• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Magelang. Sacara geografis, SMA Negeri 4 Magelang terletak pada 07º 29’ 25” LS dan 110º 12’ 29” BT. Secara administratif SMA Negeri 4 Magelang terletak di Jalan Panembahan Senopati No. 42/47 Jurangombo Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang dengan luas tanah 20.006 m² dengan keliling 737 m. Beberapa ruangan yang dimiliki SMA Negeri 4 Magelang pada Tabel 4.1.

Sejarah SMA Negeri 4 Magelang bermula dari didirikannya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Magelang yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 0426/O/1991 dan mulai beroperasi dan meluluskan pada tahun ajaran 1992-1993. Pada tahun 1994, SPG Negeri Magelang dijadikan SMA Negeri 4 Magelang hingga saat ini.

SMA Negeri 4 Magelang dikelilingi permukiman penduduk dan merupakan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Lokasi SMA Negeri 4 Magelang yang berada di perkotaan dengan fasilitas sekolah yang mendukung membuat suasana kegiatan belajar lebih efektif dan inovatif. Lokasi SMA Negeri 4 Magelang cukup strategis dan memiliki aksesibilitas yang mudah karena letaknya yang berada di pinggir jalan raya. Selain itu banyak kendaraan umum yang melewati sekolah memudahkan peserta didk atau guru untuk mencapai sekolah. Meskipun letaknya berada di perkotaan dan mudah dijangkau, lokasi SMA Negeri 4 Magelang tetap kondusif karena bangunan ruang kelas yang agak masuk dan tertutup menjadikan kegiatan belajar mengajar cukup nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan aktivitas jalan raya.

Lingkungan SMA Negeri 4 Magelang sangat bersih dan asri didukung dengan fasilitas kebersihan yang lengkap. Banyak ditanami pohon-pohon disekitar sekolah. Hal ini karena SMA Negeri 4 Magelang sabagai sekolah

(2)

commit to user

adiwiyata atau sekolah hijau di Kota Magelang. Selain fasilitas kebersihan, fasilitas pembelajaran juga sangat mendukung. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan fasilitas seperti LCD, speaker, white board yang dapat meminimalisir gangguan pada saat kegiatan belajar berlangsung. Dengan fasilitas yang baik guru dapat berinovasi dalam menyampaikan materi agar mudah dipahami peserta didik. Penerapan model Problem Based Instruction dan Guided

Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan di

sekolah ini. Dengan fasilitas yang ada guru dapat me hhmpertajam kemampuan analisis suatu permasalahan lingkungan sekitar peserta didik untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.

(3)

commit to user

Tabel 4.1 Jumlah Ruangan di SMA Negeri 4 Magelang

No. Jenis Ruang Jumlah Luas (m²)

1 Ruang Kelas 25 1538 2 Lab. IPA 1 210 3 Lab. Biologi 1 210 4 Lab. Kimia 1 210 5 Lab. Fisika 1 210 6 Lab. Bahasa 1 100 7 Ruang Perpuastakaan 1 350 8 Ruang Keterampilan 2 253 9 Ruang Serbaguna 1 456 10 Ruang UKS 1 24 11 Ruang Pameran 1 250 12 Ruang BP/BK 1 113 13 Lab. Komputer 1 100

14 Ruang Kepala Sekolah 1 45

15 Ruang Guru 1 230 16 Ruang TU 1 150 17 Ruang OSIS 1 96 18 WC Guru 4 25 19 WC Murid 30 254 20 Gudang 2 88 21 Ruang Ibadah 1 400

22 Rumah Dinas Kepala Sekolah 1 90

23 Ruang Dinas Guru 2 114

24 Ruang Penjaga Sekolah 1 44

25 Ruang Multimedia 1 210

26 Ruang PSB 1 85

27 Lapangan 2 14151

(4)

commit to user

(5)

commit to user 2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan Kelas Model Ekspositori

Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Mei 2015 di kelas X-4 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pada jam pelajaran ke 2-3 (pukul 07.35-08.10 WIB dan 08.10-08.45 WIB). Biasanya pembelajaran berlangsung 2 x 45 menit. Tetapi pada hari itu bersamaan dengan acara Wasanawarsa kelas XII, sehingga pembelajaran dipercepat menjadi 2 x 35 menit.

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran peserta didik. Jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran pada hari itu 28 peserta didik dan 2 peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran karena mengikuti latihan paduan suara. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu.

Guru mengkondisikan peserta didik, kemudian menyampaikan materi sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Guru menampilkan jenis-jenis aliran sungai dan meminta peserta didik menjelaskan jenis aliran sungai. Guru mengaitkan jenis aliran sungai materi tentang Daerah Aliran Sungai. Guru menampilkan gambar lingkungan DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. Guru menginstruksikan peserta didik membentuk 5 kelompok diskusi. Setelah mengkondisikan suasana kelas guru memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar lingkungan DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menjelaskan kepada setiap kelompok tugas yang diberikan. Untuk menjawab pertanyaan, peseta didik dipersilakan berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti internet, buku diperpustakaan, koran, dan sumber informasi lain yang sesuai. Beberapa kelompok mengalami kesulitan karena kurang memahami tugas yang diberikan. Guru juga mengawasi jalannya diskusi ditiap-tiap kelompok. Setelah 20 menit berdiskusi, peserta didik diberi waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan diskusi

(6)

commit to user

tanya jawab dengan kelompok lain. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan tanya jawab, guru dan peserta didik bersama-sama mengampil kesimpulan diskusi pada hari itu. Pada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik di kelas X-4 terbilang pasif. Pada saat guru menjelaskan materi dan menanyakan kejelasan peserta didik hanya diam dan tidak menjawab. Beberapa peserta didik juga tidak mengikuti jalannya diskusi dan mengganggu peserta didik lain. Guru mengkondisikan peserta didik tersebut, tetapai tidak lama kemudian peserta diidk tersebut mengganggu peserta didik lain. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang sudah dipelajari pada hari itu untuk persiapan posttest pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2015 di kelas X-4 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan alokasi waktu 1 x 45 menit pada jam pelajaran ke-2 (pukul 07.45-08.00). Guru membuka pembelajaran dengan salam dan mengecek absensi kehadiran peserta didik. Jumlah peserta didik yang hadir 27 peserta didik. Pertemuan pada hari itu merupakan pelaksanaan post-test. Sebelum melakukan post-tes, guru memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya terkait materi sungai dan Daerah Aliran Sungai. Pada saat itu tidak terdapat pertanyaan. Kemudian dilanjutkan post-test mengerjakan soal kemampuan berpikir kreatif dengan alokasi waktu 1 x 35 menit sebanyak 4 butir soal. Untuk menutup kegiatan, guru mengucapkan salam kepada peserta didik.

b. Pelaksanaan Kelas Problem Based Instruction

Kelas Eksperimen 1 menggunakan model Problem Based

Instruction. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Mei 2015 di

kelas X-2 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pada jam pelajaran ke 4-5 (pukul 09.00-10.10 WIB). Biasanya pembelajaran berlangsung 2 x 45 menit. Tetapi pada hari

(7)

commit to user

itu bersamaan dengan acara Wasanawarsa kelas XII, sehingga pembelajaran dipercepat menjadi 2 x 35 menit.

