PENILAIAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK PERWARI KOTA BANDUNG USIA 4-6 TAHUNDENGAN METODE
VERBAL FLUENCY TEST DAN TOKEN TEST Lisda Amalia*, Siti Aminah **, Andi Basuki** ABSTRACT
Introduction: Language is the important component for cognitive function. Speech delay is the main indicator for mental capacity of children.
Aims: The aim of this study is to collect primary data and to find out the difference of language capacity’s examination results based on gender and age from children aged 4 to 6 year olds.
Method: The study was using cross sectional methods conducted in 40 children that consisted of 25 girls and 15 boys which was held from October 2010 to Februari 2011 at Perwari Kindergarden. Participant was grouped by gender and age. Verbal Fluency Test (VFT) and Token Test (TT) was done to examine the language capacity. Results: There was signifance difference results between VFT and TT according on age (p<0,05) but there was no difference according to gender (p>0,05)
Conclusions: There is difference outcome from language capacity’s examination with Verbal Fluency Test and Token Test method based on age in children 4 to 6 years old at Perwari Kindergarden Bandung city.
Keywords: Age, gender,language capacity’s test ABSTRAK
Pendahuluan: Bahasa, seperti dominan perkembangan lainnya merupakan komponen vital fungsi kognitif. Keterlambatan bahasa sejak dini bisa merupakan indikator utama bagi kapasitas mental anak.
TujTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dasar serta mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang pada 40 orang anak yang terdiri dari 25 orang anak perempuan dan 15 orang anak laki-laki, dilakukan dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011 di Taman Kanak-kanak Perwari Kota Bandung. Dilakukan pengelompokan anak berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia, dilanjutkan pemeriksaan kemampuan berbahasa dengan metode Verbal Fluency Test dan Token Test.
Hasil: Berdasarkan kelompok usia didapatkan hasil yang bermakna (p < 0,05) pada hasil Verbal Fluency Test dan Token Test Sedangkan berdasarkan jenis kelamin tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05) pada kedua metode tersebut.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan hasil pemeriksaan kemampuan berbahasa dengan metodeVerbal Fluency Test dan Token Test.berdasarkan kelompok usia pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak Perwari Kota Bandung.
Kata kunci: Jenis kelamin, pemeriksaan kemampuan berbahasa, usia *Residen Neurologi FK UNPAD/RS dr Hasan Sadikin Bandung
**Staf Pengajar Departemen Neurologi FK UNPAD/RS dr. Hasan Sadikin Bandung
LATAR BELAKANG
Kemampuan bicara dan bahasa adalah anugerah unik yang dimiliki manusia. Bicara sebagai suatu simbol linguistik, merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam berkomunikasi.1,2 Komunikasi adalah proses untuk saling bertukar informasi, pendapat atau perasaan antara seseorang dengan orang lain. Setiap orang tua menginginkan anaknya dapat berbicara dan berbahasa secara normal, akan tetapi ini tidak dapat terjadi secara spontan, melainkan memerlukan suatu proses belajar agar perkembangan berbahasa dan bicaranya dapat tercapai dengan baik.1,2,3,4
Kemampuan berbicara sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lain karena fungsi ini melibatkan kemampuan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan sekitar. Semua hal di atas saling berinteraksi, mempengaruhi, dan memberi umpan balik dalam perkembangan bahasa seorang anak.2,3,4,5 Deteksi dini keterlambatan bicara-bahasa anak perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan dan pemulihannya dapat dilakukan sedini mungkin.4,6
Perkembangan bahasa yang terganggu dapat merupakan akibat dari keterlambatan global atau retardasi mental. Bahasa, seperti dominan perkembangan lainnya khususnya visuo-motor dan adaptasi merupakan komponen vital fungsi kognitif. Keterlambatan bahasa sejak dini bisa merupakan indikator utama bagi kapasitas mental anak. Umumnya anak-anak ini mengalami keterlambatan bahasa secara umum, baik reseptif maupun ekspresif.4
