• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. belajar, menunda persiapan bagi ulangan atau ujian, lalai mengerjakan tugas-tugas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. belajar, menunda persiapan bagi ulangan atau ujian, lalai mengerjakan tugas-tugas"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pada zaman yang semakin modern ini dibutuhkan sumber daya yang semakin berkualitas. Salah satu usaha untuk menjadi individu yang berkualitas adalah dengan melalui pendidikan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat menjadi individu-individu yang bermoral, cerdas, berkemauan, mampu berkarya, bermasyarakat, dan berbudaya.

Namun seringkali terdapat masalah yang muncul di dalam dunia pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Winkel (dalam Tjalla, 1991) yaitu adanya krisis motivasi dengan ciri-ciri seperti berkurangnya perhatian pada waktu belajar, menunda persiapan bagi ulangan atau ujian, lalai mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah, serta pandangan asal lulus, asal cukup, dan sebagainya. Seperti yang terjadi pada sebagian siswa Indonesia, khususnya di kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Pada wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 September 2013 pada salah satu guru Fisika SMK 2 Mei Bandar Lampung, guru tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswanya hanya tidur-tiduran dan mengobrol saat guru sedang menjelaskan pelajaran. Hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru. Selain itu, jika guru memberi tugas ataupun meminta siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal maka kebanyakan siswa menolak untuk mengerjakannya. Hanya sedikit sekali siswa yang mau mengerjakan tugas-tugas maupun soal-soal yang diberikan oleh guru. Bahkan, ada beberapa siswa yang sering tidak masuk sekolah karena membolos. Akibatnya, mereka pun dikeluarkan dari sekolah karena absen yang terlalu banyak.

(2)

Padahal, motivasi berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. McClelland dan Atkinson (dalam Bigge & Hunt, 1980) menyatakan bahwa motivasi yang paling penting dalam pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung bertujuan untuk mencapai sukses atau gagal. Menurut McClelland (1987) motivasi berprestasi (need of achievement) merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan. Menurut McClelland (1987) mereka yang memiliki motivasi berprestasi melakukan kinerja yang lebih baik daripada mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah ketika mempelajari sesuatu yang sulit yang diasosiasikan sebagai perbandingan antara sesuatu yang sangat mudah atau susah. Atas dasar teoritis, selalu diasumsikan bahwa subyek yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih memilih tanggung jawab untuk hasil kinerja karena hanya pada kondisi ini merasakan kepuasan dari mengerjakan sesuatu yang lebih baik.

McClelland (1987) mengatakan bahwa cara-cara orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi yang dimiliki oleh anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendukung kegiatan anak selama proses belajar mempunyai pengaruh yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan membuat anak lebih termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Orang tua sering memuji keberhasilan anak, mendukung kegiatan anak, dan percaya terhadap potensi anak mampu meningkatkan motivasi berprestasi anak (Green & Walker dalam Afandi,

(3)

2012). Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Sosok ibu seringkali dianggap orang yang sangat berperan dalam pengasuhan anak.

Namun, sekarang ini sosok ayah juga dinilai sangat penting dalam pengasuhan anak. Hal tersebut bukan saja karena munculnya gerakan feminisme tetapi karena kesadaran bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak (Dagun, 1990). Ikatan antara ayah dan anak akan memberikan warna tersendiri dalam pembentukan karakter anak. Jika pada umumnya ibu memerankan sosok yang memberikan perlindungan dan keteraturan, sedangkan ayah membantu anak bereksplorasi dan menyukai tantangan. Jika anak diasuh oleh keduanya secara optimal, maka akan terbentuk rasa aman dan percaya dalam diri anak (Vita, 2007).

Para ayah yang lebih mungkin untuk terlibat dalam pengasuhan adalah mereka yang merasa bahwa akan ada manfaat atau mereka memiliki sesuatu untuk ditawarkan, yang merasa bahwa kesepakatan keterlibatan ayah dengan keyakinan normatif mereka, dan yang merasa mampu berkontribusi dalam cara yang berarti (Hart, 2011). Lamb (1981) membuat rangkuman tentang dampak pengasuhan ayah pada perkembangan anak yaitu perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan moral, kompetensi sosial dan penyesuaian psikologis, serta motivasi berprestasi dan perkembangan intelektual. Hubungan antara ayah-anak yang dekat dan karakter ayah yang dominan dan demokratis diasosiasikan dengan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak laki-laki dan perempuan (Bandura dalam Lamb, 1981).