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran peserta didik dengan absensi kelas. Pada hari itu peserta didik yang yang hadir sejumlah 28 peserta didik. Kemudian guru menyampaikan Kompetensi Dasar dan tujuan pembelajaran pada hari itu. Guru menyampaikan jenis kegiatan yang akan dilakukan pada pembelajaran hari itu. Guru menjelaskan secara garis besar materi tentang sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Guru menjelaskan ciri-ciri DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. Kemudian guru menampilkan gambar-gambar permasalahan DAS. Guru menginstruksikan peserta didik untuk memberi penafsiran terkait gambar-gambar tesebut. Kemudian dengan mengaitkan ciri-ciri bagian hulu, tengah, dan hilir DAS dengan gambar peserta didik menganalisis penyebab permasalahan tersebut dapat terjadi. Guru menginstruksikan peserta didik untuk membentuk 5 kelompok. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sembari penjelaskan tugas kepada setiap kelompok. Setelah semua peserta didik memahami tugas, peserta didik dipersilakan untuk berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar seperti internet, majalah, koran, buku cetak yang terkait dengan materi diskusi. Guru memantau masing-masing kelompok. Beberapa kelompok mengalami kesulitan dalam penafsiran gambar dan analisis penyebab terjadinya permasalahan. Guru tidak hanya membimbing kelompok yang belum paham tetapi juga memantau diskusi kelompok lain yang sudah paham agar bahan diskusi tidak keluar dari haris besar materi. Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, 2 kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusi dan dilanjutkan tanya jawab dari kelompok lain. Selama diskusi berlangsung beberapa peserta didik tidak memperhatikan jalannya presentasi meskipun sudah berkali-kali dikondisikan. Setelah peserta didik presentasi, guru memberikan konfirmasi terhadap hasil diskusi peserta didik dan memberikan umpan balik berupa pembenaran atas hasil diskusi yang benar dan penambahan

(8)

commit to user

atas hal yang kurang serta menjelaskan tentang pemecahan masalah yang baik dan benar. Guru mempersilakan peserta didik bertanya kepada guru jika ada yang kurang jelas kemudian menyimpulkan materi bersama-sama. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang sudah dipelajari pada hari itu untuk persiapan

posttest pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pertemuan dengan

mengucapkan salam.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2015 di kelas X-2 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2015/2014 dengan alokasi waktu 1 x 45 menit pada jam belajaran ke-1 (pukul 07.00-07.45 WIB). Sebelum memulai kegiatan post-test pada hari itu guru dan peserta didik berdoa, dilanjutkan mengucapkan salam dan melakukan absensi. Peserta didik yang hadir pada hari itu 28 peserta didik. Sebelum memulai

post-test guru memberi kesempatan kepada peserta didik terkait yang

materi dipelajari dipertemuan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan

post-test mengerjakan soal kemampuan berpikir kreatif dengan alokasi waktu

1 x 35 menit sebanyak 4 (empat) butir soal uraian. Untuk menutup kegiatan belajar mengajar, guru mengucapkan salam kepada peserta didik.

c. Pelaksanaan Kelas Guided Discovery Learning

Kelas eksperimen 2 menggunakan model Guided Discovery

Learning. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2015

di kelas X-7 SMA Negeri 4 Magelang dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 (10.40-11.45 WIB).

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik dan mengecek kehadiran peserta didik dengan menanyakan absensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu 26 peserta didik tetapi 24 peserta didik yang dapat mengikuti pembelajaran karena 2 peserta didik mengikuti pelatihan paduan suara. Guru menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu. Guru menyampaikan garis besar materi Sungai dan Daerah Aliran Sungai. Kemudian guru mendorong peserta didik

(9)

commit to user

dengan menanyakan beberapa hal terkait Daerah Aliran Sungai di Magelang. Kemudian guru mengarahkan peserta didik untuk mendiskripsikan beberapa daerah di Magelang yang masuk dalan DAS bagian hulu, hilir, dan tengah. Guru mendorong peserta didik mendiskripsikan tempat yang disebutkan kemudian menjelaskan ciri-ciri bagian hulu, hilir, dan tengah DAS. Kemudian guru menampilkan beberapa gambar keadaan lingkungan perbandingan antara ekspektasi dan kenyataan di masing-masing DAS bagian hulu, hilir, dan tengah. Guru membei umpan agar peserta didik menangkap permasalahan apa yang sering terjadi pada Daerah Aliran Sungai.

Guru menginstruksikan membentuk 5 kelompok diskusi. Setelah mengkondisikan kelas, guru memberikan pertanyaan kepada semua kelompok berkaitan dengan permasalahn yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa. Peserta didik diperbolehkan mencari dari berbagai sumber sesuai dengan tugas yang diberikan. Beberapa kelompok sedikit kesulitan dalam membandingkan gambar sehingga guru membimbing agar peserta didik dapat menemukan permasalahan yang terjadi pada materi yang sedang didiskusikan. Tidak hanya membimbing, kelompok yang belom paham, guru juga tetap memantau kelompok lain agar tetap sesuai dengan materi yang didiskusikan. Setelah diskusi selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan dan melakukan tanya jawab atau memberikan sanggahan. Kemudian guru mengkonfirmasi jawaban diskusi dan bersama-sama peserta didik menemukan konsep baru terkait materi sungai dan Daerah Aliran Sungai. Guru mempersilakan peserta didik apabila belum jelas dengan pembelajaran pada hari itu. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang sudah dipelajari pada hari itu untuk persiapan posttest pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2015 di kelas X-2 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2015/2014 dengan

(10)

commit to user

alokasi waktu 1 x 45 menit pada jam belajaran ke-3 (pukul 08.00-08.45 WIB). Guru membuka pertemuan pada hari itu dengan mengucapkan salam. Peserta didik yang hadir pada hari itu 26 peserta didik. Sebelum memulai post-test guru memberi kesempatan kepada peserta didik terkait yang materi dipelajari dipertemuan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan post-test mengerjakan soal kemampuan berpikir kreatif dengan alokasi waktu 1 x 35 menit sebanyak 4 (empat) butir soal uraian. Untuk menutup kegiatan belajar mengajar, guru mengucapkan salam kepada peserta didik.

3. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan peserta didik dalam memberikan ide atau gagasan yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik melihat dari berbagai sisi permasalahan yang akan dipecahkan. Terdapat 4 sspek kemamapuan berpikir kreatif peserta didik yaitu : berpikir lancar (fluent thinking), berpikir luwes (flexible thinking), berpikir orisinil (original thinking), dan berpikir rinci (elaboration thinking). Dalam peneletian ini, data kemampuan berpikir kreatif diambil dengan tiga teknik pengambilan data (triangulasi teknik) yaitu observasi, test, dan angket (quesioner). Berikut deskripsi data kemampuan peserta didik :

a. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori Kelas Ekspositori terdiri dari 27 peserta didik. Selama pembelajaran berlangsung, kemampuan berpikir kreatif peserta didik ditinjau dengan tiga teknik pengambilan data, yaitu angket, lembar observasi, dan tes. Nilai akhir masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik diperoleh dari rata-rata total skor dari angket, observasi, dan tes.

Pengambilan data dengan angket dilakukan dengan mengisi 12 butir indikator dimana 3 butir pernyataan mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan angket di Kelas Ekspositori. Untuk lebih lengkapnya tabel dapat dilihat pada lampiran 19.

(11)

commit to user

Tabel 4.2 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori dengan Angket

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif No Butir Angket Kelas Ekspositori

Berpikir Lancar 1,3,4 7,63

Berpikir Luwes 2,5,9 7,44

Berpikir Orisinil 6,7,10 7,15

Berpikir Elaborasi 8,11,12 7,44

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan data dalam Tabel 4.2 dapat dinyatakan aspek kemampuan berpikir kreatif pada Kelas Ekspositori yang memiliki skor tertinggi adalah aspek Berpikir Lancar dengan skor 7,63 sedangkan aspek berpikir luwes dan berpikir elaborasi memiliki skor sama yaitu 7,44 dan nilai terendah yaitu aspek orisinil yaitu 7,15.

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang berjumlah 12 butir indikator dimana 3 indikator mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik di Kelas Ekspositori dengan observasi. Untuk lebih lengkapnya, tabel dapat dilihat pada lampiran 22.

Tabel 4.3 Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori dengan Observasi

Aspek Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelas Ekspositori

Berpikir Lancar 6,63

Berpikir Luwes 5,85

Berpikir Orisinil 6,30

Berpikir Elaborasi 6,26

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dinyatakan aspek kemampuan berpikir kreatif pada Kelas Ekspositori dengan observasi yang memiliki skor tertinggi adalah berpikir lancar dengan skor 6,63 sedangkan aspek kemampuan berpikir kreatif di Kelas Ekspositori dengan observasi yang memiliki skor terendah adalah aspek berpikir luwes dengan skor 5,85.

(12)

commit to user

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan tes dilakukan dengan pemberian soal tes uraian setelah dilakukan pembelajaran. Soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4 butir soal dimana masing-masing soal mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut rata-rata untuuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas Ekspositori. Untuk lebih lengkapnya, tabel dapat dilihat pada lampiran 25.

Tabel 4.4 Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori dengan tes uraian

Aspek Kemampuan Berpikir

Kreatif No. Butir Soal Kelas Kontrol

Berpikir Lancar 1 4,26

Berpikir Luwes 2a 3,48

Berpikir Orisinil 2c 3,70

Berpikir Elaborasi 2b 3,74

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa aspek kemampuan berpikir kreatif dengan tes di kelas Ekspositori yang memiliki skor tertinggi adalah berpikir lancar dengan skor 4,26 sedangkan aspek kemampuan berpikir kreatif dengan test uraian di kelas Ekspositori dengan skor terendah yaitu berpikir luwes sebsesar 3,48.

Hasil perhitungan skor angket, lembar observasi, dan tes uraian digabungkan dan diambil rata-rata menghasilkan skor akhir tiap aspek kemampuan berpikir kratif. Berikut merupakan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori.

Tabel 4.5 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif Angket

Lembar

Observasi Test Uraian

Nilai Akhir Berpikir Lancar 7,63 6,63 4,26 6,17 Berpikir Luwes 7,44 5,85 3,48 5,59 Berpikir Orisinil 7,15 6,30 3,70 5,72 Berpikir Elaborasi 7,44 6,26 3,74 5,81

(13)

commit to user

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dapat disajikan dalam bentuk diagram histogram rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori sebagai berikut :

Gambar 4.2 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori

Gambar 4.2 menunjukan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori. Rata-rata tertinggi pada Kelas Ekspositori terdapat pada aspek berpikir lancar dengan rata-rata 6,17 dan rata-rata terendah pada Kelas Ekspositori terdapat pada aspek berpikir luwes dengan nilai rata-rata sebesar 5,59.

Distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori disajikan dalam Tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Ekspositori

Interval Nilai Tengah Frekuensi

21,67 - 22,67 22,17 11 22,68 - 23,68 23,18 8 23,69 - 24,69 24,19 3 24,70 - 25,70 25,20 3 25,71 - 26,71 26,21 2 26,72 - 27,72 27,22 0

Jumlah Peserta Didik 27

Mean 23,33

Median 23,33

Standar Deviasi 1,47

Minimum 21,67

Maximum 26,67

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer 2015 (Lampiran 32)

6,17 5,59 5,72 5,81 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi

R

ata

-r

ata

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

(14)

commit to user

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 dapat disajikan diagram histogram yang menunjukan distribusi frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori pada gambar 4.3 berikut :

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori

Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 menunjukan distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori. Pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori yaitu 23,33 (dalam skala 100 sebesar 76,09), nilai tertinggi 26,67 (dalam skala 100 sebesar 86,96), nilai terendah 21,67 (dalam skala 100 sebesar 70,65) median (nilai tengah) 23,33, modus 21,67, dan standar deviasi (σ) 1,467. Sedangkan pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik pada Kelas Ekspositori sebanyak 27 peserta didik. Frekuensi data terbesar pada Kelas Ekspositori yaitu pada interval 21,67 -22,67 yaitu sebanyak 11 peserta didik dan frekuensi data terkecil yaitu pada interval 26,72 – 27,72 karena tidak terdapat peserta didik yang mencapai interval tersebut.

b. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction

Kelas Problem Based Instruction terdiri dari 28 peserta didik. Selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif peserta didik ditinjau dengan tiga teknik pengambilan data, yaitu angket, lembar observasi, dan tes. Nilai akhir masing-masing

11 8 3 3 2 0 0 2 4 6 8 10 12 21,67 -22,67 22,68 -23,68 23,69 -24,69 24,70 -25,70 25,71 -26,71 26,72 -27,72 F re k uens i

(15)

commit to user

aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik diperoleh dari rata-rata total skor dari angket, observasi, dan tes.

