• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PERMESINAN DI SMK NEGERI 2 SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PERMESINAN DI SMK NEGERI 2 SRAGEN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PERMESINAN

DI SMK NEGERI 2 SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Oleh : RAMLAN BASUKI NIM : Q. 100 100 178

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PERMESINAN DI SMK NEGERI 2 SRAGEN

Oleh: RAMLAN BASUKI

ABSTRACT

Ramlan Basuki. Q. 100 100 178. Learning management machinery at SMK Negeri 2 Sragen. Thesis. Education Management. Graduate Program. Muhammadiyah University of Surakarta. 2012.

The purpose of this study were (1) to describe the characteristics of the activities of students and teachers in the learning machinery. (2) to describe the characteristics of the use of visual aids in teaching engineering. And (3) to describe the characteristics of the classroom setting in the learning machinery.

This type of research is a qualitative research design with ethnographic research. Investigator shot in SMK Negeri 2 Sragen. Techniques of data collection is done by observation, in-depth interviews, and observation. Analysis of data using the method of ethnographic analysis.

This research resulted in: (1) The engineering students in learning theory, beginning with preparing stationery and books machining theory. Student activities depending on the activity of learning and teaching methods that teachers use. The usual method is teacher lecture method, demonstration method and cooperative methods. (2) The use of visual aids in teaching the theory of machining include: white board, multi-media, media images, overhead projector, LCD, print media, sample results of the theory of learning practices. For multimedia props overhead projector and LCD for a limited number, then the use is governed by the chairman of the machining program. (3) Space learning theory classroom program machining using machining expertise, except where the teacher wanted a change. Drafting tables and chairs laid out with a model student class, the teacher's desk is positioned in front of the student desk. Machining theory of learning space equipped with a range of samples as a result of the practice of instructional media and place it in the cupboard practices. Keywords : activities of students and teachers, teaching aids, classroom setting,

machining

PENDAHULUAN

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan pesertanya memasuki dunia kerja atau lebih mampu bekerja pada bidang

(4)

yang mempersiapkan perserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja. Dengan demikian salah satu kata kunci dalam pendidikan kejuruan adalah relevansi, yang dapat diterjemahkan sebagai kesesuaian bekal yang dipelajari dengan tuntutan dunia kerja. Kesesuaian dalam kaitan itu harus dimaknai jenis maupun kualitasnya. Artinya apa yang dipelajari siswa harus sesuai jenisnya maupun tingkatannya dengan lapangan kerja yang akan dimasuki lulusan. SMK merupakan salah satu jenis pendidikan kejuruan yang tentunya terikat oleh paradigma tersebut di atas.

Konsekuensi dari paradigma pengembangan SMK tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan dunia kerja. Karena secara prinsip SMK merupakan lembaga pendidikan yang diarahkan pada penyerapan lulusan dalam dunia usaha maupun dunia industri, dengan demikian dalam melaksanakan pendidikan SMK harus terikat erat dengan dunia kerja, dengan menerapkan prinsip demand

driven. Adanya prinsip tersebut diharapkan pelaksanaan pendidikan di SMK

benar-benar sesuai dengan permintaan dunia kerja. Prinsip demand driven (ketrampilan 2020) yang kini diikuti oleh SMK merupakan konsekuensi logis pemikiran tersebut, sehingga perlu diikuti dengan langkah-langkah nyata (Muhardiansyah, 2010: 15).

Program pendidikan (termasuk SMK) dalam pelaksanaanya sering timbul permasalahan oleh sebab adanya time gap cukup lama antara saat pendidikan dirancang dengan munculnya lulusan, apalagi lulusannya memasuki dunia kerja. Sementara itu perkembangan teknologi yang demikian cepat menyebabkan terjadinya perubahan pola kerja yang juga cepat. Persoalan lain yang dihadapi oleh lembaga pendidikan dewasa ini terutama bila dikaitkan dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai vocational education, maka persoalan yang dihadapi akan semakin pelik dan kompleks terutama bila mengacu konsep pendidikan kejuruan itu sendiri. Untuk itu pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan

(5)

keterampilan (Hamalik, 2004: 24).

