• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BAYI USIA 4 - 6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BAYI USIA 4 - 6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

PERBEDAAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BAYI USIA 4 - 6

BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ikvin Muttathi’in

G 0008108

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Pertambahan Berat Badan Bayi

Usia 4 - 6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula

Ikvin Muttathi’in, NIM : G0008108, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Selasa, Tanggal 20 Desember 2011

Pembimbing Utama

Nama : H. Rustam Siregar, dr., Sp.A

NIP : 19490116 198012 1 001 (...)

Pembimbing Pendamping

Nama : Wachid Putranto, dr., Sp.PD

NIP : 19720226 200501 1 001 (...)

Penguji Utama

Nama : Ismiranti Andarini, dr., Sp.A, M.Kes

NIP : 19720428 201001 2 001 (...)

Anggota Penguji

Nama : Tri Yuli Pramana, dr., Sp.PD-KGEH

NIP : 19620723 198911 1 001 (...)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2011

Ikvin Muttathi’in

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Ikvin Muttathi’in, G0008108, 2011. Perbedaan Pertambahan Berat Badan Bayi

Usia 4 - 6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Susu Formula. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 30 bayi berusia 4-6 bulan dari beberapa Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura dan Gatak Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei – Juli 2011. Data pertambahan berat badan diperoleh dari pengukuran selisih berat badan sekarang dengan berat badan satu bulan yang lalu, sedangkan jenis asupan diperoleh dari wawancara yang mengacu pada lembar kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 menggunakan uji statistik Independent t test.

Hasil Penelitian: Dari total 30 jumlah sampel, 15 bayi mendapat ASI eksklusif dan 15 bayi mendapat susu formula. Hasil pengujian data untuk pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan antara yang di beri ASI eksklusif dan susu formula menggunakan uji statistik Independent t test menunjukkan nilai p = 0.021 (p < 0.05), dengan mean difference -0.207 dan IK 95% adalah antara -0.379 sampai -0.033.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRACT

Ikvin Muttathi’in, G0008108, 2011. The Difference of Weight Gain in Infants Aged 4 - 6 Months who were Given Exclusive Breastfeeding and Infant Formula. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

Objectives : The purpose of the research was to know the differences of weight gain in infants aged 4 - 6 months who were given exclusive breastfeeding and infant formula.

Methods: This was an analytic observational study with cross sectional approach, using purposive sampling technique, a sample of 30 infants aged 4 - 6 months from some Posyandu in the region of Kartasura and Gatak Health Center, Sukoharjo in May - July 2011. Weight gain data obtained from measuring the difference between current weight to body weight a month ago, while the type of intake derived from the interviews refer to a questionnaire. Data were analyzed with the program Statistics Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 statistical test Independent t test.

Results: Of the total 30 number of samples, 15 exclusively breastfed infants and 15 infants received formula fed. The test result data for weight gain among infant aged 4 - 6 months who was given exclusive breastfeeding and infant formula using a statistical test of the Independent t test showed the value of p = 0.021 (p < 0.05), with a mean difference -0.207 and 95% CI is between -0.379 to 0.033.

Conclusions: There were significant of weight gain in infants aged 4 - 6 months who were given exclusive breastfeeding and infant formula.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan

Pertambahan Berat Badan Bayi Usia 4 - 6 Bulan yang Diberi Asi Eksklusif dan Susu Formula”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. H. Rustam Siregar, dr., Sp. A, selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 4. Wachid Putranto, dr., Sp. PD, selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 5. Ismiranti Andarini, dr., Sp. A, M. Kes., selaku penguji utama yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Tri Yuli Pramana, dr., Sp. PD-KGEH, selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.

7. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, yang telah berkenan memberikan bimbingan statistik.

8. Pihak Puskesmas yang telah membantu penelitian penulis di wilayah kerja Puskesmas Kartasura dan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

9. Ibu-Ibu Kader Posyandu yang telah membantu pengumpulan data skripsi. 10.Seluruh keluarga (Bapak Anung, Ibu Sofwah, mas Mahar, dek Rizqi, dek

Ibrahim, mas Perdana) yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat (Endika, Cholifatur, Titis, Dessy Tri, Iput, Intan dan lain-lain) yang telah membantu, memberikan pengertian, menemani dan menyemangati.

