

1

ln

β

β

⎟⎟

⎜⎜

+

+

=

= − = = n i p j j ij i p j j ij i

x

n

x

y

1 1 0 0

exp

1

ln

β

β

(3)

(2.7) Turunan pertama yaitu:

Dimana

i =1, 2, …,n dan j =1,2,…p Turunan kedua yaitu

( )

( )

j old new

β

⎟⎟

⎜⎜

=

β

L

β

β

β

L

β

β

T 1 2

( )

)

ˆ

(

π

β

=

y

X

β

L

T j

( )

T

β

β

β

L

2 =

(

X

'

V

−1

X

)

1

)

ˆ

(

)

(

' 1

π

+

=

− −

y

X

X

V

X

β

β

new old 1 T

))

ˆ

(

(

)

(

' 1

+

1

π

=

− − −

y

V

β

V

X

X

V

X

β

new 1 T old 1 +

=

t new

β

β

Untuk menaksir nilai

β

digunakan estimasi WLS dengan beberapa persamaan berikut:

)

(

)

(

' 1 ' 1 ( ) 1 (t t)

Z

V

X

X

V

X

β

+

=

− −1 − (2.8) Dimana : X = matrik variabel independent

V = matrik kovarian dari e

Dengan X=

np n1 2p 21 1p 11

x

x

x

x

x

x

L

M

O

M

M

L

L

1

1

1

V=

)

ˆ

1

(

ˆ

0

0

0

)

ˆ

1

(

ˆ

0

0

0

)

ˆ

1

(

ˆ

2 2 1 1 n n

π

π

π

π

π

π

L

M

O

M

M

L

L

+

=

= − = p j ij t j ij p j t j t i

x

x

0 ) ( 1 0 ) ( ) (

exp

exp

1

β

β

π

(2.9) Dan Z(t)=

( )

( )

( )

( )

( )

)

1

(

1

log

t i t i t i i t i t i

y

π

π

π

π

π

+

(2.10)

Z(t) merupakan bentuk linear fungsi log dari data sampel, yang dievaluasi pada

π

(t). Pendekatan estimasi WLS iterasi newton raphson sebagai berikut :

1. Gunakan nilai dugaan awal

β

(0)kemudian masukkan ke persamaan 2.9 untuk mendapatkan

π

(0).

2. Masukkan

π

(0) ke persamaan 2.10 untuk mendapatkan Z(0). 3. Jika t>0 pergunakan persamaan 2.8 untuk mendapatkan

) (t

β

setelah itu dilakukan iterasi sampai memenuhi batas bawah konvergen untuk

βˆ

.

2.3.2 Pengujian Kelayakan Model

Variabel prediktor dalam model memiliki hubungan yang nyata dengan variabel responnya dibuktikan dengan dilakukan pengujian kelayakan model baik secara parsial maupun serentak [Hosmer, 2000]:

1. Pengujian Hipotesis secara parsial H0: βi = 0 H1: βi

0

i = 1, 2, …p Statistik uji:

)

ˆ

(

ˆ

)

(

i i

SE

wald

W

β

β

=

(2.11) Dimana

=

= n i i i

y

y

SSE

1 2

)

ˆ

(

Yang mendasari SSE adalah SSR

=

= − n i n i i i i i

y

y

y

y

SSR

1 1 2 2

]

)

ˆ

(

[

]

)

(

[

Statistik uji W mengikuti distribusi normal, sehingga dibandingkan dengan z tabel

α

/

2

dengan daerah penolakan W>

Z

α/2 atau jika nilai p_value <

α

2. Pengujian Hipotesis secara serentak Hipotesis

H0: β1 =β2 = … = βi = 0

H1: Paling sedikit ada satu βi

0

i = 1, 2, …n Perbandingan antara variabel x dan y menggunakan fungsi likelihood

=

model)

saturated

the

of

d

(likelihoo

model)

fitted

the

of

likelihood

D

2

ln

(

⎟⎟

⎜⎜

+

⎟⎟

⎜⎜

=

= i i i i i i n i

y

y

y

y

D

1

ˆ

1

ln

)

1

(

ˆ

ln

2

1

π

π

Dimana

)

(

ˆ

ˆ

i

π

x

i

π

=

= yi

=

=

= − n 1 i y i y ii

y

i

y

model)

saturated

l

(

(

1

)

(1 )

1

sehingga

model)

fitted

the

of

likelihood

D

=

2

ln(

(2.12)

variable)

with

D(model

-variable)

the

without

model

D

G

=

(

⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = variable) the with d (likelihoo variable) the without od (likelihoo G 2ln

=

− = ) 1 (

)

ˆ

1

(

ˆ

ln

2

0 1 i i y i n 1 i y i n 0 n 1

n

n

n

n

G

π

π

(2.13) Statistik uji:

[

] [

]

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ + + =

= n i i i i i y n n n n n n y G 1 0 0 1 1ln( ) ln( ) ln() ) ˆ 1 ln( ) 1 ( ) ˆ ln( 2 π π (2.14)

( )

+

=

= = = = p j j ij p j j ij n i i ij n i i ij j

x

x

x

n

x

y

0 0 1 1

exp

1

exp

β

β

β

β

L

( )

+

+

=

= = = = p j j ij p j j ij p j j ij n i T i i

x

x

x

x

x

0 0 0 1 2

exp

1

1

exp

1

exp

β

β

β

T

β

β

β

L

⎟⎟

⎜⎜

+

⎥⎦

⎢⎣

⎡∑

=

= = = = p j n i p j j ij i j n i i ij

x

n

x

y

0 1 1 0

exp

1

ln

β

β

(4)

dimana :

n1 = banyaknya observasi yang berkategori 1 atau

n

1

=

Y

i

n0 = banyaknya observasi yang berkategori 0 atau

=

(

1

)

0

Y

i

n

n = n0 + n1

Statistik uji G mengikuti distribusi Chi-Kuadrat sehingga dibandingkan dengan tabel Chi-Kuadrat dengan derajat bebas v, dengan daerah penolakan

G

>

χ

2α,v atau jika nilai p_value <

α

2.3.3 Pengujian Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model digunakan untuk mengetahui apakah model dengan satu atau lebih variabel bebas merupakan model yang sesuai atau tidak [Agresti, 1990].

Hipotesis

H0 = Model sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan hasil prediksi)

H1 = Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi dengan hasil prediksi)

Statistik uji :

Hosmer – Lemeshow test (

)

(

)

(

)

=

= g i l l l l l l

n

n

O

C

1 2 ' '

1

ˆ

π

π

π

(2.15) Dimana ' l

n

= jumlah pola covariate yang bisa dibentuk dalam grup ke – 1

=

= ' 1 l n j j l

y

O

Apabila g adalah banyaknya grup yang bisa dibentuk oleh model yang sedang di uji dan

α

adalah tingkat kepercayaan, maka Ho ditolak bila nilai

>

2 ) , 2

( α

χ

g atau jika nilai p_value <

α

. Maka model tidak sesuai.

2.3.4 Interpretasi Model Regresi Logistik Kegunaan interpretasi dari koefisien model adalah :

1. Untuk menjelaskan hubungan fungsional antara variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel tak bebas

2. Untuk menentukan unit perubahan setiap variabel bebas Jika dimisalkan model regresi logistik adalah :

)

(

)

1

(

1

=

g

x

+

g

x

β

, Pada persamaan tersebut

1

β

menunjukkan besarnya perbedaan antara nilai variabel dependen ketika variabel independen (x+1) dan nilai variabel dependen ketika variabel independen x, untuk setiap nilai x. Jika variabel tak bebas (dependen) dikategorikan dalam 2 kategori dan dinyatakan dengan 0 dan 1 dan variabel bebas (independen) juga dibagi dalam 2 kategori dan dinyatakan dengan 0 dan 1 atau dengan kata lain variabel independen dikotomos diasumsikan nilai x adalah 0 dan 1 sehingga dalam model akan terdapat dua nilai

π

(x

)

dan dua nilai 1-

π

(x

)

[Hosmer, 2000]:

Tabel 2.1 Probabilitas Nilai Regresi Logistik Variabel bebas

1

=

x

x

=

0

1

=

Y

1 0 1 0

1

)

1

(

β β β β

π

++

+

=

e

e

0 0

1

)

0

(

β β

π

e

e

+

=

Var

iabel tak bebas

Y

=

0

1

0

1

)

1

(

1

π

β

+

=

e

1

1

)

0

(

1

π

e

+

=

Odds Ratio (

ψ

) yaitu nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh antara kategori satu dengan kategori dua (kategori dua terhadap respon dengan kategori pembanding) dalam satu variabel tersebut.

Nilai odds ratio untuk x = 1 dan x = 0 dapat dinyatakan:

[

]

[

1

(

0

)

]

/

)

0

(

)

1

(

1

/

)

1

(

π

π

π

π

ψ

=

(2.16)

maka dengan mensubstitusikan model logistik pada tabel didapatkan 1

β

ψ

=

e

jika

ψ

=

1

dapat disimpulkan bahwa pada kedua variabel tidak terdapat hubungan dan jika

ψ

>

1

maka antar kedua variabel terdapat hubungan negatif, demikian juga sebaliknya. 2.3.5 Uji Improvement

Uji improvement digunakan untuk mengetahui apakah model tanpa variabel tidak signifikan adalah model terbaik dengan cara membandingkan 2 Log likelihood pada model lengkap dengan -2 Log Likelihood pada model ringkas [Hosmer, -2000].

Hipotesis

H0 : Model ringkas (tanpa variabel tertentu) adalah model terbaik H1 : Model lengkap (dengan variabel tertentu) adalah model terbaik Statistik uji ;

G = -2 ln (L0 – L1) (2.17) Dimana : L0 = Log Likelihood untuk model ringkas L1 = Log Likelihood untuk model lengkap Kriteria penolakan ; Tolak H0 jika G > 2 ) , (αv

χ

atau jika nilai p_value <α 2.4 Kanker Paru

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru [PDPI, 2003].

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidaknormalan pertumbuhan sel pada sel kanker.

2.5 Pencegahan

Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru (epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor yang menentukan suatu penyakit dan hasil kesehatan lainnya yang berasal dari populasi manusia. Epidemiologi juga berurusan dengan asal penyakit dan menyediakan fakta-fakta yang menyumbang untuk pencegahannya). Maka tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan. Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpapar pada asap rokok. Dengan dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan utama kanker paru berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif. Pencegahan harus

(5)

diusahakan sebagai usaha perang terhadap rokok dan dilakukan terus menerus. Program pencegahan seharusnya diikuti dengan tindakan nyata anti-rokok yang melibatkan pemerintah, tenaga medis, mahasiswa, dan masyarakat.

2.6 Deteksi dini

Penemuan dini penyakit kanker paru berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut. Dengan rneningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter dan peralatan diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan.

Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu:

1) Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok 2) Paparan industri tertentu

dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak napas, nyeri dada dan berat badan menurun. Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala klinik : batuk darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru juga perlu jadi faktor pertimbangan.

2.7 Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.

2.8 Jenis Histologis

Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1999, tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya dapat diketahui :

1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid) 2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma) 3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma) 4. Karsinoma sel besar (large cell carcinoma) 2.9 Pengobatan

Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi). Kenyataannya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medis seperti fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan. Pengobatan yang dilakukan antara lain pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, fisioterapi, hormonoterapi, terapi gen, medikamentosa, psikososial, pemasangan stent, cryotherapy, rehabilitasi medik.

Gambar 2.1 Alur Penatalaksaaan Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KBSK)

2.10 Metastasis (Penyebaran)

Metastasis kanker paru dapat terjadi di dalam paru (intrapulmoner) atau di luar paru (ekstrapulmoner). Contoh Metastasis kanker paru di luar paru yaitu metastasis ke tulang dan otak. Keluhan yang sering terjadi pada metastasis ke tulang adalah nyeri dan patah tulang. Fraktur (patah) tulang sering terjadi akibat metastasis ke tulang panjang. Kanker paru Jenis adenokarsinoma

sering bermetastasis ke otak mengakibatkan penekanan di rongga kepala.

2.11 Bahan Karsinogenik

Bahan karsinogenik adalah bahan yang bersifat karsinogen (bahan yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit kanker). Penyebab kanker ada dua yaitu internal dan eksernal. Faktor penyebab internal kanker terkait dengan faktor genetik (faktor bawaan) sedangkan penyebab eksternal yang telah terbukti dapat menimbulkan kanker pada binatang percobaan, walaupun pada manusia belum dapat dibuktikan dengan pasti diantaranya bahan karsinogenik. Bahan-bahan yang masuk dalam kelompok karsinogen yaitu:

1. Senyawa kimia

Banyak bahan kimia yang diketahui menyebabkan kanker dan banyak pula lainnya yang dicurigai sebagai penyebab kanker. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker setelah beberapa tahun kemudian, misalnya pemaparan asbes bisa menyebabkan kanker paru-paru dan mesotelioma (kanker pleura), dan kanker kulit banyak ditemukan pada pekerja cat dan pekerja yang membersihkan cerobong asap karena adanya kandungan senyawa hidrokarbon. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Beberapa jenis polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, selain gas beracun, adalah logam kimia berbahaya jenis logam berat, seperti tembaga (Cu), kobait (Co), timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium (Cr), mangan (Mn), raksa (Hg), nikel (Ni), senyawa pestisida dan beberapa jenis senyawa organik.

Jika melewati ambang batas, keberadaan jenis-jenis polutan tersebut diketahui bersifat racun dan teratogenik, juga bersifat karsinogenik, yaitu dapat menimbulkan terjadinya penyakit kanker. Jenis kegiatan manusia yang menghasilkan atau meningkatkan kandungan logam tersebut, antara lain pertambangan, peleburan logam, pelapisan logam, gas buang kendaraan, proses produksi/konversi energi dan bahan bakar. Sedangkan senyawa pestisida dan senyawa organik berupa pelarut umumnya dihasilkan oleh kegiatan agroindustri dan limbah proses industri, terutama industri cat, polimer, dan adhesive. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru.

Rokok mengandung asam, amonia, aldehid, gas monoksida yang meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara) dan kandung kemih. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru.

2. Makanan

Makanan adalah faktor resiko penting lainnya untuk kanker, terutama kanker pada saluran pencernaan. Misalnya makan makanan yang banyak mengandung makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Peminum alkohol juga memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya kanker kerongkongan. Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain. Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural. Penggunaan pemanis natural juga dipacu oleh adanya data-data penelitian yang menunjukkan efek samping dalam penggunaan pemanis sintetis, yaitu bersifat karsinogenik.

Reaksi yang menyebabkan makanan berasa enak dan berwarna menarik pada saat yang sama juga memungkinkan terbentuknya bahan karsinogen. Karena itu, makanan cepat saji (fast food) yang kian populer jangan dikonsumsi berlebihan. Alasan mengapa makanan seperti french fries dan potato chips harus hati-hati dikonsumsi. Ternyata, makanan yang kaya karbohidrat bila dipanaskan dapat mengandung akrilamida, senyawa yang diketahui menyebabkan kanker pada tikus. Kini bahkan diketahui bahwa cita rasa dan aroma daging panggang ditimbulkan tidak kurang dari 600 senyawa. Efek akrilamida pada manusia memang belum jelas, namun untuk tikus dan lalat buah positif menimbulkan kanker bila dikonsumsi dalam jumlah 1.000 kali diet rata-rata.

3. Faktor fisik

Seperti radiasi matahari, sinar X, nuklir, dan radionukleide. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia. Pemaparan

(6)

yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari, menyebabkan kanker kulit. Selain itu, radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) yang digunakan dalam sinar x, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom dan bisa menjangkau jarak yang sangat jauh, juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker. Misalnya orang yang selamat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia II, memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya leukemia. Pemaparan uranium pada pekerja tambang juga meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru 10-20 tahun kemudian, dan resiko tersebut akan semakin tinggi jika para penambang juga merokok.

4. Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh yang berfungsi mengatur kegiatan alat-alat tubuh. Diethyl stilbestrol, suatu hormon seks buatan yang umumnya digunakan untuk menggemukkan hewan ternak, terbukti sebagai penyebab timbulnya kanker rahim, payudara, dan alat reproduksi lainnya. Pada beberapa penelitian, diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menimbulkan kanker pada organ tubuh yang dipengaruhinya, seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat.