Program kejuruan pada sekolah-sekolah menengah umumnya mencakup bidang pelayanan (area service) dalam spektrum yang luas, akan tetapi program-program sekolah kejuruan sekarang harus dapat menyediakan program-program yang lebih baik daripada sekolah kejuruan maupun sekolah-sekolah khusus. Program-program yang ada, dan yang direncanakan untuk masa depan tanpa memandang jenis sekolah, harus didasarkan pada pertimbangan yang seksama secara cermat tentang kecenderungan (trend) dalam masyarakat di masa yang akan datang.

Salah satu program yang dilaksanakan oleh SMK adalah program keahlian teknik permesinan. Program Keahlian Teknik Permesinan merupakan program keahlian yang bergerak dalam bidang produksi, dengan mesin bubut, mesin frais, dan mesin skrap sebagai peralatan utama dalam pelaksanaan praktik. Pada program keahlian secara khusus bertujuan membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten untuk: Bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada didunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah dalam bidang Teknik Permesinan atau memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang Teknik Permesinan (Rahmadi, 2010: 1).

Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pembelajaran teknik permesinan siswa tidak hanya diberikan teori, tetapi siswa lebih banyak melakukan praktik di laboratorium dan melakukan praktek kerja lapangan. Proses pembelajaran melalui praktikum di laboratorium yang dilakukan oleh siswa merupakan perwujudan dari suatu teori dalam bentuk kerja nyata, atau melaksanakan suatu pekerjaan yang dilandasi oleh suatu teori tertentu. Di sekolah, praktikum dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan latihan kerja bagi subjek didik. Melalui praktikum, subjek didik akan memperoleh pengalaman dalam bekerja serta dapat melihat hubungan antara teori dan empirik.

(6)

Kegiatan pembelajaran praktik pada program keahlian teknik permesinan akan memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dalam teori. Secara umum aspek-aspek yang diperhatikan dalam kegiatan praktik adalah: tahapan persiapan/pemahaman tujuan praktik, metode praktik, analisis temuan-temuan praktik serta evaluasi hasil praktik. Tahapan-tahapan tersebut menjadi acuan siswa dalam melakukan praktikum pada suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu dilaksanakan sistem blok dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan. Selain itu berbagai peralatan praktik yang harus dikuasai peserta didik program keahlian teknik permesinan antara lain: mesin bubut, mesin frais, mesin scraf, mesin gerinda, mesin bor, alat-alat pengelasan, mesin CNS, dan berbagai peralatan kerja bangku, yang kesemuanya harus dapat digunanakan untuk menunjang ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

Semua peralatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut harus disusun dengan baik dengan tetep memperhatikan keselamatan kerja dan kenyamanan belajar. Berdasarkan standar sarana dan prasarana pembelajaran setidaknya pada ruang praktik program keahlian teknik permesinan dapat difungsikan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran: pekerjaan logam dasar, pengukuran dan pengujian logam, membubut lurus, bertingkat, tirus, ulir luar dan dalam, memfrais lurus, bertingkat, roda gigi, menggerinda-alat, dan pengepasan/pemasangan komponen dengan luas minimum ruang praktik Program Keahlian Teknik Permesinan adalah 288 (Muslikh, 2008: 105).

Dari uraian di atas, maka perlu adanya pengelolaan yang baik agar lulusan SMK Negeri 2 Sragen dapat terserap di pasar kerja, pengelolaan tersebut meliputi kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran, setting kelas dalam pembelajaran, dan penggunaan alat peraga dalam penelitian yang berjudul: Pengelolaan Pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen.

Berkaitan dengan permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan pembelajaran permesinan?, yang terbagi dalam sub fokus sebagai berikut: (1) bagaimana kegiatan siswa dan guru dalam

(7)

pembelajaran permesinan di SMK Negeri 2 Sragen? (2) bagaimana penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen? (3) bagaimana setting kelas dalam pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen?