Pengambilan data dengan angket dilakukan dengan mengisi 12 butir indikator dimana 3 butir pernyataan mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan angket di Kelas

Problem Based Instruction. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada

lampiran 20.

Tabel 4.7 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Problem Based Instruction dengan Angket

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif No Butir Angket

Kelas Problem Based Instruction Berpikir Lancar 1,3,4 7,79 Berpikir Luwes 2,5,9 7,50 Berpikir Orisinil 6,7,10 7,32 Berpikir Elaborasi 8,11,12 7,54

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan data dalam Tabel 4.7 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan angket, aspek yang memiliki rata tertinggi yaitu aspek berpikir lancar dengan rata-rata skor sebesar 7,79. Sedangkan aspek kemampuan berpikir kreatif dengan rata skor terendah adalah aspek berpikir orisinil dengan rata-rata skor sebesar 7,32.

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif selanjutnya dengan menggunakan observasi. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang berjumlah 12 butir indikator dimana 3 indikator mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik di Kelas Problem Based

Instruction dengan observasi. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat

(16)

commit to user

Tabel 4.8 Rata-rata Aspek Kemampuan Bepikir Kreatif Kelas

Problem Based Instruction dengan Observasi

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction Berpikir Lancar 6,96 Berpikir Luwes 6,75 Berpikir Orisinil 6,21 Berpikir Elaborasi 6,57

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 4.8 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan observasi, yang memiliki rata-rata skor tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 6,96 sedangkan aspek yang memiliki skor terendah adalah aspek berpikir orisinil sebesar 6,21.

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan tes dilakukan dengan pemberian soal tes uraian setelah dilakukan pembelajaran. Soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4 butir soal dimana masing-masing soal mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut rata-rata untuuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based

Instruction dengan tes. untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada

lampiran 26.

Tabel 4.9 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Problem Based Instruction dengan Tes

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif No. Butir Soal

Kelas Problem Based Instruction Berpikir Lancar 1 4,50 Berpikir Luwes 2a 4,39 Berpikir Orisinil 2c 3,50 Berpikir Elaborasi 2b 4,00

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 4.9 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif dengan tes di Kelas Problem Based Instruction yang memiliki rata-rata skor tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 4,50 dan aspek

(17)

commit to user

kemampuan berpikir kreatif yang memiliki rata-rata skor terendah adalah aspek berpikir orisinil sebesar 3,50.

Hasil perhitungan skor angket, lembar observasi, dan tes uraian digabungkan dan diambil rata-rata menghasilkan skor akhir tiap aspek kemampuan berpikir kratif. Berikut merupakan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction.

Tabel 4.10 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif Angket Observasi Tes

Nilai Akhir Berpikir Lancar 7,79 6,96 4,50 6,42 Berpikir Luwes 7,50 6,75 4,39 6,21 Berpikir Orisinil 7,32 6,21 3,50 5,68 Berpikir Elaborasi 7,54 6,57 4,00 6,04

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer,2015 (Lampiran 28)

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 dapat disajikan dalam bentuk diagram histogram rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas

Problem Based Instruction sebagai berikut :

Gambar 4.4 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction

Gambar 4.4 menunjukan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based Instruction. Rata-rata tertinggi pada Kelas Problem Based Instruction terdapat pada aspek berpikir lancar dengan rata-rata 6,24 dan rata-rata terendah pada Kelas Problem

Based Instruction terdapat pada aspek berpikir orisinil dengan nilai

rata-rata sebesar 5,56. 6,24 6,10 5,56 5,85 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi

Ra

ta

-ra

ta

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

(18)

commit to user

Distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas

Problem Based Instruction disajikan dalam Tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Problem Based Instruction

Interval Nilai Tengah Frekuensi

21,67 - 22,67 22,17 3 22,68 - 23,68 23,18 6 23,69 - 24,69 24,19 9 24,70 - 25,70 25,20 5 25,71 - 26,71 26,21 3 26,72 - 27,72 27,22 2

Jumlah Peserta Didik 28

Mean 24,42

Median 24,33

Standar Deviasi 1,400

Minimum 22

Maximum 27,33

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 32)

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 dapat disajikan diagram histogram yang menunjukan distribusi frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based Instruction pada gambar 4.5 berikut :

Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction

Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 4.5 menunjukan distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based

Instruction. Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan

3 6 9 5 3 2 0 2 4 6 8 10 21,67 - 22,67 22,68 - 23,68 23,69 - 24,69 24,70 - 25,70 25,71 - 26,71 26,72 - 27,72 F re k uens i Interval

(19)

commit to user

berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction yaitu 24,42 (dalam skala 100 sebesar 79,89), nilai tertinggi 27,33 (dalam skala 100 sebesar 89,13), nilai terendah 22,00 (dalam skala 100 sebesar 71,74) median (nilai tengah) 24,33, modus 24,00 dan standar deviasi (σ) 1,401.

Sedangkan pada Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik pada Kelas Problem Based Instruction sebanyak 28 peserta didik. Frekuensi data terbesar pada Kelas Problem Based Instruction yaitu pada interval 23,69 – 24,69 yaitu sebanyak 9 peserta didik dan frekuensi data terkecil yaitu pada interval 26,72 – 27,72 yaitu sebanyak 2 peserta didik. c. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided

Discovery Learning

Kelas Guided Discovery Learning terdiri dari 26 peserta didik. Selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran kemampuan berpikir kreatif peserta didik ditinjau dengan tiga teknik pengambilan data, yaitu angket, observasi, dan tes. Nilai akhir masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik diperoleh dari rata-rata total skor dari angket, observasi, dan tes.

Pengambilan data dengan angket dilakukan dengan mengisi 12 butir indikator dimana 3 butir pernyataan mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan angket di Kelas

Guided Discovery Learning. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada

lampiran 21.

Tabel 4.12 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Guided Discovery Learning dengan Angket

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif No Butir Angket

Kelas Guided Discovery Learning Berpikir Lancar 1,3,4 8,15 Berpikir Luwes 2,5,9 7,69 Berpikir Orisinil 6,7,10 7,38 Berpikir Elaborasi 8,11,12 7,85

(20)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.12 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif dengan angket di Kelas Guided Discovery Learning yang memiliki rata tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 8,15. Sedangkan rata-rata terendah adalah aspke berpikir orisinil sebesar 7,38.

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif selanjutnya dengan menggunakan observasi. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang berjumlah 12 butir indikator dimana 3 indikator mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery

Learning dengan observasi. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada

lampiran 24.