5. Virus

Beberapa virus diketahui menyebabkan kanker pada manusia dan virus lainnya dicurigai sebagai penyebab kanker. Virus penyebab kanker ini disebut juga virus onkogenik. Misalnya, virus papilloma yang menyebabkan kutil genitalis agaknya merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita, virus sitomegalo menyebabkan sarkoma kaposi , virus hepatitis B dan hepatitis C bisa menyebabkan kanker hati, meskipun karsinogen ataupun promotor nya tidak diketahui. Di Afrika, virus epstein-barr menyebabkan limfoma burkitt, sedangkan di Cina virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Jelas terlihat, bahwa beberapa faktor tambahan (lingkungan atau genetik), diperlukan untuk terjadinya kanker yang disebabkan oleh virus epstein-barr. Beberapa virus retro manusia, misalnya virus HIV, dapat menyebabkan limfoma dan kanker darah lainnya.

6. Iritasi kronis dan inflamasi kronis

Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. Infeksi oleh parasit schistosoma (bilharzia) bisa menyebabkan kanker kandung kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih, tetapi penyebab iritasi menahun lainnya tidak menyebabkan kanker. Infeksi oleh clonorchis, yang terutama banyak ditemukan di timur jauh, bisa menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.

7. Kelainan kromosom

Misalnya seseorang dengan sindroma down, yang memiliki 3 buah kromosom 21, memiliki resiko 12-20 kali lebih tinggi untuk menderita leukemia akut.

2.12 Penyebab Penyakit Kanker Paru

Faktor-faktor yang dicurigai menyebabkan kanker paru 1. Rokok

Yaitu bahan yang ada pada tembakau. Resiko seseorang menderita kanker paru tergantung jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari, umur mulai merokok, lamanya berhenti merokok. Setiap batang rokok tergantung dalamnya menghisap, tiap rokok dihisap berapa kali, lama merokok melekat dibibir, berapa lama rokok yang telah dimatikan dihisap kembali, panjang puntung rokok.

2. Polusi Udara

Daerah perkotaan/industri akan meningkatkan jumlah penderita kanker akibat banyaknya pabrik, asap kendaraan bermotor, dan penggunaan pestisida, insektisida, herbisida.

3. Pencemaran karena pekerjaan

Asbestos, bahan radio aktif, asap, dan bahan-bahan pemicu terjadinya kanker paru.

4. Gaya hidup tidak sehat

Kebiasaan mengkonsumsi makanan/minuman mengandung zat pewarna dan pengawet , makanan mengandung zat arang. 2.13 Definisi Merokok

1. Perokok

Orang yang telah merokok lebih dari 20 pack per tahun atau 1 batang rokok perhari selama 1 tahun dan masih merokok sampai 1 tahun terakhir.

2. Bekas perokok

Orang yang telah berhenti merokok pada 1 bulan terakhir. 3. Bukan perokok

Orang yang tidak pernah merokok atau merokok kurang dari 100 batang selama hidupnya.

4. 1 pak rokok

adalah 1 bungkus rokok berisi 20 batang. 5. Derajat berat merokok

Berdasarkan referensi yang dipakai oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) menurut indeks Brikman (IB) yaitu dengan mengukur jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun.

ringan : 0-200

sedang : 201-600 berat : > 601 2.14 Pengaruh Asap Rokok

2.14.1 Pengaruh Rokok Pada Mukosa Saluran Nafas

Reaksi inflamasi terdiri dari berbagai efek yang mencakup siliatoksisitas, peningkatan sekresi mukus dan akumulasi dari sel-sel inflamasi yang teraktivasi di saluran nafas, beberapa peneliti mendapatkan jumlah neutrofil dalam cairan BAL pada perokok meningkat. Peningkatan neutrofil ini mungkin meningkatkan molekul adhesi lokal. Sehingga pada akhirnya menginduksi proses kemotaksis dari berbagai sel inflamasi lain ke mukosa saluran nafas. Beberapa substansi yang ada dalam asap rokok bersifat iritan sedangkan lainnya bersifat toksik karena struktur kimianya seperti asam, amonia, aldehid sehingga menyebabkan kerusakan atau kematian sel seperti halnya sel inflamasi. Kerusakan yang terjadi dapat berupa inflamasi dan fibrosis perinbronkial, perubahan fungsi epite, penebalan tunika intima, pembuluh darah, abnormalitas permeabilitas epitel dan pembuluh darah fungsi klirens dari silia epite juga terganggu akibat efek toksik dari substansi tersebut. Gas monoksida yang terkandung di dalam asap rokok dapat membetuk carboxy-hemoglobin yang dapat mengurangi daya angkut oksigen dalam darah, sehingga mudah terjadi hipasi jaringan. 2.14.2. Pengaruh Rokok Pada Sistem Imun

Paparan kronis terhadap asap rokok dikatakan dapat menyebabkan anergi limfosit T melalui mekanisme rusaknya transduksi signal yang dimediasi oleh reseptor antigen dan pengurangan cadangan kalsium sensitif terhadap inositol 1, 4, 5 – triophospate. Nikotin yang terdapat dalam asap rokok merupakan komponen imunosupresif yang utama, baik terhadap imunitas seluler maupun humoral. Beberapa fungsi yang mengalami supresi yaitu respon AFC (Antibodi Forming Cell), Inhibisi T Cell reseptor – mediated-proliferatin. Efek nikotin terhadap limfosit T dikatakan tetap ada, sekalipun paparan telah dihentikan.

Peneliti lain mendapatkan bahwa merokok menyebabkan sekresi IL-6, IL-1, TNF-αoleh makrofag alveolar menurun sehingga terjadi penurunan jumlah limfosit dan rendahnya rasio CD4/CD8 hal tersebut di atas berdampak terhadap menurunnya imunitas seluler dan penurunan resistensi terhadap serangan patologi. Merokok juga mempengaruhi fungsi dan bentuk sel-sel inflamasi, antara lain makrofag alveolar pada perokok lebih besar dan mempunyai morfologi permukaan abnormal, adanya inklusi sitoplasma, serta terganggunya fungsi presentasi antigen.

2.15 Komposisi Asap Rokok

Asap rokok adalah aerosol heterogen yang dihasilkan dari pembakaran daun tembakau. Asap rokok mengandung lebih dari 4000 substansi yang telah teridentifikasi termasuk bahan yang secara farmakologi bersifat aktif antigenik, sitotoksik, mutagenik, karsinogenik.

Di dalam asap rokok “particulate metter” terdispersi di dalam gas. Pada saat asap dihisap asap rokok mainstream akan keluar dari mulut sedangkan asap rokok “sidestria” yang dihasilkan diantara hisapan dan berasal dari ujung yang terbakar dari asap aliran utama 92%-95% berbentuk gas dan mengandung 0.3 – 3.3 bilium partikel / militer. Ukuran rata-rata partikel adalah 0.2-0.3

µ

m

. Sehingga dapat masuk ke saluran nafas. Asap rokok mengandung reactive organic radical (ROR) dalam jumlah tinggi dan subtansi yang menghasilkan ROR. Radikal bebas terbentuk dalam jumlah besar pada ujung rokok disebabkan suhu yang tinggi, biasanya mencapai suhu 9000 C umur radikal bebas ini pendek sehingga tidak sempat terinhalasi oleh perokok sehingga asap rokok utama yang baru hanya mengandung sedikit radikal bebas, kebalikan dari radikal bebas, konsentrasi ROR meningkat dan mencapai konsentrasi

(7)

maksimal setelah 1-2 menit. Radikal bebas yang sangat aktif dibentuk terus-menerus oleh proses kimia setelah 1-2 menit. Radikal bebas yang sangat aktif dibentuk terus menerus oleh proses kimia selain inhalasi. Subtansi penting untuk produksi radikal adalah radikal NO (Nitric Oxide) yang didapatkan dalam konsentrasi tinggi, mencapai 400 ppm dalam asap rokok. Nitric Oxide akan teroksidasi oleh oksigen menjadi bentuk yang lebih reaktif yaitu radikal Nitrogen Dioxide. Radikal ini akan bereaksi dengan isoprene yang terdapat dalam jumlah tinggi pada asap rokok sehingga terbentuk bermacam-macam ROR yang aktif secara biologis. Selain itu, ektrak cair dari Tar dengan bantuan oksigen menjadi bentuk lebih reaktif yaitu radikal Nitrogen Dioxide.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data penentuan kelompok case diambil dari data rekam medik Poli Onkologi Satu Atap (POSA) rawat jalan penderita kanker paru rumah sakit Dr. Soetomo periode November 2006 sampai dengan Januari 2007 dengan frekuensi berobat rawat jalan sebesar 185 (lihat tabel 3.1) dan total penderita kanker paru berdasarkan nomor rekam medik sebesar 58 orang dengan perincian 18 pasien wanita dan 40 pasien laki-laki. Nomor rekam medik berfungsi supaya tidak terjadi pengulangan data pasien dan untuk melihat data pribadi pasien rawat jalan. Pasien rawat jalan merupakan pasien yang sudah didiagnosa menderita kanker paru untuk menjalani perawatan sebelum dilakukan tindakan operasi atau kemoterapi dan sedang menunggu perawatan selanjutnya setelah dioperasi atau kemoterapi. Tingkatan stadium responden penderita kanker paru rawat jalan yang diteliti rata-rata berada pada stadium tiga dan empat. Intensitas pasien berobat dalam satu bulan berbeda-beda. Dalam satu bulan pasien berobat bisa lebih dari lima kali, kadang sebulan sekali, ada pula yang dua bulan sekali. Cara pengumpulan data adalah dengan observasi rekam medik serta media komunikasi kuesioner mulai Februari sampai April 2007. Berikut ini adalah data frekuensi pasien yang berkunjung untuk berobat rawat jalan.

Tabel 3.1 Frekuensi Pasien Berobat Rawat Jalan Pasien

Perempuan Laki-laki Total

November 2006 25 31 56

Desember 2006 32 31 63

Januari 2007 32 34 66

Total 89 96 185

Tabel 3.2 Jumlah Pasien Berdasarkan Nomor Rekam Medik Pasien

Pasien lama Pasien baru Total

November 2006 56 56

Desember 2006 56 0 56

Januari 2007 56 2 58

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dengan metode case-control. Metode case-control yaitu suatu metode yang didesain dimana penderita (kelompok case) dibandingkan dengan bukan penderita (kelompok control) untuk menggali faktor penyebab suatu penyakit. Kriteria yang masuk sebagai kelompok case yaitu pasien kanker paru primer yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan di rumah sakit Dr. Soetomo. Sedangkan kriteria yang masuk sebagai kelompok control yaitu keluarga terdekat yang tinggal bersama pasien dalam kurun waktu satu tahun.

Cara kerja pengumpulan data:

1. Observasi jumlah pasien mulai bulan November 2006 sampai dengan Januari 2007 berdasarkan nomor rekam medik sehingga diambil 58 penderita kanker paru dengan perincian 18 pasien wanita dan 40 pasien laki-laki.

2. Peneliti menunggu pasien dan keluarga di ruang pemeriksaan dan memberi kuesioner sesuai dengan nomor rekam medik. 3. Kepada pasien dan keluarga dijelaskan tentang tujuan

penelitian dan cara mengisi kuesioner.

4. Pasien dan keluarga diberikan kuesioner diminta mengisi sesuai dengan fakta yang ada.

5. Dari observasi diambil 58 pasien kanker paru namun selama melakukan survey peneliti hanya menjumpai 46 pasien kanker paru berdasarkan nomor rekam medik dengan perincian 9 perempuan (20%) dan 37 laki-laki (80%). Hal ini disebabkan

pasien kanker paru yang susah ditemui dan kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan. Jumlah kelompok control harus lebih banyak dari pada kelompok case sehingga diambil dua kali dari jumlah pasien maka didapatkan 18 perempuan dan 74 laki-laki dengan jumlah 92 responden. 3.2 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel penelitian “Analisis Statistik terhadap Penyakit Kanker Paru oleh Bahan Karsinogenik” sebagai berikut: Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel

Penelitian Keterangan Pilihan

1 22-28 2 29-35 3 36-42 4 43-49 5 50-56 6 57-63 Umur (X1) [Samet, 1994] 7 64-70 1 Perempuan Jenis Kelamin (X2), [Samet, 1994] 2 Laki-laki 1 Jawa 2 China 3 Madura Suku Bangsa (X3), [Samet, 1994] 4 Lainnya 1 35-42 2 43-50 3 51-58 4 59-66 5 67-74 6 75-82 Berat Badan (X4), [Samet, 1994] 7 83-90 1 140-146 2 147-153 3 154-160 4 161-167 5 168-174 6 175-181 Kar akter istik Resp onden Kar akter istik Resp onden Tinggi badan (X5), [Samet, 1994] 7 140-146 1 Pekerjaan tanpa pendidikan formal (buruh, tukang becak, dll) 2 Pekerjaan membutuhkan ketrampilan (teknisi, penjahit, dll) 3 Pekerjaan berhubungan bisnis (pedagang, wirausaha, dll) 4 Pekerjaan berhubungan pendidikan (guru, dosen, dll) Pekerjaan (X6), [Morgan, 1992] 5 Tidak bekerja 1 SD/sederajat 2 SMP/sederajat 3 SMU/sederajat Pendidikan (X7), [Samet, 1994] 4 Perguruan tinggi 1 Kawin 2 Tidak kawin Kar akter istik Resp onden Kar akter istik Resp onden Status Perkawinan (X8), [Samet, 1994] 3 Duda/janda 1 Ya Terpapar dengan asap

rokok (X9), [Trichopolous, 1984] 2 Tidak 1 Ya Terpapar dengan pestisida, insektisida, herbisida (X10), [Jedrychowski, 1990] 2 Tidak 1 Ya L ingkun

gan Bertempat tinggal di

dekat daerah industri (X11),

[Morgan, 1992]

(8)

1 Ya Sering kena debu dan

asap kendaraan bermotor (X12), [Jedrychowski, 1990] 2 Tidak 1 Ya Pekerjaan berhubungan dengan asap (X13), [Morgan, 1992] 2 Tidak 1 Ya Merokok (X14), [Samet, 1994] 2 Tidak 1 0 2

19 3 20-39 Lama merokok (X15), [Trichopolous, 1984] 4

40 1 <17 2 17-20 Pertama kali merokok

(X16),

[Freedman, 1990] 3 >20 1 0

2 < 10 batang 3 10-20 batang Berapa batang perhari

(X17), [Freedman, 1990] 4 >20 batang 1. Kretek 2. Filter L ingkun

gan Jenis rokok yang

dikonsumsi (X18),

[Freedman, 1990] 3. Campuran kretek dan filter

1. Ya Kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pewarna dan pengawet (X19), [Ziegler, 1996] 2. Tidak 1. Ya Nutrisi Kebiasaan mengkonsumsi makanan mengandung arang (X20) [Ziegler, 1996] 2. Tidak

Variabel penelitian di atas adalah variabel prediktor sedangkan untuk variabel responnya yaitu kasus (penderita kanker paru dan bukan penderita kanker paru).

3.3 Metode Analisis

Langkah – langkah dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru digunakan analisis deskriptif dengan semua variabel menggunakan tabulasi silang.

2. Untuk mengetahui pola hubungan faktor-faktor penyebab kanker paru dengan menggunakan model regresi logistik dengan tahap – tahap sebagai berikut :

a. Uji independensi

b. Penaksiran univariat untuk mengetahui hubungan antara variabel prediktor dengan variabel respon secara individu

c. Uji signifikansi untuk mengetahui variabel respon apa saja yang signifikan terhadap variabel prediktor untuk dimasukkan dalam regresi logistik multivariat d. Penaksiran multivariat untuk mengetahui hubungan

antara variabel prediktor dengan variabel respon secara serentak

e. Uji signifikansi untuk mengetahui variabel respon yang masuk pada model sudah signifikan.

f. Model terbaik jika variabel yang ada dalam model sudah signifikan

g. Ketepatan klasifikasi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Survey yang dilakukan sejak bulan Februari sampai dengan bulan April 2007 di Poli Onkologi Satu Atap (POSA) instalasi rawat jalan RSUD Dr. Soetomo menghasilkan informasi tentang faktor-faktor apa saja yang mendukung seseorang memiliki resiko terserang kanker paru. Item dari kuesioner meliputi karakteristik demografi, lingkungan, perilaku, dan nutrisi. Sampel

yang diambil yaitu penderita sebagai variabel case (pasien yang sudah didiagnosa menderita kanker paru) sebanyak 46 orang dan bukan penderita sebagai variabel control (keluarga terdekat yang tinggal bersama pasien dalam kurun waktu satu tahun) sebanyak 92 orang. Berikut ditampilkan hasil ringkasan penelitian “Analisis Statistik terhadap Penyebab Penyakit Kanker Paru oleh Bahan Karsinogenik” :

4.1.1 Analisis Deskriptif Kelompok Case

Hasil analisis deskriptif untuk penderita kanker paru (kelompok case):

a. Umur penderita kanker paru yang tercatat dalam penelitian ini kebanyakan berusia 42 tahun keatas sebesar 87%.