Sesuai dengan fokus penelitian dan sub fokus penelitian tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian untuk: (1) Mendeskripsikan kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen. (2) Mendeskripsikan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran permesinan di SMK Negeri 2 Sragen. (3) Mendeskripsikan setting kelas dalam pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian adalah desain etnografi. Menurut Harsono (2011: 20) etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial, peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri 2 Sragen, yang beralamat di Jl. Dr Sutomo No.4, Sragen dipilihnya lokasi tersebut dengan alasan bahwa SMK Negeri 2 Sragen merupakan sekolah kejuruan teknik mesin terlama di Kabupaten Sragen (dahulu STM) yang memiliki sarana dan prasarana teknik pemesinan sesuai dengan standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan. Selain itu pembelajaran teknik pemesinan diarahkan pada praktik hasil produksi melalui kerja bangku, mesin-mesin produksi dan pemrograman dengan menggunakan mesin CNC.

Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi: peristiwa atau aktivitas, dalam penelitian ini berupa, proses penyusunan RPP, proses pembelajaran, dan proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang sedang berlangsung di SMK Negeri 2 Sragen.

(8)

Dokumen dan arsip, dalam penelitian ini berupa: program tahunan, program semester, kalender pendidikan, kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan foto-foto tentang peristiwa yang terjadi di SMK Negeri 2 Sragen.

Nara sumber dalam penelitian ini meliputi satu guru teknik mesin, satu guru teknik bangunan, dan satu guru BK/BP. Dari informan tersebut nantinya diharapkan dapat diperoleh data tentang kegiatan siswa, kegiatan guru dalam pembelajaran pemesinan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data tertata dalam situs untuk deskripsi. Sebuah matriks deskriptif yang tertata menurut situs berisi data deskriptif tingkat pertama dari semua situs, tetapi situs ditata menurut variabel utama yang sedang diuji, sehingga orang dapat melihat perbedaan antara situs-situs tinggi, sedang dan rendah. Jadi matriks tersebut meletakkan data dasar di satu tempat bagi variabel besar, melintas ke seluruh situs (Miles dan Huberman, 2007: 295).

Triangulasi dalam pengujian keabsahan data disini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam kegiatan penelitian ini, untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dipergunakan (Sutopo, 2005: 78): triangulasi sumber, triangulasi teklnik, dan triangulasi data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan berkaitan dengan karakteristik kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran permesinan di SMK Negeri 2 Sragen meliputi: kegiatan siswa pada pembelajaran teori permesinan, diawali dengan kegiatan mempersiapkan alat tulis, dan buku teori permesinan

(9)

yang telah dimiliki oleh masing-masing siswa. Kegiatan siswa dalam pembelajaran teori permesinan tergantung dari aktivitas pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pembelajaran teori permesinan yang diberikan oleh guru dengan menggunakan metode demonstrasi, siswa mengamati, mencatat hal-hal yang penting, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Apabila ada tugas yang diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya, siswa telah terbiasa untuk mengumupulkan tugas sebelum guru datang.

Siswa menanyakan berbagai permasalahan yang belum jelas kepada guru, setiap akhir pembelaran permesinan. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Kegiatan siswa pada pembelajaran praktik permesinan diawali dengan persiapan siswa mengenakan pakaian kerja, menyiapkan modul, dan menyiapkan alat dan bahan praktik. Siswa memperhatikan instruksi kerja dan keselamatan kerja yang disampaikan oleh guru kemudian melaksanakan praktik sesuai dengan tugas masing-masing. Kegiatan siwa praktik dibagi dalam beberapa kelompok diantaranya, praktik kerja bangku, praktik mesin bubut, praktik mesin bor, praktik mesin frais, dan praktik pengelasan. Siswa menyerahkan dan memeriksakan hasil praktik kepada guru dan hasil praktik yang salah akan diulang oleh siswa hingga hasil praktik memenuhi persyaratan.

