• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON KAITANNYA DENGAN UNSUR HARA (NTTROGEN DAN FOSFOR) DI LOKASI BUDI DAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG, Dl WADUK lr. H. JUANDA, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON KAITANNYA DENGAN UNSUR HARA (NTTROGEN DAN FOSFOR) DI LOKASI BUDI DAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG, Dl WADUK lr. H. JUANDA, JAWA BARAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004

STRUKTUR

KOMUNITAS DAN

KELIMPAHAN FITOPLANKTON

KAITANNYA

DENGAN UNSUR HARA

(NTTROGEN

DAN FOSFOR)

DI

LOKASI BUDI DAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING

APUNG,

Dl

WADUK

lr.

H.

JUANDA,

JAWA

BARAT

Chairutwan Uma/),

Enan M.

Adiwilaga"l,

dan

Endisetiadi Kartamihardia"')

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2002 di sekitar dan di luar lokasi budi daya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk

lr.

H. Juanda Jatiluhur. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton serta mempelajari keterkaitan antara struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton dengan kandungan unsur hara di lokasi KJA dan di luar lokasi KJA.

Pengambilan sampel air dan sampel fitoplankton dilakukan di sekitar lokasi KJA sebanyak 3 stasiun dan di

luar KJA 2 stasiun pada kedalaman air 0,5; 1; 2; 4; dan 8 m. Pengukuran unsur hara dan identifikasi serta kelimpahan fitoplankton dilakukan di laboratorium. Hasil penelitian menemukan 30 genera fitoplankton dari 4

kelas yaitu

Chlorophyceae

11

genera, Cyanophyceae

9

genera, Bacillariophyceae

8

genera, dan Dinophyceae 2 genera. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 91.225-2.901.O25 sel

l''

dengan rata-rata kelimpahan tertinggi di stasiun lV pada kedalaman 0,5 m sebesar 1.293.470 sel l-'dan terendah di stasiun I

pada kedalaman

Ah

sebesar 451'.987 sel l-1. Kandungan unsur hara yaitu nitrat berkisar 0,22$0,737 mg l-1,

ammonium 0,191-0,60g mg l-1, dan ortofosfat 0,211-0,916 mg f1.-Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara unsur hara dan kelimpahan sel fitoplankton dengan persamaan regresi Y=5. 1 05+0, 086 nitrat-0, 055 amonium+O, 540 ortofosfat.

ABSTRACT:

The community structure and abundance

of phrtoplanffion

in

relation

to

nutlent

content (nitrogen

and

phospor)

in

cage culture area

of

the Juanda Reseruoir, West

Java. By: Chairulwan Umar, Enan M Adiwilaga, and Endi Setiadi Kartamihardja

The study aims to investigate community structure and abundance of phytoplankton and to study the relationship between phytoplankton abundance and nutient content

at

surrounding

and

outside area of

floating cage culture. The work was conducted at Juanda reservoir from April to July 2002. Water and phytoplankton, samples were taken at

3

station inside and 2 station outside floating cage, at the water depth of 0.5; 1; 2; 4; and 8 m. Nutrient contents and phytoplankton abundance were measured in the laboratory. The

resu/fs show that there were 30 genera phytoplankton which were classified lnfo 4 c/asses i.e: 11 genera of

Chlorophyceae;

I

genera of Cyanophyceae; 8 genera of Bacillariophyceae and 2 genera of Dinophyceae. Pltytoplankton abundance ranged from 91,22t2,901,025 cells 11 with the highest average of 1,293,470 cetls f

'

at station lV and at the depth of 0.5 m, and the lowest average of. 451 ,987 cetls 11

at

station t and at the

depth

of

8 m.

Nitrate content raryOe between 0.229-0.737 mg f1

,

ammonium 0.191-0.608 mg

f1

and orthophosphate 0.21 1-0.916 mg

f'.

The relationship between phytoplankton abundance and nutrient was

significant

with

the

multiple regression equation

of

Y=5,105+0.086 nitrate-0.055 amonium+0.540 orthophosphate.

Key

word:

community structure, abundance, phytoplanffion PENDAHULUAN

Fitoplankton

dapat berperan sebagai salah

satu

dari

parameter ekologi

yang dapat

menggambarkan kondisi suatu perairan baik atau

jelek.

Salah satu ciri

khas

organisme fitoplankton

yaitu

merupakan dasar

dari mata rantai pakan

di

perairan (Dawes,

1981).

Oleh karena

itu,

keberadaan fitoplankton

di

suatu

perairan dapat

menggambarkan

karakteristik

suatu perairan

apakah

berada

dalam

keadaan

subur

atau tidak.

Kelimpahan fitoplankton

di

suatu

perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan

karakteristik

fisiologinya.

Sedangkan

struktur

komunitas fitoplankton ditentukan

oleh

keragaman atau komposisi jenis fitoplankton. Komposisijenis dan

IPeneliti pada Lolra Riset Pemacuan Stok lkan, Jatiluhur

_'. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor

-)

Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Jakarta

kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi (Reynolds

et. al.,

1984).

Selain

itu

faktor

penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara

faktor

fisika-kimia perairan antara

lain

intensitas

cahaya, oksigen terlarut,

stratifikasi

suhu,

dan

ketersediaan

unsur

hara

nitrogen

dan

fosfor,

sedangkan

aspek

biologi adalah

adanya aktivitas pemangsaan

oleh hewan,

mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman & Horne, 1983),

Unsur hara utama yang diperlukan

fitoplankton

untuk

pertumbuhan

dan

reproduksi

adalah

nitrogen dalam bentuk nitrogen-nitrat, nitrogen-amonium, dan

fosfor

dalam bentuk

ortofosfat.

Dalam

proses

(2)

Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Setiadi Kadamihardja

pembentuk protoplasma

dan fosfor

berperan dalam proses pemindahan energi

di

dalam sel. Oleh karena

itu,

ketersediaan

unsur hara nitrogen dan fosfor

di

perairan

menjadi faktor

pembatas

yang

mengontrol

keragaman

dan

komposisi fitoplankton

di

suatu perairan waduk dan danau.

Perairan

Waduk

lr. H.

Juanda,

Jatiluhur merupakan salah satu waduk yang berada

di

daerah

aliran sungai (DAS) Citarum. Sekarang

ini

tingkat

kesuburan perairannya

cukup

tinggi

(mesotropik-eutropik). Jumlah keramba

jaring

apung (KJA)

di

perairan telah mencapai 2.100 unit, aktivitas

budi

daya

ini

dapat

berpengaruh

terhadap

produktivitas

perairan (Krismono

ef. al.,

1996). Salah

satu

di

antaranya

dapat

meningkatkan

unsur hara

nitrogen

dan fosfor yang

berasal

dari

sisa pakan yang

tidak termakan

oleh ikan dan sisa

metabolisme. Muatan

unsur

hara yang berlebihan

ini

dapat

merangsang

pertumbuhan fitoplankton

dengan

cepat

dan berlimpah (blooming) antara lain Microcysfls sehingga akan mengganggu dan menurunkan kualitas air akibat racun

yang

dikeluarkan

oleh

Microcysfis

dan hal

ini

akan

menimbulkan

kematian

bagi ikan

(lngram

&

Prescott

dalam Hynes, 1974). Keadaan

ini

dapat

mempengaruhi

struktur

komunitas fitoplankton

di

suatu perairan.

Berdasarkan

uraian tersebut maka perlu

kiranya dikaji apakah ada tendensi keterkaitan dan seberapa

besar

keterkaitannya

antara

kandungan

unsur

hara

yang dihasilkan dari budi daya ikan

di

keramba jaring

apung (KJA)

dengan struktur

komunitas

dan

kelimpahan fitoplankton

di

perairan tersebut

yang

akan

berguna sebagai informasi

dalam

pengelolaan perikanan suatu perairan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan

di

perairan

Waduk

lr.