12.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran di masa mendatang untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Desember 2011

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

1. Pertambahan Berat Badan ... 4

2. Sosial Ekonomi ... 6

3. ASI Eksklusif ... 8

4. Susu Formula... 12

5. Hubungan ASI Eksklusif dan Susu Formula terhadap Pertambahan Berat Badan Bayi... 16

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

(8)

commit to user

viii

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 20

C. Subjek Penelitian ... 20

D. Teknik Sampling ... 21

E. Identifikasi Variabel ... 21

F. Definisi Operasional Variabel ... 21

G. Instrumen Penelitian ... 22

H. Rancangan Penelitian ... 23

I. Cara Kerja ... 23

J. Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 25

A. Karakteristik Sampel Penelitian ... 25

B. Analisis Uji Independent t test ... 27

BAB V. PEMBAHASAN ... 29

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 32

A. Simpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkiraan Kenaikan Berat Badan Bayi Baru Lahir ... 6

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Zat Gizi ASI dengan Susu Sapi ... 15

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Gizi ... 25

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu ... 26

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Orangtua….. ... 27

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Data Hasil Penelitian

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(12)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alami untuk bayi. ASI eksklusif

adalah ASI yang diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya

sampai usia 4 bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. ASI bukan sekedar

sebagai makanan melainkan juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel

yang hidup (seperti darah). ASI mengandung sel darah putih, antibodi,

hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh

bakteri dan virus (Roesli, 2005). Sedangkan susu formula merupakan makanan

pengganti ASI yang mengandung nutrisi untuk bayi dan kandungan gizinya

tidak melebihi wajar maksimum (Hassan, 2007; Heird, 2007).

Pemberian ASI eksklusif dan susu formula sejak lahir pada anak akan

mempengaruhi masukan zat gizi anak sehingga pertumbuhan anak juga akan

berpengaruh. Pada tahun 2001, prevalensi pemberian ASI yang diberikan

sampai 6 bulan di United State mencapai 32,5% (Ryan, 2002). Survei

demografi Kesehatan Indonesia tahun 1997 dan 2003 menunjukkan angka

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan terus menurun.

Tahun 1997 angka pemberian ASI eksklusif masih 49%. Sedangkan tahun

2003 menjadi 39% (Depkes, 2009). Sedangkan berdasarkan data yang

diperoleh dari profil kesehatan kabupaten se-Jawa Tengah tahun 2006

menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,08%, terjadi

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2005 yang mencapai 27,49%.

Angka ini dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan target pencapaian

ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes, 2006). Sebaliknya pemberian

susu formula di Indonesia untuk bayi meningkat dari 10% di tahun 1997

menjadi 30% ditahun 2003 (Depkes, 2009).

Pertumbuhan merupakan masalah perubahan besar, jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat,

ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik (Soetjiningsih,

1995). Salah satu jenis pertumbuhan yaitu pertumbuhan massa jaringan

dengan ukuran berat badan. Berat badan ini dipergunakan untuk melihat laju

pertumbuhan fisik maupun status gizi kecuali terdapat kelainan klinis seperti

dehidrasi, asites, edema, dan tumor (Supariasa et al., 2002).

Menurut Roesli (2002), terdapat perbedaan pertumbuhan antara bayi

yang mendapat ASI dan yang mendapat susu formula. Dari berbagai

penelitian, bayi yang mendapat ASI eksklusif sedikit lebih berat dibandingkan

bayi yang mendapat susu formula. Namun, menurut Dewey et al. (1992), bayi

yang diberi susu formula mengalami kenaikan berat badan yang cenderung

cepat dibanding ASI.

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan

pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan

(14)

commit to user B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 - 6 bulan yang

diberi ASI ekslusif dan susu formula?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan pertambahan berat badan bayi usia 4 – 6

bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memperkaya pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan Anak khususnya

tentang ASI eksklusif dan susu formula.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah informasi masyarakat mengenai perbedaan ASI eksklusif dan

susu formula.

b. Meningkatkan kegiatan promosi pentingnya ASI eksklusif bagi tenaga

kesehatan.

c. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertambahan Berat Badan

a. Konsep Pertumbuhan

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang

diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang, dan

keseimbangan metabolik (Soetjiningsih, 1995). Pada dasarnya

pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu: pertumbuhan linier dan

pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linier menggambarkan

status gizi yang dihubungkan pada masa lampau dan pertumbuhan

massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada

saat sekarang atau saat pengukuran. Ukuran massa jaringan yang

paling sering digunakan adalah berat badan (Supariasa et al., 2002).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain:

1) Faktor internal (genetik)

Faktor ini merupakan modal dasar mencapai hasil proses

pertumbuhan. Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa,

keluarga, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.

2) Faktor eksternal/lingkungan

(16)

commit to user a) Faktor pranatal

Yang terdiri dari gizi ibu pada saat hamil, mekanis

(trauma dan cairan ketuban yang kurang), toksin/zat kimia

(zat teratogenik), endokrin (insulin, tiroid, dll), radiasi,

infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio (terjadi akibat

gangguan plasenta), dan psikologis ibu (stress).

b) Faktor pasca natal

Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi,

diperlukan zat makanan yang adekuat), penyakit

kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik/kimia (cuaca,

sanitasi lingkungan, keadaan rumah), psikologis, endokrin,

sosio-ekonomi (pendidikan, teknologi, pekerjaan),

lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan

(Soetjiningsih, 1995; Supariasa et al., 2002).

c. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting

dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Pada masa bayi,

berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik

maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tabel 1. Perkiraan Kenaikan Berat Badan Bayi Baru Lahir