Selesai praktik, siswa merapikan alat, membersihkan tempat kerja dan mengembalikan peralatan ke tampat yang telah ditentukan. Mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum mengawali pembelajaran permesinan yang berisi kurikulum, silabus dan RPP. Mempersiapkan sumber bahan ajar dan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi kepada siswa. Menyampaikan inti pembelajaran dengan menggunakan metode dan alat peraga sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

(10)

Untuk menghidupkan suasana pembelajaran teori, guru memberikan berbagai contoh terkait dengan pembelajaran dengan tujuan memberikan penjelasan kepada siswa yang belum memahami inti pembelajaran. Merencanakan dan melaksanakan tindak lanjut pembelajaran berupa remidial dan pengayaan dengan memberikan tugas dan tes pada akhir pembelajaran. Pada pembelajaran praktik, guru memberikan instruksi langkah kerja dan keselamatan kerja, membagi tugas praktik kepada siswa, dan mengawasi pelaksanaan praktik. Guru memberikan pelayanan kepada siswa dan memberikan bimbingan bagi siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan praktik. Guru memeriksa, memberi petunjuk dan menilai proses pembelajaran praktik serta hasil praktik.

Aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran permesinan dikelola oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik, melalui aktivitas siswa dan guru, maka hubungan mengajad dan belajar antara peserta didik dan guru akan terjadi secara harmonis. Tugas dan tanggung jawab utama seorang pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara guru dan peserta didik. Dengan demikian adanya aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran permesinan, merupakan sebuah proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 1) menyatakan bahwa: Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pengajaran yang baik.

Kegiatan guru dalam pembelajaran permesinan tidak lepas dari tujuan kurikulum yang telah ditetapkan yang dikembangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Demikian pula dengan metode pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh guru serta bahan ajar dalam menunjang

(11)

aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, tidak lepas dari pencapaian tujuan kurikulum. Dengan demikian aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran permesinan merupakan kegiatan untuk mencapai kurikulum permesinan. Aktivitas Guru dalam pembelajaran permesinan ditekankan pada upaya-upaya agar siswa menguasai pengetahan dan ketrampilan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siwa dan guru dalam pembelajaran permesinan merupakan aktivitas berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan kurikulum. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Russel (2007), yang menyimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran memerlukan kurikulum yang direncanakan dengan baik. Kurikulum dibuat untuk menciptakan kebebasan yang lebih banyak terhadap sekolah untuk memastikan seberapa kemampuan dasar murid dalam menguasai materi. Tingkat kurikulum seharusnya ditingkatkan untuk mendapatkan perubahan dunia secara cepat dan tingkat kemudahan guru untuk mengajar sehingga murid-murid tertarik mendapatkan keinginan yang besar untuk belajar. Kurikulum yang dikembangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen

Hasil penelitian tentang karakteristik penggunaan alat peraga dalam pembelajaran permesinan di SMK Negeri 2 Sragen diperoleh hasil meliputi: alat peraga pada pembelajaran teori permesinan yang digunakan oleh guru berupa white board, multi media, media gambar, OHP proyektor, media cetak, simple hasil praktik. White board, multi media, media gambar, OHP proyektor, dan LCD banyak digunakan pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Media cetak banyak digunakan guru pada saat pembelajaran teori dengan metode kooperatif dan diskusi.

(12)

Alat peraga pembelajaran teori permesinan berupa multimedia OHP proyektor dan LCD jumlahnya terbatas, sehingga dalam penggunaannya diatur oleh ketua program permesinan. Penggunaan alat peraga dalam teori pembelajaran tidak selalu digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran teori permesinan. Alat peraga pembelajaran praktik ditempatkan pada ruang praktik permesinan: gerinda Tangan, Hand Rivet, Jangka Bengkok, jangka geser, Jangka Kaki, Mesin Bor, Mesin Bubut, Mesin Fris tegak, Mesin Fris Universal, Mesin Gerenda, Mesin Gergaji, Mesin skrap, Mestar Baja (1 m), Mikrometer, Tangkai Snei, Tangkai Tap, Tap M 10 x 1,5, Tap M 10 x 1,25, Sney M 10, Squitmatch, Generator Asitilin, Gunting Tangan Lurus, Ragum, Regulator, Trafo Diesel, dan Trafo Las Listrik.