(4)

Hasil penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan Videon (dalam Amalia, 2005) tentang peran ayah dalam kehidupan remaja menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam kehidupan remaja terutama dalam pendidikan dan pergaulannya akan meningkatkan kemampuan remaja dalam pendidikan dan keterampilan sosial. Keterlibatan ayah dalam kehidupan remaja akan mempengaruhi mereka dalam hubungannya dengan teman sebaya dan prestasi di sekolah, serta membantu remaja dalam mengembangkan pengendalian dan penyesuaian diri dalam lingkungannya. Keterlibatan ayah sangat mempengaruhi proses perkembangan remaja dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada remaja akan memberikan perasaan diterima, diperhatikan, dan memiliki rasa percaya diri sehingga proses perkembangan remaja tersebut berjalan dengan baik.

Greene, Halle, LeMenestrel, dan Moore (dalam Pranoto, 2001) menggambarkan keterlibatan ayah dalam dua cara, pertama yaitu kehadiran dan ketidakhadiran ayah dan kedua yaitu menyadari dan menjalankan peran sebagai ayah yang baik. Penelitian terbaru menyarankan agar ayah terus menjadi sosok yang penting karena kontribusi mereka pada modal perseorangan dan keuangan. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa anak mendapat manfaat ketika ayah terlibat dalam aspek sosioemosional dalam kehidupan keluarga, tren terbaru bagi ayah yang kurang terlibat dengan kehidupan anak (akibat perubahan struktur keluarga) menunjukkan penurunan dalam tingkat sumber daya yang tersedia bagi anak (Amato dalam Brooks, 2011). Ayah menjadi penting ketika mereka memberikan dukungan, arahan, pengawasan yang sesuai pada anak mereka

(5)

(Brooks, 2011). Beberapa peneliti yang meneliti peran ayah di dalam keluarga berpendapat bahwa keterlibatan ayah berkontribusi untuk kesejahteraan anak dan keluarga (Ball, Moselle, & Pedersen, 2007).

McLanahan dan Teitler (dalam Brooks, 2011) melaporkan konsekuensi atas kehadiran dan ketiadaan ayah bagi perkembangan anak, bersama dengan faktor yang mendasari konsekuensi ini. Mereka melaporkan bahwa dibandingkan dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan dua orangtua yang ayahnya hadir, anak yang tumbuh terpisah dari ayahnya memiliki nilai yang lebih rendah, mendapat pendidikan yang lebih sedikit, cenderung dikeluarkan dari sekolah, dan sulit mendapat dan mempertahankan pekerjaan. Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa ayah berperan dalam perkembangan anak termasuk dalam kaitannya dengan peningkatan motivasi berprestasi. Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Manfaat penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi psikologi dan pemahaman bagi para ayah untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anaknya.

TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (1987) motivasi berprestasi (need of achievement)

(6)

dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan. Sedangkan menurut Stipek (dalam Slavin, 2006), motivasi berprestasi adalah dorongan yang menggerakkan individu untuk meraih sukses dengan standar tertentu dan berusaha untuk lebih unggul dari orang lain dan mampu untuk mengatasi segala rintangan yang menghambat pencapaian tujuan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung sukses pada tugas kuliah. Motivasi berprestasi adalah harapan untuk menemukan kepuasan pada penguasaan tantangan dan prestasi yang sulit. Bila didiskusikan dengan prestasi sekolah, motivasi berprestasi adalah motivasi untuk melakukan tugas spesifik dimana terdapat standar keunggulan yang dapat dinilai (Bigge & Hunt, 1980). Selain itu, Boyatzis (2000) mengemukakan motivasi berprestasi adalah dorongan bawah sadar untuk berbuat lebih baik menuju standar keunggulan. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi melihat diri sendiri untuk mengukur kemajuan mencapai tujuan.

Definisi motivasi berprestasi dalam penelitian ini menggunakan definisi dari McClelland (1987) yaitu motivasi berprestasi (need of achievement)

merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan.

Karakteristik Motivasi Berprestasi

McClelland (1987) menyatakan karakteristik dari orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah sebagai berikut:

a. Menyukai Tugas yang Moderat

Individu lebih suka tugas dengan kesulitan moderat dan tujuan sebagai insentif prestasi. Jika tugas terlalu sulit atau terlalu berisiko, maka tugas itu

(7)

akan mengurangi kemungkinan keberhasilan dan memperoleh kepuasan yang cukup. Sedangkan jika tugas terlalu mudah atau terlalu aman, maka hanya ada sedikit tantangan dalam mewujudkan tugas dan kepuasan yang diperoleh dari kesuksesan lebih kecil.

b. Memiliki Tanggung Jawab Pribadi untuk Kinerja

Individu lebih suka tanggung jawab pribadi untuk kinerja. Mereka ingin mencapai keberhasilan melalui kemampuan yang terfokus dari usaha mereka sendiri dan bukan dari kerja tim atau faktor kesempatan di luar kendali mereka. Kepuasan pribadi berasal dari pemenuhan tugas.

c. Membutuhkan Umpan Balik

Individu membutuhkan umpan balik yang jelas dan tidak ambigu mengenai seberapa baik kinerja mereka. Umpan balik memungkinkan mereka untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan mereka.

d. Inovatif

Dalam mencari jalan pintas, individu cenderung untuk mengakali. Ada pencarian konstan untuk variasi dan untuk informasi dalam menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu. Mereka lebih gelisah pada rutinitas dan cenderung menghindari rutinitas.

Karakteristik-karakteristik tersebut digunakan untuk alat ukur yang disusun oleh Nugroho (2009) yang kemudian dimodifikasi oleh penulis.

(8)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Berprestasi

Feldman dan Fernald (dalam Afandi, 2012) menyatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu :

a. Peran dari konsep diri (role of self concept)

b. Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement)

c. Pengaruh keluarga dan budaya (family and cultural influence)

McClelland (dalam Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa cara-cara orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi yang dimiliki oleh anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendukung kegiatan anak selama proses belajar mempunyai pengaruh yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan membuat anak lebih termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Orang tua sering memuji keberhasilan anak, mendukung kegiatan anak, dan percaya terhadap potensi anak mampu meningkatkan motivasi berprestasi anak (Green & Walker dalam Afandi, 2012).

Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Sosok ibu seringkali dianggap sebagai orang yang paling berperan dalam pengasuhan. Namun, sekarang ini sosok ayah juga dinilai sangat penting dalam pengasuhan anak. Hal tersebut bukan saja karena munculnya gerakan feminisme tetapi karena kesadaran bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak. Lamb (1981) menyatakan bahwa ayah membuat rangkuman tentang dampak pengasuhan ayah pada perkembangan anak

(9)

yaitu perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan moral, kompetensi sosial dan penyesuaian psikologis, serta motivasi berprestasi dan perkembangan intelektual. Hubungan antara ayah-anak yang dekat dan karakter ayah yang dominan dan demokratis diasosiasikan dengan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak laki-laki dan perempuan (Bandura dalam Lamb, 1981). Parson (dalam Lamb, 1981) mengusulkan bahwa ayah lebih sebagai penolong dibandingkan ibu dan karena itu identifikasi dengan mereka dapat mempertinggi motivasi berprestasi dan prestasi.

Keterlibatan Ayah

Andayani dan Koentjoro (2007) mendefinisikan keterlibatan berarti mengandung partisipasi aktif dan inisiatif. Seorang ayah dikatakan terlibat dalam pengasuhan jika ayah memiliki inisiatif untuk menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada baik fisik, kognisi, dan afeksinya. Allen dan Daly (2007) mengemukakan bahwa konsep keterlibatan ayah lebih dari sekedar melakukan interaksi yang positif dengan anak-anak mereka, tetapi juga memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terlihat dekat dan nyaman, hubungan ayah dan anak yang kaya, dan dapat memahami dan menerima anak-anak mereka. Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan kemampuan untuk memahami kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih respon yang paling tepat, baik secara emosional, afektif, maupun instrumental. Monks dan Knoers, dalam Monks, Knoers, & Haditono, 2006) menyatakan keterlibatan ayah adalah seberapa baik ayah menjalankan perannya yang terkategorisasikan dalam beberapa cara pengasuhan meliputi penerapan disiplin dan tanggung jawab,

(10)

dukungan terhadap sekolah, pemenuhan waktu dan berdialog bersama, memberikan pujian dan kasih sayang, mengembangkan potensi atau bakat dan memperhatikan masa depan, pengasuhan ayah dalam memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh besar bagaimana anak melihat dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini menggunakan definisi keterlibatan ayah dari Monks dan Knoers (dalam Monks, Knoers, & Haditono, 2006) karena definisi tersebut mencakup aspek-aspek keterlibatan ayah yang dikemukakan oleh Lamb, Pleck, Charnov, & Levine (dalam Doherty, Kouneski, & Erickson, 1998) yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.

Aspek-Aspek Keterlibatan Ayah

Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (dalam Doherty, Kouneski, & Erickson, 1998) memperkenalkan dimensi keterlibatan ayah yang terdiri dari:

a. Paternal engagement

Paternal engagement yaitu keterlibatan ayah yang mencakup interaksi langsung dengan anak yang di dalamnya terdapat kehangatan dalam berinteraksi dengan anak.

b. Paternal accessibility

Paternal accessibility yaitu keberadaan ayah untuk anak dan kemudahan anak untuk menghubungi ayah.

c. Paternal responsibility

Paternal responsibility yaitu mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak.

(11)

Aspek-Aspek tersebut digunakan sebagai alat ukur yang disusun oleh Amalia (2012) yang telah dimodifikasi oleh penulis.

Hubungan Keterlibatan Ayah dengan Motivasi Berprestasi

McClelland dan Atkinson (dalam Bigge & Hunt, 1980) menyatakan bahwa motivasi yang paling penting dalam pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung bertujuan untuk mencapai sukses atau gagal. Menurut McClelland (1987) motivasi berprestasi (need of achievement) merupakan usaha dalam pencapaian sasaran untuk memperoleh keberhasilan dalam persaingan dengan beberapa standar keunggulan. Menurut McClelland (1987), mereka yang memiliki motivasi berprestasi melakukan kinerja yang lebih baik daripada mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah ketika mempelajari sesuatu yang sulit yang diasosiasikan sebagai perbandingan antara sesuatu yang sangat mudah atau susah. Atas dasar teoritis, selalu diasumsikan bahwa subyek yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih memilih tanggung jawab untuk hasil kinerja karena hanya pada kondisi ini merasakan kepuasan dari mengerjakan sesuatu yang lebih baik. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung sukses pada tugas sekolah (Stipek dalam Slavin, 2006).

Feldman dan Fernald (dalam Afandi, 2012) menyatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu : a. Peran dari konsep diri (role of self concept), b. Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement), c. Pengaruh keluarga dan budaya (family and cultural influence). McClelland (dalam Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa cara-cara orang tua dalam mendidik

(12)

anak sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi yang dimiliki oleh anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendukung kegiatan anak selama proses belajar mempunyai pengaruh yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan membuat anak lebih termotivasi untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Orang tua sering memuji keberhasilan anak, mendukung kegiatan anak, dan percaya terhadap potensi anak mampu meningkatkan motivasi berprestasi anak (Green & Walker dalam Afandi, 2012).

Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Sosok ibu seringkali dianggap sebagai orang yang paling berperan dalam pengasuhan. Namun, sekarang ini sosok ayah juga dinilai sangat penting dalam pengasuhan anak. Hal tersebut bukan saja karena munculnya gerakan feminisme tetapi karena kesadaran bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak (Dagun, 1990).

Lamb (1981) membuat rangkuman tentang dampak pengasuhan ayah pada perkembangan anak yaitu perkembangan peran jenis kelamin, perkembangan moral, kompetensi sosial dan penyesuaian psikologis, serta motivasi berprestasi dan perkembangan intelektual. Lamb (1981) menyatakan bahwa terdapat kaitan antara kehangatan hubungan ayah dan anak dengan performansi akademik. Hubungan antara ayah dan anak yang harmonis akan menimbulkan motivasi anak untuk berprestasi. Hubungan antara ayah-anak yang dekat dan karakter ayah yang dominan dan demokratis diasosiasikan dengan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak laki-laki dan perempuan (Bandura dalam Lamb, 1981). Dukungan

(13)

akademik dari seorang ayah berhubungan positif dengan motivasi akademik remaja laki-laki, mereka berusaha keras dalam sekolah, merasa nilai-nilai mereka penting, dan menilai penting pendidikan (Alfaro, Bamaca, & Umana-Taylor dalam Allen & Daly 2007).

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif signifikan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung. Makin tinggi keterlibatan ayah dalam pengasuhan, maka makin tinggi pula motivasi berprestasi siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih (Azwar, 2011). Penelitian korelasi bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koofisien korelasi.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas 3 otomotif 2 yang berjumlah 40 orang dengan karakteristiknya sebagai berikut:

1. Siswa masih aktif belajar di kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung

(14)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh sehingga sampel berjumlah 40 orang.

Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala keterlibatan ayah dan skala motivasi berprestasi dengan skala Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Pada item Favorable, jawaban SS diberikan skor 4, jawaban S diberikan skor 3, jawaban TS diberikan skor 2, dan jawaban STS diberikan skor 1. Penyekoran pada item-item unfavorable

merupakan kebalikan dari penyekoraan item-item favorable yaitu jawaban STS diberikan skor 4, jawaban TS diberikan skor 3, jawaban S diberikan skor 2, jawaban STS diberikan skor 1. Skala keterlibatan ayah disusun oleh Amalia (2011) berdasarkan dimensi-dimensi keterlibatan ayah menurut Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (dalam Doherty, Kouneski, dan Erickson, 1998) yang terdiri dari paternal engagement, paternal accessibility, dan paternal responsibility. Skala motivasi berprestasi yang digunakan merupakan modifikasi dari skala yang disusun oleh Nugroho (2009) berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh McClelland (1987) yaitu menyukai tugas yang moderat, memiliki tanggung jawab pribadi untuk kinerja, membutuhkan umpan balik, dan inovatif.

Contoh aitem skala keterlibatan ayah untuk dimensi paternal engagement

adalah aitem nomor satu yaitu ayah mendampingi saya saat belajar dan aitem nomor delapan yaitu ketika saya bermasalah dengan teman, ayah saya

(15)

memberikan pendapatnya mengenai cara menyelesaikan masalah. Contoh aitem untuk dimensi paternal accessibility adalah aitem nomor tiga yaitu ketika ayah tugas luar kota atau lembur, ayah menelepon saya dan aitem nomor 10 yaitu meskipun sedang sibuk, ayah menanyakan kondisi kesehatan saya. Contoh aitem untuk paternal reponsibility yaitu aitem nomor 18 yaitu ayah memenuhi semua kebutuhan saya dan aitem nomor 28 yaitu selama ibu tidak di rumah, ayah mengatur segala kebutuhan rumah tangga.

Contoh aitem untuk skala motivasi berprestasi untuk aspek menyukai tugas yang moderat adalah aitem nomor satu yaitu saya menyukai tugas yang menantang namun realistis dan aitem nomor 16 yaitu Saya berusaha mencapai target prestasi belajar yang telah ditentukan. Contoh aitem untuk aspek inovatif adalah aitem nomor dua yaitu sudah banyak cara baru yang saya kembangkan dalam mengerjakan tugas sekolah dan aitem nomor 10 yaitu masih banyak cara untuk meningkatkan efisiensi dalam mengerjakan tugas. Contoh aitem untuk aspek membutuhkan umpan balik adalah aitem nomor tiga 3 yaitu masukan dari teman sekelas sangat berguna bagi saya dan aitem nomor 18 yaitu masukan dari teman-teman saya sering menimbulkan ide baru dalam mengembangkan tugas sekolah. Contoh aitem untuk aspek memiliki tanggung jawab pribadi untuk kinerja adalah aitem nomor 11 yaitu saya selalu menyelesaikan tugas yang telah saya mulai dan aitem nomor 19 yaitu tugas yang saya kerjakan selalu selesai tepat waktu.

(16)

Sebelum skala dipergunakan, terlebih dahulu dipergunakan uji coba. Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan pada lima orang siswa kelas 3 jurusan teknik komputer jaringan SMK 2 Mei Bandar Lampung.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson, dengan bantuan SPSS versi 16.0.

Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Skala Keterlibatan Ayah

Skala keterlibatan ayah terdiri dari 30 item, kemudian terdapat item tidak valid yaitu item nomor 10, 11, 13, 15, 16, 21, 23, 26. Item yang gugur pada skala keterlibatan ayah dihapus sehingga item yang berjumlah 30 berkurang 8 item menjadi 22 item. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0.315 – 0.828. Reliabilitas skala keterlibatan ayah sebesar 0,896. Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2013), Cronbach’s alpha diatas 0,8 maka reliabilitas baik. Oleh karena itu, reliabilitas skala keterlibatan ayah dalam pengasuhan tergolong reliabel.

b. Skala Motivasi Berprestasi

Skala motivasi berprestasi terdiri 28 item, kemudian terdapat item tidak valid yaitu item nomor 5, 14, 19, 22, 23, 24, 26. Item yang gugur pada skala motivasi berprestasi dihapus sehingga item yang berjumlah 28 berkurang 7

(17)

menjadi 21 item. Nilai r hitung item total correlation bergerak antara 0.307 - 0.852. Reliabilitas skala motivasi berprestasi sebesar 0,916. Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2013), Cronbach’s alpha diatas 0,8 maka reliabilitas baik. Oleh karena itu, reliabilitas skala motivasi berprestasi tergolong reliabel.

HASIL PENELITIAN

Analisis Deskriptif

a. Variabel Keterlibatan Ayah

Berdasarkan norma kategorisasi hasil pengukuran skala keterlibatan ayah (lihat Tabel 4.1) dapat dilihat bahwa subjek sebanyak 20 orang (50 %) berada pada kategori tinggi.

Tabel 4.1

Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Keterlibatan Ayah

No Interval Kategori Mean N Presentase

1 71,5 ≤ x ≤ 88 Sangat tinggi 57,78 3 7,5% 2 55 ≤ x ˂ 71,5 Tinggi 20 50% 3 38,5 ≤ x ˂ 55 Sedang 12 30% 4 22 ≤ x ˂ 38,5 Rendah 5 12,5% Jumlah 40 100% SD = 12,779 Min = 32 Max = 78 Keterangan x = Keterlibatan Ayah

(18)

b. Variabel Motivasi Berprestasi

Berdasarkan norma kategorisasi hasil pengukuran skala Motivasi Berprestasi (lihat Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa subjek sebanyak 20 orang (50 %) berada pada kategori tinggi.

Tabel 4.2

Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Motivasi Berprestasi

No Interval Kategori Mean N Presentase

1 68,25 ≤ x ≤ 84 Sangat tinggi 58.18 8 20% 2 52,5 ≤ x ˂ 68,25 Tinggi 20 50% 3 36,75 ≤ x ˂ 52,5 Sedang 9 22,5% 4 21 ≤ x ˂ 36,75 Rendah 3 7,5% Jumlah 40 100% SD = 12.438 Min = 36 Max = 76 Keterangan x = Motivasi Berprestasi

(19)

Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Tabel 4.3 NPar Tests

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig 2 tailed) untuk variabel keterlibatan ayah sebesar 0,111 dan motivasi berprestasi sebesar 0,136. Karena signifikansi untuk kedua variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada kedua variabel tersebut dinyatakan normal.

b. Uji linearitas

(20)

Untuk hasil uji linearitas dapat dilihat pada output ANOVA Table. Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan juga hasil signifikansi pada Deviation from Linearity juga lebih besar dari 0,05 (0,501 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel keterlibatan ayah dan motivasi berprestasi terdapat hubungan yang linear. Dengan ini, maka asumsi linearitas terpenuhi.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik korelasi Produk moment dari Karl Pearson dengan bantuan SPSS versi 16.0. Hasil korelasi antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis

Correlations

keterlibatan ayah motivasi berprestasi

keterlibatan ayah Pearson Correlation 1 .855**

Sig. (1-tailed) .000

N 40 40

motivasi berprestasi Pearson Correlation .855** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan dari uji korelasi atau tabel 3, diperoleh koofisien korelasi antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa

(21)

kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung sebesar 0,855 dengan sig. 0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang positif. Artinya, semakin tinggi keterlibatan ayah, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi siswa. Keterlibatan ayah berkontribusi terhadap motivasi berprestasi siswa sebesar 73,1% (diperoleh dari r2) dan sisanya sebesar 26,9% yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar keterlibatan ayah.

PEMBAHASAN

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan ayah maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki siswa. Hal ini dapat dilihat melalui hasil uji korelasi r = 0,855 dengan signifikansi = 0,000 (p<0,05).

Melalui hasil yang telah diperoleh maka hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosen dan D’ Andrade’s (dalam Lamb, 1981) yang meneliti pengaruh ayah terhadap motivasi berprestasi pada anak laki-laki. Penelitian ini meneliti tentang motivasi berprestasi pada anak laki-laki kulit putih kelas bawah dan kelas menengah tingkat empat sampai enam dan termasuk perkembangan motivasi yang tinggi untuk dicapai, anak laki-laki membutuhkan otonomi yang lebih dari ayahnya dibandingkan ibunya. Ayah yang memberi otonomi yang relatif lebih tinggi pada anak laki-lakinya, menyediakan kesempatan untuk mencoba keahliannya, dan untuk kepercayaan diri pada kompetensinya sendiri.

(22)

Banyak faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi selain keterlibatan ayah. Sumbangan efektif dari keterlibatan ayah pada motivasi berprestasi siswa sebesar 73,1%. Hal ini menunjukkan bahwa 26,9% dipengaruhi faktor lain seperti peran dari konsep diri (role of self concept) dan juga pengakuan dan prestasi (recognition and achievement).

Diperoleh data bahwa motivasi motivasi berprestasi tergolong tinggi (50%) dan keterlibatan ayah tergolong tinggi (50%). Hal ini menunjukkan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa tergolong tinggi serta keterlibatan ayah yang dirasakan oleh siswa pun tergolong tinggi. Keterlibatan orangtua terutama ayah pada motivasi berprestasi yang dimiliki siswa merupakan hal yang sangat penting. Motivasi berprestasi yang baik akan mendukung pencapaian prestasi akademik yang baik pula.

Keterlibatan ayah yang dirasakan siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung paling menonjol yaitu paternal responsibility yang berhubungan dengan keterkaitan ayah mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak memiliki presentase sebesar 39,8%.

Motivasi berprestasi yang paling menonjol ditunjukkan siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung yaitu inovatif dimana siswa cenderung ingin menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu yang memiliki presentase sebesar 37,13%.

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa, diperoleh kesimpulan :

1. Terdapat hubungan positif signifikan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa. Makin tinggi keterlibatan, maka makin tinggi pula motivasi berprestasi siswa.

2. Sumbangan efektif dari keterlibatan ayah pada motivasi berprestasi siswa sebesar 73,1%. Hal ini menunjukkan bahwa 26,9% dipengaruhi faktor lain seperti peran dari konsep diri (role of self concept) dan juga pengakuan dan prestasi (recognition and achievement).

3. Sebagian besar (50%) siswa kelas 3 otomotif 2 SMK 2 Mei Bandar Lampung memiliki motivasi berprestasi yang tergolong tinggi dan sebagian besar (50%) siswa merasakan keterlibatan ayah yang tergolong tinggi.

Saran

1. Bagi Ayah

Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mengenai hubungan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa sehingga para ayah dapat meningkatkan keterlibatan dirinya di dalam pengasuhan anak-anaknya, yang mencakup paternal engagement, paternal accessibility, dan paternal

(24)

responsibility. Hal ini bertujuan agar anak memperoleh pengasuhan yang lengkap dari kedua orangtuanya sehingga perkembangan diri siswa dapat berjalan baik.

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mengenai hubungan antara keterlibatan ayah dengan motivasi berprestasi siswa sehingga siswa hendaknya lebih menghargai dan menyadari pentingnya keterlibatan ayahnya dalam perkembangan kehidupan mereka. Siswa juga hendaknya lebih meningkatkan motivasi berprestasi dalam dirinya karena berguna untuk kesuksesan akademiknya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian ini terungkap bahwa keterlibatan ayah menghasilkan banyak sekali dampak positif bagi perkembangan dan kualitas kehidupan anaknya yang salah satunya adalah motivasi berprestasi. Namun, masih terdapat siswa-siswa yang ayahnya kurang terlibat dalam pengasuhan dirinya. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang alasan para ayah kurang terlibat dalam pengasuhan anaknya, baik ditinjau dari status ekonomi ayah, tingkat pendidikan ayah, dan lain-lain.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A. J.(2012). Hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi diri dengan motivasi berprestasi siswa program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) SMA negeri 1 kota probolinggo. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Allen, S. & Daly, K. (2007, May). The effects of father involvement. Available

(Online) :

http://www.fira.ca/cms/documents/29/Effects_of_Father_Involvement.pdf

Amalia, U. (2011). Hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan resiliensi dengan kemampuan memecahkan masalah remaja pada keluarga dengan ibu bekerja sebagai TKW di luar negeri. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Andayani, B. & Koentjoro. (2007). Psikologi keluarga : peran ayah menuju coparenting. Sidoarjo: Laros.

Azwar, S. (2011). Metode penelitian, (edisi keduabelas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ball, J., Moselle, K., & Pedersen, S. (2007, March). Father’s Involvement as a Determinant of Child Health. Available (Online) : http://www.fira.ca/cms/documents/122/PH_FI_Final_Full_Report.pdf

Boyatzis, R. E. (2000, August). McClelland: Biographical statement and synopsis

of his work. Available

(Online):http://www.haygroup.com/downloads/my/david_mcclelland.pdf Brooks, J. (2011). The process of parenting, (eight edition). New York:

McGraw-Hill.

Bigge, M. L.,& Hunt, M. P. (1980). Psychological foundations of education :an introduction to human motivation, development,and learning, (third edition).New York: Library of Congress Cataloging in Publication Data. Dagun, S. M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta : PT. Rineka cipta.

Doherty, W. J., Kouneski, E. F., & Erickson, M. F. (1998). Responsible fathering :an overview and conceptual framework. Journal of Marriage and the

Family, 60, 277-292. Retrieved July, 15, 2014, from

http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/204244942?pq-origsite=summon#

Hart, R. (2011). Paternal involvement in the statutory assessment of special educational needs. Educational Psychology in Practice, 27, 155–174

(26)

Lamb, M. E. (1981). The role of the father in child development.Canada: A Wiley. Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (2006). Psikologi perkembangan :pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

McClelland, D. (1987). Human motivation. New York: Cambridge University Press.

Nugroho, Y. D. S. (2009). Hubungan antara persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan motivasi berprestasi di J&M Mini market Cirebon. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Pranoto, Y. K. S. (2010). Hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan perkembangan kecerdasan moral anak usia prasekolah. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Priyatno, D. (2013). Mandiri belajar analisis data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Slavin, R. E. (2006). Educational psychology : theory and practice. USA: Allyn and Bacon.

Tjalla, Y. T. A. (1991). Hubungan Orientasi Belajar Dengan Motivasi Berprestasi.

Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Vita. (2007). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Available (Online) : (http://www.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=82

Gambar

Tabel 4.3  NPar Tests
Tabel 4.5  Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Jambu biji kristal yang merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Lampung, produksinya diekspor dan dipasarkan di dalam negeri. Namun demikian, produksi jambu

With such condition Eveline has to make a risky decision in her life; stay in Dublin to live a hard life or leave to Buenos Ayres to pursue a better life. From the discussion

Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih

Sebagai anak muda, mereka menyadari ketidakadilan sosial di sekitarnya dan mempunyai cara kreatif untuk meredam, bahkan melepaskan diri dari tekanan kondisi-kondisi itu,

Berdasarkan dari observasi yang dilakukan penulis, terdapat beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Medan, salah satunya di Kecamatan Medan Labuhan,

Berdasarkan hasil penyelesaian FRH Untuk yang nomer satu poin (b) siswa tersebut juga mampu menyelesaikan dengan menggunakan lebih dari satu cara, jawaban siswa tersebut

Faktor topografi berada pada kelerengan sedang (9-27%), zona pandang memiliki potensi keindahan alam untuk ditawarkan dengan sifat pandangan terbuka, dan

Peneliti mulai melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas yang dirancang 2 kali pertemuan dan 1 kaali Ulangan Harian Siklus di SDN 188 Pekanbaru Kecamataan