Usia Kenaikan berat badan perhari

0-3 bulan 30 gram

3-6 bulan 20 gram

6-9 bulan 15 gram

9-12 bulan 12 gram

1-3 tahun 8 gram

4-6 tahun 6 gram

(Keane, 2007)

2. Sosial Ekonomi

Beberapa hal yang berperan sebagai penyebab timbulnya masalah gizi

yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor sosial ekonomi yang

meliputi pendidikan orangtua, pekerjaan dan pendapatan, teknologi,

budaya, dan lain-lain. Keterbatasan sosial ekonomi berpengaruh langsung

terhadap pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan makanan

serta berpengaruh pada praktek pemberian makanan pada bayi yang

akhirnya mempengaruhi daya beli dan asupan makanan untuk memenuhi

kebutuhan akan pertumbuhan (Aritonang, 1994).

a. Pendapatan Orangtua

Pendapatan orangtua merupakan faktor eksternal yang

(18)

commit to user

tersebut (Supariasa et al., 2002). Rendahnya pendapatan

merupakan rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak

mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.

Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendapatan dalam keluarga

akan menyebabkan semakin rendahnya persentase dalam

pemberian ASI sehingga daya beli terhadap susu formula semakin

tinggi (Rahayu, 2010).

b. Tingkat Pendidikan Ibu

Di Indonesia, tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan

menghasilkan banyak perubahan, khususnya pengetahuan dibidang

kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin

mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan,

semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat

(Notoatmodjo, 2003).

Dalam Tirtarahardja dan La Sulo (2005), jenjang pendidikan

adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan

kedalaman bahan pengajaran.

Berdasarkan UU No. 2 tahun 1989, pendidikan formal di

Indonesia memiliki 3 tingkat, yaitu:

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan ini ditempuh selama 9 tahun mencakup

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan ini meliputi SMU/SMK dan lama pendidikan

selama 3 tahun

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan ini meliputi pendidikan akademik dan profesional.

Pendidikan akademik dibagi menjadi program Sarjana (S1),

Program magister (S2), dan program Doktor (S3). Untuk

pendidikan professional dibagi menjadi program Diploma I,

Diploma II, Diploma III, dan Diploma IV.

(Mudyaharjo, 2001)

3. ASI Eksklusif

a. Definisi

ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja pada bayi tanpa

tambahan cairan lainnya seperti susu formula, air putih, air teh, madu,

dan tanpa tambahan makanan padat seperti bubur nasi, biskuit, pisang,

pepaya, dan tim. Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk dalam

waktu setidaknya dalam waktu 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6

bulan. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun

atau lebih. ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai

komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama

(20)

commit to user

kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui (Roesli,

2005).

b. Unsur Nutrisi

1) Karbohidrat

Zat karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang

jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan

tumbuh kembang bayi. Produk dari laktosa adalah galaktosa dan

glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan

jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medulla

spinalis, yaitu untuk pembentukan mielin (selaput pembungkus sel

saraf).

Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor, dan

magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang,

terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan

perkembangan tulang.

2) Protein

Protein dalam ASI jumlahnya lebih rendah dibanding

protein dalam susu buatan. Protein ASI merupakan bahan baku

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI sangat

cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap

oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh kelompok

protein whey (protein yang bentuknya lebih halus) di dalam ASI

lebih banyak daripada protein kasein. Kelompok whey merupakan

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

komposisi protein terbanyak yang ada dalam susu buatan adalah

kelompok kasein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna

oleh usus bayi. Perbandingan protein unsur whey dan kasein dalam

ASI adalah 60:40, sedangkan di dalam susu sapi 20:80.

3) Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian

meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali

diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak

pada lima menit pertama isapan akan berbeda pada 10menit

kemudian. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang

ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan

lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta

mempunyai jumlah yang cukup tinggi dalam bentuk Omega 3,

Omega 6, DHA dan arachidonid acid yang merupakan komponen

penting untuk mielinisasi.

Seluruh asan lemak dapat dibuat oleh tubuh dari protein dan

karbohidrat kecuali asam linoleat. Tanpa asam linoleat, otak tidak

dapat memperbaiki mielin dan dapat mengakibatkan hilangnya

koordinasi, daya ingat, dan halusinasi. Asam linoleat ada di dalam

ASI dengan jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna

dan diserap oleh bayi karena ASI juga mengandung enzim lipase

yang mencerna trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit

(22)

commit to user 4) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya

relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat

besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat

stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun

jumlah kecil tidak sebesar dalam susu sapi tetapi dapat diserap

secara keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan susu buatan

yang jumlanya tinggi tetapi sebagian besar harus dibuang melalui

sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.

Kadar mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja

usus bayi untuk mengeluarkan, mengganggu keseimbangan dalam

usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri merugikan yang

akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga

bayi kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan

metabolisme.

5) Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap. Vitamin cukup

untuk 6 bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K

karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin

K.

(Purwanti, 2004)

c. Manfaat Pemberian ASI

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Komposisi air susu setiap mamalia berbeda dan disesuaikan

dengan kebutuhan serta laju pertumbuhan masing-masing jenis

spesies. Jadi, ASI sapi untuk anak sapi, ASI kuda untuk anak kuda,

dan ASI manusia tentu untuk bayi manusia. ASI merupakan

sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang

dan sebagai makanan tunggal yang akan mencukupi kebutuhan

tumbuh bayi sampai usia 6 bulan.

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh manusia.

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari

ibunya (melalui plasenta). Namun, kadar zat ini akan cepat

menurun segara setalah bayi lahir. Kehilangan ini akan segera

diganti dengan pemberian ASI yang mengandung zat kekebalan

yaitu kolostrum. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.

3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan.

Pemberian ASI eksklusif akan menjamin tercapainya

pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini

karena selain sebagai nutrient yang ideal dengan komposisi yang

tepat serta sesuai dengan kebutuhan bayi. Nutrient yang diperlukan

untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit terdapat

pada susu sapi, antara lain: taurin, laktosa, dan asam lemah ikatan

panjang ( DHA, AA, Omega 3, dan Omega 6).

(24)

commit to user

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu

akan merasakan kasih sayang ibunya.

(Roesli, 2005)

4. Susu Formula

a. Definisi

Susu formula adalah modifikasi dari susu sapi yang merupakan

makanan pengganti ASI yang kandungan nutrisinya sudah disesuaikan

oleh keperluan bayi dan dapat dibuat sendiri baik di rumah atau di

rumah sakit. Susu ini kebanyakan dalam keadaan bubuk, hanya

memerlukan pengenceran dengan air matang sebelum diberikan pada

bayi (Hassan, 2007; Heird, 2007).

Susu ini diberikan sejak lahir pada anak bila ada suatu sebab

bayi tidak dapat memperoleh ASI, seperti:

1) Produksi ASI tidak cukup/sama sekali tidak keluar.

2) Terdapat penyakit pada ibu, seperti gagal jantung.

3) Bayi dengan kelainan metabolik bawaan.

4) Ibu sedang dirawat di rumah sakit dan dipisahkan dari bayinya.

5) Ibu bekerja atau berdagang yang letaknya jauh dari tempat

tinggalnya (Mansjoer et al., 2000).

b. Macam-macam

Makanan pengganti ASI di bagi menjadi dua golongan yaitu

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1) Formula Awal

Formula ini diberikan pada bayi sejak lahir sampai berumur

6 bulan yang terdiri dari Formula Awal Adaptasi dan Formula

Awal Lengkap.

a) Formula awal adaptasi adalah formula yang susunan gizinya

disesuaikan dengan fisiologis bayi baru lahir. Formula ini

diberikan untuk bayi baru lahir sampai 6 bulan. Contoh

formula ini yang beredar di Indonesia adalah Bebelac 1,

Enfamil, Morinaga, SGM 0, Nan, Nutrilon Primer, dan

Vitalac.

b) Formula awal lengkap berarti susunan gizinya lengkap dan

pemberiannya dapat dimulai setalah bayi dilahirkan.

Dibandingkan dengan formula awal adaptasi, formula ini

memiliki kadar protein dan mineral yang lebih tinggi.

Keuntungan dari formula bayi ini terletak pada harganya

yang lebih murah. Seperti Lactogen 1, Nestogen, SGM, dan

New Camelpo.

2) Formula Tindak Lanjut

Formula ini diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dimana

bayi telah mendapat makanan lengkap. Diantaranya: Bebelac 2,

Benamil, Vitalac 2, Lactogen 2, Nutrima, Promil, dan SGM 2 (

(26)

commit to user

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Zat Gizi ASI dengan Susu Sapi

ASI Susu sapi

Air(g) 88 88

Laktosa(g) 6,8 3

Protein(g) 1,2 3,3

Lemak(g) 3,8 3

Laktobulin 1,2 3,1

Asam linoleat(g) 8,3 1,6

Kalium(g) 55 138

Klorida(g) 43 103

Kalsium(g) 33 125

Magnesium(g) 4 12

Fosfor(g) 15 100

Zat besi(g) 0,15 0,1

Vitamin A 53 34

Vitamin D 0,03 0,06

Tiamin 16 42

Riboflavin 43 157

Asam nikotinat 172 85

Asam askorbat 4,3 1,6

Taurin 40 -

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

5. Hubungan ASI Eksklusif dan Susu Formula terhadap Pertambahan

Berat Badan Bayi

1. Kandungan lemak

Bayi belum dapat mencerna lemak dengan baik. Untuk

mencerna lemak dibutuhkan enzim lipase. ASI mengandung enzim

lipase, sedangkan pada susu formula tidak mengandung enzim ini.

Susu formula yang mengandung lemak tinggi tanpa adanya enzim

lipase ini merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya

peningkatan berat badan karena adanya penimbunan lemak (Sidi et

al., 2004).

2. Teori menghisap pada bayi

Bayi yang mendapat ASI cenderung menghisap puting susu

secara aktif, dan akan berhenti menghisap jika bayi telah merasa

kenyang. Sebaliknya, bayi yang mendapat susu formula yang

diberikan menggunakan botol, cenderung mendapatkan

tetesan-tetesan susu secara pasif dari botol dan berhenti meminum susu jika

botol telah kosong. Jadi bayi yang mendapat susu formula lebih

mudah mengalami peningkatan berat badan (Susilowati, 2008).

3. Hormon

Beberapa hormon dalam ASI berperan dalam pengaturan

(28)

commit to user 1) Leptin

Leptin ini berfungsi dalam regulasi metabolisme, asupan

makanan, penggunaan energi, serta memilki faktor metabolik

dan endokrin (Rahayu, 2007). Beberapa penelitian

membuktikan bahwa ASI manusia mengandung leptin. Bayi

yang mendapatkan ASI memilki kadar leptin yang lebih tinggi

daripada bayi yang mendapatkan susu formula. Kadar leptin

semakin menurun dengan durasi pemberian ASI (Ilcol et al.,

2006; Savino et al., 2009). Dari hasil penelitian Miralles et

al.(2006), berat badan bayi yang menyusui selama 2 tahun

pertama dipengaruhi oleh kadar leptin dalam ASI. Hal ini

menunjukkan bahwa leptin ASI merupakan faktor penting

dalam memberikan perlindungan terhadap kelebihan berat

badan pada bayi.

2) Adinopektin

Adiponektin adalah protein spesifik terbesar dari jaringan

adiposa. Hormon ini dapat mengikat asam lemak yang

dihasilkan oleh jaringan adiposa dan berhubungan dengan

metabolisme lipid. Hormon ini ditemukan dalam ASI (Martin

et al.,2006). Kadar hormon ini menurun dengan durasi laktasi

(Savino et al., 2009). Konsentrasi hormon ini berbanding

terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dan meningkat terkait

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mendapat ASI menjadi lebih rendah kadar adiponektin-nya,

sedangkan konsentrasi plasma adiponektin yang rendah lebih

cenderung mengalami peningkatan berat badan dan diabetes

tipe 2 ( Stefan et al., 2002).

3) Resistin

Resistin disekresi oleh jaringan adiposa dan terdapat

dalam ASI. Konsentrasi resistin lebih tinggi dalam serum bayi

yang diberi ASI. Kadar resistin berbanding terbalik dengan

berat badan bayi baru lahir. Hal ini membuktikan bahwa

resistin memiliki peran dalam mengendalikan pertumbuhan

janin. Selain itu juga terlibat dalam pengaturan nafsu makan

dan metabolisme dalam perkembangan bayi (Savino et al.,

2009).

4) Ghrelin

Ghrelin adalah peptida 28-asam amino yang terutama

diproduksi di lambung. Menurut penelitian, konsentrasi ghrelin

pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi daripada

bayi yang mendapat ASI. Ghrelin ini merangsang asupan

makanan, mengurangi pemanfaatan lemak dan pengeluaran

energi. Jadi bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih cenderung

(30)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak teliti

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Bayi usia 4 - 6 bulan yang diberi ASI Eksklusif mengalami pertambahan

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrohman,

2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua puskesmas di Kabupaten Sukoharjo, yaitu

Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Gatak, dari Mei - Juli 2011.

C. Subjek Penelitian

1. Kriteria Inklusi

a. Semua bayi berusia 4 – 6 bulan yang diberi ASI eksklusif atau

susu formula dengan riwayat berat badan bayi lahir normal dan

kelahiran cukup bulan.

b. Bayi yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).

c. Persetujuan dari orang tua.

2. Kriteria Eksklusi

a. Bayi Berat Lahir Rendah (< 2,5 kg).

(32)

commit to user b. Bayi dengan infeksi kronis.

c. Bayi yang mempunyai kelainan bawaan.

d. Kelahiran prematur (<37 minggu)

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu

pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan

dengan karakteristik populasi (Taufiqurrohman, 2008). Besar sampel yang

dipakai dalam penelitian ini yaitu n = 30 (rule of thumb) (Murti, 2010).

Proporsi 15 subjek untuk bayi dengan pemberian ASI eksklusif dan 15 subjek

untuk bayi dengan pemberian susu formula.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : ASI Eksklusif dan susu formula

2. Variabel terikat : Pertambahan berat badan bayi

3. Variabel luar tak terkendali : Faktor genetik, jenis kelamin, dan

lingkungan.

F. Definisi Operasional Variabel

1. ASI Eksklusif dan susu formula

a. Definisi : Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

tambahan cairan lain dan tanpa tambahan

makanan padat sampai berusia 6 bulan

(Roesli, 2005). Sedangkan pemberian susu

formula yaitu pemberian cairan modifikasi

dari susu sapi yang merupakan makanan

pengganti ASI yang kandungan nutrisinya

sudah disesuaikan oleh keperluan bayi

(Heird, 2007). Pemberian ASI atau susu

formula ini diberikan pada bayi baru lahir

sampai umur 4-6 bulan.

b. Kategori : 1) Pemberian ASI Eksklusif

2) Pemberian susu formula

c. Skala Pengukuran : Nominal

2. Pertambahan Berat Badan Bayi

a. Definisi : Pertambahan berat badan bayi dilihat dari

selisih hasil pengukuran pada saat

pengambilan data dan satu bulan sebelum usia

bayi pada saat pengukuran yang bisa dilihat

dari KMS.

(34)

commit to user Pemberian ASI Eksklusif

Analisis Statistik

Pemberian Susu Formula Kuesioner

Pengukuran Berat Badan Bayi Bayi usia 4-6 bulan G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Dacin dan sarung/kotak/celana timbang untuk menimbang bayi.

2. Kuesioner untuk wawancara pada ibu mengenai pemberian asupan gizi

pada bayinya.

3. KMS untuk melihat berat badan satu bulan sebelum pengukuran.

H. Rancangan Penelitian

Gambar 2. Skema Penelitian

I. Cara Kerja

1. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti meminta surat ijin penelitian

pada Tim Skripsi. Selanjutnya, peneliti meminta ijin kepada kepala

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kabupaten Sukoharjo sebagai tembusan ke puskesmas dimana

pengambilan data berlangsung.

2. Ketika jadwal posyandu dilaksanakan, peneliti bersama petugas

puskesmas (bidan) mendatangi masing-masing posyandu diwilayah

kerja puskesmas yang bersangkutan.

3. Setiap bayi usia 4-6 bulan dilakukan pengukuran berat badan

menggunakan timbangan bayi. Pengukuran dilakukan 1 kali serta

mencatat berat badan bayi satu bulan sebelum pengukuran. Setelah itu,

menghitung selisih berat badan bayi sekarang dan satu bulan

sebelumnya.

4. Wawancara terhadap ibu bayi yang berkunjung berdasarkan kuosioner

yang telah ada mengenai pemberian masukan zat gizi pada bayi.

5. Data yang diperoleh selanjutnya disortir sesuai dengan kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan.

6. Mengolah data hasil penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Independent t test

untuk melihat ada tidaknya perbedaan pertambahan berat badan antara

kelompok pemberian ASI eksklusif dengan kelompok pemberian susu

formula. Data akan diolah dengan menggunakan program Statistical Product

(36)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan

pada bayi usia 4 - 6 bulan di beberapa Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas

Kartasura dan Gatak Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei – Juli 2011. Data

penelitian didapat secara primer dari hasil observasi oleh peneliti dengan

melakukan pengukuran berat badan bayi untuk variabel pertambahan berat badan,

sedangkan untuk jenis asupan diperoleh dengan cara mengisi kuesioner melalui

wawancara oleh peneliti. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 30 sampel yang

memenuhi kriteria inklusi.

A. Karakteristik Sampel Penelitian

1. Asupan Gizi

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Gizi

Asupan Gizi Frekuensi Persetase (%) ASI Eksklusif

Susu Formula

15

15

50

50

Jumlah 30 100

Sumber: Data Primer 2011

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 30 sampel,

terdapat masing-masing 15 bayi yang mendapat asupan ASI eksklusif dan

susu formula.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan

Ibu

Pemberian Asupan Gizi

Total ASI Eksklusif Susu Formula

Dasar

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Pemberian Asupan Gizi

Total ASI Eksklusif Susu Formula

Laki-laki 7 ( 23,3%) 9 ( 30%) 16 ( 53,3%)

Perempuan 8 ( 26,7%) 6 (20%) 14 ( 46,7%)

Sumber: Data Primer 2011

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 30 sampel,

(38)

commit to user 4. Pendapatan Orangtua

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Orangtua

Pendapatan

Orangtua

Pemberian Asupan Gizi

Total ASI Eksklusif Susu Formula

Rp 250.000-Rp

B. Analisis Uji Independent t test

Hasil pengujian data untuk pertambahan berat badan bayi usia 4-6

bulan antara yang di beri ASI eksklusif dan susu formula menggunakan uji

statistik Independent t test menunjukkan nilai p = 0.021 (p < 0.05), dengan

mean difference -0.207 dan IK 95% adalah antara -0.379 sampai -0.033. Dapat

diambil kesimpulan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

ASI eksklusif dan susu formula, yaitu pertambahan berat badan bayi yang

diberi ASI eksklusif lebih kecil daripada susu formula.

Tabel 7. Hasil Analisis Independent t test

Kelompok F t df p keterangan

Pertambahan berat badan

bayi dengan jenis asupan 4.802 -2.471 22.611 0.021

perbedaan

bermakna

Sumber: Data Primer 2011

(40)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan

yang bermakna antara jenis asupan dengan pertambahan berat badan bayi usia 4 -

6 bulan (p < 0.05). Hal itu dapat diketahui dari hasil uji statistik Independent t test.

Pada pengujian data dengan independent t test, hasil untuk pertambahan

berat badan bayi usia 4 - 6 bulan antara yang diberi ASI eksklusif dan susu

formula menunjukkan nilai p = 0.021 (p < 0.05), mean difference -0.207 dan IK

95% adalah antara -0.379 sampai -0.033. Dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna pada rerata pertambahan berat badan bayi usia 4-6

bulan antara yang diberi ASI eksklusif dan susu formula, yaitu pertambahan berat

badan bayi yang diberi ASI eksklusif lebih kecil daripada susu formula.

Rata-rata pertambahan berat badan bayi yang diberi susu formula

menunjukkan hasil yang besar yaitu 0.667. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian

Butte et al. (2000), kecepatan pertambahan berat badan bayi usia 3 - 6 bulan lebih

tinggi pada bayi yang diberi susu formula. Hal itu didukung oleh Dewey et al.

(1992)bahwa pertambahan berat badan bayi selama 12 bulan pertama yang diberi

susu formula lebih besar. Selain itu, menurut Fomon (2004), pertumbuhan bayi

yang diberi susu formula lebih cepat daripada pemberian ASI disebabkan dari

kandungan nutrisi dalam susu formula tersebut. Kandungan nutrisi dalam susu

formula antara lain:

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1. Lemak yang terkandung dalam susu tidak dapat dicerna dengan baik oleh

bayi dan tidak terdapat enzim lipase sehingga terjadi penimbunan lemak yang

menyebabkan peningkatan berat badan (Sidi et al., 2004).

2. Mineral yang jumlahnya tinggi dan tidak dapat diserap dengan baik akan

memperberat kerja usus sehingga bayi kembung (Purwanti, 2004).

3. Protein dalam bentuk kasein yang sulit dicerna oleh bayi menyebabkan

terjadinya peningkatan berat badan (Butte et al., 2000).

Menurut Roesli (2002), dari berbagai penelitian, bayi yang mendapat ASI

eksklusif sedikit lebih berat dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Pertambahan berat badan pada susu formula ini tidak bisa dikatakan ideal.

Menurut Fomon (2004), pertambahan yang lebih besar belum tentu lebih baik

bagi bayi karena cenderung terjadinya obesitas. Selain itu menurut Keane (2007),

kenaikan rata-rata bayi usia 3 - 6 bulan yaitu 20 gram perhari. Sedangkan pada

bayi yang diberi susu formula mengalami peningkatan yang lebih besar dari

rata-rata tersebut.

Rata-rata pertambahan berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu

0.460. Meskipun hasil ini lebih kecil dari susu formula, namun kandungan

nutrisinya lebih cocok bagi tubuh bayi. Menurut Roesli (2005), ASI mempunyai

beberapa kelebihan antara lain:

a. ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan sebagai makanan tunggal yang akan mencukupi

(42)

commit to user

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Bayi baru lahir secara alamiah

mendapat imunoglobulin dari ibunya (melalui plasenta). Bayi yang diberi ASI

eksklusif akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI

eksklusif.

c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan. Nutrien yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit terdapat pada susu sapi,

antara lain: taurin, laktosa, dan asam lemah ikatan panjang (DHA, AA, Omega

3, dan Omega 6).

d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.

Oleh karena itu, meskipun pertambahan berat badan terlihat lebih kecil daripada

pemberian susu formula, namun pertambahan berat badan yang ideal bagi bayi

bisa didapatkan dari pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Kelemahan dari penelitian ini antara lain tidak dapat menjelaskan

hubungan sebab akibat antara jenis asupan dan pertambahan berat badan karena

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada pertambahan berat badan bayi

usia 4 - 6 bulan antara yang diberi ASI eksklusif dan susu formula, yaitu

pertambahan berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif lebih kecil daripada

susu formula (p = 0.021). Namun, pertambahan berat badan bayi yang diberi

susu formula ini tidak bisa dikatakan ideal karena kemungkinan terjadinya

obesitas. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif pada bayi lebih baik karena

kandungan nutrisinya lebih cocok bagi tubuh bayi.

B.Saran

1. Pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan diperlukan untuk

pertambahan berat badan yang ideal.

2. Pemberian susu formula pada bayi sejak usia 0 - 6 bulan sebaiknya

dihindari untuk mengurangi resiko obesitas.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk menjelaskan hubungan

sebab akibat serta mencari beberapa faktor yang mempengaruhi

pertambahan berat badan bayi.

(44)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, I. 1994. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Yogyakarta: Kanisius

Butte, N F.,Wong, W W., Hopkinson, J M.,Smith E O., Ellis, K J. 2000. Infant Feeding Mode Effect Early Growth and Body Composition. Pediatrics 2000, 106;1355

Dinkes. 2006. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah. http://www.depkes.go.id/download/profil/prov%20jateng%202006.pdf (2 Maret 2011).

Depkes. 2009. Puslitbang Gizi dan Makanan.

http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/index.php?option=com_content&ta sk=view&id=85&Itemid=2 (22 Februari 2011).

Dewey, KG., Heinig, M J., Nommsen, L A., Peerson JM., Lonnerdal, B. 1992. Growth of Breastfed and Formula Fed Infant from 0-18 Months: The DARLING Study. Pediatrics 89;1035

Fomon, S J. 2004. Assessment of Growth of Formula Fed Infant: Evolutionary Cnsideration. Pediatrics 2004, 113;389

Hassan, R. 2007. Gizi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: FK UI, p:326, 397.

Heird, W. C. 2007. Nutrition. In: Kliegman R.M (eds). Nelson Textbook of diatrics 18th Edition. Philadelpia: Elsevier Saunder.

Ilcol Y.O., Hizli Z.B., Ozkan T. 2006. Leptin concentration in breast milk and its relationship to duration of lactation and hormonal status. International Breastfeeding Journal. 1:21.

Keane, V. 2007. Growth, Development, and Behavior. In: Kliegman R.M (eds). Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Philadelpia: Elsevier Saunder.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Mansjoer, A; Setiowulan, W; wardhani, W.I; Suprahaita. 2000. Nutrisi. Dalam : Kapita Selekta Jilid 2. Jakarta: FK UI, pp: 568-569.

Martin L.J., Woo J.G., Geraghty S.R., Altaye M., Davidson B.S., Banach W., Dolan L.M. et al. 2006. Adiponectin is present in human milk and is associated with maternal factors. Am J Clin Nutr. 83:1106-1111.

Miralles O., Sanchez J., Palou A., Pico C. 2006. A Physiological Role of Breast Milk Leptin in Body Weight Control in Developing Infants. Obesity of research journal. 14:1371-1377.

Mudyaharjo, R. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, pp:472-489.

Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, p:119.

Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, pp:12-19.

Purwanti, H S. 2004. Konsep Penerapan ASI Ekslusif. Jakarta: EGC, pp: 3-20, 30.

Rahayu, I. 2010. Hubungan Pendidikan Ibu dan Pendapatan Orangtua dengan Lama Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Pucangan Kecamatan Kartasura. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rahayu I.D. 2007. LEPTIN: Ab Trigger of Hypertension Caused by Aterosklerosis. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 6:90-100.

Ryan, A.S; Wenjun, Z; Acosta, A. 2002. Breastfeeding Continues to increase into in the new millennium. Pediatrics 2002;110;1103-1109.

(46)

commit to user

Roesli, U. 2002. Kiat Sukses Menyusui. Jakarta: Aspirasi Muda, pp:20;22.

Savino F., Liguori S.S., Fissore M.F., Oggero R. 2009. Breast milk hormones and their protective effects on obesity. International Journal of Pediatric Endocrinology. 35:1-8.

Sidi L.P.S., Suradi R., Masoara S., Boediharjo S.D., Marnoto W. and Tobing H.K.P.(eds). 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Cetakan ke-2 Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia, pp:1-13.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC pp: 1-11.

Stefan N., Bunt J.C., Salbe A.D., Funahashi T., Matsuzawa Y., Tataranni P.A. 2002. Plasma Adiponectin Concentrations in Children: Relationship with Obesity and Insulinemia. J Clin Endocrinol Metab. 87: 4652-4656.

Supariasa, I D N; Bakri, B; Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. pp: 35-36, 40-41.

Susilowati. 2008. Dampak Negatif Susu Formula. http://www.eurekaindonesia.org/dampak-negatif-susu-formula/ (9 Januari 2011).

Taufiqurrohman, M.A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS Press, pp: 63, 71.

Gambar

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Gizi ........................................
Tabel 1. Perkiraan Kenaikan Berat Badan Bayi Baru Lahir
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Zat Gizi ASI dengan Susu Sapi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Rumah Sakit PKU

Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai formula yang optimum untuk formulasi sediaan krim w/o dari ekstrak etanolik

Dalam bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem dari aplikasi yang akan dibuat dan analisa sistem yang terdiri dari identifikasi masalah yang sedang dialamai

untuk mempermudah pekerjaan memilah benda secara lebih efisien sehingga proses daur ulang dapat berjalan lebih cepat. Dari pengamatan yang dilakukan mesin tersebut

Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

Terhadap calon fitofarmaka dapat dilakukan pengujian klinik pada manusia apabila sudah melalui penelitian toksisitas dan kegunaan pada hewan coba yang sesuai dan dinyatakan

Bagi perusahaan yang menjual barang atau jasa, dokumen ini diisi oleh fungsi kas dan berfungsi sebagai alat untuk menagih uang tunai dari bank yang mengeluarkan