Alat peraga praktik permesinan digunakan sebagai alat peraga pembelajaran praktik di laboratorium permesinan. Penggunaan alat peraga disesuaikan dengan materi pembelalajaran yang telah dirancang guru dalam RPP. Guru menggunakan alat peraga untuk mendemostrasikan cara kerja dan menjelaskan langkah-langkah kerja. Penggunaan alat peraga diatur oleh ketua program permesinan dalam tata tertib, dan dicatat dalam buku penggunaan alat.

Dengan demikian melalui alat peraga yang digunakan oleh guru, guru berharap agar motivasi belajar siswa dapat meningkat karane peraga dapat merangsang tumbuhnya perhatian serta mengembangkan keterampilan, melalui alat peraga Guru dapat memfokuskan perhatian siswa, Guru dapat menggunakan peraga dengan melihat benda yang sesungguhnya di luar kelas atau dalam kelas. Selain itu guru dapat menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan kehidupan nyata dalam rangka meningkatkan daya antusias siswa terhadap materi pelajaran, dan dapat membuat seluruh momen dalam kelas hidup dan berubah dari waktu ke waktu, pendidikan dapat membangun pertanyaan dengan dukungan alat yang ada di tangan, alat peraga membuat siswa menjadi lebih aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena siswa tidak sekedar mengingat dan mendengarkan, namun mengembangkan pikirannya

(13)

dengan fakta, sehingga interaksi antar siswa dalam kelas sehingga transformasi belajar dapat berkembang dinamis.

Penggunaan alat peraga khususnya alat peraga dalam pembelajaran praktik, memungkinkan siswa dapat melakukan praktik sesuai dengan langkah-langkah yang benar, dan siswa lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Deal (2006), yang menyimpulkan bahwa pembelajaran secara bertahap memungkinkan siswa dapat memahami apa yang diajarkan oleh guru. Dengan mempraktekkan apa yang dijelaskan dalam kelas mendukung siswa untuk lebih memahami dan menimbulkan kesan yang dalam dari apa yang dikerjakan, sehingga dengan melakukan praktik siswa memiliki kecenderungan lebih memahami apa yang diajarkan oleh guru.

Setting Kelas dalam Pembelajaran Permesinan di SMK Negeri 2 Sragen

Hasil penelitian tentang karakteristik setting kelas dalam pembelajaran permesinan di SMK Negeri 2 Sragen diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang meliputi: ruang teori pembelajaran permesinan menggunakan ruang kelas program keahlian permesinan, terkecuali bila guru menghendaki perubahan. Penyusunan meja dan kursi siswa ditata dengan model kelas, dengan meja guru diposisikan di depan meja siswa namun dapat disesuaikan dengan keingian guru. Ruang teori permesinan dilengkapi dengan berbagai simpel hasil praktek sebagai media pembelajaran dan tempatkan pada almari hasil praktik.

Ruang praktik permesinan terbagi dalam beberapa ruang diantaranya: area kerja bangku, ruang pengukuran dan pengujian logam, area kerja mesin bubut, area kerja mesin frais, area kerja mesin gerinda, mesin bor, ruangkerja pengepasan, ruang penyimpanan dan ruang instruktur. Setiap ruang praktik memiliki sarana sesuai dengan fungsi masing-masing terdiri dari perabot, peralatan, media pembelajaran, dan perlengkapan lain.

(14)

Penyusunan mesin-mesin produksi (mesin bubut, mesin frais, mesin gerinda, mesin bor) ditempatkan secara permanen. Penyusunan alat-alat bergerak (alat pengukuran, pahat, mata bor, mata gerenda dll) ditempatkan pada almari alat pada ruang masing-masing. Penataan mesin-mesin produksi mempertimbangkan efisiensi kerja dan keselamatan kerja. Mesin-mesin Ruang praktik ditempatkan terpisah dengan ruang teori, sehingga kenyamanan belajar tidak terganggu oleh kegiatan praktik.