H.

Juanda Jatiluhur Jawa Barat di sekitar lokasi KJA dan

di

luar KJA

(sebelum memasuki lokasi

KJA

dan sesudah lokasi KJA) (Gambar 1). Kegiatan penelitan dilakukan selama

2-3

bulan yaitu mulai bulan Maret-Mei 2002. Pengamatan di lapangan dilakukan setiap 7

hari sekali sebanyak 8 kali.

Metode

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah metode

survei,

yaitu

pengamatan, pengambilan sampel di lapangan, dan pengamatan di

laboratorium

Loka Riset

Pemacuan

Stok

lkan

Jatiluhur.

Pengambilan

sampel

air

baik

untuk

identifikasi fitoplankton

maupun

untuk

beberapa parameter kualitas

air

dilakukan

di

lima stasiun, yaitu

3

stasiun

di

lokasi KJA

dan

2

stasiun

di

luar

KJA

(radius 500 m). Ketiga stasiun

di

lokasi KJA

dilihat

dari

jumlah/jenis

ikan budi daya yang

dikatagorikan

sedikit, sedang, dan padat (stasiun

ll, lll,

dan

lV).

Sedangkan

2

stasiun

di

luar

KJA yaitu

di

Muara Cilalawi (stasiun

l)

dan

sesudah lokasi KJA (stasiun

V).

Dari

masing-masing

stasiun

ditentukan

5

kedalaman yaitu (0,5;

1;2,4;

dan

I

m).

Pengambilan contoh air dan spesimen fitoplankton

dari

tiap

titik

atau

kolom

air

dilakukan

dengan

menggunakan

Kemmerer

Water

Sampler

berkapasitas

2,5 dan

dilakukan

sebanyak

4-5

kali

untuk memenuhi

jumlah

contoh

air

yang dibutuhkan. Untuk mengetahui kelimpahan fitoplankton, contoh air

yang

diambil

sebanyak

5

kali

disaring

dengan

menggunakan plankton

net

ukuran porositas t35

mikron (No.25). Contoh plankton

ditampung dalam

botol

bervolume

30

ml dan diberi

pengawet larutan

lugol

(0,3%)

sebanyak 10 tetes,

kemudian disimpan kedalam kantong plastik (polybag) hitam.

Analisis Contoh Air dan Fitoplankton

Analisis

unsur hara (nitrat, nitrit,

ammonium, dan

fosfat), dan

beberapa parameter kualitas

air

lainnya dilakukan

di

laboratorium Loka Riset Pemacuan Stok

lkan

Jatiluhur,

teknis analisis

pengukuran mengikuti

petunjuk

APHA (1989).

Beberapa

parameter penunjang seperti

suhu air,

kecerahan,

pH,

oksigen

terlarut.

karbon

dioksida dianalisis secara

insitu. Gambaran

struktur

komunitas fitoplankton dilakukan

dengan

pendekatan

yang

bersifat

kuantitatif (komposisijenis dan kelimpahan sel fitoplankton) dan kualitatif (pendekatan secara indeks biologi antara lain

indeks

keanekaragaman,

indeks

keseragaman, dan indeks dominasi).

ldentifikasi

fitoplankton mengikuti petunjuk

Davis

(1955), Edmonson (1959), Needham

&

Needham

(1963).

Kelimpahan fitoplankton

dihitung

menggunakan metode Lackey

Drop

Microtransect

Counting

(APHA 1989)

dengan

jumlah

lapang

pandang sebanyak

30

kali.

Rumusnya

sebagai berikut:

N=nxA/BxC/Dx1/E...

...

(1) di mana:

frl

=

\l=

fi=

$=

Q=

p=

E=

jumlah totalfitoplankton (sel l)

jumlah rataan

total

individu

per

lapang pandang

luas gelas penutup (mm') luas satu lapang pandang (mm') volume air terkonsentrasi (ml)

volume

air

satu tetes (ml)

di

bawah

gelas penutup

volume air yang di saring (l)

Untuk mengetahui keanekaragaman dan dominasi fitoplankton, maka

dihitung

Indeks Keanekaragaman (diversitas) dengan rumus Shannon-Wiever yaitu:

n

H'=-IPI In

Pi

...

....

.(2)

i-1

di mana:

H'

= indeks keanekaragaman Shannon-Wiever

Pi

= ni/N

n;

= jumlah individu jenis/genus ke-l

(3)

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004 Pasir Gombong

"g

Dam Tanggul Pasir

Jangkung

s. Cllalwi

U

r.:ka

Keterangan/legend: Lokasl Penelitlan/

l-V:

Staslun Pengamatan/ Research Stalion

".rF

ciiEorr'|rng

.6

o Ou{tea Ci..l! Gambar 1. Figure 1.

Untuk indeks

dominasi dihitung

berdasarkan lndeks Simpson dalam Legendre

&

Legendre (1983) dengan rumus sebagai berikut:

6=2Jni/Nl2

.. ...(3)

di mana:

C

= indeks dominasiSimpson

Ni

= jumlah individu jenis/genus ke-l

N

= jumlah total individu

Analisis

Data

Untuk

mengetahui

hubungan antara

konsentrasi unsur hara (nitrogen

dan fosfor)

dengan kelimpahan

Peta lokasi penelitian diWaduk Jatiluhur, Jawa Barat.

Map of research area in Jatiluhur reseruoir, West Java.

fitoplankton

antara stasiun

dan

kedalaman

air dilakukan analisis regresi berganda (Steele

&

Torrie,

1980; Maftjik & Made, 2000).

HASIL DAN BAHASAN

Struktur Komunitas Fitoplankton

Sebagaimana

diketahui struktur

komunitas

fitoplankton merupakan

susunan individu

dari

beberapa

jenis atau

spesies

fitoplankton

yang

terorganisir membentuk

komunitas

yang

dapat dipelajari

dengan

mengetahui

satu atau dua

aspek

(4)

Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endisafiadl Kaftamihardja

seperti

indeks

diversitas

jenis

dan

kelimpahan

(Brower ef.

a/.,

1990;

Odum,

1998). Oleh karenanya,

untuk melihat struktur

komunitas fitoplankton dapat ditentukan oleh keragaman jenis fitoplankton.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah

dilakukan

di

lokasi

dan di luar

keramba

jaring di Waduk

lr.

H. Juanda Jatiluhur ditemukan

30 genera dari

4

kelas

yang meliputi: Chlorophyceae

11

genera

(36,7%); Cyanophyceae

9

genera

(30o/o); Bacillariophyceae 8

genera (26,7o/");

dan

Dinophyceae

2

genera (6,7o/o).

Hasil

pengamatan

jumlah genus

di 5

stasiun menunjukkan pada stasiun lV yaitu sekitar 62,70/o dan umumnya lebih tinggi dibanding stasiun lainnya yaitu stasiun

lsekitar

58%; stasiun

ll

dan

lll

sekitar 52.7 o/o'.

dan stasiun V sekitar 57,3o/o.

Dari

kelima stasiun

dan kelima

kedalaman, kelas

Cyanophyceae

merupakan penyusun

utama komunitas fitoplankton

(87,6-95,5%)

dengan genera yang dominan

ascilatoria,

Merismopedia, Anabaena,

dan Lyngbia, penyusun komunitas

selanjutnya dari

kelas

Bacillariophyceae

(2,0-7,4%) dengan

genera

yang

dominan Synedra, Diatoma,

dan

Fragillaria. Kelas Chlorohyceae (1,5-3,7o/o) dengan genera yang

dominan

yaitu

Staurastrum,

Zygnema,

dan

Peng.mdton ke ilI o-t f

-o

-F

=

.=.