b. Suku Jawa asli paling banyak mendominasi pasien kanker paru di RSUD Dr. Soetomo sebesar 91.1%

c. Sebagian besar memiliki berat badan kurang dari 55 kg sebesar 73.9%

d. Tinggi badan paling banyak pada kisaran kurang dari 165 cm sebesar 71.7%

e. Sebagian besar sebelum menderita kanker paru mereka memiliki pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan formal seperti buruh bangunan, buruh ekspedisi, buruh tani, tukang becak, dan wiraswasta sebesar 65.2%

f. Jenjang pendidikan yang paling banyak ditempuh SD sampai SMP sebesar 84.8%

g. Pada umumnya penderita berstatus sudah pernah menikah sebesar 95.7%

h. Penderita kanker paru menjawab terpapar asap rokok sebanyak 89.1%

i. Penderita yang menjawab terpapar dengan pestisida, insektisida, dan herbisida sebesar 30.4%

j. Bertempat tinggal di dekat daerah industri sebesar 45.7% k. Sering kena debu dan asap kendaraan bermotor sebesar 89.1% l. Pekerjaan berhubungan dengan asap sebesar 41.3%

m. Kebanyakan penderita pernah menghisap rokok sebesar 67.4% n. Lama merokok diatas 18 tahun sebesar 63%, fakta tersebut

menunjukkan kanker paru tidak muncul setahun-dua tahun setelah merokok tetapi bisa 15-20 tahun mendatang.

o. Pertama kali merokok pada usia tujuh belas tahun ke atas sebesar 41.3%

p. Setiap hari menghabiskan rokok antara 10 sampai dengan 20 batang sebesar 45.65%

q. Jenis rokok yang disukai kretek sebesar 30.4%

r. Memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan/minuman berpengawet sebesar 84.8%

s. Memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan mengandung arang misalnya ayam bakar, ikan bakar, dan sate sebesar 39.13%

4.1.2 Analisis Deskriptif Kelompok Control

Hasil analisis deskriptif bukan penderita kanker paru (kelompok control) yaitu :

a. Paling banyak berumur kurang dari 42 tahun sebesar 65.2% b. Berasal dari suku Jawa sebesar 87%

c. Memiliki berat badan diatas 55 kg sebesar 64.1% d. Memiliki tinggi diatas 165 cm sebesar 60.9%

e. Pekerjaan yang dimiliki membutuhkan pendidikan formal seperti teknisi, guru, dan swasta sebesar 50%

f. Jenjang pendidikan yang paling banyak ditempuh SMU sampai dengan Perguruan Tinggi sebesar 71.7%

g. Semua variabel control sudah pernah menikah sebesar 100% h. Terpapar dengan asap rokok sebesar 40 %

i. Terpapar dengan pestisida, insektisida, dan herbisida sebesar 2.2%

j. Bertempat tinggal di dekat daerah industri sebesar 17.4% k. Sering kena debu dan asap kendaraan bermotor sebesar 85.9% l. Pekerjaan berhubungan dengan asap sebesar 6.5%

m. Pernah menghisap rokok sebesar 47.8%

n. Lama merokok kurang dari 18 tahun sebesar 56.5%

o. Pertama merokok usia kurang dari tujuh belas tahun sebesar 30.43%

p. Setiap hari menghabiskan rokok kurang dari 10 batang rokok sebesar 40.22%

q. Jenis rokok yang disukai filter sebesar 38%

r. Suka mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung pengawet dan pewarna sebesar 59.8%

s. Suka mengkonsumsi makanan yang mengandung arang sebesar 39.13%

L

ingkun

(9)

4.2 Uji Independensi Variabel Bebas dengan Variabel Tak Bebas Sebelum dilakukan analisis regresi logistik terlebih dahulu ditetapkan mana variabel bebas yang ada hubungan dengan variabel tak bebas. Variabel bebas (prediktor) adalah variabel yang mempengaruhi Y (kasus), sedangkan variabel tak bebas (respon) adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung dari variabel bebas X (faktor yang mempengaruhi kanker paru).

Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas

H1 : Ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas Tingkat kesalahan untuk menolak Ho atau

α

sebesar 10%, sehingga kriteria penolakan Ho p_value < 0.1. Hasil pengujian Pearson Chisquare sebagai berikut :

Tabel 4.1 Uji Independensi Variabel X dengan Variabel Y

Variabel Pearson

Chisquare df p_value Keputusan Keterangan

X9 26.363 1 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X10 23.895 1 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X11 12.482 1 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X12 0.288 1 0.592 Terima Ho Tidak ada

hubungan

X13 25.011 1 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X14 4.731 1 0.030 Tolak Ho Ada hubungan

X15 4.696 1 0.030 Tolak Ho Ada hubungan

X16 9.686 2 0.008 Tolak Ho Ada hubungan

X17 41.392 3 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X18 28.584 3 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X19 8.825 1 0.000 Tolak Ho Ada hubungan

X20 7.038 1 0.008 Tolak Ho Ada hubungan

Keterangan

X9 :Terpapar dengan asap rokok

X10 :Terpapar dengan pestisida, insektisida, herbisida X11 :Bertempat tinggal di daerah industri

X12 :Sering kena debu dan asap kendaraan bermotor X13 :Pekerjaan berhubungan dengan asap