Tata letak mesin dikelompokkan berdasarkan jenis mesin bubut, frais, gerinda, ruang pengukuran, ruang instruktur dan peralatan, ruang CNC, dan area kerja bangku. Penataan mesin ditata berjajar menyudut dengan jarak antara mesin satu dengan mesin lainnya 120 cm, mesin bor dan mesin gerenda ditempatkan di tepi ruang berdekatan dengan jendela.

Dengan demikian jelas bahwa inti penataan ruang kelas untuk menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Tujuan penataan ruang kelas adalah untuk memberdayakan potensi kelas seoptimal mungkin guna menunjang terciptanya proses belajar mengajar yang lancar, efektif dan efesien agar siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Penataan ruang kelas yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran teori maupun praktik merupakan kegiatan penataan ruang dan isinya agar pembelajaran lebih efektif dan efisien, melalui penataan yang sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan, maka siswa akan lebih memahami terhadap pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Demikian pula dengan pengaturan ruang praktik yang dibuat secara berkelompok, memungkinkan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Rassuli (2005) yang menyimpulkan bahwa guru dapat melakukan berbagai langkah untuk mengefektifkan pembelajaran diantaranya dengan melakukan penataan ruang belajar, dan menerapkan metode pembelajaran. Siswa terlihat lebih memiliki pemahaman terhadap apa yang disampaikan oleh guru bila guru mampu mengatur tempat duduk siswa,

(15)

dan menerapkan metode yang tepat. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa pembelajaran praktek secara berkelompok dapat mengefektifkan proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi hasil belajar.

SIMPULAN

Kegiatan siswa dalam pembelajaran teori permesinan, diawali dengan mempersiapkan alat tulis dan buku teori permesinan. Kegiatan siswa tergantung dari aktivitas pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan guru. Metode yang biasa digunakan guru adalah metode ceramah, metode demonstrasi dan metode kooperatif. Siswa menanyakan berbagai permasalahan yang belum jelas kepada guru setiap akhir pembelajaran teori permesinan. Kegiatan siswa dalam pembelajaran praktik permesinan, diawali dengan persiapan siswa mengenakan pakaian kerja, mempersiapkan alat dan bahan praktik. Sebelum melakukan praktik siswa mempelajari modul, persyaratan kerja, langkah kerja dan keselamatan kerja. Kegiatan praktik siswa antara lain: praktik kerja bangku, praktik mesin bubut, praktik mesin bor, praktik mesin frais, dan praktik pengelasan. Siswa merapikan alat, membersihkan tempat kerja dan mengembalikan peralatan ke tampat yang telah ditentukan setelah selesai praktik.

Kegiatan guru dalam pembelajaran teori diawali dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran, sumber bahan ajar dan alat peraga, selain itu guru juga memperhatikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Di dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan apersepsi, dilanjutkan dengan menyampaikan inti pembelajaran dan diakhiri dengan melaksanakan tindak lanjut pembelajaran berupa remidial dan pengayaan. Pada pembelajaran praktik, guru memberikan instruksi langkah kerja dan keselamatan kerja. Guru memberikan pelayanan kepada siswa dan memberikan bimbingan bagi siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan praktik. Di akhir pembelajaran guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran praktik.

(16)

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran teori permesinan antara lain: white board, multi media, media gambar, overhead projector, LCD, media cetak, sample hasil praktik pembelajaran teori. Untuk alat peraga multimedia overhead projector dan LCD karena jumlahnya terbatas, maka dalam penggunaannya diatur oleh ketua program permesinan. Penggunaan alat peraga tidak selalu digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran.