I aa aaa av Sta-luh Pong.mat.n B0-500000 8500000_1

t 1 OOOOOO-1 5OoOoO r 1 5OOOOo-2oOOOoo

I

Scenedesmus. Selanjutnya

dari

kelas

Dinophyceae (0,5-2,9%) dengan genera Ceratium dan Peridinium.

Kelimpahan Fitoplankton

Hasil analisis kelimpahan fitoplankton di lokasi dan

di

luar lokasi budi

daya

ikan disajikan pada Gambar

2a

dan

2b.

Hasil pengamatan dari kelima stasiun dan

kelima

kedalaman

selama

waktu

pengamatan,

menunjukkan kelimpahan fitoplankton

tertinggi

ditemukan pada stasiun

l,

kedalaman

1

m

waktu pengamatan

lV yaitu

sebanyak 2.901.025

sel

l-1 dan terendah ditemukan

pada stasiun

I

kedalaman

8

m

waktu pengamatan

Vl

yaitu sebanyak 91 .522 sel l-1.

Tingginya kelimpahan fitoplankton

di

stasiun

I

pengamatan lV, karena kandungan unsur hara (N dan

P), bahan

organik

dan

beberapa parameter kualitas air yaitu kandungan nitrogen dan fosfor.pada stasiun I

dan kedalaman 1 m sekitar 0,214 mg

l-'

N-N03; 0,512 mg l-1 N-Ntt3; dan 0,866 mg

l-'

P-Po+, demikian juga kandungan

pH yang

ditemukan

sekitar 8,5;

oksigen sekitar 7,9 mg

l-'; dan

BOT sekitar 7,26 mg

l-'

cukup

tinggi

dibandingkan

stasiun

lainnya,

sehingga

memungkinkan

terjadi

perkembangan

dan

pertumbuhan

fitoplankton

lebih baik pada saat

itu.

Pengamqtan Le ll E 1 000000-1 500000 Panqamalan ka IV o.5 a

-2g 3 4= a. I|l||ttvIt Sl.a$aun Penlrarnztan E0-50000c| 850(]000-1('000(]0 E 1 0(]0000-1 5000()0 r 1 500000-2000()0() r 2000000-2500000 r 250c|c)00-30fl000cl

Gambar

2a.

Kelimpahan fitoplankton (sel l-1) antar stasiun dan antar kedalaman pada pengamatan I sampai pengamatan lV di lokasi budi daya ikan dalam KJA di Waduk lr. H. Juanda Jatiluhur.

Figure

2a.

Phytoplandon abundance (celt t1) between station and depth of

the

first

untitfoutth

obseruation in floating cage culture area in lr. H. Juanda Jatituhur reservoir.

o.5 a

-rE

3 4

cl'

=

||||trv

St.-lun PengEmqtan o-500t]('0

(5)

Penganad.n l|e\t Staslurr Pengamatan EO-socttloD 850cttl0tl-1cto('clo(l @.1 oooooo-1 500000 E 1 50C!0(l0-2000000 -20('0000-250c]000 r2sooooo-3000000 Pengatfrr?rtan r(e Vll o.5 a

-

-E-=EF

=

Bi 4 -'

g

a Slt!-lun PGnCamltan I Eo-Sooooo Esooooo-loooooo I Gambar 2b. Figure 2b.

Selain

itu stasiun

I

berada

di

sekitar muara Sungai

Cilalawi

atau

daerah

hulu

waduk yang

pertama menerima

masukan unsur hara dari darat

maupun bawaan

dari aliran sungai yang

masuk

ke

perairan waduk. Selain

itu

pada pengamatan

lV

terjadi hujan

cukup deras, yang

memungkinkan

adanya

bawaan unsur

hara

serta fitoplankton

yang

cukup besar dari

luar,

sehingga keadaan

ini

dapat

meningkatkan kelimpahan fitoplankton di lokasi tersebut.

Kelimpahan fitoplankton terendah terdapat

di

stasiun I kedalaman 8 m pengamatan Vl, karena pada

pengamatan

dan

kedalaman tersebut

kandungan

unsur hara yang diperoleh lebih kecil dari

stasiun

lainnya,

juga

cahaya matahari

yang

masuk

pada

kedalaman

ini

semakin

kecil atau tidak

bisa

menembus

pada

kedalaman

I

m.

Karena, cahaya,

karbon dioksida, dan air adalah unsur yang digunakan

untuk

proses fotosintesa

yang

merupakan

dasar

mengontrol

produktivitas

fitoplankton

dalam

pertumbuhan

dan

reproduksinya

(Boney,

1975; Thornton

et

a/., 1990).

Secara umum

dari

kelima stasiun

dan

kelima

kedalaman

menunjukkan

rata-rata

kelimpahan

P€ngamatan ko Vl|I

a

= =

*.

e

Stasaun Pengamatan 60-500000 8500000-lgooooo E 1 000000-1 500000 - 1 500000-2000000 - 2OOOoOo,2SOOOOO r 2SOOODO-3OOOOOO

Kelimpahan

fitoplankton (sel

l-1)

antar stasiun dan antar

kedalaman

pada

pengamatan V sampai pengamatan

Vlll

di lokasi budidaya ikan dalam KJA

diWaduk

lr. H. Juanda Jatiluhur. Phytoptankton abundance (cetl 11) between station and depth of the fifth until eigth obseruation in floating cage culture area in lr. H. Juanda Jatiluhur reseruoir.

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004

fitoplankton tertinggi terdapat di stasiun lV kedalaman 0,5 m dengan nilai

kisaran

492.849-2.675.329

sel

l-1

dan nilai

rataan sebesar 1.293.470

sel

l-1.

Nilai

terendah ditemukan

di

stasiun

I

kedalaman

8

m

dengan

kisaran 91.522-1.116.435

sel

l'1

dan

nilai rataan 451.978 sel

l-

(Tabel 1).

Tingginya kelimpahan fitoplankton

di

stasiun

lV karena pada stasiun

ini

merupakan lokasi budi daya

ikan

di

KJA

dengan kepadatan sedang,

dengan keadaan airnya relatif tenang dan agak jernih, cahaya matahari

yang

masuk

relatif

lebih

tinggi,

terlihat dari kecerahan

air

yaitu rata-rata lebih

tinggi dari

stasiun lainnya. Unsur hara yang ditemukan relatif lebih tinggi

dari

stasiun

lainnya (Tabel

2),

sehingga

memungkinkan

terjadi

pertumbuhan

dan

perkembangan

fitoplankton

lebih baik.

Sesuai pendapat dari Kimmel & Groeger (1984) dan Thornton

et.

al., (1990) bahwa

ketersediaan

unsur hara

dan

cahaya yang cukup dapat digunakan oleh fitoplankton untuk perkembangannya.

Sedangkan kelimpahan rata-rata

fitoplankton

terendah diperoleh

di

stasiun

ll

dan

lll,

hal

ini

disebabkan

selain kandungan unsur hara

(nitrogen Psngamatan ke \tl o.6 n

-2*

e

4=.

z

(6)

Tabel 1.

Table 1.

Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Sefiadi Kartamihardja

Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada kelima stasiun dan kelima kedalaman

di

sekitar lokasi budi daya ikan dalam KJA

diWaduk

lr. H. Juanda, Jatiluhur

The average of phytoplanffion abundance at

five

station and depth in ftoating cage cufture area in lr. H. Juanda Jatiluhur reseruoir

st.

I

st. ill

st.

v

0,5 1 2 4

I

1.121.675 1.226.957 1.017 .457 598.7't2 451.978 712 875.078 801.663 667.799 475.022 732.034 702.960 745.311 707.111 713.063 1.293.470 986.505 771.191 1.112.719 769.186 1.088.917 950.273 1.012.992 1.036.824 773.800 Tabel 2. Table 2.

Unsur

hara

nitrogen-fosfor (mg l-1) pada

5

stasiun dan

5

kedalaman

di

lokasi budi daya ikan dalam KJA

diWaduk

lr. H. Juanda

The Nutrient nitrogen-phosphorus (mg

tt)

at

five

station and depth in floating cage cufture area of lr. H. Juanda reseruoir

";:;':-'

lDepth Kisaran/ Rataan/ Kisaran/ Rataan/ Kisaran/

Rataan/

o'o"""

(ml

Range Average Range Average Range

Average 1 2 4 8 0,5 1 2 4

I

0,5 'l 2 4 8 0,5 1 2 4 8 ill IV

0,152-0,737

0,393

0,272-0,707

0,398

0,276-0,583

0,357

0,122-0,645

0,368

0,214-0,553

0,381

0,2't4-0,552

0,453

0,302-0,654

0,492

0,183-0,553

0,368

0,229-0,552

0.353

0,245-0,645

0,381

0,306-0,583

0,433

0,279-0,707

0,461

0,306-0,645

0,401

0,272-0,614

0,430

0,368-0,799

0,507

0,276-0,737

0,514

0,399-0,645

0,514

0,306-0,645

0,40't

0,276-696

0,456 0,190-0,544 0,158-0,801 0,158-0,834 0,255-0,801 0,191-0,898 0,223-0,958 0,477-0,834 0,191-0,913 0,255-0,866 0,384-0,927 0,320-0,959 0,352-0,994 0,384-0,994 0,320-0,962 0,480-0,927 0,447-0,994 0,480-0,930 0,416-0,959 0,384-0,959 0,316-0,821 0,316-0,786 0,237-0,760 0,211-0,655 0,420-0,864 0,263-0,838 0,318-0,874 0,551-0,551 0,316-0,603 0,211-0,448 0,316-0,838 0,318-0,655 0,557-0,890 0,342-0,864 0,491-0,812 0,629-0,864 0,420-0,864 0,629-0,916 0,316-0,784 0,525-0,838 0,707-0,812 0,551-0,838 0,577-0,942 0,408 0,544 0,540 0,585 0,597 0,608 0,628 0,594 0,604 0,636 0,717 0,725 0,759 0,725 0,734 0,737 0,731 0,701 0,755 0,582 0,490 0,593 0,375 0,626 0,655 0,611 0,727 0,427 0,476 0,593 0,535 0,708 0,590 0,703 0,730 0,606 0,799 0,554 0,760 0,782 0,694 0,762 0,555 0,5 1 2 4 8 0,278-0,645 0.337-0.707 0,430-0,737 0,399-0.707 0,544-0,898 0,512-0,994 0,544-0,913 0,480-0,994 0,501 0,591 0,626 0,499 0,450 0,757 0,802 0,747 0,724 0.337-0.645 0.447-0.927 0,763 0.342-0.707 dan fosfor)

yang

diperoleh

lebih

rendah

dari

stasiun

lainnya, juga karena pada kedua stasiun ini terletak di

lokasi yang diduga mempunyai arus

air

cukup deras,

sehingga bahan organik yang dihasilkan

dari

sisa

pakan yang terbuang dari aktivitas budi daya

ikan

akan

terbawa

arus,

sehingga kandungan

bahan organik tersebut

relatif kecil. Dari

struktur komunitas

dan

kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa di

lokasi sekitar KJA tingkat kesuburannya berada pada tingkat kesuburan sedang sampai

tinggi

(mesokofik-eutrofik). Keadaan

ini

memungkinkan sewaktu-waktu akan terjadi blooming fitoplankton.

Hasil analisis rata-rata Indeks

Keanekaragaman

dan Indeks

Dominasi

fitoplankton

di

kelima

stasiun dan kelima kedalaman dapat dilihat pada Lampiran 1.

Rata-rata

Indeks

Keanekaragaman

fitoplankton

tertinggi ditemukan pada kedalaman

8

m

dengan

kisaran

0,990-1

,317.

Tingginya

Indeks Keanekaragaman fitoplankton pada kedalaman

8

m,

diduga karena

pada

kedalaman

ini

cahaya matahari yang menembus tinggal sedikit, beberapa fitoplankton

yang tidak

menyenangi

cahaya

matahari

akan

menempati

daerah

tersebut terutama

dari

kelas Bacillariophyceae dan Dynophyceae. Belcher & Swale

(7)

(1976)

mengemukakan

jenis-jenis

dari

Phytum.

Chrysophyta umumnya hidup

di

dasar perairan yang

masih

ada

cahaya.

Indeks

Keanekaragaman

fitoplankton

yang

ditemukan

di

lokasi

penelitian secara umum menunjukkan keanekaragaman spesies

dalam

komunitas

fitoplankton kecil atau tidak

stabil (H'=0,942-1 ,317).

Indeks

Dominasi fitoplankton

yang

ditemukan

berkisar

antara

0,189-0,885

menunjukkan

ada

spesies tertentu

yang

mendominasi

komunitas fitoplankton

di

lokasi

penelitian terutama

dari

kelas Cya nophyce

ae

(87, 5 5o/o-9 5,47 o/o). S eda n g ka

n

I ndeks

Dominasi tertinggi

terjadi pada kedalaman

0,5

m,

karena secara umum spesies

ini

lebih

menyenangi cahaya matahari terutama

dari

kelas Cyanophyceae.

Selain

itu

hampir semua

jenis

dari

kelas Cyanophyceae

di

perairan danau dapat

menyaingi memanfaatkan unsur hara (Wetzel, 1983). Munculnya

jenis-jenis fitoplankton dari kelas

Cyanophyceae di

lokasi budi daya ikan, tentunya akan

mengganggu jenis fitoplankton lain baik dalam pemanfaatan cahaya

matahari maupun unsur hara.

Dengan

melihat

hasil

analisis

Indeks Keanekaragaman maupun keseragaman fitoplankton

di

kelima stasiun pengamatan dan kelima kedalaman

selama

penelitian menunjukkan

keanekaragaman

yang kecil (H"=2,3062-6,9078) (Wlhm

&

Dorris

rn

Masson,

1981).

Sehingga

dilihat

dari

struktur

komunitas fitoplankton

menunjukkan

bahwa komunitas

jenis

fitoplankton

di

lokasi penelitian juga

kecil

atau rendah. Hal ini juga

didukung

oleh

hasil

analisis dominasi fitoplankton

yang

menunjukkan cukup tinggi yang berarti bahwa ada salah satu jenis fitoplankton yang mendominasi, sedangkan beberapa genus lainnya tidak ada di lokasi tersebut.

Unsur Hara

Unsur

hara yang

diamati pada

penelitian

ini

meliputi

nitrat

(N-NO3), ammonium (N-NH4),

dan

ortofosfat (P-PO4). Kisaran

kandungan

unsur

hara

yang

diperoleh

di

lima stasiun dan lima

kedalaman selama penelitian

adalah 0,229-0,737

mg

I

N-NO3;

0,191-0,608 mg

I

N-NH4;

dan 0,211-0,916 mg

I

P-PO4 (Tabel2).

Konsentrasi unsur

hara

tertinggi umumnya terjadi

di

luar lokasi KJA, yaitu

di

stasiun V. Tingginya unsur hara

di

lokasi KJA akibat

dari

akumulasi

sisa

pakan

yang

terbuang,

feces ikan, dan

ikan-ikan

yang

mati

dari KJA (Kibria et. al., 1995).

Untuk mengetahui seberapa besar unsur

hara

yang dihasilkan dari kegiatan budi daya

di

KJA relatif sulit, tetapi untuk mengetahui nutrien yang masuk ke

perairan melalui

pakan

yang

terbuang

seperti

pendapat

dari

Krismono

ef.

a/.,

(1996) yaitu

sisa

pakan yang terbuang dari aktivitas budi daya

ikan

dalam KJA sekitar 3070. Selain itu nitrogen dan fosfor

JPPI Edisi Sumber Daya dan penangkapan Vot.10 No.6 Tahun 2004

yang

terkandung

dalam pakan

masing-masing

sebanyak 4,8o/o nitrogen

dan

0,260/o-10/o fosfor. Dengan demikian dapat diperoleh jumlah nitrogen dan fosfor

yang

masuk

ke

perairan dengan adanya budi

daya ikan

di

KJA,

yaitu

berkisar antara

48.009-131.865 kg N per hari dan 6.235-17 .483 kg

p

per hari

yang berasal dari pakan ikan yang terbuang. Namun secara umum unsur hara

di

lokasi budi

daya

ikan di

KJA sudah cukup tinggi tetapi masih berada

pada

kisaran kebutuhan

bagi

berlangsungnya kehidupan dan perkembangan fitoplankton.

Selain unsur hara, fisika-kimia

air

lainnya

juga

penting sebagai

pendukung

pertumbuhan

dan

reproduksi fitoplankton di perairan. Secara keseluruhan

hasil

pengamatan fisika-kimia

air

di

tokasi penelitian

masih cukup baik untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangan

fitoplankton

di

perairan serta

dapat mendukung ketersediaan ikan-ikan pemakan plankton di sekitar perairan tersebut.

Keterkaitan

Unsur Hara

Nitrogen

(Nitrat,

Amonium),

dan

Fosfor dengan

Kelimpahan

Fitoplankton

Hasil analisis regresi linier berganda antara unsur

hara

dan

kelimpahan

sel

fitoplankton

didapatkan

koefisien determinasi

(R')

sebesar

0,75

dengan

persamaan

regresi

Y=5.105+0,086

nitrat-0,055

amonium+0,540 ortofosfat.

Hasil

ini

menunjukkan bahwa kandungan unsur

hara

berpengaruh terhadap

kelimpahan

sel

fitoplankton

dan

mempunyai keterkaitan yang erat.

Hasil

analisis regresi

berganda

dari

masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 3. Dari kelima stasiun menunjukkan bahwa unsur hara berpengaruh

secara linier terhadap kelimpahan

sel

fitoplankton. Tetapi pada stasiun I dan

V

menunjukkan keterkaitan

yang relatif kecil antara

kelimpahan

sel

fitoplankton dengan

unsur hara tersebut karena pada stasiun

I

koefisien determinasinya

(R')

sebesar 0,49

dengan persamaan Y=4.823+1.096 nitrat+O.311

amonium+0,777 ortofosfat. Sedangkan pada stasiun

V

Koefisien determinasinya sebesar

0,45

dengan persamaan Y=5.191+0.492 nitrat-0.024

amonium+0,713 orofosfat. Kecilnya

nilai

koefisien determinasi

di

kedua stasiun karena

dimungkinkan adanya faktor-faktor

lain

di

luar

dari ketiga

peubah tersebut

antara lain suhu, pH,

oksigen terlarut, dan bahan organik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

^fitoplankton,

yaitu pada

stasiun

I

dengan nilai

R'

sebesar 0,845 dengan

persamaan

regresinya Y=2.946+0,013 suhu+0,161

pH+o,185

oksigen+0,003

bahan organik.

Sedangkan

untuk stasiun

V

diperoleh nilai

R'

sebesar 0,595

dengan

persamaan

Y=4.560+0,05-0,116

pH+0r017 oksigen+0,05

bahan organik. Tingginya

nilai

R'

di

kedua stasiun

ini

menunjukkan

adanya

keterkaitan

antara

kelimpahan

fitoplankton dengan

beberapa parameter fi sika-kimia perairan.

(8)

Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Sefiadi Kaftamihadja

Analisis regresi linier berganda antara kelimpahan sel fitoplankton dengan unsur hara nitrogen (N-NO3, N-NH4) dan fosfor (P-PO4)

The multiple regresslon analysis between phytoplanffion abundance and nutrient nitrogen

(N-Nq,

N-NH4) and phosphorus (P-PO4) Tabel 3.

Table 3.

Stasiun Koefisien regresi/

Pengamatanl

Regression

coeficient

El

Obserued

e

station

R2 I ll tl IV 1,096 1,125 1,747 0,851 0,311 0,057 0,1 19 0,067 0,777 0,619 0,007 0,819

4.823

0,49

4.902

0,72

5.090

0,84

5.010

0,64

11.506

0,00

30.012

0,00

63.834

0,00

21302

0.00

0,492

0,024

0,713

5.191 0,45

9.935

0,00 Keterangan:

B

= Standar deviasi/Sfanda,rd deviation

R2 = Koefisien determinasi/Coeficient determination

F

= Fhitung/Fcalculated

P

= Peluang nyata (probabiliti\lprobability

Kedua stasiun

ini

berada

di luar

lokasi budi daya

ikan dalam KJA, stasiun

I

berada

di

daerah

hulu Waduk

lr.

H. Juanda, merupakan daerah yang rentan

terhadap pengaruh

dari

luar

(sungai), stasiun

V herada di daerah bebas setelah lokasi budi daya ikan

r.,sls6

11.14. Selanjutnya dijelaskan

oleh

Thornton ef.

al.,

(1990) bahwa

faktor dasar yang

mengontrol

produktivitas fitoplankton

dalam

pertumbuhan

dan reproduksinya adalah cahaya, suhu, karbon dioksida, dan

air

untuk proses fotosintesis, sedangkan nutrien dan suhu untuk aktivitas metabolisme.

KESIMPULAN

1.

Selama periode pengamatan fitoplankton

di

lokasi

dan

di

luar lokasi budi daya ikan dalam KJA

di

Waduk

lr.

H.

Juanda ditemukan sebanyak

30

genera

dari

4

kelas,

yaitu

11

genera

Chlorophyceaea,

9

genera

Cyanophyceae,

I

genera

Bacillariophyceae,

dan 2

genera Dinophyceae. Sedangkan kelimpahan fitoplankton

berkisar

antara

91.522-2.901.025

sel

f1

dan kelimpahan

tertinggi terdapat

di

stasiun

I

pada kedalaman

1 m

serta terendah

di

stasiun

I

pada kedalaman 8 m.

2.

Rata-rata kandungan

unsur hara

nitrogen

dan fosfor di semua stasiun relatif tinggi, nitrogen nitrat

berkisar

antara

0,353-0,626

mg

l-',

nitrogen

ammonium berkisar antara 0,331-0,802 mg

.l-',

dan ortofosfat berkisar antara 0,375-0,799 mg l'1.

3.

Selama periode pengamatan terdapat keterkaitan

yang erat antara unsur hara dengan

kelimpahan

fitoplankton,

dengan

nilai

koefisien

determinasi (R')=0,2S

dan

persamaan regresi Y=5.105+0,086

nitrat-0,055

amonium+O,540

ortofosfat.

Dengan demikian unsur hara yang dihasilkan dari aktivitas

budi daya ikan

dalam

KJA

selama

periode

pengamatan mendukung pertumbuhan

dan

perkembangan fitoplankton di perairan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Reynold,

C.

S.,

J.

G.

Tundisi,

&

K.

Hino.

1984.

Observation

on

metalimnetic

phytoplankton population

in a

stably stratified tropical lake. Arch. Hydrobyol. Argentina. 97 : 7 -'17 .

APHA.

1989. Standard methods

for the

examination

of

water

and

waste water

including

bottom sedimant and sludges. 12-th ed Amer. Publ. Health Associacion Inc. New York.

Befcher,

H

&

E.

Swale. 1976. Freshwater

algae. Institute

of

Terrestrial Ecology Natural Enviroment Research Council. London.

Boney,

C.

A. D.

1975.

PhytoplanKon.

1't

Ed.

The Comelot Press Ltd. Southampton. 116 p.

Brower, J. E., J. H., & C. N. von Ende. 1990. Field and taboratory

methods

for

general ecology. 3'o

Ed.

Wm. C. Brown Publ. New York.

Davis,

C.

C.

1955.

The

marine

and

freshwater PlanKon. Michigan State University Press.

USA.

'

Dawes,

C.

J.

1981.

Marine botany.

A

Wiley Interscience Publ: 628 hal.

Edmondson,

W.

T.

1959.

Freshwater biotogy 2nd Ed.

John Wiley & Sonc. Inc. New York. 1248 p.

Gofdman,

C. R & A.

J.

Horne.

1983. Limnology. Mc Graw-Hill lnternational Book Company. New York.

464 p.

Hynes, H. B.

N.

1974. The biology of polluted waters. Liverpool University Press. Liverpool.

Kibria.G.,

D.

Nugegoda.,

P.

Lam.,

&

R.

Fairclough.

1995.

Phosphorus

balanced

in a

simulated aquacufture system. Bidya n us-bidyanus (Mitchetl) Teraponide. Paper Presented

at the

Fourth Asian

Fisheries

Forum.

16-20

October 1995.

Beijing China. 8 pp.

(9)

Legendre, L & P. Legendre. 1983. Numericalecology. Elsevier Scientific Publ. Co. New vork.

Kimmel,

B. L.

&

O. W.

Groeger.

1984.

Factors

controlling phytoplanKon production

in

lakes reservoir:

a

perspective. EPA, Washington DC. P.

227-281.

Krismono; Achmad, S; & Akhmad, R. 1996. 1.600 ton

ikan

mati

di

Waduk Jatiluhur. Warta

Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.

1:1.5-7

p.

Masson.

C.

V.

1981

.

Biology

of

freshwater pollution.

Longman

Scientific

and

Technical.

Longman Singapore Publisher Ptc. Ltd. Singapore.

Mattjik,

A.

A &

Made,

S.

2000.

Perancangan percobaan

dengan aplikasi SAS

dan

MINITAB. Jilid l. Institut pertanian Bogor Press. 326 hal'

JPP| Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004

Needham,

J. G & P. R.

Needham. 1963.

A

guide to

the

study

of

freshwater biology.

Fifth

Edition.

Revised

and

Enlarged, Holden

Day, Inc.

San

Fransisco. 108 p.

Odum, E.

P.

1998. Dasar-dasar ekologi. Alih Bahasa: Samingan, T. Edisi Ketiga Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Steefe,

R.

G.

D &

Torie,

1980.

Principle

and procedures

of

sfaflsfrbg

a

biometrical approach.

Second edition.

Mc-Graw-Hill Kigakusha

Ltd' Tokyo.

Thornton, K.

W., B. L.

Kimmel,

& F. E.

Payne' 1990.

Reseruoir

limnology: ecology

perspectives' John Wiley & Sons. lnc. New York. 246 P.

Wetzel,

R. G.

1983. Limnology,

W. B.

Sounders Company. London.767 P.

(10)

Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan EndiSefiadi Kaftamihadja @!tNF$ @NF@N lololorft

ooooo

orro(f)(?)N lo@loolol @@@o@

99999

NC)Of)e (vr@f-Nrt of N- N- o{ c!

ooooo

toq)@N(\l (Y)(\O)Ft rolr,trot

doooo

@{tr)@@ $@F-r-r-@- @_ t*_ tr_ \

?9999

F(O.+Od, (O(ONC)-N- (\1 (a- N- (\{

oooao

@(oloNot

F(t(OlJ)lO

(ororoNro

odood

(O(Y)-Ft lf) O) (o t- (O r\i-t\0oo

-;9999

oNlooo)

o(o$lo@

(r)NN6l-ooooo

NO)t-(ON ro@$oo) u>-to- r.o-lo- Al

oooool

I I I N O) (c' (O tarl vor@@lol @6F-t*F-l

eg.,

ggl

$tN(oNt

FIOOOT(Ol co (?) $l (\1 (\ll

o o

do

ol

I I I F@OOlol If)(r)(OOF-l

s!o|ororol

do do

dl

I I rO$CD(Oel g--O(Ol @- F-- @- @- F--l

999991

o@F-@@l N@rO@@l c!- (\l N_ c!- (o_l

oooool

ll{)C)lOt-

lr)@(O-

i.o-o-ao-rOFFF ,OFt()N

(ooroco

:lo-lo-@-\ FFFF

dcbtF:

NN(OF. :(')- $_*t_$-

oooo

.qF(O@

t(90(t

Q-eN

'J--JJ

(r)(ONO) eCDI()@ t- t l'-

F-.JJJJ

+dF:ob

!toro(o

(f, lo r() lo

'o o o o

lr)ts(OE

5888

JdJ

J

$o)@c)

|\tlOro

tO- f-- (O_ O_

555ry

FCD!tO IOF(O@ lo (o (') (Y)

oooo

roloo(o

(oloolo

d)O-e

o-JJ

REssE

ro- co_ ut r.*-

N(O..1'-@rox(o

N

lr, -'-(o

dooo

(fro@o s- 8_ P. B. OFFO

(to@s

c{loC")o

f- (O F- l()

-

JJ-ci06dFl

tooNo,

FrOlf)tO

oood

F N.rf @

lsls

lol"

IrlS

teH

llo

l.l

lslS

lol'

lrlE

teB

llo

tt

lE ls

ldl"

l*

F

l$-elt

l'

Els

dl'

I to,

g ltt

r!

l(o

|!tr

e

lqi

l''

cl

$

lR.:

fl

l-,

-lto(

E13t

o

t-,

€l:r

It-'

,l''

iJ."

i

rlo'

I I GDI

ol

ol

'l

I

t>

l+,

t'

I

=

o

;t

(trl I I I I I

;l

,l

I I I c (t E

s

fi E c Y

I

o T'

!

c

o E

g

(!

It

o

Y

o)

c

L

.q

(U -o E

o

L

o

.v. E (u

o

o

c

o

:

(u

o

It

b

:t

-o

'6

o

!

o

o

=

v

c)

o

!t

c

o

E

o

(E E c) !

o

E

o

v

c

o

ro

c

.=

o

(U

o

$ E c) J

o

Eg Gf

o-c

-=

.!= O

--

;(tr

=at

96

g)

OI

.9e

a-o{

9E

<3

.gE

o^

i<

o:)

g=

-o)

(uc

!r=

.o

o-F(U

;

c

o

o-E (U

J

3-'*

-'6 o .E o

o

c

o E (E o) E o J o E o q, Y

(11)

Fc) tN

oo

rJ$

lo (v)

c

@ N lo

q

o) (v) o,

c

(o @

c

I (t, N

q

rf @ @ (0 ta; o,

o

c! (o (') (\l

t-l()e

qc

o) (') @

c

$

t-@

q

to

t

N c) f- t--@

cq

(o to 1l)r

(os

qc

(O F-ro (o@ -lO Olr ct@(f)N @ t(l

o

cci o)

to

o;

t\

(0 (\l (o

$

to

t-o

F-q

N @ ro

q

o

(\l ro

t-ro N

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004

o)o) 6t (\l

qq

rat ra, @ O F-@ FN

qc!

(f) @

t

(v) o) c, (')

N(\tN6l

oooo

+d$t

lo6lN

(i)F-cqq

(0N(\1 (t, 6l

q

$ -NN @loto

ooo

$otot

t\ (v) -N

oo

(vi

.t

OlNt\ t\ I()FF F

qqc

q

o, (r)

(o

(',

t-q

(o (o@ O,rt NTO NN oO OF

+P

dg

t*rr)c.)

-(\1(\1

ooo

("r++

@ (t)

roN

qq

o9

(r) (t) N(\l

oo

+$

Nf-OrlO (QO) e6lOC) NN

qcc?q cq

Ntr)(\I(O rf 1() -(O (\lt E rllt $

qd

q

ol, t- t\

t-(a

FN

qq

(') !t

(olot

N(Y,@

oolo

$dt

o) o,

N$

oto

dqt

o@r.crott\to

N*F(')F(!

oo(v)@oo)

ctd++oia.i

@ !o9 lf) @

o

tf

$t

to (o N

(r, o?

ci

of

ci

ci

(o@ot

o

sf

(o

(\l

o

Of-

O

lr) -lO

c.)

ct cdct

d

O -O) N

o

s(oorN

o

t\

oroN$

e(ooo

o

a;c.idci

(\l FF FrO O -rif N

@ (o(0

(')

C\ls

@

-

dct

ct o !t@ o, NS f\tNrt lo.c F o -OOO)

F

trt C\i oi Nl- (\l F(O

o

t(oNt

6|l Olr)FC.,l A -(OO$

g

=s"lg

FFS t*@(O(O to(ooN

:c?qol

f\.tF(\l

6t(o

N(Y)

o

o)@N@

O O(OFO F- cll(v)O(rl

ci to+c.it

6l

(o(O F

co

o

tN(\l

N (OFe @ tOF

g

gNg

FF

Et$N

8

qIqI

I

9P53

b

(?)

q

EEg

8

E*E

o(')N(0

tNro(')

0

@ (v)O-N F

8*NF

F

O F-NN$ N loo)F.rr 0o -C)ON

ci il-o,ict

* 6l$ I\ F(\l(9

e 8$

ol

q?

c? o@F

torx

loo

(f) $ OF

(os

N tJ'@ c) (o

oo

(o o.i

(t (o

(0

NN

T

qq

q

t$ @ lo (f)

q

(o o, N

o

d

F-ON rtlO OrO

ct+ot

N N to

q

o) @lo@ @(f)(o

qqq

N(ON NNtO -O)C)

qqq

c\l@(o @F@

tt(o

ooo

d

F- c.i NO N

qq

C\t $l r{) (t)

c

@ @ rf)

c

o

i-t-cON e-tlo

qqqq

('r(f)No,

\t

@ (t) (o c\l

oo

c.i

$

(r) N

q

v

N

q

N

o

o

N E o

=

o)

rs

(5s

cD g)

FS

oor

Es-3E

i$

:B

=ai

€'E

cq)

os

.o

4.=

s:

;E

8,9

=;

!E

<E

?s

F+ E+

Su

.8E

Fe

ia

-:

(UE

t'o

i5g

EE'

-o.c

Ef

E:

E\

-Q)

-()

ctv

(,'o

ov

=9t

-st

s'E

rFX =16

is

8!

+s

ES

ax

6S

oq

. c.i

No

.gs

o_s EO

bo

JO

-.x

OY

-rb

F&

J<

(12)

-l

Nl

q

qtql

;;til

s-l;l

::l:l

q

Etql

'[o

'l

Rl

_",*l,-l

:,:l:l

:

:[l

(f) (f)l ro I

q cl

otl

@'l*l

ro

lol ol

N

F-l l0l

ooltl

P:l:l

.l:l

l,l

SSEIiHI

-6ll

o a! o o CL o

c

-rO$@F. oNo

F-dc.i

o) 61 6l

NO)-oNo

dt-ni

O F*€ $

t

ro(o *

N -C)

t-ct F-+

ci

{

(\(o

(\l F

oN(o

NF-F

Nro

ocdri

N9F ol (tt N

o

d

G' 00

o

+

o)(rrN

NN€

qqq

totto

e

8E

I

c! q{

q

o (oo

(o

t

c)€

o)

lOFt-

('r+

c)O)-

NCt)

aNo

oo

@qici

+v

(! N@lJ) (O-F@(t .+F

oNo

o(')

oi+to

dni

t@ @

o(')

o

-ls N

cdd

ot FN O e(v)N (V)N ON F NO

@oo

ot

dsc.i

+<i

(\I

o

loo

c\t

(?@ F OtO

o

(oJ

c! l-

(\

lf) F-c.)@

qq

@ro lo o,

(',N

oo

(od

o

F.t

lo

t

to(o

(\l

q

IS

I

O F-O

(o

\T N€

O,

-(f) ol

e

\i

(')N

(\tt

olo

*ct

lr) NNI'-FFt

cqoq

C!N(O

o

{o

ro@

O O(O t\N

l- -14) els

ct d@

F-di

(\l FO) l\N r G)_ 1r)o)c)

(aNN

ooo

d'.i+

N NN lO -0) F

Ot-F.

a.,i (o (\ (f, G. (r' at N rO

\t

r.t N 1|) lf

d

N o, q) 6l NNe

ooo

trjdc.i

O NSFO N N(\IN

r(rooro

o

ciF*N

t-N O)F- C) F$ (r) N O,

\t

oo

@ cct

toGro

OO-<rl

F\lOll) cct @ (\,i F-ed) (r) I

g$F$FFS

s

e

g

E 3

sEeEegFs

o

s

-g E = FN(9tlO(OF-cO

Chairutwan lJmar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Setiadi Kaftamihardia

N

rt

qe

Nt-ro

o) co

(t

(\t (o

o oQ

<o

d<.,i N o)

q

@ o) (o (\IF Or

do

N o) (!

q

rO lr)@

(')t

oo

dd

(f, o) NN

oo

+d

N

q

(\

t*ffd

=

P

X

=

q

d

P

E

5

o-o

F

l!

o

o

o

N

a

S

q)

EE

=o

EE

:ia

€E

ge

-=

rt

e\

=8

'ro

o

c) .t,

3&

os

ss

tr

(U>

(U E:

do

_-Y

E

of,

(5f, EO

Eg

E8

'o-q

oq

-Y iE

o

€.-

:N--o

c)

sF*

EHE

+>

o

'sg

E

E€

f;

ECF

Fp€

E8 g

-(tr

0

.lv€ \

6d

oiit

.N

6lo

F€

IE

H&

J

(13)

F

.E E

t

a

JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.l0 No.6 Tahun 2004

o)(')

(') N6l O'

oo

o

dlt @ eN

tro

oo

F- ot O) O, F- O) N(\I -O)

oo

oo

d d

c'iF

F

ls(v)-

@

rN.+

(o OOO F

ni+F-

R @C{l-lOrOe

qqq

oor(o

F C)rO-g)1\ NC)t6lF

qqqcc

t@F-$a.) N F (O@ F $ N(O

q C qr

N F- tO, N

(')o)F(')o

(\l6lrOlF

qqqqr

slo(oso,

el\ O) \f- (\l

oo

o

F-ct d

(Y) e o., N\t $l

oo

o

+F- *

g$F$H

eNc)*lO(o

r

C.,t (v)

t

rO @

t--N(r)sltl)

o

or(o

Gl

(rl

rq

OIf)

F-c\lq

oq

(\l

(o

6l

(') t- C')e e(f) o(r) F$(0N (\lN lat(OOF \fo F\rfo@

cri+ F-ct-<t

i- N@ O(Y)

@o

(f) lo

\q

@F-NF- (o

@

F(o

@

t

1r)

ta,

(0 (v) F (O (9

o

F-oi o

(O NF -eS @@ t*@F@N \fl() (llr)-()-d)O e(OO@O

cio

F-c.i<'t-oi

(OF NF (\t Fc,:,

ooN

NOt-aolq

N@o'

F*(.)R

*

trr,N@

rd.

oc{FN

e FC)OO)

+

cctd6.i ci N -lJ) (o

-O

@

(o@

to

NrO

nt

d<ct

F-tO, F N ct

O(O-d)

tNc\l

N\lOO'

dcic.id

(o@ s

cr)

looN(o

-(Oel: (f, lo o o)

xeqE

(o (Y) CDN

(oo

ds

N @

4

@

s

ts$eE$Es

.c

g

E = N

I

N rO G'

q

(o @@

t(o

oo

dGi

N ert

oo

at

F-F-(f)NO) -NO)C.l

oooo

r.ir<od

(o@(o

c{(o!c

ooo

+

oj ct t'- Crl -O)

qq

(Y) (0 o, N

q

lJ) lO (o

q

(o o, N

q

ra)

t-

tr) F C.)

qc

(',

(o

t-

O) FN

qc

(t, to

ssEs

o G o o .tr CL o o

z

o

Y

z

J

c

o

- o-d

z

I I I

l_

I'

I I I I

lei

IY:

lz

t<i

tJi

tai

tol

lFl

l-I N

o

o

N E

o

=

rJ)

s96

=O

-a

E6t

EE

gs

Fo

H.

ei

oq

EO

(U'€

O(!

-)

io

i8

'EO

(u>

oo

E()

co

oo

4E

It

:.\

x9

€B

=Q

E€

gF

Y-l

tr

6I

Es

eO

g*

;b

>.(!

og)

rrb

ES

EE

Jar

o6;

E()

i'E

U'-v>

Vo

EH

o-*

o=

6o

-cq

oo

9&

EC

E*

I5

j:\

8f

t"i

F";

.!x

F8

5€

(14)

ro c? 00 o) @ t o

\

sl

I ctl 1\I

cl

Nl

-l

-l

qi

rol

I

ro

(t

ol N

c

GO 0 F' N o) o) ll)

q

o

It

T

$t

oo

1- l.

o,

(o N6l

qc

lo !t rft ro (o (t oo GJ GJ o

q

trt

(')

ro

At

t-oo

$(Y) tf) r (g

(O$F-gqq

(O t- (t O)FO ot$F

cqq

I{)NN |r)cD (oN

gq

(o lo (e, o) $tN

cq

$lr) O)N-c!!o€ ooo

rriot+

TF

(ot

oo

-N (t (') c\t (\ oo $t O) t- (O (!Ft

c)oo

ri

<ri ai 1\O(\l FNF

qqq

(v) (\l N (t (\l t\ C.,l tf)

-gqq

rloc) (o i

o

a; (O O l'-

Nl:-cqq

$(!(')

d)-Gtt

oo

9F-()@(') ls lf) (\l

ooo

rici+

(OrOr t\i!t OFO

a; ,ri

r-(\t (') l.-(\@

qq

9rn O) N

o

rri (v) @ (\

Nt^()-ooo

tcini

(O t-9F

gci

@(') (o q

9

q, (o

o

g

N t ct co (o N\l oo $.o -@(\1 :llor

ccg

r-O(\l N@ FC)

oo

(fio

Oc)eNC.{$l Ol(\l(O(\IFCD \toAltolo

c.it

ddc.i+

Nttd)(O ott o(oo)to)@ tN(o@ot.o @od)|r)o(Y) {$dridc; I(DF (\t\l (oc)rJ'@$tGl C')OIF(\IF(') (l)O(OFOcO

ottdC\ic;

(\IlJ)N(D

c)v

@cD6(\tt (o(Otr(\ NC)OON

ci

rt .r

c.i

(ci c., (4t lft cr FC)(r)

oc)o6(\rN

O$lO)(\lFO)

o)oo)o)ocD

@{-cj<rid

r(,

t\ (o

?F(.,

t

voo@

9cDt\o

O(D-N

--cici

@t\(t)N (.) riN@(o6tN (!eOO-(D t0oo(\torft

ct

c.i d rri c.i +

oo)Grd)

FNitl oo(\t(oN$l (AC\lFNl.)a.l O)OOti)r@

ddni

dN

+

|()ost

lf, Sl\(tF.tN@ tFNlftlOFN OOOF(!o() -(v)tNO(\ltO 0o(\l-@ c! ol (oFF@(!o (DF(O@FCO

q

gf!aca

od)roN(\tt\

(\tro|r)

(\t

c\t

oloo(oo

NF6tO@ $(v)FO(o

cri$ri-c.i

N

rt (D

ral

8R

8}N

o)oNO(rt

ro*(oc\ioi

o6

m(\

@(t)@No O(OFtr) (\t(toN

<'i@+.iF-(D

C) (O

r\

(r) OFONO @(O-|.c) (\troo@ lo ri rcj c.i .J @to)t\ \t ooNt$to

iE

9EA

8."

8-E

s

Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Sefiadi Kartamihardja

a\ ('t F(\I

qc

('t

llt ct (o F-

N-qq

sl(f) ctN(' (\l-11l ooo i(\tst ro (9

g

@ f- (O (\l

qq

(') !t Nro@(D e(v)(ON

oooo

ri

<rj

c.i d

(a rr) tf, N(f)(')

ooo

*d@

l'- N rJ) -o,(?)

qcc

(', (o

(o l'- O, @ N!+

ooo

c"i

d

cd N@-@$

ooo

c.i

e.i

F-F- q

oo

-i

F--l

."l I ro-l

'l

(') N

o

I al,

i>

i-to

(\

o

o

(\l E (! |o

S.6

=8

6N

EE

gs

hro

EQS GC DO(U't: o-$ g) JO +t4

€8

(It*

o6

E()

co)

o(a

!qr

1S

JX

-.\

=>

E}

=Q

<c

-(!

v-:

=.r.

Es

CP

(I,* l!q

oo

>.o

Ng)

:s

'aE

(U()

tE

EO /^F

Is-9\

bs

Jo)

c()

(Uq

as

aE

l-- 5 (srv

k:

x{

=r<

6*

-Y >+

sE.

(!C

oo_

o

(f) (u(5

o-Y

q=

:b

>o

5d

qs

J<

Gambar

Gambar  2a.  Kelimpahan  fitoplankton (sel  l-1)  antar  stasiun  dan  antar kedalaman pada  pengamatan  I sampai pengamatan  lV di lokasi  budi daya  ikan  dalam  KJA di  Waduk lr

Referensi

Dokumen terkait

- Dengan menggunakan HP/Laptop siswa membuka google classroom yang telah dibuat walikelas pada mapel FISIKA pada bagian materi dan mempelajarinya. - Peserta didik

Hasil analisis sidik ragam dari perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung sukun dan penambahan minyak sawit merah dalam pembuatan roti manis memberikan pengaruh tidak

stresor presipitasi yang mendukung terjadinya gangguan jiwa pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah surakarta didapatkan 5 tema, dari kelima tema

Perlakuan terhadap suhu dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi baik dari segi warna maupun pergerseran panjang gelombang sampel karena senyawa antosianin dapat

Berdasarkan pengujian aktivitas antibakteri terhadap infus, ekstrak metanol dan ekstrak etanol daun bayam duri dan herba cakar ayam, dengan metode broth microdillution ,

Untuk mencapai tujuan tersebut maka lingkup pekerjaan yang dilakukan meliputi pengukuran tegangan antar muka larutan Surfactant pada berbagai kosentrasi dan minyak, pengukuran

Istilah “penelitian tindakan kelas” Dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan dua siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a) perencanaan tindakan,

[r]