• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KOTA PADANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 1

KAJIAN EMPIRIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

(PBB) DI KOTA PADANG

Jefry Trigiant1, Dandes Rifa1, Ethika1,

1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail : jefry_trigiant@yahoo.co.id

Abstract

This study was aimed to demonstrate empirically factors affecting land and building tax revenue in the city of Padang. Factors used were inflation, total Taxpayer and total Population. Samples were all taxpayers in 11 districts in the city of Padang. Data used were secondary data from 2009-2012. Data were land and building tax revenue, Inflation, total taxpayer and total population amounted to 44 people. Data were analyzed with technique of multiple linear regression analysis. Results showed that inflation and total taxpayer have no significant effect on land and building tax revenue in the city of Padang, while total population have significant effect on land and building tax revenue in the city of Padang.

Keywords: Inflation, Total Taxpayer, Total Population and Land And Building Tax Revenue.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi pemerintah Indonesia, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelayanan umum, dan pembangunan nasional. Salah satu pajak yang digunakan dalam pembangunan tersebut adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pemungutan pajak ini dilakukan oleh pemerintah pusat (dalam hal ini dilakukan oleh Ditjen Pajak) yang dalam pelaksanaannya senantiasa bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pemungutan dan pengalokasian PBB dilakukan oleh pusat agar ada keseragaman dan keadilan dalam

perpajakan. Hal ini karena pemerintah pusat bertindak sebagai pengatur agar pemerintah daerah tidak memutuskan PBB atas kemauannya sendiri. Untuk mendukung kebijakan otonomi daerah, maka dilakukanlah peralihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Nadhia et al, 2013).

Sesuai ketentuan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan pajak daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sejalan dengan hal itu, penetapan Peraturan Daerah ini adalah dimaksudkan

(2)

Page | 2 agar Pemerintah Kota Padang dapat

memungut pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Karena dengan adanya peralihan PBB perkotaan dan pedesaan dari pajak pusat menjadi pajak daerah yang diatur dalam UU 28 Tahun 2009, akan memberi dampak terhadap keuangan negara dan keuangan daerah.

Pada prinsipnya secara administrasi terjadi perpindahan pencatatan hasil pemungutan PBB, jika sebelumnya penerimaan PBB tercatat pada keuangan negara (APBN) dalam penerimaan perpajakan, kemudian setelah mekanisme peralihan berjalan akan masuk dalam PAD khususnya pajak daerah. Bukan hanya itu, dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pemungutan/penagihan dan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan juga akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

(http://pekalongankab.go.id, 2014).

Setiap tahun, dinas pendapatan pengelolaan keungan dan aset daerah selalu menetapakan suatu target yang ingin dicapai serta mencatatan realisasi penerimaan pajak setiap tahunnya. Pada tahun 2009 target yang ditetapkan sebagai pendapatan PBB sebesar

10.536.076.000 dengan realisasi yang di peroleh 8.767.503.336, kemudian pada tahun 2010 target yang ditetapkan sebagai pendapatan PBB sebesar 10.875.466.000 dengan realisasi yang di peroleh 9.848.467.901, selanjutnya pada tahun 2011 target yang ditetapkan sebagai pendapatan PBB sebesar 10.875.466.000 dengan realisasi yang di peroleh 9.774.910.784 sehingga bisa dibilang bahwa target dan realisasi yang telah di tetapkan oleh dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah pada tahun 2009 sampai 2011 masih belum bisa tercapai seperti dengan yang diharapkan, namun pada tahun 2012 target yang ditetapkan lebih rendah dengan tahun-tahun sebelumnya dimana target pendapatan PBB sebesar 10.331.693.000 dengan realisasi yang di peroleh 10.438.748.038 sehingga bisa dibilang bahwa target dan realisasi yang telah di tetapkan oleh dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah tercapai walau pun target yang diambil lebih rendah dengan target-target penerimaan PBB pada tahun-tahun sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut peraturan daerah Kota Padang nomor 7 tahun 2011 tentang pajak

(3)

Page | 3 bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

pasal 1 ayat 9 menjelaskan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Teori Locke

Teori locke (abad 17) mengatakan Negara adalah pelindung kekayaan warganya, perlindungan ini akan meningkatkan nilai riil tanah dan bangunan oleh karenanya sepantasnya jika dikenakan pajak terhadapnya (Musgrave, 1993; p.441, dalam Budiharjo 2003).

Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut peraturan daerah Kota Padang nomor 7 tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan pasal 3 ayat 1 objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Undang-undang nomor 12 tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan mengenai subjek pajak pasal 4 ayat 1-7 menjelaskan :

a. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. b. Subjek pajak sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut Undang-Undang ini.

c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai wajib pajak.

d. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak dimaksud.

e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangandimaksud.

f. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka DirekturJenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengandisertai alasan-alasannya.

(4)

Page | 4 g. Apabila setelah jangka waktu satu bulan

sejak tanggal diterimanyaketerangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukanitu dianggap disetujui.

Inflasi

Menurut Sukirno (2012), Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu periode ke periode lainnya, kemudian tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.

Jumlah Wajib Pajak

Menurut peraturan daerah kota Padang nomor 7 tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan pasal 1 ayat 14 menjelaskan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Jumlah Penduduk

Penduduk Indonesia adalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap (BPS, 2013).

Selanjutnya Sukirno (2012) menjelaskan penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang paling sesuai bagi sesuatu negara, dan ditentukan dari melihat pada jumlah penduduk yang manakah tingkat pendapatan per kapita mencapai nilai paling tinggi.

HIPOTESIS

Pengaruh Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Penelitian mengenai pengaruh inflasi terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan pernah dilakukan oleh Budiharjo (2003), Sasana (2005), dan Hasanudin (2011). Dimulai pada penelitian Budiharjo (2003) menjelaskan bahwa inflasi tidak nyata pengaruhnya terhadap penerimaan PBB pada kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Tengah. Selanjutnya pada penelitian Sasana (2005) menjelaskan bahwa adanya pengaruh atau hubungan positif antara inflasi dengan penerimaan PBB di Kabupaten Banyumas.

Berdasarkan penelitain-penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

H 1 : Inflasi berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) diseluruh

Kecamatan di Kota Padang.

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Penelitian mengenai pengaruh jumlah wajib pajak terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan pernah dilakukan oleh Sasana

(5)

Page | 5 (2005) dan Makmur (2010). Dimulai pada

penelitian Sasana (2005) menjelaskan bahwa adanya pengaruh atau hubungan positif antara jumlah wajib pajak dengan penerimaan PBB di Kabupaten Banyumas. Kemudian pada penelitian Makmur (2010) menjelaskan bahwa jumlah wajib pajak sektor perkotaan dan sektor perdesaan sama-sama berpengaruh terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Kutai Barat.

Berdasarkan penelitain-penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

H 2 : Jumlah Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diseluruh Kecamatan di Kota Padang.

Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Penelitian mengenai pengaruh jumlah wajib pajak terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan pernah dilakukan oleh Budiharjo (2003), Irfan (2010) dan Hasanudin (2011). Dimulai pada penelitian Budiharjo (2003) menjelaskan adanya pengaruh atau hubungan positif antara jumlah penduduk dengan penerimaan PBB pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Tengah. Tetapi pada penelitian Irfan (2010) menjelaskan kenaikan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PBB. Namun berbeda pada penelitian Hasanudin Muhamad (2011)

menjelaskan adanya pengaruh atau hubungan positif antara jumlah penduduk dengan penerimaan PBB di Kabupaten Kendal, Demak, Kudus dan Kota Semarang.

Berdasarkan penelitain-penelitian terdahulu di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

H 3: Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diseluruh Kecamatan di Kota Padang.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh wajib pajak PBB yang berada di wilayah Kota Padang.

Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode sampling jenuh (sensus). Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampelnya adalah seluruh wajib pajak PBB yang berada di Kota Padang meliputi sebelas kecamatan yang ada di wilayah Kota Padang mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang telah berhasil didapatkan dalam penelitian ini yaitu :

(6)

Page | 6 a. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Kota Padang selama tahun 2009-2012 b. Tingkat Inflasi Kota Padang selama

tahun 2009-2012

c. Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Kota Padang selama tahun 2009-2012 d. Jumlah Penduduk Kota Padang selama

tahun 2009-2012.

Data ini di dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Padang. Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sejumlah pembayaran yang dibayarkan oleh wajib pajak bumi dan bangunan dalam satuan rupiah selama satu tahun. Variabel ini diukur dengan menggunakan jumlah penerimaan pajak Bumi dan Bangunan dalam satuan rupiah di setiap kecamatan per tahun selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 di Kota Padang.

Variabel Independen

Variabel-variabel Independen dalam penelitian ini yaitu :

a. Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan seluruh harga barang-barang secara umum yang terjadi secara terus menerus atau dari satu periode ke periode lainnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan persen, karena data yang tersedia adalah data dalam bentuk bulanan mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 di Kota Padang. Maka diambil data rata-rata inflasi pertahun selama waktu penelitian. b. Jumlah Wajib Pajak

Jumlah wajib pajak adalah jumlah penduduk penduduk yang memiliki nomor pokok wajib pajak khususnya wajib pajak bumi dan bangunan yang berdomisili diseluruh kecamatan di Kota Padang. Variabel ini di ukur dengan menggunakan jumlah wajib pajak yang terdaftar di setiap kecamatan per tahun selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 di Kota Padang.

c. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah jumlah seluruh orang yang mendiami suatu daerah tertentu khususnya diseluruh daerah di kecamatan Kota Padang.Variabel ini diukur dengan menggunakan satuan orang/jiwa yang berada di setiap kecamatan di Kota Padang mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.

(7)

Page | 7

Model Analisa

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan regresi berganda, maka persamaan regresinya sebagai berikut :

Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana :

Y = Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Inflasi

X2 = Jumlah Wajib Pajak X3 = Jumlah Penduduk e = Error

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Kota Padang adalah ibukota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera dan berada antara 00 44C 002 dan 1008C352 Lintang Selatan serta antara 100005C052 dan 100034C092 Bujur Timur. Menurut PP No.17 Tahun 1980, luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dan 104 kelurahan/desa dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2 (BPS, 2013).

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 11 kecamatan yang ada di

Kota Padang, karena masa penelitian ini selama 4 tahun yaitu dari tahun 2009-2012 maka total sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 sampel.

Statistik Deskriptif

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 16.0

Dari tabel 4.1 di atas terlihat nilai variabel inflasi terendah adalah sebesar 1,47 sedangkan nilai Inflasi tertinggi adalah sebesar 1,95. Kemudian rata-rata Inflasi pada penelitian ini sebesar 1,6875 dengan standar deviasi sebesar 0,17930.

Variabel yang kedua yaitu jumlah wajib pajak, dengan nilai terendah adalah sebesar 8,45 dan dengan nilai tertinggi sebesar 10,79. Secara keseluruhan rata-rata nilai jumlah wajib pajak adalah sebesar 9,4975 yang menghasilkan standar deviasi data sebesar 0,55284.

Variabel yang ke tiga adalah Jumlah Penduduk dengan nilai terendahnya sebesar 10,04 sedangkan nilai tertingginya sebesar 12,03. Secara keseluruhan nilai rata-rata Jumlah Penduduk adalah sebesar 11,1311 dengan menghasilkan standar deviasi sebesar 0,51791.

Keterangan Min Max Mean Std. Deviasi Inflasi 1,47 1,95 1,6875 0,17930 Jumlah Wajib Pajak 8,45 10,79 9,4975 0,55284 Jumlah Penduduk 10,04 12,03 11,1311 0,51791 Pajak Bumi dan

Bangunan

(8)

Page | 8 Variabel yang ke empat adalah

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunam (PBB) dengan nilai terendahnya sebesar 18,47 sedangkan nilai tertingginya ialah sebesar 21,40. Secara keseluruhan nilai rata-rata Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunam (PBB) yaitu sebesar 20,3736 dengan standar deviasi sebesar 0,74595.

Hasil Uji Normalitas Tabel 4.2

Hasil Pengujian Normalitas

Keterangan Asymp Sig (2-Tailed) Alpha Kesimpulan Inflasi 0,091 0,05 Normal Jumlah Wajib Pajak 0,075 0,05 Normal Jumlah Penduduk 0,643 0,05 Normal Pajak Bumi dan Bangunan 0,333 0,05 Normal

Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0

Pada Tabel 4.2 di atas terlihat seluruh variabel penelitian telah berdistribusi normal. Seluruh variabel penelitian tersebut telah memiliki nilai asymp sig (2-tailed) diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian yang digunakan telah berdistribusi normal, sehingga tahapan pengolahan data selanjutnya bisa dilaksanakan.

Hasil Uji Multikolonieritas Tabel 4.3

Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Independen

Keterangan Tolerance VIF Kesimpulan

Inflasi 0,998 1,001 Tidak Terjadi Jumlah Wajib Pajak 0,244 4,091 Tidak Terjadi Jumlah Penduduk 0,245 4,089 Tidak Terjadi

Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang terdiri dari inflasi, jumlah wajib pajak dan jumlah penduduk telah memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap masing-masing variabel independen tidak teridentifikasi atau bebas dari gejala multikolinearitas.

Hasil Uji Autokorelasi Tabel 4.4

Hasil Pengujian Autokorelasi Model Durbin-Watson

1 1,151

Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0

Pada hasil analisis dari tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Durbin - Watson (DW)

sebesar 1,291. Karena nilai Durbin - Watson (DW) berkisar antara antara 1 sampai 3, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

(9)

Page | 9

Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.5

Hasil Pengujiaan Heteroskedastisitas Model Glejser

Keterangan Sig Alpha Kesimpulan Inflasi 0,610 0,05 Tidak Terjadi Jumlah Wajib Pajak 0,444 0,05 Tidak Terjadi Jumlah Penduduk 0,071 0,05 Tidak Terjadi

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 16.0

Dari Tabel 4.5 di atas terlihat jelas bahwa setiap variabel independen pada penelitian ini telah menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi absolute yang telah terbentuk tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Pengujian Hipotesis

Pengujian Koefisien Determinansi (R2) Tabel 4.6

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Keterangan R-Square

Inflasi, jumlah wajib pajak dan jumlah penduduk

0,420 Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas terlihat bahwa nilai R Square yang berhasil didapatkan sebesar 0,420. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh variabel Inflasi, Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah Penduduk terhadap variabel penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 42%, sedangkan sisanya sebesar 58% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Pengujian Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Statistik F

Keterangan Sig Alpha Kesimpulan Inflasi, jumlah

wajib pajak dan jumlah penduduk

0,000 0,05 Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut, terlihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0.05 maka artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak antara Inflasi, Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Pengujian Signifikan Parameter

Individual (Uji Statistik t) Tabel 4.8

Hasil Pengujian Statistik t

Ket B T Sig Kesimpul

an Konstanta 10,265 4,755 0,000 Inflasi (X1) -0,213 -0,425 0,637 Tidak signifikan Jumlah Wajib Pajak (X2) 0,127 0,312 0,757 Tidak signifikan Jumlah Penduduk (X3) 0,833 2,376 0,022 Signifikan

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 16.0

Berdasarkan tabel 4.8 hasil persamaan regresi linier berganda yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Y = 10,265 − 0,213X1 + 0,127X2 + 0,833X3

Pada variabel inflasi mendapatkan nilai -0,213 kemudian pada variabel jumlah

(10)

Page | 10 wajib pajak mendapatkan nilai 0,127

selanjutnya pada variabel jumlah penduduk mendapatkan nilai 0,833.

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis 1

Pada tabel 4.8 terlihat koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel inflasi sebesar -0,425 dengan nilai signifikan 0,673. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikan t sebesar 0,673 > alpha 0,05 maka keputusannya Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

Hasil ini menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak dapat memberikan pengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang. Maka dapat dikatakan bahwa variabel inflasi bukanlah variabel yang dapat memberikan pengaruh atau dampak yang kuat terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiharjo (2003) dan Hasanudin (2011). Penelitian Budiharjo (2003) menjelaskan bahwa inflasi tidak nyata pengaruhnya terhadap penerimaan PBB pada kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Tengah. Kemudian pada penelitian Hasanudin (2011) juga menjelaskan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap

penerimaan PBB di Kabupaten Kendal, Demak, Kudus dan Kota Semarang.

Hipotesis 2

Pada tabel 4.8 terlihat koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel jumlah wajib pajak sebesar 0,312 dengan nilai signifikan 0,757. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikan t sebesar 0,673 > alpha 0,05 maka keputusannya Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga hipotesis kedua dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara jumlah wajib pajak dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

Hasil ini menunjukkan bahwa variabel jumlah wajib tidak dapat memberikan pengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang. Maka dapat dikatakan bahwa variabel jumlah wajib bukanlah variabel yang dapat memberikan pengaruh atau dampak yang kuat terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sasana (2005) dan Makmur (2010). Pada penelitian Sasana (2005) menjelaskan bahwa adanya pengaruh atau hubungan positif antara jumlah wajib pajak dengan penerimaan PBB di Kabupaten Banyumas. Kemudian pada penelitian Makmur (2010) juga menjelaskan bahwa jumlah wajib pajak sektor perkotaan dan sektor perdesaan

(11)

sama-Page | 11 sama berpengaruh terhadap penerimaan PBB

di Kabupaten Kutai Barat.

Hipotesis 3

Pada tabel 4.8 terlihat koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel jumlah wajib pajak sebesar 2,376 dengan nilai signifikan 0,022. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai signifikan t sebesar 0,022 < alpha 0,05 maka keputusannya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hipotesis ketiga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara jumlah penduduk dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

Hasil ini menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk dapat memberikan pengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang. Maka dapat dikatakan bahwa variabel jumlah penduduk merupakan variabel yang dapat memberikan pengaruh atau dampak yang kuat terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiharjo (2003) dan Hasanudin (2011). Pada penelitian Budiharjo (2003) menjelaskan adanya pengaruh atau hubungan positif antara jumlah penduduk dengan penerimaan PBB pada kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Tengah. Kemudian Hasanudin (2011) juga menjelaskan adanya pengaruh atau hubungan positif antara jumlah penduduk dengan penerimaan PBB di

Kabupaten Kendal, Demak, Kudus dan Kota Semarang.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dan uraian di atas mengenai Kajian Empiris Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil pengujian hipotesis 1 menjelaskan

bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

b. Hasil pengujian hipotesis 2 menjelaskan bahwa jumlah wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

c. Hasil pengujian hipotesis 3 menjelaskan bahwa jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

d. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara inflasi, jumlah wajib pajak dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Padang.

e. Pengaruh variabel inflasi, jumlah wajib pajak dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

(12)

Page | 12 (PBB) di Kota Padang sebesar 42%,

sedangkan sisanya sebesar 58% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Saran

Berdasarkan kepada hasil dari penelitian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran, diantaranya agar hasil yang didapatkan lebih akurat maka untuk penelitian yang selanjutnya disarankan memperluas atau menambah lokasi ruang lingkup penelitiannya, kemudian untuk tidak menggunakan variabel independen jumlah wajib dan jumlah penduduk secara bersamaan karena memiliki hubungan gejala dari hasil uji multikolonieritas, selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel-variabel independen lainnya yang dapat mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) seperti PDRB, jumlah bangunan, luas lahan, faktor-faktor dalam diri wajib pajak dan variabel-variabel independen lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Padang, Padang Dalam Angka, 2013.

Budiharjo, Ari. 2003. Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Bruto dan Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Bumi Pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Tengah, Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Direktorat Jenderal Pajak, 2012. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-undang Perpajakan, Jakarta.

Erniyanti, Liza. 2007. Analisa Ekonomi Makro, Industri dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Return Saham dan Beta Syariah, Skripsi Sarjana, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta padang. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Multivariate

dengan Program IBM SPSS 19,

Universitas Diponegoro, Semarang. Hasanudin, Muhamad. 2011. Analisi

Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Tingkat Inflasi Terhadap

Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) Di Kabupaten Kendal, Demak, Kudus dan Kota Semarang Tahun 2001-2008, Jurnal Teknis, Vol.6 No.1.

http://pekalongankab.go.id/fasilitas- web/artikel/ekonomi/3309-peralihan- pbb-dari-pajak-pusat-menjadi-pajak-daerah.html,15 Februari 2014. http://www.pajak.go.id/content/pengalihan-pbb-perdesaan-dan-perkotaan,15 Februari 2014.

Imtikhanah, Sobrotul dan Nin Sulistyowati. 2011. Pengaruh Faktor-faktor Dalam

Diri Wajib Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak Bumi Dan

Bangunan (PBB) Di Kabupaten Pekalongan, Jurnal, Pekalongan. Irfan, 2010. Pengaruh Kenaikan Upah

Minimum Propinsi (UMP) dan Jmlah

Penduduk Terhadap Penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan di Jakarta Selatan, Skripsi Sarjana, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(13)

Page | 13 Makmur, 2010. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Penerimaan PBB di Kabupaten Kutai Barat, Jurnal Eksis, Vol.6 No.2. Samarinda.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta.

Nadhia, Syarifah., Siti Khairani, dan Ratna Juwita, 2013. Efektivitas Prosedur

Penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) dari Pajak Pusat ke

Pajak Daerah Pada Dinas

Pendapatan Daerah Kota

Palembang, Jurnal Jurusan Akuntansi STIE MDP, Palembang.

Pemerintah Kota Padang, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Padang, 2012.

Pemerintah Kota Padang, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 7 Tahun 2011.

Sarwono, Jonathan. 2012. IBM SPSS ”Advan

Statistik”: Prosedur-Prosedur

Generalisasi dan Perluasan Generel Linear Model (GLM), Andi Offset, Yogyakarta.

Sasana, Hadi. 2005. Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

(Studi Kasus di Kabupaten

Banyumas), Jurnal Dinamika

Pembangunan, Vol.2 No.1.

Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business, Salemba Empat, Jakarta Selatan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi, Edisi ketiga, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Thoyib, M. 2008. Analisis Variabel-variabel

yang Mempengaruhi Penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Palembang, Jurnal Ilmiah Volume 1 No.1.

Triani dan Yeni Kuntari, 2009.Pengaruh

Variabel Makro Terhadap

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Periode 2003-2007 di

Kabupaten Karanganyar, Jurnal STIE Widya Manggala Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 menyediakan kemudahan kepada programmer dengan memanfaatkan fasilitas dari beberapa komponen seperti yang digunakan pada aplikasi ini, yaitu

[r]

4.4 Mengonstruksikan teks eksposisi dengan memerhatikan isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi), struktur dan kebahasaan 3.5 Mengevaluasi teks anekdot

Faktor penentu keberhasilan pada persaingan produk bakpia pathok adalah harga produk, keragaman produk, daya tahan produk, rasa produk, tekstur produk, warna produk,

Dari 27 jenis tumbuhan tersebut yang paling banyak dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat Moya Kecamatan Kota Ternate Tengah sebagai obat tradisional adalah

Teknik ini dilakukan dengan melihat data yang ada di Bank Indonesia meliputi data nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, tingkat suku bunga acuan, dan neraca

Berdasarkan pengolahan data SPSS versi 20 di atas, maka terdapat kontribusi yang positif dan signifikan kepemimpinan, iklim sekolah, kepuasan kerja dan motivasi