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran praktik permesinan antara lain: gerinda tangan, hand rivet, jangka bengkok, jangka geser, jangka kaki, mesin bor, mesin bubut, mesin fris tegak, mesin fris universal, mesin gerenda, mesin gergaji, mesin skrap, mestar baja (1 m), mikrometer, tangkai snei, tangkai tap, sney 10 m, squitmatch, generator asitilin, gunting tangan lurus, ragum, regulator, trafo diesel, dan trafo las listrik. Penggunaan alat peraga praktik permesinan digunakan di laboratorium permesinan. Penggunaan alat peraga diatur oleh ketua program permesinan yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang telah dirancang guru dalam RPP dan telah diatur dalam tata tertib.

Ruang pembelajaran teori permesinan menggunakan ruang kelas program keahlian permesinan, terkecuali bila guru menghendaki perubahan. Penyusunan meja dan kursi siswa ditata dengan model kelas, dengan meja guru diposisikan di depan meja siswa. Ruang pembelajaran teori permesinan dilengkapi dengan berbagai sampel hasil praktek sebagai media pembelajaran dan tempatkan pada almari hasil praktik. Ruang pembelajaran praktik permesinan terbagi dalam beberapa ruang diantaranya: area kerja bangku, ruang pengukuran dan pengujian logam, area kerja mesin bubut, area kerja mesin frais, area kerja mesin gerinda, mesin bor, ruang kerja pengepasan, dan ruang penyimpanan instruktur. Setiap ruang praktik memiliki sarana sesuai dengan fungsi masing-masing terdiri dari perabot, peralatan, media pembelajaran, dan perlengkapan lain. Penataan mesin-mesin produksi ditata berjajar menyudut dengan jarak antara mesin satu dengan mesin lainnya 120 cm dengan mempertimbangkan efisiensi kerja dan keselamatan kerja.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Deal, Debby; C. Stephen White. 2006. “Voices From The Classroom: Literacy Beliefs and Practices of Two Novice Elementary Teachers”. Journal of

Research in Childhood Education. Volume 20 Number 4: 313-329.

Hamalik, Oemar. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif.

Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Miles B. dan A.M. Huberman. 2007. Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of

New Methods. London New Delhi: Sage Publications.

Muhardiansyah, Doni; Aida R. Zulaiha; Wahyu D. Susilo; Annisa Nugrahani; Sulistyanto; Fahrania I. Rosalba; Bariroh Barid; IGA Nyoman Lia O. 2010.

Inovasi dalam Sistem Pendidikan Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan

Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rahmadi, Sri. 2010. Progrram Teknik Pemesinan. Tersedia: http://drsoetomo.yspt.net.

Rassuli, Ali; John P Manzer. 2005. “Teach Us to Learn: Multivariate Analysis of Perception of Success in Team Learning”. Journal of Education for

Business, Academic Research Library. Volume 81 Number 1: 21-27.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Russel, Vivienne. 2007. “Plans for Slimmer, more Flexible Curriculum Welcomed”. Public Finance, Academic Research Library. pg. 11.

Sutopo. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Referensi

Dokumen terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Mahasiswa dapat mengetahui tentang handsaking dan protocol, mengenal mengenai bus antarmuka terhadap antarmuka komputer, dan motedo komunikasi secara. Asynchronous

[r]

8 Tahun 1999 Pasal 8 huruf (f) tentang Perlindungan Konsumen terhadap praktik jual beli menggunakan OVO di merchant rekanan OVO Kota Surabaya, tidak sesuai dengan

Hasil Penelitian ini adalah (1) Nilai pendidikan karakter dalam membentuk akhlakul karimah siswa SDIT Al Muhajirin Sawangan Magelang diberikan dalam bentuk terinegrasi dalam

Sedangkan, Nilai terbesar dari obese diperoleh oleh pola konsumsi buah 1 hingga 3 kali seminggu persentase 80 persen.. SIMPULAN

Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan bekatul, kadar serat pada tempe dengan penambah- an bekatul semakin tinggi, sehingga tempe yang dihasilkan kaya akan serat

SIMULASI SISTEM VIRTUAL SCADA PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR JENIS PRESSURIZED WATER REACTOR.. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu