• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

(2)

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

(3)

bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama.

(4)

c. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemamfaatan pelayanan kesehatan.

(5)

Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).

e. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

 Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

 Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

(6)

mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo, 2007).

f. Informasi / Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007).

(7)

g. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.2MALARIA

2.2.1 Pengertian Malaria

Malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu mal= buruk dan area = Udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk (Akhsin, 2010).

Malaria didefenisikan suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk anopheles betina (Akhsin, 2010).

2.2.2 Penyebab Malaria

Malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis plasmodium, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Jenis malaria yang

(8)

ditimbulkan oleh empat jenis plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang berbeda pola demam maupun gejala-gejala klinik yang ditimbulkannya. Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax, disebut juga malaria tertiana benigna (jinak), sedangkan plasmodium falciparum menimbulkan malaria falciparum atau malaria tartiana maligna (ganas). Dan plasmodium malariae menimbulkan malaria malariae, serta plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale (Soedarto, 2008).

2.2.3 Siklus Hidup Malaria

Menurut Garcia dkk (1996), apabila nyamuk yang terinfeksi Plasmodium dari penderita menggigit manusia sehat maka sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk dimasukkan melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini terbawa oleh darah menuju hati kemudian kemudian masuk ke sel parenkim hati dan mulai perkembangan siklus preeritrosit atau ekso-eritrositik primer. Sporozoit akan menjadi bulat atau lonjong dan mulai membelah dengan cepat. Hasil skizogoni tersebut adalah merozoit eksoeritrositik dalam jumlah besar.

Setelah meninggalkan hati, merozoit akan melakukan perpindahan ke dalam sel darah merah untuk melakukan siklus eritrositik. Setelah beberpa siklus eritrositik, beberapa merozoit tidak berkembang menjadi skizon tetapi mulai mengembangkan diri menjadi gametozoit jantan dan betina. Apabila gametosid

(9)

tertelan nyamuk apabila sedang mengisap darah, gametosit akan menjadi matang dan tumbuh menjadi gamet dalam usus nyamuk. Inti gamet jantan akan membelah, mikrogamet keluar dari eritrosit bergerak dan melakukan penetrasi ke mikrogamet betina (terjadi fertilisasi), hasil dari stadium fertilisasi ini disebut zigot. Zigot bergerak ke usus tengah dan tumbuh menjadi ooksita. Dalam beberapa hari ooksita akan beredar keselauruh tubuh nyamuk dan sebagian menuju ke kelenjar ludah. Apabila nyamuk kemudian menghisap darah orang sehat, sporozoit beserta air ludahnya akan masuk ketubuh orang tersebut dan akan menjadi sakit lagi (Akhsin, 2010).

2.2.4 Cara Infeksi Malaria

Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu: 1) secara alami melalui fektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk dan 2) secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya dengan tranfusi, suntikan, secara kongen (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah plasenta) atau secara sengaja untuk pengobatan berbagai penyakit (sebelum perang dunia II); demam

(10)

yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit, seperti lues dan sindrom nefrotik (Srisasi dkk, 2000).

2.2.5 Patologi dan Gejala Klinis Malaria

a. Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa: kelesuan, sakit kepala, nyeri pada tulang (arthralagia) atau otot, anorexia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung (Akhsin, 2010).

b. Demam. Pada infeksi malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk kedalam aliran darah (sporulasi). Pada malaria vivax dan ovale (tersiana) skizon setiap brood (kelompok) menjadi matang setiap 48 jam sehingga perioritas demamnya bersifat tersian; pada malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae hal ini terjadi dengan interval 72 jam. Masa tunas intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan pertama. Tiap serangan terdiri atas beberapa seranagan demam yang timbulnya secara periodik, bersamaan dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga tergantung dengan jumlah parasit. Berat infeksi pada seseorang dengan hitungan parasit pada sediaan darah. Demam biasanya bersifat intermiten (febris intermiten), dapat juga remiten (febris remiten), atau terus menerus (feberis kontinua) (Akhsin, 2010).

(11)

Serangan demam yang khas terdiri dari beberpa stadium:

1) Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan denag selimut. Nadi cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangan menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

2) Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperi terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 41oC atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.

3) Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang dibawah ambang normal. Penderita dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.

Serangan yang khas ini dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya serangan demam ini untuk tiap spesies malaria

(12)

tidak sama. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut relaps. Relaps dapat bersifat:

 Rekrudesensi (relaps jangka pendek) yang timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit)menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu setelah serangan pertama hilang.

 Rekurens (relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit ekso eritrosit dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi setelah 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang.

Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan relaps, maka keadaan ini dapat disebut periode laten klinis, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.

Serangan demam makin lama makin berkurang berarti karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena adanya respon imun hospes (Srisasi dkk, 2000).

(13)

c. Splenomegali. Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria menahun. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, kemudian limpa berubah warna hitam karena pigmen yang ditimbulkan dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid. Eritrosit yang tampaknya normal dan mengandung parasit dan butir0butir hemozoin tampak dalam histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid. Pigmen tampak bebas atau dalam sel fagosit raksasa. Hiperplasia, sinus melebar dan kadang-kadang trombus dalam kapiler dan fokus nekrosis tampak dalam pulpa limpa. Pada malaria menahun jaringan ikat makin bertambah sehingga konsistensi limpa menjadi keras (Srisasi dkk, 2000).

d. Anemia. Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia tampak jelas pada malaria falsiparum dengan penghancuran eritrosit yang sangat cepat dan hebat yang terjadi pada malaria menahun. Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor: 1) penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini, faktor autoimun memegang peran. 2) “reduced servikal time” (eriotrosit yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup

(14)

lama). 3) diseritropoesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena deperesi eritropoesis dalam sum-sum tulang, retikulosit tidak dilepas dalam peredaran perifer) (Srisasi dkk, 2000).

e. Gejala klinis lain yang sering ditemukan pada malaria falsiparum yaitu: Malaria otak dengan koma, Gagal ginjal, Edema paru, Hipoglikemia, Syok, Perdarahan spontan/DIC (Disseminated Intravascular Coagulation), Kejang umum yang berulang, Asidosis, dan Malaria hemoglobinuria (Srisasi dkk, 2000).

2.2.6 Pengobatan Penyakit Malaria

Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria dibagi dalam 5 golongan:

a. Skizontosida jaringan primer: proguanil, pirimetamin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal. b. Skinzontosida jaringan sekunder: primakuin, dapat membasmi

parasit daur eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P.vivax dan P.ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti relaps.

c. Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. Skizontosida ini dapat mencapai penyembuhan klinis supresif bagi ke empat spesies Plasmodium. Skizontosida darah juga

(15)

membunuh bentuk-bentuk eritrosit seksual P.vivax, P.ovale

dan P.malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit

P.falciparum uang matang. . Skizontosida darah yang ampuh adalah kina, klorokuin dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas adalah praguanil dan pirimetamin.

d. Gametositosida: menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit P.falciparum, juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk ke empat spesies; sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalah gametositosida untuk P.vivax, P.malariae dan P.ovale.

e. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah tranmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: primakuin dan proguanil.

Obat-obat malaria yang ada, dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus kimianya, yaitu: Alkaloid cinchona (kina),8-aminokuinolin (primakuin), 9-aminoakridin (mepakrin), 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin), Biguanida (proguanil, klorproguanil), Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprin), Sulfon dan sulfonamid (antara lian sulfadoksin), Antibiotik

(16)

(tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, klindamisin), Kuinolinmetanol dan fenantrenmetanol (meflokuin).

2.2.7 Pencegahan Terhadap Penyakit Malaria:

Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit malaria, diantaranya:

a. Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria

Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama di daerah dimana angka penderita malaria sangat tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan (tempat ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat ke luar, terutama pada malam hari. Nyamuk malaria biasanya menggigit pada malam hari(Zulkoni, 2010).

Mereka yang tinggal di daerah endemis malaria, sebaiknya memasang kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah dengan jumlah lubang pada kawat yang optimal 14-16 per inci(2,5 cm) (Yatim,2007) dan memasang tirai di pintu juga jendela (Zulkoni,

(17)

2010), serta menggunakan kelambu saat tidur. Anggota juga dapat mengoles obat anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur di malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria (Prabowo, 2008).

Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dahulu (Yatim, 2007).

b. Membunuh Jentik dan Nyamuk Malaria Dewasa

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa adalah sebagai berikut: 1) Penyemprotan Rumah

Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan diluar rumah dan serta mengoleskan obat anti nyamuk dikulit (Zulkoni, 2010), serta penyemprotan dengan insektisida sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan di daerah endemis malaria (Soedarto,2008).

2) Larvaciding

Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan

rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

(18)

3) Biological Control

Biological control adalah kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-panchax) dan ikan guppy/water cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.

Pengendalian biologis adalah pemberantasan nyamuk dengan memelihara predator pada tempat perindukan nyamuk seperti jenis ikan kecil Gambusia affinis yang memakan larva. Di berbagai tempat genangan air atau waduk dapat dipelihara ikan kecil sebaik predator larva nyamuk (Sarudji, 2010).

c. Mengurangi Tempat Perindukan Nyamuk Malaria

Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air pegunungan.

Sarana utama pengendalian lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk. Tempat perindukan nyamuk ada dua macam yaitu merupakan buatan manusia dan yang terbentuk secara alami. Tempat perindukan buatan manusia sering kali terbentuk karena pembangunan yang tidak memenuhi syarat sanitasi, sehingga memberi kemungkinan terjadinya genangan air. Bekas galian di

(19)

pembangunan, saluran air yang tak berfungsi (tak mengalir dengan baik) menimbulkan genangan air sebagai tempat perindukan perindukan nyamuk. Sampah yang mengandung kontener yang terisi oleh air hujan juga sering digunakan untuk tempat berkembang biak nyamuk, kemudian juga dengan kontener dirumah tangga seperti bak mandi serta selokan di sekitar pemukiman yang tidak mengalirkan air limbah dengan baik, semuanya menjadi tempat perindukan nyamuk. Untuk menghindari terbentuknya tempat perindukan ini upaya yang populer dilakukan adalah menimbun sampah berbentuk kaleng, botol, plastik dan sebagainya, menutup kontener atau tempat penyimpanan air, dan menguras bak tempat air yang disingkat dengan 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) (Sarudji, 2010).

Secara garis besar, pengendalian lingkungan untuk mencegah perkembangbikan nyamuk dapat dilakukan dengan:

• Pengeringan genangan-genangan air

• Pengaliran air tergenang

• Kebersihan lingkungan dengan membersihkan sampah yang memungkinkan menjadi tempat peristirahatan dan perindukan nyamuk.

• Pembersihan (menguras) bak atau kontener di rumah tangga minimal seminggu sekali (Sarudji, 2010).

(20)

Masyarakat atau keluarga di daerah endemis malaria, yaitu daerah yang seringkali terjangkit penyakit malaria juga sangat perlu menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara harus dibersihkan, parit-parit di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, persawahan dengan saluran irigasi, airnya harus dipastikan mengalir dengan lancar, bekas roda yang tergenang air atau bekas jejak kaki hewan pada tanah berlumpur yang berair harus segera ditutup untuk mengurangi tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria, membersihkan tumbuhan liar atau semak belukar, serta Sampah dan barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik dan ban bekas dapat dimanfaatkan kembali atau dikubur dan dibakar (Yatim, 2007).

2.3 Keluarga 2.3.1 Defenisi

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Santun dan Agus, 2008).

Menurut Silvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan

(21)

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masingdan menciptakan serta mempertahankan satu kebudayaan (Santun dan Agus, 2008).

Menurut Burgess (1963) memberikan pandangan tentang defenisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, adalah keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau mereka juga hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Setiap anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, peran sebagai ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan, serta keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu: kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik sendiri (Santun dan Agus, 2008)

2.3.2 Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman dikutip oleh Wahit (2006) yaitu:

a) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan

(22)

dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b) Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan. c) Memberi Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama (suprajitno, 2004).

(23)

d) Mempertahankan Suasana Rumah yang Sehat.

Rumah adalah sebagai tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karenanya kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan dan ketentraman, dan yang paling penting adalah dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga. e) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat.

Keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan sumber fasilitas kesehatan yang ada disekitar, apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan penyakit. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan dalam rangka memecahkan problem yang dialami anggota keluarga, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

2.3.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) adalah: a) Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antara anggota keluarga.

(24)

b) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interkasi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan temapat untuk belajar bersosialisasi.

c) Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan keluarganya keturunan dan menambah sumber daya manusia. d) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.

e) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Santun dan Agus, 2008).

2.3.4 Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat Sakit

Interkasi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit juga mempengaruhi timgkat berfungsinya keluarga. Penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggotayang lainnya. Friedman dengan menghaadapi Doherti dan Susman (1998) memberikan gambaran bahwa terdapat interaksi

(25)

keluarga dengan rentang sehat sakit dalam bentuk upaya-upaya sebagai berikut :

a) Upaya Keluarga dalam Peningkatan (Promosi) Kesehatan

Kegiatan penigkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi kesehatan bisa dimuli dari keluarga, seperti halnya seorang ayah yang memberikan contoh dengan tidak merokok, minum-minuman keras tentunya gaya hidup tesebut akan diikuti oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah meningkatnya angka kesakitan seluruh pernafasan pada keluarga tersebut karena kebiasaan merokok. Contoh lain upaya promosi kesehatan dikeluarga adalah berolahraga teratur, mengutamakan gizi seimbang pada keluarga, melakukan imunisasi pada anak sesuai dengan umur.

b) Penaksiran Keluarga Terhadap Gejala-Gejala Sakit

Tahap ini dimulai saat anggota keluarga mengeluh gejala-gejala penurunan kesehatan yang dialami, mencari tahu penyebabnya, dan ada tidaknya pengarung pada anggota keluarga lainnya. Di Indonesia pada tahap ini seringkali ibu dan nenek memiliki peran penting dalam menaksir tingkat keparahan penyakit yang diderita anggota keluarga. Sosial ekonomi juga sangat berpegaruh pada penaksiran gejala-gejala yang muncul. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang lemah akan merespon lambat mengingat kemampuan ekonominya.

(26)

c) Pencarian Perawatan

Tahap ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulai upaya mencari tahu dimana akan dirawat. Upaya ini dilakukan dengan mencari informasi kepada orang terdekat. Pada tahap ini juga keluarga dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat kemana akan merawat anggota keluarga yang sakit. Kecapatan pengambilan keputusan ini ditentukan oleh respon keluarga terhadap kondisi sakit.

d) Perolehan Perawatan dan Rujukan ke Pelayanan Kesehatan

Tahap ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan pelayanan kesehatan atau pengobatan alternatif. Menentukan jenis pelayanan yang didatangi dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga, pengalaman masa lalu dan serinag kali ibu memberikan kontribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut.

e) Respon Akut Terhadap Penyakit oleh Klien dan Keluarga

Tahap ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada anggota keluarga yang sakit, misalnya saja pera ibu yang sedang sakit akan diganti oleh ayah terutama saat anak-anak masih kecil. Contoh lain jika ayah sakit maka dengan langsung ibu mengambil alih peran dan tanggung jawabnya.

(27)

f) Adapatasi Terhadap Penyakit dan Penyembuhan

Tahap adaptasi adalah tahap dimana keluarga memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakit (Santun dan Agus, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Masalah semantik dalam komunikasi interpersonal perawat dengan lansia disini disebabkan karena kurangnya pemahaman perawat terhadap keluhan yang disampaikan lansia,

Berdasarkan hasil analisa data penelitian ini, bisa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kelekatan menghindar den- gan strategi regulasi emosi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra merek, persepsi harga, dan atribut produk terhadap keputusan pembelian konsumen atas Toyota Avanza pada

kilungan yaitu sebagai rumah tinggal. Bagian yang paling sering digunakan untuk tempat kegiatan adalah latar ngarep dengan prioritas pada bagian latar yang berada

Adapun kesalahan ejaan ditemukan dengan bentuk tidak adanya penggunaan tanda baca pada akhir kalimat, yakni pada kalimat-kalimat, “ZONA AMAN TRANSPORTASI ONLINE 100 METER

Hasil dari korelasi kontribusi pengadaan koleksi sirkulasi terhadap peningkatan frekuensi peminjaman bahan pustaka di Perpustakaan SMAN 3 Cimahi ini terlaksana dengan

Bahasa Melayu (Indonesia) Bahasa Minangkabau Bahasa Nias (Li Niha).. GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA P O T E N S I S U M B E R D A Y A A L A M LANGKAT BINJAI DELI

Jadi dari pengamatan terhadap hasil perendaman dengan larutan Alizarin merah dapat disimpulkan bahwa sediaan menimbulkan cacat pada fetus secara makroskopis, sedangkan