X14 :Pernah menghisap rokok

X15 :Lama merokok

X16 :Pertama merokok X17 :Batang rokok X18 :Jenis rokok

X19 :Makanan/minuman berpewarna dan berpengawet X20 :Makanan mengandung arang

Y :Kasus

Jadi yang tidak memiliki hubungan dengan variabel kasus (Y) adalah sering kena debu dan asap kendaraan bermotor terpapar dengan (X12). Secara logika variabel X12 (sering kena debu dan asap kendaraan bermotor) seharusnya memiliki hubungan dengan kanker paru tapi pada kenyataannya dalam penelitian ini tidak saling berhubungan karena debu dan asap kendaraan bermotor yang dihirup masih dalam ambang batas yang wajar. Ada faktor tertentu yang dicurigai sebagai penyebab kanker paru meliputi asap rokok (X9), terpapar dengan pestisida, insektisida, herbisida (X10), bertempat tinggal di daerah industri (X11), pekerjaan berhubungan dengan asap (X13), pernah menghisap rokok (X14), lama merokok (X15), pertama merokok (X16), batang rokok (X17), jenis rokok (X18), makanan/minuman mengandung zat pewarna dan pengawet (X19), dan makanan mengandung zat arang (X20). Pada pengujian independensi ini jika variabel yang dicurigai ada hubungan maka dapat dilanjutkan pada analisis regresi logistik.

4.3 Analisis Regresi Logistik Univariat

Analisis regresi logistik univariat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas dengan variabel tak bebas. Langkah awal yang dilakukan yaitu menaksir parameter untuk tiap-tiap variabel bebas dalam model tunggal. 4.3.1 Terpapar Asap Rokok dengan Variabel Respon Kasus

Variabel independen dan dependen dikoding terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis regresi logistik. Berikut adalah hasil koding dari software SPSS :

Tabel 4.2 Kode dari Variabel Dependen

Tabel 4.3 Kode dari Variabel Independen X9 Variabel Independen Kode Parameter (1)

X9 Ya 1

Tidak 0

Uji parameter pengaruh asap rokok dengan kasus yaitu : Hipotesis

H0 :

β

x9 = 0, variabel terpapar asap rokok tidak berpengaruh terhadap variabel kasus kanker paru

H1 :

β

x9

0, variabel terpapar asap rokok berpengaruh terhadap variabel kasus kanker paru

Tingkat kesalahan untuk menolak Ho atau α sebesar 10%, sehingga kriteria penolakan Ho jika nilai uji W >

) 2 1 (−α

Z

atau p_value <α.

Tabel 4.4 Hasil Uji Parsial Variabel X9

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

X9(1) 2.366 0.518 20.848 1 0.000 10.660

Constant -2.342 0.468 25.015 1 0.000 0.096

Nilai uji W =

Wald

sebesar 4.566>1.645 atau p_value 0.000<0.1, maka keputusan yang diambil adalah tolak H0 artinya variabel terpapar asap rokok mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kasus kanker paru (Y). Model logit yang dihasilkan sebagai berikut :

)

(

ˆ x

g

= -2.342+2.366 X9 (1) a. Terpapar asap rokok

Fungsi probabilitas yang dihasilkan adalah

) 1 ( 366 . 2 342 . 2 ) 1 ( 366 . 2 342 . 2

1

)

1

(

+ + −

+

=

e

e

π

=0.506

Maka seseorang yang terpapar asap rokok berpeluang menderita kanker paru sebesar 0.506 artinya dari seribu orang yang terpapar asap rokok akan menderita kanker paru sebanyak 506 orang. b. Tidak terpapar asap rokok

Fungsi probabilitas yang dihasilkan adalah

) 0 ( 366 . 2 342 . 2 ) 0 ( 366 . 2 342 . 2

1

)

0

(

+ + −

+

=

e

e

π

= 0.088

Maka seseorang yang tidak terpapar asap rokok berpeluang menderita kanker paru sebesar 0.088 artinya dari seribu orang yang tidak terpapar asap rokok akan menderita kanker paru sebanyak 88 orang.

4.3.2 Terpapar Pestisida, Insektisida, Herbisida Dengan Variabel Respon Kasus

Tabel 4.6 Kode dari Variabel Independen X10

Variabel Independen Kode Parameter (1)

X10 Ya 1

Tidak 0

Uji parameter pengaruh pestisida, insektisida, herbisida dengan kasus yaitu :

Hipotesis

H0 :

β

x10 = 0, variabel terpapar dengan pestisida, insektisida, herbisida tidak berpengaruh terhadap variabel kasus kanker paru

Variabel Dependen Kode Bukan penderita 0

Penderita 1

Berikut adalah hasil koding dari software SPSS : Tabel 4.5 Kode dari Variabel Dependen

Variabel Dependen Kode

Bukan penderita 0

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa data uji HA cepat terhadap cairan alantois dari inokulasi langsung pada perlakuan klorinasi telur bersih dan telur kotor bervirus dengan menggunakan

Konsep consumer equilibrium dalam ekonomi konvensional yang digambarkan dengan budget line dan kurva indeferen , dapat digunakan untuk menggambar- kan maksud surat al-Furqan

Berdasarkan pembahasan masing- masing dari 3 indikator pada variabel Y1 dapat dilihat bahwa peranan organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dalam menumbuhkan sikap

Permasalahan dalam penelitian pustaka ini adalah untuk mengetahui dan mendata persoalan-persoalan apa raja (baik persoalan akademis maupun administrasi) yang dialami oleh

Misalnya tidak ditemukan kasus yang relevan dengan sistem pembakaran injeksi, maka HDOs bisa mencoba untuk mengganti sistem pembakaran tersebut dengan sistem pembakaran

Berdasarkan kriteria tersebut, maka pelayanan jasa pendidikan yang dapat berkualitas adalah ketika pelanggan tersebut memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi karena

[r]

Variabel Bebas Penelitian ialah Orang Baduy Dalam (OBD), Orang Baduy Luar, dan Suku Sunda Sekitarnya (SSS) yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian,