• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI : Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IX SMP Negeri 7 Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI : Studi Kuasi Eksperimen di Kelas IX SMP Negeri 7 Depok"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan memaparkan lima sub-bab utama, yaitu (1) latar belakang penelitian; (2) rumusan masalah penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; dan (5) struktur organisasi skripsi.

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan kualitas sumber daya manusia tidak dapat lepas dari kualitas pendidikan (Asna, 2016, hal. 74). Pendidikan merupakan suatu kegiatan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan (Usman, 2000, hal. 4). Dunia pendidikan mendapatkan peran yang penting dalam pembentukan dan pengembangan potensi-potensi anak (Ulfa & Arifi, 2017, hal. 75). Pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan juga merupakan tonggak kemajuan sebuah bangsa (Surya, 2010, hal. 2), hal itu sejalan dengan penjelasan Tilaar bahwa pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan eksistensi siswa yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global (Agus & Taufik, 2010, hal. 14).

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa:

Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Berhubungan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, dapat kita lihat bahwa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan tujuan pertama yang dituliskan. Hal tersebut memiliki arti bahwa begitu pentingnya menjadikan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.

(2)

Pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan agama Islam. Menurut Putra dan Lisnawati (2012, hal. 1), secara substansional salah satu tujuan pendidikan agama Islam adalah menumbuhkembangkan manusia takwa.

Potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa dapat di kembangkan salah satunya dengan pendidikan Islam. Muhammad Quth memberikan penjelasan bahwa pendidikan Islam adalah pendekatan menyeluruh terhadap wujud manusia baik dari segi jasmani maupun ruhani, baik dari kehidupan fisik maupun mentalnya dalam melaksanakan kegiatannya di bumi ini (Lestari & Ngantini, 2010, hal. 30).

Pendidikan agama Islam memiliki sifat multidimensi takwa yang dijabarkan meliputi semua dimensi kemanusiaan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi, ketakwaan tidak dapat ditumbuhkembangkan dalam keterpisahan tiga dimensi tersebut (Lisnawati, Putra, & Santi, 2012, hal. 3). Inilah yang membedakan PAI dari mata pelajaran lainnya. Pendidikan Agama Islam atau PAI merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi (Syahidin, 2009, hal. 1).

Pada kurikulum 2013 yang berlaku di beberapa sekolah, mata pelajaran PAI telah berganti menjadi PAI dan Budi Pekerti. Mata pelajaran ini yang nantinya dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, dalam pelaksanaaan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, diperlukan peran pendidik.

Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi, salah satunya yaitu guru yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (Anwar & Fakruddin, 2016, hal. 144). Dalam suatu proses pendidikan terdapat proses belajar mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Begitupun dengan proses belajar mengajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti (Usman M. U., 2000, hal. 4).

(3)

Pendidik yang paling banyak berhubungan dengan proses mengajar di sekolah yaitu guru. Djamarah (2000, hal. 31) mengemukakan pengertian guru secara sederhana, bahwa guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik tentunya seorang guru haruslah memiliki kompetensi.

Dalam UU No.14 Tahun 2005 dituliskan “kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” (Anwar, 2011, hal. 1)

Seperti yang dituliskan dalam UU No.14 Tahun 2005 tersebut, seorang guru harus memiliki kompetensi profesional dimana seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sesuai dengan yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Namun, dalam proses belajar mengajar tak selamanya berjalan dengan baik, pasti ada saja masalah yang dihadapi baik itu oleh pendidik maupun peserta didik seperti menurunnya semangat belajar peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Kemudian, pada banyak kasus juga terlihat munculnya kecenderungan suasana pembelajaran yang membosankan dan kurang menarik yang dialami oleh siswa karena pengelolaan pembelajaran yang kurang baik khususnya pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Kurang menariknya pembelajaran PAI di sekolah salah satunya disebabkan oleh pembelajaran yang masih mengadopsi model dan metode pembelajaran konvensional (Budi, Rahmat, & Kosasih, 2015, hal. 192). Taryadi (2013, hal. 53) mengemukakan bahwa salah satu faktor lainnya adalah ketidakmampuan guru dalam memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu.

Guru harus berusaha tampil menyenangkan di hadapan peserta didik, agar dapat mendorong mereka untuk belajar (Anwar, 2011, hal. 3). Hal ini tentunya

(4)

berpengaruh terhadap hasil belajar, karena kegiatan belajar dan mengajar sasarannya adalah hasil belajar, jika cara dan motivasi belajar baik, maka diharapkan hasil belajarnya juga baik.

Oleh karena itu, guru harus dapat memperbaiki mutu mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan dalam pengorganisasian kelas, model mengajar, penggunaan prasarana, strategi pembelajaran maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar (Abdullah, 2015, hal. 272). Bagi seorang guru, mengajar adalah aktivitas utama. Oleh karena itu, ia layak disebut guru, karena ada transfer ilmu kepada siswa. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban guru untuk mempelajari bermacam-macam model dan metode pembelajaran, agar bisa mengajar secara efektif, efisien, dan berkualitas. Pembelajaran menjadi kata kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Lumbu & Budiarti, 2015, hal. 23). Apabila selama ini cara guru dalam mengelola pembelajaran cenderung sentralistik dengan pusat informasi dan pengetahuan ada pada dirinya, tampaknya, perlu segera melakukan perubahan paradigma. Sudah sepatutnya kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan peran aktif siswa. Selain itu, siswa juga memerlukan situasi belajar yang menyenangkan agar tercipta pembelajaran yang membangkitkan semangat dan hasil belajar siswa pun tidak menurun.

Menurut Panggabean (Pratitis & Binadja, 2014, hal. 1370) model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru sangat berpengaruh pada keaktifan siswa di kelas. Oleh karena itu, guru memerlukan metode dan model pembelajaran yang tepat untuk mempermudah tugasnya sebagai pengajar dan pendidik. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar semangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti ini, salah satu model pembelajaran word square.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aprianto (2015, hal. 84) bahwa rata-rata hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik yang diajar dengan pembelajaran dengan menggunakan model word square lebih baik daripada peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini juga telah

(5)

dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Jonelisa, dkk (2013, hal. 11) dalam jurnalnya menjelaskan, berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas yang diterapkan di kelas V SD Negeri 2 Sidodadi tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, sifat-sifat bangun ruang, dan simetri yang hasilnya menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran inovatif tipe word square dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Word square merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Struktur word square merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang (Sani, Kurniasih, & Berlin, 2015, hal. 97).

Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan model word square untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Peneliti akan mengkaji lebih dalam lagi melalui skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti”.

1.2.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah umum yang dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana efektivitas model pembelajaran Word square terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti?”

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka rincian rumusan masalah tersebut adalah:

1.2.1. Bagaimana kondisi awal hasil belajar siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan model pembelajaran word square dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran word square?

(6)

1.2.2. Bagaimana proses pembelajaran siswa kelas eksperimen dengan model pembelajaran word square?

1.2.3. Bagaimana kondisi akhir hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah menggunakan model pembelajaran word square dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran word square?

1.2.4. Bagaimana perbandingan hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran word square dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran word square?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran word square dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus dirincikan sebagai berikut:

1.3.1. Mengetahui kondisi awal hasil belajar siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan model pembelajaran word square dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran word square.

1.3.2. Mengetahui proses pembelajaran siswa kelas eksperimen dengan model pembelajaran word square.

1.3.3. Mengetahui kondisi akhir hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah menggunakan model pembelajaran word square dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran word square.

1.3.4. Mengetahui perbandingan hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran word square dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran word square.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menjadi acuan dalam mengajar untuk pendidik maupun mahasiswa IPAI yang

(7)

nantinya akan menjadi calon guru PAI dengan menggunakan model pembelajaran word square.

1.4.2.Manfaat Praktis

Dari penelitian ini ada beberapa manfaat praktis diantaranya:

1.4.2.1. Bagi siswa, dapat lebih semangat dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dapat meningkat.

1.4.2.2. Bagi guru, model pembelajaran word square ini dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas.

1.4.2.3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru mengenai model pembelajaran yang digunakan di kelas.

1.4.2.4. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagaimana pelaksanaan penelitian yang berlangsung di sekolah untuk gambaran sebagai calon guru PAI, dan sebagai syarat kelulusan untuk mendapat gelar sarjana pendidikan.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam penyusunan karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan memaparkan tentang lima sub-bab utama, yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka memaparkan tentang teori-teori dasar yang digunakan dalam skripsi ini, disamping penelitian-penelitian terdahulu yang terkait. Teori-teori yang dimaksud adalah pengertian, jenis, fungsi, dan manfaat model pembelajaran. Selanjutnya tentang model pembelajaran word square yang meliputi pengertian, fungsi, langkah pembuatan, kekurangan, dan kelebihannya. Selanjutnya, hasil belajar yang meliputi pengertian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Kemudian mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, yang meliputi pengertian, dasar-dasar, fungsi, dan tujuan mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

(8)

Bab III Model Penelitian, yang meliputi: Desain Penelitian, Partisipan, Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Prosedur Penelitian, dan Analisis Data.

Bab IV Temuan dan Pembahasan, yang memaparkan hasil penelitian dan pembahasan data mengenai kondisi awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada hasil belajar mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, gambaran proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran word square, hasil akhir siswa kelas eksperiman dan kelas kontrol dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, dan efektivitas model pembelajaran word square terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

JAHIT CHECKING & PACKING

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bahwa penggunaan metode spektrofotometri derivatif dengan cara penentuan zero crossing dapat dilakukan

Additional Profit Tax (APT) is applicable for Bayu Undan regime, the Supplemental Petroleum Tax (SPT) is applicable for ‘JPDA but not Annex F’ and ‘100% Timor-Leste Territory’

Having seen many peers were in silence during the Integrated Course (IC) class (ED 101), this study aims to explore factors that contribute to.. students’

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.. Metode

Hasil belajar kognitif siswa yang mendapat pembelajaran fisika pada materi usaha dan energi yang berfokus pada penyelesaian soal menggunakan LKS baik dengan metode

Pada hari ini Jumat Tanggal Dua Puluh Enam Bulan April Tahun Dua Ribu Tiga Belas (26-04-2013), berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor 25-TU/PBJ-PDD/2013