Tabel 4.13 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Guided Discovery Learning dengan Observasi

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning Berpikir Lancar 7,81 Berpikir Luwes 7,00 Berpikir Orisinil 6,62 Berpikir Elaborasi 6,92

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan Table 4.13 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif di Kelas Guided Discovery Learning dengan observasi yang memiliki rata-rata tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 7,81. Sedangkan aspek dengan rata-rata terendah adalah aspek berpikir orisinil sebesar 6,62.

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan tes dilakukan dengan pemberian soal tes uraian setelah dilakukan pembelajaran. Soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4 butir soal dimana masing-masing soal mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut rata-rata untuuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery

Learning dengan tes. untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada

(21)

commit to user

Tabel 4.14 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Guided Discovery Learning dengan Tes

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif No. Butir Soal

Kelas Guided Discovery Learning Berpikir Lancar 1 4,58 Berpikir Luwes 2a 4,46 Berpikir Orisinil 2c 3,62 Berpikir Elaborasi 2b 4,08

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 4.14 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif kelas Guided Discovery Learning dengan tes yang memiliki rata-rata terbesar adalah aspek berpikir lancar sebesar 4,58. Sedangkan aspek yang memiliki rata-rata terendah adalah berpikir orisinil sebesar 3,62.

Hasil perhitungan skor rata-rata angket, lembar observasi, dan tes uraian digabungkan dan diambil rata-rata menghasilkan skor akhir tiap aspek kemampuan berpikir kratif. Berikut merupakan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning.

Tabel 4.15 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Guided Discovery Learning

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 28)

Berdasarkan data pada Tabel 4.15 dapat dihasilakn diagram histogram rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided

Discovery Learning sebagai berikut :

Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif Angket

Lembar Observasi Test Uraian Nilai Akhir Berpikir Lancar 8,15 7,81 4,58 6,85 Berpikir Luwes 7,69 7,00 4,46 6,38 Berpikir Orisinil 7,38 6,62 3,62 5,87 Berpikir Elaborasi 7,85 6,92 4,08 6,28

(22)

commit to user

Gambar 4.6 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas

Guided Discovery Learning

Gambar 4.6 menunjukan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning. Rata-rata tertinggi pada Kelas Guided Discovery Learning terdapat pada aspek berpikir lancar dengan rata-rata 6,85 dan rata-rata terendah pada Kelas

Guided Discovery Learning terdapat pada aspek berpikir orisinil dengan

nilai rata-rata sebesar 5,87.

Distribusi data kemampuan berpikir kreatif kelas Guided Discovery

Learning disajikan pada tabel 4.16 berikut :

Tabel 4.16 Distrubusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided

Discovery Learning

Interval Nilai Tengah Frekuensi

21,67 - 22,67 22,17 1 22,68 - 23,68 23,18 3 23,69 - 24,69 24,19 6 24,70 - 25,70 25,20 5 25,71 - 26,71 26,21 5 26,72 - 27,72 27,22 6

Jumlah Peserta Didik 26

Mean 25,42

Median 25,17

Standar Deviasi 1,416246659

Minimum 22,67

Maximum 27,67

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 32) 6,85 6,38 5,87 6,28 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00

Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi

R

at

a

-rat

a

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

(23)

commit to user

Berdasarkan data pada Tabel 4.16 dapat disajikan diagram histogram yang menunjukan distribusi frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning pada gambar 4.7 berikut :

Gambar 4.7 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning

Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.7 menunjukan distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery

Learning. Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan

berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning yaitu 25,42 (dalam skala 100 sebesar 83,15), nilai tertinggi 27,67 (dalam skala 100 sebesar 90,22), nilai terendah 22,67 (dalam skala 100 sebesar 75,56) median (nilai tengah) 25,17 modus 25,00 dan standar deviasi (σ) 1,416.

Sedangkan pada Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik pada Kelas Guided Discovery Learning sebanyak 26 peserta didik. Frekuensi data terbesar pada Kelas Guided Discovery Learning yaitu pada interval 23,69 – 24,69 dan 26,72 – 27,72 yaitu masing-masing 6 peserta didik dan frekuensi data terkecil yaitu pada interval 21,67 – 22,67 yaitu sebanyak 1 peserta didik.

d. Perbandingan Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning

Penelitian ini melibatkan 81 peserta didik yang terdiri dari 27 peserta didik kelas X-4, 28 peserta didik kelas X-2, dan 26 peserta didik kelas X-7. Kelas X-4 sebagai kelas kontrol dengan diberi pembelajaran Ekspositori, kelas X-2 sebagai kelas Eksperimen 1 diberi

1 3 6 5 5 6 0 2 4 6 8 21,67 - 22,67 22,68 - 23,68 23,69 - 24,69 24,70 - 25,70 25,71 - 26,71 26,72 - 27,72 F re k uens i Interval

(24)

commit to user

pembelajaran Model Problem Based Instruction, dan kelas X-7 sebagai kelas Eksperimen 2 diberi pembelajaran Model Guided Discovery

Learning. Selanjutnya dilakukan pengukuran kemampuan berpikir

kreatif peserta didik menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu angket, observasi, dan tes kognitif. Angket diberikan setelah pembelajaran selesai sebanyak 12 indikator kemampuan berpikir kreatif. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan tes kognitif dalam bentuk uraian sebanyak 4 soal dari materi sungai dan Daerah Aliran Sungai.

Kemampuan berpikir kreatif yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan berpikir elaborasi. Rangkuman skor masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif pada Kelas Ekspositrori, Kelas Problem

Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning dapat dilihat

pada Tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas

Guided Discovery Learning

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol Kelas Problem Based Instruction Kelas Guided Discovery Learning Berpikir Lancar 6,17 6,24 6,81 Berpikir Luwes 5,59 6,10 6,35 Berpikir Orisinil 5,72 5,56 5,86 Berpikir Elaborasi 5,81 5,85 6,08

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 28)

Data skor rata-rata setiap aspek kemampuan berpikir kreatif pesera didik Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided

Discovery Learning pada Tabel 4.17 dapat disajkan dalam bentuk

(25)

commit to user

Gambar 4.8 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery

Learning

Tabel 4.17 dan Gambar 4.9 menunjukan perbandingan rata-rata aspek kemmapuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori, Kelas

Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning.

Aspek kemampuan berpikir kreatif yang memiliki skor rata-rata tertinggi pada kelas Ekpositori adalah aspek berpikir lancar dengan skor sebesar 6,17. Pada saat pembelajaran berpikir lancar biasanya tercermin pada kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Begitu juga pada kelas Problem Based Instruction dan Guided

Discovery Learning aspek kemampuan berpikir kreatif yang memiliki

skor tertinggi adalah aspek berpikir lancar dengan skor sebesar 6,24 pada Kelas Problem Based Instruction dan 6,81 pada kelas Guided Discovery

Learning. Aspek berpikir lancar juga berpengaruh pada kecepatan peserta

didik dalam menjawab pertanyaan baik secara lisan selama pembelajaran berlangsung maupun saat menjawab pertanyaan secara tertulis.

Aspek kemampuan berpikir kreatif dengan skor terendah pada Kelas Ekspositori adalah aspek berpikir luwes. Kemampuan berpikir luwes muncul pada saat peserta didik memecahkan masalah dengan

6,17 5,59 5,72 5,81 6,24 6,10 5,56 5,85 6,81 6,35 5,86 6,08 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00

Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Ekspositori Kelas Problem Based Instruction Kelas Guided Discovery Learning

(26)

commit to user

melihat dari berbagai sisi sehingga dapat menghasilkan banyak alternatif cara penyelesaian masalah. Aspek berpikir luwes pada kelas ekspositori memiliki nilai terendah dikarenakan peserta didik yang menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat hanya 11,11% dari jumlah peserta didik di kelas Ekspositori. Pada Kelas Problem Based Instruction dan Kelas Guided Discovery Learning, aspek berpikir kreatif dengan nilai rata-rata terendah adalah berpikir orisinil. Persentase peserta didik dengan kemampuan berpikir orisinil hanya sebesar 3,57% di kelas

Problem Based Instruction dan 7,69% di kelas Guided Discovery Learning. Kurangnya aspek orisnil disebabkan karena peserta didik

terlalu berpegang pada buku pegangan atau buku paket sehingga peserta didik kurang bisa mengembangkan gagasan peserta didik itu sendiri.

Selain perbandingan masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif, terdapat juga perbandingan distribusi kemampuan berpikir kreatif dari masing-masing kelas berikut ini.

Tabel 4.18 Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery

Learning Interval Nilai Tengah Frekuensi Ekspositori Kelas Problem Based Instruction Kelas Guided Disovery Learning 21,67 - 22,67 22,17 11 3 1 22,68 - 23,68 23,18 8 6 3 23,69 - 24,69 24,19 3 9 6 24,70 - 25,70 25,20 3 5 5 25,71 - 26,71 26,21 2 3 5 26,72 - 27,72 27,22 0 2 6 Jumlah 27 28 26

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015

Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 4.18 dapat dijadikan diagram histrogram perbandingan distribusi kemampuan berpikir kreatif pad Gambar 4.9 berikut ini

(27)

commit to user

Gambar 4.9 Perbandingan Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided

Discovery Learning

Pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.10 menunjukan bahwa frekuensi Kelas Ekspositori terbesar pada interval 21,67 – 22,67 sebanyak 11 peserta didik, frekuensi pada Kelas Problem Based Instruction terbesar pada terletak pada interval 23,69 – 24,69 sebanyak 9 peserta didik, dan pada Kelas Guided Discovery Learning frekuensi terbesar pada interval 23,69 – 24,69 dan 26,72 – 27,71 dengan frekuensi masing-masing 6 peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa tingkatan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning dan Kelas Problem

Based Instruction lebih tinggi daripada Kelas Ekspositori.

Hasil statistik kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 32. 11 8 3 3 2 0 3 6 9 5 3 2 1 3 6 5 5 6 0 2 4 6 8 10 12 21,67 - 22,67 22,68 - 23,68 23,69 - 24,69 24,70 - 25,70 25,71 - 26,71 26,72 - 27,72 Fr e ku e n si Interval

(28)

commit to user

Tabel 4.19 Data Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery

Learning Hasil Statistik Frekuensi Ekspositori Kelas Problem Based Instruction Kelas Guided Discovery Learning Jumlah 27 28 26 Mean 23,33 24,42 25,42 Median 23,33 24,33 25,17 Standar Deviasi 1,4672 1,4008 1,4162 Minimum 21,67 22 22,67 Maximum 26,67 27,33 27,67

Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer 2015

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat disajikan diagram histogram perbedaan rata-rata, median, standar deviasi (simpangan baku), nilai maksimum, dan nilai minimum dari Kelas Ekspositori, Kelas Problem

Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning seperti pada

gambar di bawah ini.

Gambar 4.10 Histogram Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided

Discovery Learning

Tabel 4.19 menunjukan bahwa Kelas Ekspositori memiliki rata-rata sebesar 23,33 dengan nilai tengah 21,67, standar deviasi (σ) 1,4672, nilai terendah sebesar 21,67, dan nilai tertinggi 26,67. Pada Kelas

Problem Based Instruction memiliki rata-rata 24,42, standar deviasi (σ)

1,4008, nilai terendah sebesar 22,00, dan nilai tertinggi sebesar 27,33.

23,33 24,42 25,42 0 5 10 15 20 25 30

Kelas Ekspositori Kelas Problem Based Instruction

Kelas Guided Discovery Learning R a ta -r a ta

(29)

commit to user

Sedangkan pada Kelas Guided Discovery Learning memiliki rata-rata 22,67 dengan nilai tengah 25,17, standar deviasi (σ) 1,4162, nilai terendah sebesar 22,67, dan nilai tertinggi sebesar 27,67.

Berdasarkan Gambar 4.11 menunjukan bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif peserta didik tertinggi pada Kelas Guided

Discovery Learning dibandingkan dengan Kelas Ekspositori dan Kelas Problem Based Instruction sebesar 25,42.

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Uji normalitas dan uji homogenitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji analisis varians (anava). Data yang diperlukan dalam uji prasyarat analisis adalah data nilai ulangan harian dan data nilai kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem

Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Dalam menentukan normalitas data dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai α. Jika Sig > α maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berasal dari data berdistribusi normal. Sebaliknya apabila Sig. < α maka dapat ditarik kesimpulan data berasal dari data berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas data nilai ulangan harian dan data kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dalam tabel 4.20 berikut. Untuk lebih lengkap, hasil perhitungan uji normalitas dengan software SPSS 19 for

Windows dapat dilihat pada lampiran 33, lampiran 34, lampiran 35, dan

(30)

commit to user

Tabel 4.20 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Harian dan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

Data Kelas Persentase Sig. α Kesimpula n Ulangan Harian Ekspositori 0,139 0,05 Normal Problem Based Instruction 0,177 0,05 Normal Guided Discovery Learning 0,159 0,05 Normal Kemampua n Berpikir Kreatif Ekspositori 0,112 0,05 Normal Problem Based Instruction 0,200 0,05 Normal Guided Discovery Learning 0,200 0,05 Normal

Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015

Pada Tabel 4.20 menunjukan bahwa Sig. > α sehingga H0 diterima

dan dapat disimpulakan bahwa sampel dan data dalam penelitian di Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided

Discovery Learning berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah varian data berasal dari data yang sama (homogen) atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan terhadap data nilai ulangan harian dan data kemampuan berpikir kreatif pada setiap kelas. Uji homogenitas yang digunakan dengan metode Levene dengan taraf signifikan 5%. Untuk menentukan homogen atau tidaknya suatu data dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai α yaitu 0,05. Jika Sig. > α maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data bersifat homogen. Sebaliknya apabila Sig. < α maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data bersifat tidak homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk lebih lengkap, hasil perhitungan uji homogenitas dengan software SPSS 19 for

(31)

commit to user

Tabel 4.21 Uji Homogentitas Data Nilai Ulangan Harian dan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

Data Kelas Jumlah

Sampel Persentase Sig. α Kesimpulan Ulangan Harian Ekspositori 27 0,071 0,05 Homogen Problem Based Instruction 28 Guided Discovery Learning 26 Kemampuan Berpikir Kreatif Ekspositori 27 0,861 0,05 Homogen Problem Based Instruction 28 Guided Discovery Learning 26

Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015

Berdasarkan pada tabel 4.21 diperoleh hasil Sig. > α pada masing-masing kelas. Hal ini menunjukan bahwa Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri dari Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction dan Kelas Guided

Discovery Learning bersifat homogen.

C. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama

Setelah pengujian prasyarat analisis, uji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis pertama dengan analisis varians (anava) satu jalan. Anava satu jalan merupakan akhir dari perhitungan yang akan digunakan sebagai penentuan analisis terhadap hipotesis yang akan diterima atau ditolak. Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut :

H0 = μ1 = μ2 = μ3 tidak terdapat perbedaan rataan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik yang signifikan diantara penggunaan model ekspositori, model Problem Based Instruction, dan model Guided

(32)

commit to user

H1 ≠ μ1 ≠ μ2 ≠ μ3 paling sedikit terdapat dua rataan kemampuan berpikir

kreatif peserta didik yang berbeda secara signifikan diantara penggunaan model ekspositori, model Problem Based Instruction, dan model Guided

Discovery Learning.

Untuk menentukan H0 atau H1 yang diterima maka ketentuan yang

harus diikuti adalah sebagai berikut : a) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak

b) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterim

c) Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka H0 diterima

d) Jika probabilitas atau signifikan < 0,05 maka H0 ditolak

Adapun hasil perhitungan analisis varian satu jalan data kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada lampiran 37 dan ringkasan hasil anailisis varian satu jalan data kemampuan berpikir kreatif peserta didik disajikan pada tabel 4.22 berikut ini.

Tabel 4.22 Ringkasan Hasil Anava Satu Jalan Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kemampuan Berpikir Kreatif Sum of Square df Mean Square F Sig Between Group 57,881 2 28,941 14,352 .000 Within Groups 157,284 78 2,016 Total 215,166 80

Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 39)

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.22 dapat dinyatakan bahwa Fhitung sebesar 14,352 dan Ftabel sebesar 3,11. Hal ini menunjukan

Fhitung > Ftabel yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk nilai

probabilitas atau signifikan dapat dinyatakan bahwa nilai Sig. Sebesar 0,000. Hal ini menunjukan Sig. < 0,05 sehingga hipotesis nol (H0)

ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang signifikan diantara model Problem Based Instruction, model Guided Discovery

Learning, dan model ekspositori.

Hal ini membuktikan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara penggunaan model Problem Based Instruction,

(33)

commit to user

model Guided Discovery Learning, dan model ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan perhitungan analisis varian (anava) satu jalan. Untuk mengetahui perbedaan perlakuan secara signifikan perlu dilakukan uji pasca anava, yaitu dengan menggunakan metode Scheffe’. Anava dilakukan dengan menggunakan SPSS 19 for

Windows. Berikut merupakan rangkuman hasil uji pasca anava dengan

menggunakan metode Scheffe’ pada kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang disajikan dalam Tabel 4.23 berikut ini.

Tabel. 4.23 Ringkasan Uji Pasca Anava dengan Metode Scheffe’

Xi Xj Sig. Ekspositori PBI 0,024 GDL 0.000 PBI Ekspositori 0,024 GDL 0,036 GDL Ekspositori 0.000 PBI 0,036

Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 39)

Untuk menentukan H0 atau H1 yang diterima maka ketentuan yang

harus diikuti adalah sebagai berikut : a) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak

b) Jika Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima

c) Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka H0 diterima

d) Jika probabilitas atau signifikan < 0,05 maka H0 ditolak

Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut :

H0 = μ1 = μ2, (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir

kreatif peserta didik), model Problem Based Instruction tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

(34)

commit to user

H1 = μ1 > μ3 (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif

peserta didik), model Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kratif peserta didik.

Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukan hasil uji pasca anava dapat dinyatakan bahwa nilai probalititas atau signifikan sebesar 0,024 dan nilai α adalah 0,05. Hal ini menunjukan Sig. < 0,05 yang berarti hipotesis (H0) ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hal ini membuktikan sesuai dengan hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa Model Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut :

H0 = μ2 = μ3, (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir

kreatif peserta didik), model Guided Discovery Learning tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

H1 = μ2 > μ3 (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif

peserta didik), model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kratif peserta didik.

Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukan hasil uji pasca anava. Dapat dinyatakan bahwa nilai probabilitas atai signifikan sebesar 0,000 dan nilai α adalah 0,05. Sehingga Sig. < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

(35)

commit to user

Hal ini membuktikan sesuai dengan hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa Model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut :

H0 = μ1 = μ2, (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir

kreatif peserta didik), model Guided Discovery Learning tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

H1 = μ1 < μ2 (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif

peserta didik), model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kratif peserta didik.

Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukan hasil uji pasca anava. Dapat dinyatakan bahwa nilai probabilitas atai signifikan sebesar 0,036 dan nilai α adalah 0,05. Sehingga Sig. < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Hal ini membuktikan sesuai dengan hipotesis keempat yang menyebutkan bahwa Model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan model Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Data kemampuan berpikir kreatif peserta didik dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik parametris. Statistik diskriptif digunakan untuk mempermudah dalam penyajian hasil analisis

(36)

commit to user

data sehingga informasi mudah dipahami. Sedangkan statistik parametris digunakan dalam pengujian hipotesis dengan analisis varian satu jalan (one way anova). Berdasarkan pada deskripsi data penelitian diperoleh skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang diperoleh dengan menggabungkan nilai tiga teknik pengambilan data (triangulasi teknik), yaitu angket, lembar observasi, dan tes kognitif.

Sebagai bahan perbandingan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik di Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery Learning, dan Kelas Ekspositori disajikan pada Tabel 4.24 berikut ini.

Tabel 4.24 Nilai rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas

Guided Discovery Learning

Kelas Mean

Kelas Ekspositori 23,33

Kelas Problem Based Instruction 24,42

Kelas Guided Discovery Learning 25,42 Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 32)

Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan uji analisis varian (anava) satu arah. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui Fobs > Ftabel

(14,352 > 3,11). Keputusan uji anava satu arah adalah H0 ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang dignifikan antara Model Problem

Based instruction, Model Guided Discovery Learning, dan Model

Ekspositori. Pernyataan tersebut sejalan dengan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran model Problem Based Instruction, model Guided

Discovery Learning, dan Ekspositori terhadap kemampuan berpikir

kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di

(37)

commit to user

muka bumi. Kemudian untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektiv dari maisng-masing model maka dilakukan uji pasca anava.

Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan rata-rata pada masing-masing perlakuan (model Problem Based Instruction dan model Ekspositori) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Schffe’ dan menggunakan SPSS 19 for

Windows. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai probabilitas atau

signifikansi 0,024 < nilai α adalah 0,05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak sehingga

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kelas kontrol (menggunakan model Ekspositori) dan kelas eksperimen 1 (menggunakan model Problem Based Instruction) secara signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa

Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan dengan Model

Pembelajaran Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Selain itu berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif, pada Kelas Problem Based Instruction memiliki rata-rata sebesar 24,42 sedangkan pada kelas Ekspositori nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif sebesar 23,33. Hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas Problem Based

Instruction lebih tinggi dibanding rata-rata nilai kemampuan berpikir

kreatif kelas Ekspositori. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas X-2 dengan menerapkan model Problem Based Instruction, guru membantu peserta didik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru dengan membentuk kelompok dengan anggota 5 – 6 peserta didik. Bersama dengan anggota kelompok lain, peserta didik diarahkan untuk berdiskusi, bertukar pikiran untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Peserta didik diberi kesempatan untuk merumuskan dan menganalisis, menemukan penyebab, dan menemukan solusi untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Sehingga peserta didik ikut serta

(38)

commit to user

berperan dalam pembelajaran dan guru hanya membantu dan mengarahkan peserta didik agar dapat menemukan cara-cara memecahkan masalah yang diberikan guru. Diakhir pembelajaran, guru juga membantu peserta didik untuk membuat kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga peserta didik sudah dilatih untuk terbiasa berpikir divergent dengan menghasilkan ide yang bermacam-macam. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas X-4 dengan menerapkan model Ekspositori, guru hanya menjelaskan garis besar materi. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk membentuk kelompok dengan anggora 5 – 6 peserta didik kemudian berdiskusi untuk membahas permasalahan Daerah Aliran Sungai. Dalam diskusi, guru hanya membantu apabila peserta didik menemukan kesulitan, guru tidak mengarahkan peserta didik untuk bisa memecahkan masalah. Diakhir pembelajaran guru hanya memberikan umpan balik dari hasil diskusi kelompok. Tidak semua peserta didik mengikuti keseluruhan pembelajaran dan mengikuti jalannya diskusi dengan baik. Peserta didik yang malas hanya mendengarkan dan tidak mencatat baik saat guru menyampaikan materi maupun saat diskusi. Hal ini menunjukan bahwa model Problem Based Instruction dapat membuat kemampuan berpikir kreatif peserta didik lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori.

Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada masing-masing perlakuan (model Guided Discovery Learning dan Ekspositori) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Schffe’ dan menggunakan SPSS 19 for Windows. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai probabilitas atau signifikansi 0,000 < nilai α adalah 0,05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

rata-rata kelas kontrol (model Ekspositori) dengan kelas Eksperimen 2 (model

Guided Discovery Learning) secara signifikan. Hal ini sesuai dengan

(39)

commit to user

Learning lebih baik dibandingkan model Ekspositori terhadap

kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Selain itu berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Nilai rata-rata kelas Guided Discovery Learning sebesar 25,42 sedangkan nilai rata-rata kelas ekspositori sebesar 23,33. Hal ini menunjukan nilai rata-rata kelas Eksperimen 2 dengan model Guided Discovery Learning lebih baik dibanding dengan nilai rata-rata kelas kontrol dengan model Ekspositori. Dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas X-7 dengan menerapkan model Guided Discovery Learning guru membentuk peserta didik kedalam kelompok-kelompok diskusi. Di dalam kelompok guru hanya memberi umpan peserta didik dengan gambar-gambar dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan permasalahan yang terjadi, faktor penyebab, dan pemecahan masalah. Guru benar-benar membimbing berjalannya diskusi dari awal hingga penarikan kesimpulan oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik terbiasa menuangkan idenya sejak awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa model Guided Discovery Learning dapat membuat kemampuan berpikir kreatif peserta didik lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori.

Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada masing-masing perlakuan (model Guided Discovery Learning dan Problem

Based Instruction) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji

pasca anava dengan metode Schffe’ dan menggunakan SPSS 19 for

Windows. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai probabilitas atau

signifikansi 0,036 < nilai α adalah 0,05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak sehingga

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kelas Eksperimen 2 (model Guided Discovery Learning) dengan kelas Eksperimen 1 ( model

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Ruangan di SMA Negeri 4 Magelang
Gambar 4.1 Peta Citra Lokasi Penelitian
Tabel 4.4 Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas  Ekspositori dengan tes uraian
Gambar 4.2 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif   Kelas Ekspositori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa pola noun phrase yang digunakan dalam abstrak tersebut sangat variatif yaitu sebanyak 38 variasi dari total 65 data, sedangkan jenis

Serta pada penelitian Hakim (2013)(2 menyatakan bahwa belanja modal mempun- yai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kecuali pada variabel belanja modal gedung dan

Konsep dasar guru megajar penjas terkait dengan teknik dasar blok dapat dilihat dari tiga aspek : kognitif ( a. Pemberian penjelasan oleh guru, b. Guru memberikan contoh gerakan

(2) Daftar klapper sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat nama semua orang yang menghadap dengan menyebutkan di belakang tiap-tiap nama, sifat, dan nomor akta, atau

(orang-orang beriman), Yahudi, kaum Sabea (yaitu para penyembah benda-benda langit, yang mengaku telah masuk ke dalam agama Kristen ketika khalifah Bani ‘Abbasiyyah al-Ma’mun

Shamir et al (1998) dalam Riaz et al (2011) menjelaskan bahwa pemimpin transformasional memiliki kemampuan besar untuk mempengaruhi komitmen organisasi dengan

Penggunaan faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk NPK dan zat perangsang tumbuh (ZPT) pada usahatani cabe di Kelurahan Marawas sudah efisien

Faktor penghambat yang dihadapi adalah masalah pemilikan alat ini dilihat dari segi keuangan masing-masing pembudidaya Rumput laut yang mempunyai rencana ingin memiliki