Terdapat perbedaan kecepatan kematangan proses berbahasa antara anak laki-laki dan perempuan. Rasio laki-laki-laki-laki dibanding perempuan bervariasi, pada umumnya lebih banyak anak laki-laki dibanding perempuan yaitu 4 : 1 mempengaruhi pendekatan proses pendidikan untuk perbaikan pembelajaran pada anak usia dini.2
Pentingnya deteksi dini adanya gangguan berbahasa untuk tatalaksana selanjutnya bila terdapat gangguan tersebut. Dalam masyarakat, deteksi dini gangguan berbahasa pada anak usia dini telah digunakan tes sebagai penapisan adanya gangguan berbahasa, salahsatunya adanya Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK) oleh kader di masyarakat dan telah pula dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan memakan waktu yang lebih lama yang dilakukan oleh tenaga medis dan psikolog. Setelah ada penapisan adanya gangguan perkembangan berbahasa, selanjutnya dirujuk kepada tenaga medis (dokter saraf anak/dokter anak) untuk pemeriksaan lebih komprehensif. Belum adanya tes yang diujicobakan oleh tenaga medis untuk deteksi gangguan berbahasa pada anak usia dini yang mudah, sensitif, dan cepat.6,10-17
Token test merupakan metode pemeriksaan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun. Menurut Cole dan Fewell, Token test merupakan alat pemeriksaan untuk deteksi gangguan berbahasa dengan metode cepat, sensitif dan reliable baik untuk gangguan berbahasa yang reseptif maupun ekspresif.17,30 McGhee et al
mengungkapkan bahwa Token test merupakan alat pemeriksaan untuk deteksi adanya gangguan berbahasa reseptif pada anak usia 3-12 tahun.31,32,33
Verbal fluency test merupakan tes yang sangat berguna yang digunakan untuk memeriksa fungsi eksekutif, bahasa ekspresif, dan memori semantik. Pada anak perempuan, didapatkan hasil verbal fluency test yang lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki pada kelompok usia yang sama. Pada anak usia 4-16 tahun diharapkan dapat menyebutkan nama binatang minimal 13 binatang dalam 1 menit.34,35,36.37
Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian tentang pemeriksaan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun Taman Kanak-kanak di Kota Bandung berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia dengan menggunakan Verbal Fluency Test dan Token Test.
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui hasil kemampuan berbahasa anak usia 4-6 tahun berdasarkan jenis kelamin dengan metode Verbal Fluency Test dan Token Test
2. Mengetahui hasil kemampuan berbahasa anak usia 4-6 tahun berdasarkan kelompok usia dengan metode Verbal Fluency Test dan Token Test
METODE PENELITIAN Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Perwari Kota Bandung yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi yang bersedia ikut serta dalam penelitian sesudah diberi penjelasan.
Kriteria inklusi
- Anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Perwari Kota Bandung - Orang tua bersedia mengikuti penelitian
- Tidak didapatkan defisit neurologis Kriteria eksklusi
Adanya riwayat gangguan serebral (stroke pada anak, tumor otak, perdarahan otak paska trauma kepala, infeksi, epilepsi,gangguan pendengaran)
Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan rancangan cross sectional dan dilakukan analisis secara statistik. Pemilihan subjek dilakukan pada anak usia 4-6 tahun yang menjadi siswa di Taman Kanak-kanak Perwari Kota Bandung.
Dari sejumlah formulir informed consent yang telah diisi, dilakukan pengelompokan anak berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pemeriksaan kemampuan berbahasa dilakukan pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi.
Anak/siswa Taman Kanak-‐kanak Perwari Pengisian dan pengembalian informed consent
Gambar 2.1 Bentuk dan rancangan penelitian HASIL PENELITIAN
Taman Kanak-kanak Perwari memiliki 68 siswa dan sebanyak 47 orang mengembalikan formulir informed consent. Pada penelitian ini terdapat 40 anak yang memenuhi kriteria inklusi, 25 orang anak perempuan dan 15 anak laki-laki.
Tabel 1. Data karakteristik subjek penelitian
Data karakteristik Jumlah (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 15 (37,5) 25 (62,5) Usia 4-5 tahun 5-6 tahun 18 (45) 22 (55) Total 40 (100)
Dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah anak yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 40 orang dengan 62,5% adalah perempuan dan 37,5% adalah laki-laki serta 45% berusia 4-5 tahun dan 55% berusia 5-6 tahun.
Tabel 2. Deskriptif Nilai Kemampuan Berbahasa
VFT TT
Mean 8,5 80,9
Median 9 91
Std. Deviation 2,46 28,65 Memenuhi kriteria inklusi
Pemeriksaan kemampuan berbahasa dengan metode Verbal Fluency Test dan Token Test
Minimum 3 7
Maximum 13 103
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai kemampuan berbahasa verbal fluency test (VFT) anak mempunyai rata-rata 8,5 dengan simpangan baku sebesar 2,46 dan range (2-13) sedangkan Token Test (TT) mempunyai rata-rata 91 dengan simpangan baku sebesar 28,65 dan range (7-103)
Berdasarkan uji normalitas terlihat bahwa nilai kemampuan berbahasa dengan verbal fluency test berdistribusi normal sedangkan kemampuan berbahasa dengan token test tidak berdistribusi normal maka pengujian perbedaan menggunakan uji non parametrik Mann Whitney sedangkan untuk verbal fluency test menggunakan uji t.
Tabel 3 Uji Perbedaan Kemampuan Berbahasa Berdasarkan Kelompok Usia 4 - 6 tahun Tes kemampuan berbahasa Kelompok Usia Nilai P 4-5 tahun 5-6 tahun VFT Mean 6,8±2,28 9,9±1,64 0,000#) Median 7 10 0,002**) Range (3-11) (7-13) TT Mean 64,3±36,12 94,5±6,05 0,006*) Median 91 97 0,043**) Range (7-103) (85-103)
#)Uji t; *) Uji Mann Whitney; **) Uji Median
Berdasarkan tabel 3, uji rerata maupun uji median terlihat bahwa nilai p < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berbahasa antara kedua kelompok umur.
Tabel 4 Uji Perbedaan Kemampuan Berbahasa Berdasarkan Jenis Kelamin
Tes kemampuan berbahasa Jenis Kelamin Nilai P Laki-laki Perempuan VFT Mean 9,3±2,26 8±2,48 0,137#) Median 9 8 0,739**) Range (5-13) (3-11) TT Mean 89,83±17,0 75,6±32,97 0,439*) Median 91 91 0,934**) Range (31-103) (7-103)
Dari tabel 4, diketahui bahwa berdasarkan uji rerata maupun uji median terlihat nilai p > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berbahasa antara laki-laki dan perempuan pada usia 4-6 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Foxx et al41,44 dan Judarwanto51 yang mengungkapkan bahwa anak perempuan memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga pada anak laki-laki lebih rentan untuk terjadinya gangguan berbahasa.
Tabel 5 Uji Korelasi Kemampuan Berbahasa Berdasarkan Kelompok Usia 4-6 tahun
Variabel Nilai r Nilai P#)
VFT 0,621 0,000
TT 0,440 0,004
#) uji t
Berdasarkan tabel 5 di atas, uji korelasi dengan signifikansi nilai p <0,01 menunjukan hubungan atau pengaruh yang cukup kuat kelompok usia terhadap kemampuan berbahasa anak. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Foxx et al41,44 dan Myklebust38 bahwa semakin tinggi usia, maka seorang anak akan semakin memahami konsep dan mengalami peningkatan kemampuan berbahasa.
Tabel 6. Uji Korelasi Kemampuan Berbahasa Berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel Nilai r Nilai P#)
VFT 0,239 0,137
TT 0,129 0,429
#) uji t
Berdasarkan tabel 6, uji korelasi dengan signifikansi nilai p > 0,05 menunjukan tidak ada hubungan yang cukup kuat antara kemampuan berbahasa dengan jenis kelamin pada anak usia 4-6 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Foxx41 dan Judarwanto51 yang mengungkapkan bahwa anak laki-laki lebih rentan mengalami gangguan berbicara dibandingkan anak perempuan.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi secara bermakna pada kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak Perwari baik dengan menggunakan verbal fluency test maupun dengan token test. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Margaret38, Delgado39 dan Judarwanto51 yang mengungkapkan bahwa anak laki-laki lebih rentan mengalami gangguan berbicara dibandingkan anak perempuan. Hal ini juga tidak sesuai dengan penelitian Bucki dan Rocha34 di Brazil mengungkapkan bahwa verbal fluency test dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Pada anak perempuan, didapatkan hasil verbal fluency test yang lebih baik
dibandingkan dengan anak laki-laki pada kelompok usia yang sama. Pada penelitian Judarwanto dikemukakan adanya perbedaan kemampuan berbahasa pada anak laki-laki dan perempuan pada usia 2,5 tahun, sedangkan pada penelitian Brucki dan Rocha, perbedaan tersebut dilakukan pada anak di atas usia 7 tahun. Pada penelitian ini dilakukan pada usia 4-6 tahun, sehingga kemungkinan adanya perbedaan tersebut tidak terdeteksi. Hal lain yang dapat diungkapkan adalah, sebagian anak yang ikut dalam penelitian ini terbiasa dengan menggunakan dua bahasa di rumah yaitu berbahasa daerah (bahasa Sunda) dan bahasa Indonesia. Kondisi ini juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi konsep dan kemampuan berbahasa serta berbicara pada anak.54,55
Menurut Elizabeth M. Pranther, mencari penyebab gangguan bicara pada anak sangatlah sukar. Kemampuan bicara seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk disini adalah kemampuan mendengar, perkembangan fisik dari mulut, dan tenggorokan serta keturunan.5
Delgado39 dan Foxx41 melaporkan bahwa gangguan bahasa sekitar 40% dan 70% merupakan kecenderungan dalam suatu keluarga. Separuh keluarga yang memiliki anak dengan gangguan bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya memiliki problem bahasa. Orang tua yang berpengaruh pada keturunan ini mungkin bertanggung jawab terhadap faktor-faktor genetik. Mungkin sulit mengetahui berapa banyak transmisi intergenerasi gangguan-gangguan bahasa tersebut, disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan terhadap bahasa.
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam dan melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain lingkungan, pendengaran, fungsi kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya.39,41
Penelitian Sowell serta De Beliis dan kawan-kawan menyatakan bahwa baik anak perempuan maupun anak laki-laki akan mengalami peningkatan ukuran volume area putih dan korpus calosum dari usia 6-17 tahun.25,28 Pada rentang usia tersebut, anak perempuan mengalami perubahan perkembangan yang bertahap dan perubahan volume lebih besar terjadi antara usia 10-14 tahun. Pada anak laki-laki, selama rentang waktu tersebut, menunjukkan peningkatan dramatis saat periode waktu pendek tertentu.28 Pada penelitian ini dilakukan pada anak usia 4-6 tahun, sehingga mungkin adanya perbedaan kemampuan berbahasa belum terlihat secara nyata. Evans dan English menyajikan fakta-fakta bahwa anak-anak dengan orang tua berpenghasilan rendah terpapar faktor-faktor resiko lingkungan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang berpenghasilan menengah.52 Mereka memperkenalkan tiga penyebab stress psikososial (kekerasan, pertengkaran keluarga, perpisahan anak dengan keluarga) dan tiga penyebab stress fisik (kekacauan, kegaduhan, kualitas rumah yang rendah) merupakan faktor resiko yang memberikan pengaruh negatif. Dalam penelitiannya tentang lingkungan yang miskin, mereka menemukan hanya 20% anak-anak yang hidup dalam keluarga dengan penghasilan yang rendah tidak terpapar satupun faktor resiko. Sebaliknya, 61% keluarga dengan penghasilan menengah tidak terpapar faktor resiko. Temuan ini menyatakan bahwa mayoritas anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah terpapar lebih banyak masalah kemelaratan daripada kelompok berpenghasilan menengah dan disfungsi kognitif, perilaku, atau sosial akan meningkat.39-50
Sampai saat ini penelitian-penelitian terus mempelajari tentang perbedaan perkembangan bahasa anak yang diambil dari kultur dan latar-belakang sosioekonomi yang berbeda dan pengaruh dari perbedaan-perbedaan ini terhadap pencapaian akademik selanjutnya. Penelitian Robertson membandingkan kemampuan fonologi anak TK dari keluarga dengan sosioekonomi tinggi dan rendah dan menemukan bahwa anak-anak dari sosioekonomi rendah secara signifikan lebih buruk pada rangkaian pengukuran kognisi, linguistik, pra-baca. Dua tahun pemantauan terlihat bahwa anak-anak ini tidak mengejar anak-anak dari keluarga sosioekonomi tinggi. Suatu usaha untuk menjelaskan keterkaitan antara kelemahan dan kegagalan sekolah, maka peneliti mempelajari perbedaan antara kualitas bahasa ditujukan pada anak-anak dengan latar belakang sosioekonomi yang berbeda pada 2,5 tahun pertama kehidupan mereka. Mereka melaporkan bahwa anak-anak dari latar belakang sosiekonomi yang rendah berada dalam kelemahan karena orang tua mereka atau pengasuh sangat jarang mengajak berbicara; akibatnya mereka miskin perbendaharaan kata dan kemampuan komunikasi dibanding kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi. 39-50 Pada penelitian ini tidak dilakukan wawancara dengan orangtua mengenai kondisi anak (prenatal, natal, postnatal), kondisi di rumah, status sosioekonomi, budaya, dan keturunan (dari garis ayah maupun ibu).
Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kelompok umur mempengaruhi kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak Perwari Kota Bandung. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Foxx dan kawan-kawan34 serta Myklebust38 bahwa semakin tinggi usia, maka seorang anak akan semakin memahami konsep dan mengalami peningkatan kemampuan berbahasa. Dalam perkembangannya, kedua belahan otak akan mengalami spesialisasi atau lateralisasi. Pada 2 tahun pertama, belahan otak kanan lebih berperan dan selanjutnya terjadi peralihan peranan pada otak kiri. Pemantapan otak terjadi pada usia 6-7 tahun, sehingga otak kiri selanjutnya dikenal sebagai otak dominan yang dalam keadaan sehari-harinya tercermin dari kecenderungan anak memakai tangan kanannya.29
Perkembangan bicara-bahasa tergantung pada maturasi otak, kesiapan untuk belajar dan tidak terlepas dari keseluruhan aspek perkembangan anak seperti perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognitif, sosial serta lingkungannya. Faktor lain adalah integritas struktural dan fungsional dari otak atau adanya kemampuan untuk kompensasi apabila ada gangguan.29
Dalam perkembangannya, anak mulai membangun peta auditori dari fonem, pemetaan terbentuk saat fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan sampai akhir umur pra sekolah.35,50
Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan, melambangkan ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognisi dasar untuk pemberolehan bahasa anak.35,36
KESIMPULAN
1. Kelompok usia 5-6 tahun memiliki hasil kemampuan berbahasa yang lebih baik dibandingkan kelompok usia 4-5 tahun di TK Perwari Kota Bandung.
2. Tidak terdapat perbedaan hasil kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun berdasarkan jenis kelamin di TK Perwari Kota Bandung.
SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa anak usia 4-6 tahun dengan melakukan wawancara pada orang tua tentang kondisi anak (prenatal, natal, postnatal), kondisi di rumah, sosial ekonomi, budaya, dan kondisi keluarga (dari garis ayah maupun ibu).
2. Perlu dilakukan penelitian dengan sampel kelompok usia yang lebih besar, di atas 6 tahun, sehingga dapat diperoleh gambaran kemampuan berbahasa yang lebih luas.
3. Perlu dilakukan normalisasi pemeriksaan kemampuan berbahasa dengan metode Verbal Fluency Test dan Token Test pada anak usia 4-6 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Panggabean R. Neurologi Gangguan Bicara (makalah), Disampaikan dalam konferensi nasional autisme I, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta 2-4 Juli 2003.
2. William Y, Rutter M. Languange Development and Disorders. Mac Keith Press. Philadelphia, 1987. p 16-41.
3. Dumm D, Epstein L. Decision making in Child Neurology. BC Decker Inc. Philadelphia, 1987. p 172-173.
4. Hartono, Rahmawati. Neuropediatri, The Child Who Does Not Speak, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002. hal 1-33.
5. Powell K. Speech and Languange : Causes, Milestone, and Suggestion.Diunduh dari www.kidsource.com, 1993.p 1-3.
6. Soepalarto SA. Gangguan Perkembangan Pada Anak (makalah), disampaikan dalam Simposium Kelainan Neurologi pada anak, PERDOSSI, Pekan Baru, Riau, 2004.
7. Njiokiktjien C Panggabean R, Hartono B. Masalah-masalah Perkembangan Psikomotor, Penerbit Universitas Diponegoro. 2003.p 73-84.
8. Ropper, Brown. Disorders of Speech and Languange in adam’s Victors Principles of Neurology, 8th edition, McGraw Hill Company, USA.2005:413-428.
9. Kolegium Neurologi Indonesia, Modul Neurobehaviour : Gangguan Bicara dan Berbahasa. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.2008:3-11.
10. Bowen, C. Speech and language development in infants and young children. Retrieved on (date) from http://www.speech-language-therapy.com/devel1.htm
11. Webster R.I, Majnemer, Platt, Shevell. A predictive value of a preschool diagnosis of developmental language impairment. Neurology, 2004;63:2327-2331.
12. Modyanova N, Wexler. Semantic and Pragmatic Language Development : Children Know That Better. Sommerville;2007:297-308.
13. Nelson HD, Nygren P, Walker M, Panoscha R. Screening for speech and language delay in preschool children: systematic evidence review for the US Preventive Services Task Force. Pediatrics. 2006 Feb;117(2):e298-319.
14. Brooks-Gunn, J., Klebanov, P. K., Smith, J., Duncan, G. J., & Lee, K. The Black-White test
score gap in young children: Contributions of test and family characteristics. Applied Developmental Science, 7(4), 2003,239–252.
15. Ukrainetz, T. A., & Blomquist, C. The criterion validity of four vocabulary tests compared with a language sample. Child Language Teaching and Therapy, 2002,18(1), 59–78.
16. Ukrainetz, T. A., & Duncan, D. S. From old to new: Examining score increases on the Peabody Picture Vocabulary Test–III.Language, Speech, and Hearing Services in Schools, 2000, 31, 336–339.
17. D’Arcy, R. C. N., & Connolly, J. F. An event-related brain potential study of receptive speech
comprehension using a modifiedToken Test. Neuropsychologia, 1999,37, 1477–1489.
18. Winer, D. A., Connor, L. T., & Obler, L. K. Inhibition and auditory comprehension in
Wernicke’s aphasia. Aphasiology,2004, 18,599–609.
19. Ulatowska, H. K., Olness, G. S., Wertz, R. T., Thompson, J., Keebler, M.W., Hill, C. L., &
Auther, L. L. Comparison of language impairment, functional communication, and discourse
measures in African-American aphasic and normal adults. Aphasiology, 2001,15,2007–2016.
20. Giedd JN, Blumental J, Jeffries N, Castellanos F, Liu H, Zijdenbos A. Brain development
during childhood and adolescent : a longitudinal MRI study. Nature neuroscience. 1999;2;861-3.
21. Gaseer T, Rousson V, Caflish, Largo R. Age, laterality, and gender in neuromotor
performance. Dev Med Child Neurol. 2001;43: 436-43.
22. Volpe JJ. Neurology of the Newborn. Edisi 3. Philadelphia:Saunders, 1995.
23. Kusumoputro S. Perkembangan Fungsi Luhur pada Balita. Naskah lengkap Pendisikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXXVII. Deteksi dan intervensi dini penyimpangan tunbuh kembang anak dalam upaya optimalisasi kualitas sumber daya manusia. Jakarta:FKUI, 21-23 November 1996.
24. Caviness VS. Kennedy DN, Richelme C, Rademacher J, Filipek PA. The Human Brain : a
volumetric analysis based on Magnetic Resonance Images. Cerebral Cortex. 1996;6;726-36.
25. Sowell ER, Thompson PM, Leonard CM, Welcome SE, Kan E, Toga AW. Longitudinal
Mapping of Cortical Thickness and Brain Growth in Normal Children. J Neuroscience. 2004;24:8223-31.
26. Matzuzawa J, Mastsui M, Konishi T, Noguchi K, Gur RC, Bilker W. Age related Volumetric
Change of Brain Grey and White Matter in Haelthy Infants and Children. Cerebral Cortex. 2001;11:335-42.
27. Paus T, Zijdenbos A, Worsley K, Collins B, Blumenthal J, Giedd J. Structural Maturation of
Neural Pathway in Children and Adolescents. Science. 1999;283:1908-11.
28. De Beliis M, Keshavan MS, Beers S, Hall J, Frustaci K, Masalehdan A. Sex Difference in
Brain Maturation During Childhood and Adloscent. Cerebral Cortex. 2001;11:552-7.
29. Panggabean R. Gangguan Bicara pada Anak. Neurology in Daily Practice. Editor : Andi
Basuki dan Sofiati Dian. Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf FKUP-RSHS Bandung, 2010.
30. Cole KN, Fewell RR. A Quick Language Screening Test for Young Children : The Token
Test. Journal of Psychoeducational Assessment June 1983 vol. 1 no. 2 149-153.
31. McGhee RL, Ehrler DJ, Disimoni F. Token Test for Children. Bijan Resources. 2009.
32. Hartje W, Kerschensteiner M, Poeck K, Orgass B. A cross Validation Study on The Token Test. Abteilung Neurologie, Klinische Anstalten der Rheinisch Westfälischen Technischen Hochschule Aachen, 51 Aachen, Goethestrasse 27–29, Germany. Received 1 October 1972. Available online 30 May 2002.
33. Odekar U, Hallowell B. Exploring interrater agreement in scoring of the Revised Token Test. Journal of Medical Speech - Language Pathology, June, 2006
34. Brucki SMS, Rocha MSG. Categoey Fluency Test : Effects of Age, Gender, Education on Total Score Clustering and Swithing in Brazilian Portuguese-speaking subjects. Brazilian Journal of Medical and Biological Research. 2004;37;1771-1777.
35. Muangpaisan W, Intalapaporn S, Assantachai P. Digit Span and Verbal Fluency Test in Patien with Mild Cogniitive Impairment and Normal Subjects in thai-Community. J Med Assoc Thai. 2010;93(2);224-30.
36. Anderson V. Assesing executive function in children : Biological, Psycological, and Developmental Consideration, Pediatr. Rehabilitation. 2001;4119-136.
37. Patrick P, Oria, Madhaven V, Pinkerton, Lorenz, Lima A, Guarrant P. Limitation of Verbal Fluency Test in Diarrhea Children in Brazil. Child Neuropsycology.2005;11;1-12.
38. Collo B A. Short Report : The 60 item Boston Naming Test : Cultural Bias and Possible Adaptation for New Zealand, Aphasiology. 2001;15(1);86-92.
39. Delgado, Christine E. F.; Vagi, Sara J.; Scott, Keith G.Early Risk Factors for Speech and Language Impairments. Exceptionality, v13 n3 p173-191 2005
40. Margaret Snowling , D. V. M. Bishop and Susan E. Stothard.Is Preschool Language Impairment a Risk Factor for Dyslexia in Adolescence? Journal of Child Psychology and Psychiatry (2000), 41:5:587-600
41. Fox A. V.,Dodd B., Howard D. Risk factors for speech disorders in children. International Journal of Language & Communication Disorders, Volume 37, Number 2, 1 April 2002 , pp. 117-131(15)
42. J. G. Barry, I. Yasin, D. V. M. Bishop Heritable risk factors associated with language impairments
43. Brant LJ, Gordon-Salant S, Pearson JD, Klein LL, Morrell CH, Metter EJ, Fozard JL. Risk
factors related to age-associated hearing loss in the speech frequencies. J Am Acad Audiol. 1996 Jun;7(3):152-60
44. Fox A V, Dodd Barbara, Howard David. Risk factors for speech disorders in children. International journal of language & communication disorders / Royal College of Speech & Language Therapists 2002;37(2):117-31.
45. McGrath Lauren M, Hutaff-Lee Christa, Scott Ashley, Boada Richard, Shriberg Lawrence D, Pennington Bruce F. Children with comorbid speech sound disorder and specific language impairment are at increased risk for attention-deficit/hyperactivity disorder.Journal of abnormal child psychology 2008;36(2):151-63.
46. Salameh E., Nettelbladt U., Gullberg B. Risk factors for language impairment in Swedish bilingual and monolingual children relative to severity. Acta Paediatrica, Volume 91, Number 12, 2002 , pp. 1379-1384(6)
47. Kisilevsky BS, Hains SM, Brown CA, Lee CT, Cowperthwaite B, Stutzman SS, Swansburg
ML, Lee K, Xie X, Huang H, Ye HH, Zhang K, Wang Z. Fetal sensitivity to properties of maternal speech and language. Infant Behav Dev. 2009 Jan;32(1):59-71.
48. Von Kries R, von Suchodoletz W, Stränger J, Toschke AM. Television in a child’s bedroom–
a possible risk factor for expressive language impairment in 5- and 6-year-old children. Gesundheitswesen. 2006 Oct;68(10):613-7
49. O’Callaghan, Michael, Williams, Gail M.Andersen, Margaret J.
Bor, William Najman, Jake M. Social and Biological Risk Factors for Mild and Borderline Impairment of Language Comprehension in a Cohort of Five-Year-Old Children. Developmental Medicine and Child Neurology. 1995-01-01;37,12,1051-1061
50. Tina L. Stanton-Chapman, Derek A. Chapman, Ann P. Kaiser, Terry B. Hancock .Cumulative Risk and Low-Income Children’s Language Development. Topics in Early Childhood Special Education, Vol. 24, No. 4, 227-237 (2004)
51. Judarwanto W. Mengapa Anak laki-laki Lebih Mudah Terjadi Keterlambatan Berbicara. Children Speech Clinic.2010: http//childrenclinic.wordpress.com (diunduh 27 Desember 2010).
52. Evans, G. W., & English, K. The environment of poverty: Multiple stressor exposure, psychophysiological stress, and socioe-motional adjustment. Child Development, 73, 2002.1238–1248.
53. Fazio, B. B., Naremore, R. C., & Connell, P. J. Tracking children from poverty at-risk for specific language impairment: A 3-year longitudinal study. Journal of Speech and Hearing Research, 39,1996. 611–624.
54. Steenge J. Bilingual Children With Specific Language Impairment, Additionaly Disadvantages?.EAC, Research Center an Atypical Communication, University Nijmegen, 2006, p 1-3.
55. Al-Harbi LM. Languange Processing in Bilingual Children. J King Saud Univ, vol 9, 1997, pp 39-45.