JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004
STRUKTUR
KOMUNITAS DAN
KELIMPAHAN FITOPLANKTON
KAITANNYA
DENGAN UNSUR HARA
(NTTROGEN
DAN FOSFOR)
DI
LOKASI BUDI DAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING
APUNG,
Dl
WADUK
lr.
H.
JUANDA,
JAWA
BARAT
Chairutwan Uma/),
Enan M.Adiwilaga"l,
danEndisetiadi Kartamihardia"')
ABSTRAKPenelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2002 di sekitar dan di luar lokasi budi daya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk
lr.
H. Juanda Jatiluhur. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton serta mempelajari keterkaitan antara struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton dengan kandungan unsur hara di lokasi KJA dan di luar lokasi KJA.Pengambilan sampel air dan sampel fitoplankton dilakukan di sekitar lokasi KJA sebanyak 3 stasiun dan di
luar KJA 2 stasiun pada kedalaman air 0,5; 1; 2; 4; dan 8 m. Pengukuran unsur hara dan identifikasi serta kelimpahan fitoplankton dilakukan di laboratorium. Hasil penelitian menemukan 30 genera fitoplankton dari 4
kelas yaitu
Chlorophyceae11
genera, Cyanophyceae9
genera, Bacillariophyceae8
genera, dan Dinophyceae 2 genera. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 91.225-2.901.O25 sell''
dengan rata-rata kelimpahan tertinggi di stasiun lV pada kedalaman 0,5 m sebesar 1.293.470 sel l-'dan terendah di stasiun Ipada kedalaman
Ah
sebesar 451'.987 sel l-1. Kandungan unsur hara yaitu nitrat berkisar 0,22$0,737 mg l-1,ammonium 0,191-0,60g mg l-1, dan ortofosfat 0,211-0,916 mg f1.-Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara unsur hara dan kelimpahan sel fitoplankton dengan persamaan regresi Y=5. 1 05+0, 086 nitrat-0, 055 amonium+O, 540 ortofosfat.
ABSTRACT:
The community structure and abundanceof phrtoplanffion
in
relationto
nutlent
content (nitrogen
and
phospor)in
cage culture areaof
the Juanda Reseruoir, WestJava. By: Chairulwan Umar, Enan M Adiwilaga, and Endi Setiadi Kartamihardja
The study aims to investigate community structure and abundance of phytoplankton and to study the relationship between phytoplankton abundance and nutient content
at
surroundingand
outside area offloating cage culture. The work was conducted at Juanda reservoir from April to July 2002. Water and phytoplankton, samples were taken at
3
station inside and 2 station outside floating cage, at the water depth of 0.5; 1; 2; 4; and 8 m. Nutrient contents and phytoplankton abundance were measured in the laboratory. Theresu/fs show that there were 30 genera phytoplankton which were classified lnfo 4 c/asses i.e: 11 genera of
Chlorophyceae;
I
genera of Cyanophyceae; 8 genera of Bacillariophyceae and 2 genera of Dinophyceae. Pltytoplankton abundance ranged from 91,22t2,901,025 cells 11 with the highest average of 1,293,470 cetls f'
at station lV and at the depth of 0.5 m, and the lowest average of. 451 ,987 cetls 11at
station t and at thedepth
of
8 m.
Nitrate content raryOe between 0.229-0.737 mg f1,
ammonium 0.191-0.608 mgf1
and orthophosphate 0.21 1-0.916 mgf'.
The relationship between phytoplankton abundance and nutrient wassignificant
with
the
multiple regression equationof
Y=5,105+0.086 nitrate-0.055 amonium+0.540 orthophosphate.Key
word:
community structure, abundance, phytoplanffion PENDAHULUANFitoplankton
dapat berperan sebagai salah
satudari
parameter ekologiyang dapat
menggambarkan kondisi suatu perairan baik ataujelek.
Salah satu cirikhas
organisme fitoplanktonyaitu
merupakan dasardari mata rantai pakan
di
perairan (Dawes,
1981).Oleh karena
itu,
keberadaan fitoplankton
di
suatuperairan dapat
menggambarkankarakteristik
suatu perairanapakah
beradadalam
keadaansubur
atau tidak.Kelimpahan fitoplankton
di
suatu
perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dankarakteristik
fisiologinya.
Sedangkan
strukturkomunitas fitoplankton ditentukan
oleh
keragaman atau komposisi jenis fitoplankton. Komposisijenis danIPeneliti pada Lolra Riset Pemacuan Stok lkan, Jatiluhur
_'. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor
-)
Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Jakartakelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi (Reynolds
et. al.,
1984).
Selain
itu
faktor
penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antarafaktor
fisika-kimia perairan antaralain
intensitas
cahaya, oksigen terlarut,
stratifikasisuhu,
dan
ketersediaan
unsur
hara
nitrogen
danfosfor,
sedangkan
aspek
biologi adalah
adanya aktivitas pemangsaanoleh hewan,
mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman & Horne, 1983),Unsur hara utama yang diperlukan
fitoplanktonuntuk
pertumbuhandan
reproduksiadalah
nitrogen dalam bentuk nitrogen-nitrat, nitrogen-amonium, danfosfor
dalam bentuk
ortofosfat.
Dalam
prosesChairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Setiadi Kadamihardja
pembentuk protoplasma
dan fosfor
berperan dalam proses pemindahan energidi
dalam sel. Oleh karenaitu,
ketersediaanunsur hara nitrogen dan fosfor
diperairan
menjadi faktor
pembatasyang
mengontrolkeragaman
dan
komposisi fitoplankton
di
suatu perairan waduk dan danau.Perairan
Waduk
lr. H.
Juanda,
Jatiluhur merupakan salah satu waduk yang beradadi
daerahaliran sungai (DAS) Citarum. Sekarang
ini
tingkatkesuburan perairannya
cukup
tinggi
(mesotropik-eutropik). Jumlah keramba
jaring
apung (KJA)
diperairan telah mencapai 2.100 unit, aktivitas
budidaya
ini
dapat
berpengaruhterhadap
produktivitasperairan (Krismono
ef. al.,
1996). Salah
satu
diantaranya
dapat
meningkatkanunsur hara
nitrogendan fosfor yang
berasaldari
sisa pakan yang
tidak termakanoleh ikan dan sisa
metabolisme. Muatanunsur
hara yang berlebihan
ini
dapat
merangsangpertumbuhan fitoplankton
dengan
cepat
dan berlimpah (blooming) antara lain Microcysfls sehingga akan mengganggu dan menurunkan kualitas air akibat racunyang
dikeluarkanoleh
Microcysfisdan hal
iniakan
menimbulkankematian
bagi ikan
(lngram
&Prescott
dalam Hynes, 1974). Keadaan
ini
dapatmempengaruhi
struktur
komunitas fitoplankton
disuatu perairan.
Berdasarkan
uraian tersebut maka perlu
kiranya dikaji apakah ada tendensi keterkaitan dan seberapabesar
keterkaitannyaantara
kandunganunsur
harayang dihasilkan dari budi daya ikan
di
keramba jaringapung (KJA)
dengan struktur
komunitas
dankelimpahan fitoplankton
di
perairan tersebut
yangakan
berguna sebagai informasidalam
pengelolaan perikanan suatu perairan.BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan
di
perairan
Waduk
lr.
H.Juanda Jatiluhur Jawa Barat di sekitar lokasi KJA dan
di
luar KJA
(sebelum memasuki lokasi
KJA
dan sesudah lokasi KJA) (Gambar 1). Kegiatan penelitan dilakukan selama2-3
bulan yaitu mulai bulan Maret-Mei 2002. Pengamatan di lapangan dilakukan setiap 7hari sekali sebanyak 8 kali.
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
iniadalah metode
survei,
yaitu
pengamatan, pengambilan sampel di lapangan, dan pengamatan dilaboratorium
Loka Riset
Pemacuan
Stok
lkanJatiluhur.
Pengambilan
sampel
air
baik
untukidentifikasi fitoplankton
maupun
untuk
beberapa parameter kualitasair
dilakukandi
lima stasiun, yaitu3
stasiun
di
lokasi KJA
dan
2
stasiun
di
luar
KJA(radius 500 m). Ketiga stasiun
di
lokasi KJA
dilihatdari
jumlah/jenisikan budi daya yang
dikatagorikansedikit, sedang, dan padat (stasiun
ll, lll,
dan
lV).Sedangkan
2
stasiun
di
luar
KJA yaitu
di
Muara Cilalawi (stasiunl)
dan
sesudah lokasi KJA (stasiunV).
Dari
masing-masing
stasiun
ditentukan
5kedalaman yaitu (0,5;
1;2,4;
danI
m).Pengambilan contoh air dan spesimen fitoplankton
dari
tiap
titik
atau
kolom
air
dilakukan
denganmenggunakan
Kemmerer
Water
Samplerberkapasitas
2,5 dan
dilakukan
sebanyak4-5
kaliuntuk memenuhi
jumlah
contohair
yang dibutuhkan. Untuk mengetahui kelimpahan fitoplankton, contoh airyang
diambil
sebanyak
5
kali
disaring
denganmenggunakan plankton
net
ukuran porositas t35
mikron (No.25). Contoh plankton
ditampung dalambotol
bervolume30
ml dan diberi
pengawet larutanlugol
(0,3%)sebanyak 10 tetes,
kemudian disimpan kedalam kantong plastik (polybag) hitam.Analisis Contoh Air dan Fitoplankton
Analisis
unsur hara (nitrat, nitrit,
ammonium, danfosfat), dan
beberapa parameter kualitasair
lainnya dilakukandi
laboratorium Loka Riset Pemacuan Stoklkan
Jatiluhur,teknis analisis
pengukuran mengikutipetunjuk
APHA (1989).
Beberapa
parameter penunjang sepertisuhu air,
kecerahan,pH,
oksigenterlarut.
karbon
dioksida dianalisis secara
insitu. Gambaranstruktur
komunitas fitoplankton dilakukandengan
pendekatan
yang
bersifat
kuantitatif (komposisijenis dan kelimpahan sel fitoplankton) dan kualitatif (pendekatan secara indeks biologi antara lainindeks
keanekaragaman,indeks
keseragaman, dan indeks dominasi).ldentifikasi
fitoplankton mengikuti petunjuk
Davis(1955), Edmonson (1959), Needham
&
Needham(1963).
Kelimpahan fitoplankton
dihitungmenggunakan metode Lackey
Drop
MicrotransectCounting
(APHA 1989)
dengan
jumlah
lapangpandang sebanyak
30
kali.
Rumusnya
sebagai berikut:N=nxA/BxC/Dx1/E...
...
(1) di mana:frl
=\l=
fi=
$=
Q=
p=
E=jumlah totalfitoplankton (sel l)
jumlah rataan
total
individu
per
lapang pandangluas gelas penutup (mm') luas satu lapang pandang (mm') volume air terkonsentrasi (ml)
volume
air
satu tetes (ml)
di
bawah
gelas penutupvolume air yang di saring (l)
Untuk mengetahui keanekaragaman dan dominasi fitoplankton, maka
dihitung
Indeks Keanekaragaman (diversitas) dengan rumus Shannon-Wiever yaitu:n
H'=-IPI In
Pi...
....
.(2)
i-1
di mana:
H'
= indeks keanekaragaman Shannon-WieverPi
= ni/Nn;
= jumlah individu jenis/genus ke-lJPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004 Pasir Gombong
"g
Dam Tanggul PasirJangkung
s. CllalwiU
r.:ka
Keterangan/legend: Lokasl Penelitlan/l-V:
Staslun Pengamatan/ Research Stalion".rF
ciiEorr'|rng.6
o Ou{tea Ci..l! Gambar 1. Figure 1.Untuk indeks
dominasi dihitung
berdasarkan lndeks Simpson dalam Legendre&
Legendre (1983) dengan rumus sebagai berikut:6=2Jni/Nl2
.. ...(3)
di mana:
C
= indeks dominasiSimpsonNi
= jumlah individu jenis/genus ke-lN
= jumlah total individuAnalisis
DataUntuk
mengetahuihubungan antara
konsentrasi unsur hara (nitrogendan fosfor)
dengan kelimpahanPeta lokasi penelitian diWaduk Jatiluhur, Jawa Barat.
Map of research area in Jatiluhur reseruoir, West Java.
fitoplankton
antara stasiun
dan
kedalaman
air dilakukan analisis regresi berganda (Steele&
Torrie,1980; Maftjik & Made, 2000).
HASIL DAN BAHASAN
Struktur Komunitas Fitoplankton
Sebagaimana
diketahui struktur
komunitasfitoplankton merupakan
susunan individu
daribeberapa
jenis atau
spesies
fitoplankton
yangterorganisir membentuk
komunitas
yang
dapat dipelajaridengan
mengetahuisatu atau dua
aspekChairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endisafiadl Kaftamihardja
seperti
indeks
diversitas
jenis
dan
kelimpahan(Brower ef.
a/.,
1990;Odum,
1998). Oleh karenanya,untuk melihat struktur
komunitas fitoplankton dapat ditentukan oleh keragaman jenis fitoplankton.Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilakukandi
lokasidan di luar
kerambajaring di Waduk
lr.
H. Juanda Jatiluhur ditemukan30 genera dari
4
kelasyang meliputi: Chlorophyceae
11
genera
(36,7%); Cyanophyceae9
genera
(30o/o); Bacillariophyceae 8genera (26,7o/");
dan
Dinophyceae2
genera (6,7o/o).Hasil
pengamatan
jumlah genus
di 5
stasiun menunjukkan pada stasiun lV yaitu sekitar 62,70/o dan umumnya lebih tinggi dibanding stasiun lainnya yaitu stasiunlsekitar
58%; stasiunll
danlll
sekitar 52.7 o/o'.dan stasiun V sekitar 57,3o/o.
Dari
kelima stasiundan kelima
kedalaman, kelasCyanophyceae
merupakan penyusun
utama komunitas fitoplankton(87,6-95,5%)
dengan genera yang dominanascilatoria,
Merismopedia, Anabaena,dan Lyngbia, penyusun komunitas
selanjutnya darikelas
Bacillariophyceae(2,0-7,4%) dengan
generayang
dominan Synedra, Diatoma,
dan
Fragillaria. Kelas Chlorohyceae (1,5-3,7o/o) dengan genera yangdominan
yaitu
Staurastrum,
Zygnema,
danPeng.mdton ke ilI o-t f
-o-F
=.=.
€
I aa aaa av Sta-luh Pong.mat.n B0-500000 8500000_1t 1 OOOOOO-1 5OoOoO r 1 5OOOOo-2oOOOoo
I
Scenedesmus. Selanjutnya
dari
kelas
Dinophyceae (0,5-2,9%) dengan genera Ceratium dan Peridinium.Kelimpahan Fitoplankton
Hasil analisis kelimpahan fitoplankton di lokasi dan
di
luar lokasi budidaya
ikan disajikan pada Gambar2a
dan2b.
Hasil pengamatan dari kelima stasiun dankelima
kedalaman
selama
waktu
pengamatan,menunjukkan kelimpahan fitoplankton
tertinggiditemukan pada stasiun
l,
kedalaman
1
m
waktu pengamatanlV yaitu
sebanyak 2.901.025sel
l-1 dan terendah ditemukanpada stasiun
I
kedalaman8
mwaktu pengamatan
Vl
yaitu sebanyak 91 .522 sel l-1.Tingginya kelimpahan fitoplankton
di
stasiun
Ipengamatan lV, karena kandungan unsur hara (N dan
P), bahan
organikdan
beberapa parameter kualitas air yaitu kandungan nitrogen dan fosfor.pada stasiun Idan kedalaman 1 m sekitar 0,214 mg
l-'
N-N03; 0,512 mg l-1 N-Ntt3; dan 0,866 mgl-'
P-Po+, demikian juga kandunganpH yang
ditemukansekitar 8,5;
oksigen sekitar 7,9 mgl-'; dan
BOT sekitar 7,26 mgl-'
cukuptinggi
dibandingkan
stasiun
lainnya,
sehinggamemungkinkan
terjadi
perkembangan
danpertumbuhan
fitoplankton
lebih baik pada saat
itu.Pengamqtan Le ll E 1 000000-1 500000 Panqamalan ka IV o.5 a
-2g 3 4= a. I|l||ttvIt Sl.a$aun Penlrarnztan E0-50000c| 850(]000-1('000(]0 E 1 0(]0000-1 5000()0 r 1 500000-2000()0() r 2000000-2500000 r 250c|c)00-30fl000clGambar
2a.
Kelimpahan fitoplankton (sel l-1) antar stasiun dan antar kedalaman pada pengamatan I sampai pengamatan lV di lokasi budi daya ikan dalam KJA di Waduk lr. H. Juanda Jatiluhur.Figure
2a.
Phytoplandon abundance (celt t1) between station and depth ofthe
firstuntitfoutth
obseruation in floating cage culture area in lr. H. Juanda Jatituhur reservoir.o.5 a
-rE
3 4cl'
=||||trv
St.-lun PengEmqtan o-500t]('0Penganad.n l|e\t Staslurr Pengamatan EO-socttloD 850cttl0tl-1cto('clo(l @.1 oooooo-1 500000 E 1 50C!0(l0-2000000 -20('0000-250c]000 r2sooooo-3000000 Pengatfrr?rtan r(e Vll o.5 a
-
-E-=EF
=
Bi 4 -'g
a Slt!-lun PGnCamltan I Eo-Sooooo Esooooo-loooooo I Gambar 2b. Figure 2b.Selain
itu stasiun
I
beradadi
sekitar muara SungaiCilalawi
atau
daerah
hulu
waduk yang
pertama menerimamasukan unsur hara dari darat
maupun bawaandari aliran sungai yang
masukke
perairan waduk. Selainitu
pada pengamatanlV
terjadi hujancukup deras, yang
memungkinkanadanya
bawaan unsurhara
serta fitoplanktonyang
cukup besar dariluar,
sehingga keadaan
ini
dapat
meningkatkan kelimpahan fitoplankton di lokasi tersebut.Kelimpahan fitoplankton terendah terdapat
distasiun I kedalaman 8 m pengamatan Vl, karena pada
pengamatan
dan
kedalaman tersebut
kandunganunsur hara yang diperoleh lebih kecil dari
stasiunlainnya,
juga
cahaya matahari
yang
masuk
padakedalaman
ini
semakin
kecil atau tidak
bisamenembus
pada
kedalamanI
m.
Karena, cahaya,karbon dioksida, dan air adalah unsur yang digunakan
untuk
proses fotosintesa
yang
merupakan
dasarmengontrol
produktivitas
fitoplankton
dalampertumbuhan
dan
reproduksinya
(Boney,
1975; Thorntonet
a/., 1990).Secara umum
dari
kelima stasiun
dan
kelimakedalaman
menunjukkan
rata-rata
kelimpahanP€ngamatan ko Vl|I
a
= =*.
e
Stasaun Pengamatan 60-500000 8500000-lgooooo E 1 000000-1 500000 - 1 500000-2000000 - 2OOOoOo,2SOOOOO r 2SOOODO-3OOOOOOKelimpahan
fitoplankton (sel
l-1)antar stasiun dan antar
kedalamanpada
pengamatan V sampai pengamatanVlll
di lokasi budidaya ikan dalam KJAdiWaduk
lr. H. Juanda Jatiluhur. Phytoptankton abundance (cetl 11) between station and depth of the fifth until eigth obseruation in floating cage culture area in lr. H. Juanda Jatiluhur reseruoir.JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004
fitoplankton tertinggi terdapat di stasiun lV kedalaman 0,5 m dengan nilai
kisaran
492.849-2.675.329sel
l-1dan nilai
rataan sebesar 1.293.470
sel
l-1.
Nilaiterendah ditemukan
di
stasiun
I
kedalaman
8
mdengan
kisaran 91.522-1.116.435
sel
l'1
dan
nilai rataan 451.978 sell-
(Tabel 1).Tingginya kelimpahan fitoplankton
di
stasiun
lV karena pada stasiunini
merupakan lokasi budi dayaikan
di
KJA
dengan kepadatan sedang,
dengan keadaan airnya relatif tenang dan agak jernih, cahaya matahariyang
masukrelatif
lebihtinggi,
terlihat dari kecerahanair
yaitu rata-rata lebihtinggi dari
stasiun lainnya. Unsur hara yang ditemukan relatif lebih tinggidari
stasiun
lainnya (Tabel
2),
sehinggamemungkinkan
terjadi
pertumbuhan
danperkembangan
fitoplankton
lebih baik.
Sesuai pendapat dari Kimmel & Groeger (1984) dan Thorntonet.
al., (1990) bahwa
ketersediaanunsur hara
dancahaya yang cukup dapat digunakan oleh fitoplankton untuk perkembangannya.
Sedangkan kelimpahan rata-rata
fitoplanktonterendah diperoleh
di
stasiun
ll
dan
lll,
hal
inidisebabkan
selain kandungan unsur hara
(nitrogen Psngamatan ke \tl o.6 n -2*e
4=.z
Tabel 1.
Table 1.
Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Sefiadi Kartamihardja
Rata-rata kelimpahan fitoplankton pada kelima stasiun dan kelima kedalaman
di
sekitar lokasi budi daya ikan dalam KJAdiWaduk
lr. H. Juanda, JatiluhurThe average of phytoplanffion abundance at
five
station and depth in ftoating cage cufture area in lr. H. Juanda Jatiluhur reseruoirst.
Ist. ill
st.
v
0,5 1 2 4I
1.121.675 1.226.957 1.017 .457 598.7't2 451.978 712 875.078 801.663 667.799 475.022 732.034 702.960 745.311 707.111 713.063 1.293.470 986.505 771.191 1.112.719 769.186 1.088.917 950.273 1.012.992 1.036.824 773.800 Tabel 2. Table 2.Unsur
hara
nitrogen-fosfor (mg l-1) pada5
stasiun dan5
kedalamandi
lokasi budi daya ikan dalam KJAdiWaduk
lr. H. JuandaThe Nutrient nitrogen-phosphorus (mg
tt)
atfive
station and depth in floating cage cufture area of lr. H. Juanda reseruoir";:;':-'
lDepth Kisaran/ Rataan/ Kisaran/ Rataan/ Kisaran/
Rataan/o'o"""
(ml
Range Average Range Average Range
Average 1 2 4 8 0,5 1 2 4
I
0,5 'l 2 4 8 0,5 1 2 4 8 ill IV0,152-0,737
0,3930,272-0,707
0,3980,276-0,583
0,3570,122-0,645
0,3680,214-0,553
0,3810,2't4-0,552
0,4530,302-0,654
0,4920,183-0,553
0,3680,229-0,552
0.3530,245-0,645
0,3810,306-0,583
0,4330,279-0,707
0,4610,306-0,645
0,4010,272-0,614
0,4300,368-0,799
0,5070,276-0,737
0,5140,399-0,645
0,5140,306-0,645
0,40't0,276-696
0,456 0,190-0,544 0,158-0,801 0,158-0,834 0,255-0,801 0,191-0,898 0,223-0,958 0,477-0,834 0,191-0,913 0,255-0,866 0,384-0,927 0,320-0,959 0,352-0,994 0,384-0,994 0,320-0,962 0,480-0,927 0,447-0,994 0,480-0,930 0,416-0,959 0,384-0,959 0,316-0,821 0,316-0,786 0,237-0,760 0,211-0,655 0,420-0,864 0,263-0,838 0,318-0,874 0,551-0,551 0,316-0,603 0,211-0,448 0,316-0,838 0,318-0,655 0,557-0,890 0,342-0,864 0,491-0,812 0,629-0,864 0,420-0,864 0,629-0,916 0,316-0,784 0,525-0,838 0,707-0,812 0,551-0,838 0,577-0,942 0,408 0,544 0,540 0,585 0,597 0,608 0,628 0,594 0,604 0,636 0,717 0,725 0,759 0,725 0,734 0,737 0,731 0,701 0,755 0,582 0,490 0,593 0,375 0,626 0,655 0,611 0,727 0,427 0,476 0,593 0,535 0,708 0,590 0,703 0,730 0,606 0,799 0,554 0,760 0,782 0,694 0,762 0,555 0,5 1 2 4 8 0,278-0,645 0.337-0.707 0,430-0,737 0,399-0.707 0,544-0,898 0,512-0,994 0,544-0,913 0,480-0,994 0,501 0,591 0,626 0,499 0,450 0,757 0,802 0,747 0,724 0.337-0.645 0.447-0.927 0,763 0.342-0.707 dan fosfor)yang
diperolehlebih
rendahdari
stasiunlainnya, juga karena pada kedua stasiun ini terletak di
lokasi yang diduga mempunyai arus
air
cukup deras,sehingga bahan organik yang dihasilkan
dari
sisapakan yang terbuang dari aktivitas budi daya
ikanakan
terbawa
arus,
sehingga kandungan
bahan organik tersebutrelatif kecil. Dari
struktur komunitasdan
kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa dilokasi sekitar KJA tingkat kesuburannya berada pada tingkat kesuburan sedang sampai
tinggi
(mesokofik-eutrofik). Keadaanini
memungkinkan sewaktu-waktu akan terjadi blooming fitoplankton.Hasil analisis rata-rata Indeks
Keanekaragamandan Indeks
Dominasifitoplankton
di
kelima
stasiun dan kelima kedalaman dapat dilihat pada Lampiran 1.Rata-rata
Indeks
Keanekaragaman
fitoplanktontertinggi ditemukan pada kedalaman
8
m
dengankisaran
0,990-1,317.
Tingginya
Indeks Keanekaragaman fitoplankton pada kedalaman8
m,diduga karena
pada
kedalamanini
cahaya matahari yang menembus tinggal sedikit, beberapa fitoplanktonyang tidak
menyenangi
cahaya
matahari
akanmenempati
daerah
tersebut terutama
dari
kelas Bacillariophyceae dan Dynophyceae. Belcher & Swale(1976)
mengemukakan
jenis-jenis
dari
Phytum.Chrysophyta umumnya hidup
di
dasar perairan yangmasih
ada
cahaya.
Indeks
Keanekaragamanfitoplankton
yang
ditemukan
di
lokasi
penelitian secara umum menunjukkan keanekaragaman spesiesdalam
komunitasfitoplankton kecil atau tidak
stabil (H'=0,942-1 ,317).Indeks
Dominasi fitoplankton
yang
ditemukanberkisar
antara
0,189-0,885
menunjukkan
adaspesies tertentu
yang
mendominasi
komunitas fitoplanktondi
lokasi
penelitian terutamadari
kelas Cya nophyceae
(87, 5 5o/o-9 5,47 o/o). S eda n g kan
I ndeksDominasi tertinggi
terjadi pada kedalaman
0,5
m,karena secara umum spesies
ini
lebih
menyenangi cahaya matahari terutamadari
kelas Cyanophyceae.Selain
itu
hampir semua
jenis
dari
kelas Cyanophyceaedi
perairan danau dapat
menyaingi memanfaatkan unsur hara (Wetzel, 1983). Munculnyajenis-jenis fitoplankton dari kelas
Cyanophyceae dilokasi budi daya ikan, tentunya akan
mengganggu jenis fitoplankton lain baik dalam pemanfaatan cahayamatahari maupun unsur hara.
Dengan
melihat
hasil
analisis
Indeks Keanekaragaman maupun keseragaman fitoplanktondi
kelima stasiun pengamatan dan kelima kedalamanselama
penelitian menunjukkan
keanekaragamanyang kecil (H"=2,3062-6,9078) (Wlhm
&
Dorris
rnMasson,
1981).
Sehingga
dilihat
dari
strukturkomunitas fitoplankton
menunjukkan
bahwa komunitasjenis
fitoplanktondi
lokasi penelitian jugakecil
atau rendah. Hal ini juga
didukungoleh
hasilanalisis dominasi fitoplankton
yang
menunjukkan cukup tinggi yang berarti bahwa ada salah satu jenis fitoplankton yang mendominasi, sedangkan beberapa genus lainnya tidak ada di lokasi tersebut.Unsur Hara
Unsur
hara yang
diamati pada
penelitian
inimeliputi
nitrat
(N-NO3), ammonium (N-NH4),
danortofosfat (P-PO4). Kisaran
kandunganunsur
harayang
diperolehdi
lima stasiun dan lima
kedalaman selama penelitianadalah 0,229-0,737
mg
I
N-NO3;0,191-0,608 mg
I
N-NH4;dan 0,211-0,916 mg
I
P-PO4 (Tabel2).
Konsentrasi unsur
hara
tertinggi umumnya terjadidi
luar lokasi KJA, yaitudi
stasiun V. Tingginya unsur haradi
lokasi KJA akibatdari
akumulasisisa
pakanyang
terbuang,feces ikan, dan
ikan-ikanyang
matidari KJA (Kibria et. al., 1995).
Untuk mengetahui seberapa besar unsur
harayang dihasilkan dari kegiatan budi daya
di
KJA relatif sulit, tetapi untuk mengetahui nutrien yang masuk keperairan melalui
pakan
yang
terbuang
sepertipendapat
dari
Krismono
ef.
a/.,
(1996) yaitu
sisapakan yang terbuang dari aktivitas budi daya
ikandalam KJA sekitar 3070. Selain itu nitrogen dan fosfor
JPPI Edisi Sumber Daya dan penangkapan Vot.10 No.6 Tahun 2004
yang
terkandung
dalam pakan
masing-masingsebanyak 4,8o/o nitrogen
dan
0,260/o-10/o fosfor. Dengan demikian dapat diperoleh jumlah nitrogen dan fosforyang
masukke
perairan dengan adanya budidaya ikan
di
KJA,
yaitu
berkisar antara
48.009-131.865 kg N per hari dan 6.235-17 .483 kg
p
per hariyang berasal dari pakan ikan yang terbuang. Namun secara umum unsur hara
di
lokasi budidaya
ikan diKJA sudah cukup tinggi tetapi masih berada
padakisaran kebutuhan
bagi
berlangsungnya kehidupan dan perkembangan fitoplankton.Selain unsur hara, fisika-kimia
air
lainnya
jugapenting sebagai
pendukung
pertumbuhan
danreproduksi fitoplankton di perairan. Secara keseluruhan
hasil
pengamatan fisika-kimiaair
di
tokasi penelitianmasih cukup baik untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan
fitoplankton
di
perairan serta
dapat mendukung ketersediaan ikan-ikan pemakan plankton di sekitar perairan tersebut.Keterkaitan
Unsur Hara
Nitrogen
(Nitrat,Amonium),
dan
Fosfor dengan
KelimpahanFitoplankton
Hasil analisis regresi linier berganda antara unsur
hara
dan
kelimpahan
sel
fitoplankton
didapatkankoefisien determinasi
(R')
sebesar
0,75
denganpersamaan
regresi
Y=5.105+0,086
nitrat-0,055amonium+0,540 ortofosfat.
Hasil
ini
menunjukkan bahwa kandungan unsurhara
berpengaruh terhadapkelimpahan
sel
fitoplankton
dan
mempunyai keterkaitan yang erat.Hasil
analisis regresi
berganda
dari
masing-masing stasiun dapat dilihat pada Tabel 3. Dari kelima stasiun menunjukkan bahwa unsur hara berpengaruhsecara linier terhadap kelimpahan
sel
fitoplankton. Tetapi pada stasiun I danV
menunjukkan keterkaitanyang relatif kecil antara
kelimpahansel
fitoplankton denganunsur hara tersebut karena pada stasiun
Ikoefisien determinasinya
(R')
sebesar 0,49
dengan persamaan Y=4.823+1.096 nitrat+O.311amonium+0,777 ortofosfat. Sedangkan pada stasiun
V
Koefisien determinasinya sebesar
0,45
dengan persamaan Y=5.191+0.492 nitrat-0.024amonium+0,713 orofosfat. Kecilnya
nilai
koefisien determinasidi
kedua stasiun karena
dimungkinkan adanya faktor-faktorlain
di
luar
dari ketiga
peubah tersebutantara lain suhu, pH,
oksigen terlarut, dan bahan organik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan^fitoplankton,
yaitu pada
stasiun
Idengan nilai
R'
sebesar 0,845 dengan
persamaanregresinya Y=2.946+0,013 suhu+0,161
pH+o,185oksigen+0,003
bahan organik.
Sedangkan
untuk stasiunV
diperoleh nilai
R'
sebesar 0,595
denganpersamaan
Y=4.560+0,05-0,116
pH+0r017 oksigen+0,05bahan organik. Tingginya
nilai
R'
dikedua stasiun
ini
menunjukkanadanya
keterkaitanantara
kelimpahan
fitoplankton dengan
beberapa parameter fi sika-kimia perairan.Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Sefiadi Kaftamihadja
Analisis regresi linier berganda antara kelimpahan sel fitoplankton dengan unsur hara nitrogen (N-NO3, N-NH4) dan fosfor (P-PO4)
The multiple regresslon analysis between phytoplanffion abundance and nutrient nitrogen
(N-Nq,
N-NH4) and phosphorus (P-PO4) Tabel 3.
Table 3.
Stasiun Koefisien regresi/
Pengamatanl
Regressioncoeficient
ElObserued
e
station
R2 I ll tl IV 1,096 1,125 1,747 0,851 0,311 0,057 0,1 19 0,067 0,777 0,619 0,007 0,8194.823
0,494.902
0,725.090
0,845.010
0,6411.506
0,0030.012
0,0063.834
0,0021302
0.000,492
0,024
0,713
5.191 0,45
9.935
0,00 Keterangan:B
= Standar deviasi/Sfanda,rd deviationR2 = Koefisien determinasi/Coeficient determination
F
= Fhitung/FcalculatedP
= Peluang nyata (probabiliti\lprobabilityKedua stasiun
ini
beradadi luar
lokasi budi dayaikan dalam KJA, stasiun
I
berada
di
daerah
hulu Waduklr.
H. Juanda, merupakan daerah yang rentanterhadap pengaruh
dari
luar
(sungai), stasiun
V herada di daerah bebas setelah lokasi budi daya ikanr.,sls6
11.14. Selanjutnya dijelaskanoleh
Thornton ef.al.,
(1990) bahwa
faktor dasar yang
mengontrolproduktivitas fitoplankton
dalam
pertumbuhan
dan reproduksinya adalah cahaya, suhu, karbon dioksida, danair
untuk proses fotosintesis, sedangkan nutrien dan suhu untuk aktivitas metabolisme.KESIMPULAN
1.
Selama periode pengamatan fitoplanktondi
lokasidan
di
luar lokasi budi daya ikan dalam KJA
diWaduk
lr.
H.
Juanda ditemukan sebanyak
30genera
dari
4
kelas,
yaitu
11
generaChlorophyceaea,
9
genera
Cyanophyceae,
I
genera
Bacillariophyceae,
dan 2
genera Dinophyceae. Sedangkan kelimpahan fitoplanktonberkisar
antara
91.522-2.901.025
sel
f1
dan kelimpahantertinggi terdapat
di
stasiun
I
pada kedalaman1 m
serta terendahdi
stasiunI
pada kedalaman 8 m.2.
Rata-rata kandungan
unsur hara
nitrogen
dan fosfor di semua stasiun relatif tinggi, nitrogen nitratberkisar
antara
0,353-0,626
mg
l-',
nitrogenammonium berkisar antara 0,331-0,802 mg
.l-',dan ortofosfat berkisar antara 0,375-0,799 mg l'1.
3.
Selama periode pengamatan terdapat keterkaitanyang erat antara unsur hara dengan
kelimpahanfitoplankton,
dengan
nilai
koefisien
determinasi (R')=0,2Sdan
persamaan regresi Y=5.105+0,086nitrat-0,055
amonium+O,540ortofosfat.
Dengan demikian unsur hara yang dihasilkan dari aktivitasbudi daya ikan
dalam
KJA
selama
periodepengamatan mendukung pertumbuhan
danperkembangan fitoplankton di perairan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Reynold,
C.
S.,
J.
G.
Tundisi,
&
K.
Hino.
1984.Observation
on
metalimnetic
phytoplankton populationin a
stably stratified tropical lake. Arch. Hydrobyol. Argentina. 97 : 7 -'17 .APHA.
1989. Standard methodsfor the
examinationof
water
and
waste water
including
bottom sedimant and sludges. 12-th ed Amer. Publ. Health Associacion Inc. New York.Befcher,
H
&
E.
Swale. 1976. Freshwater
algae. Instituteof
Terrestrial Ecology Natural Enviroment Research Council. London.Boney,
C.
A. D.
1975.PhytoplanKon.
1't
Ed.
The Comelot Press Ltd. Southampton. 116 p.Brower, J. E., J. H., & C. N. von Ende. 1990. Field and taboratory
methods
for
general ecology. 3'o
Ed.Wm. C. Brown Publ. New York.
Davis,
C.
C.
1955.
The
marine
and
freshwater PlanKon. Michigan State University Press.USA.
'Dawes,
C.
J.
1981.
Marine botany.
A
Wiley Interscience Publ: 628 hal.Edmondson,
W.
T.
1959.
Freshwater biotogy 2nd Ed.John Wiley & Sonc. Inc. New York. 1248 p.
Gofdman,
C. R & A.
J.
Horne.
1983. Limnology. Mc Graw-Hill lnternational Book Company. New York.464 p.
Hynes, H. B.
N.
1974. The biology of polluted waters. Liverpool University Press. Liverpool.Kibria.G.,
D.
Nugegoda.,P.
Lam.,
&
R.
Fairclough.1995.
Phosphorus
balanced
in a
simulated aquacufture system. Bidya n us-bidyanus (Mitchetl) Teraponide. Paper Presentedat the
Fourth AsianFisheries
Forum.
16-20
October 1995.
Beijing China. 8 pp.Legendre, L & P. Legendre. 1983. Numericalecology. Elsevier Scientific Publ. Co. New vork.
Kimmel,
B. L.
&
O. W.
Groeger.
1984.
Factorscontrolling phytoplanKon production
in
lakes reservoir:a
perspective. EPA, Washington DC. P.227-281.
Krismono; Achmad, S; & Akhmad, R. 1996. 1.600 ton
ikan
mati
di
Waduk Jatiluhur. Warta
Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.1:1.5-7
p.Masson.
C.
V.
1981.
Biologyof
freshwater pollution.Longman
Scientific
and
Technical.
Longman Singapore Publisher Ptc. Ltd. Singapore.Mattjik,
A.
A &
Made,
S.
2000.
Perancangan percobaandengan aplikasi SAS
dan
MINITAB. Jilid l. Institut pertanian Bogor Press. 326 hal'JPP| Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004
Needham,
J. G & P. R.
Needham. 1963.A
guide tothe
study
of
freshwater biology.
Fifth
Edition.Revised
and
Enlarged, Holden
Day, Inc.
SanFransisco. 108 p.
Odum, E.
P.
1998. Dasar-dasar ekologi. Alih Bahasa: Samingan, T. Edisi Ketiga Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.Steefe,
R.
G.
D &
Torie,
1980.
Principle
and proceduresof
sfaflsfrbg
a
biometrical approach.Second edition.
Mc-Graw-Hill Kigakusha
Ltd' Tokyo.Thornton, K.
W., B. L.
Kimmel,& F. E.
Payne' 1990.Reseruoir
limnology: ecology
perspectives' John Wiley & Sons. lnc. New York. 246 P.Wetzel,
R. G.
1983. Limnology,
W. B.
Sounders Company. London.767 P.Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan EndiSefiadi Kaftamihadja @!tNF$ @NF@N lololorft
ooooo
orro(f)(?)N lo@loolol @@@o@99999
NC)Of)e (vr@f-Nrt of N- N- o{ c!ooooo
toq)@N(\l (Y)(\O)Ft rolr,trotdoooo
@{tr)@@ $@F-r-r-@- @_ t*_ tr_ \?9999
F(O.+Od, (O(ONC)-N- (\1 (a- N- (\{oooao
@(oloNot
F(t(OlJ)lO(ororoNro
odood
(O(Y)-Ft lf) O) (o t- (O r\i-t\0oo-;9999
oNlooo)
o(o$lo@
(r)NN6l-ooooo
NO)t-(ON ro@$oo) u>-to- r.o-lo- Aloooool
I I I N O) (c' (O tarl vor@@lol @6F-t*F-leg.,
ggl
$tN(oNt
FIOOOT(Ol co (?) $l (\1 (\llo o
do
ol
I I I F@OOlol If)(r)(OOF-ls!o|ororol
do do
dl
I I rO$CD(Oel g--O(Ol @- F-- @- @- F--l999991
o@F-@@l N@rO@@l c!- (\l N_ c!- (o_loooool
ll{)C)lOt-lr)@(O-
i.o-o-ao-rOFFF ,OFt()N(ooroco
:lo-lo-@-\ FFFFdcbtF:
NN(OF. :(')- $_*t_$-oooo
.qF(O@t(90(t
Q-eN'J--JJ
(r)(ONO) eCDI()@ t- t l'-F-.JJJJ
+dF:ob
!toro(o
(f, lo r() lo'o o o o
lr)ts(OE5888
JdJ
J
$o)@c)
|\tlOro
tO- f-- (O_ O_555ry
FCD!tO IOF(O@ lo (o (') (Y)oooo
roloo(o
(oloolo
d)O-eo-JJ
REssE
ro- co_ ut r.*-N(O..1'-@rox(o
N
lr, -'-(odooo
(fro@o s- 8_ P. B. OFFO(to@s
c{loC")o
f- (O F- l()-
JJ-ci06dFl
tooNo,
FrOlf)tOoood
F N.rf @lsls
lol"
IrlS
teH
llo
l.l
lslS
lol'
lrlE
teB
llo
tt
lE ls
ldl"
l*
F
l$-elt
l'
Els
dl'
I to,g ltt
r!
l(o|!tr
e
lqi
l''
cl
$
lR.:fl
l-,
-lto(
E13t
o
t-,
€l:r
It-'
,l''
iJ."
irlo'
I I GDIol
ol
'l
It>
l+,t'
I=
o
;t
(trl I I I I I;l
,l
I I I c (t Es
fi E c YI
o T'!
c
o Eg
(!It
oY
o)c
L.q
(U -o Eo
Lo
.v. E (uo
o
c
o
:
(uo
It
b
:t
-o'6
o
!o
o
=
v
c)o
!t
c
o
Eo
(E E c) !o
Eo
v
c
o
roc
.=o
(Uo
$ E c) Jo
Eg Gfo-c
-=
.!= O--
;(tr
=at
96
g)OI
.9e
a-o{
9E
<3
.gE
o^
i<
o:)
g=
-o)
(uc
!r=.o
o-F(U
;
c
o
o-E (UJ
3-'*
-'6 o .E oo
c
o E (E o) E o J o E o q, YFc) tN
oo
rJ$
lo (v)c
@ N loq
o) (v) o,c
(o @c
I (t, Nq
rf @ @ (0 ta; o,o
c! (o (') (\lt-l()e
qc
o) (') @c
$ t-@q
tot
N c) f- t--@cq
(o to 1l)r(os
qc
(O F-ro (o@ -lO Olr ct@(f)N @ t(lo
cci o)to
o;t\
(0 (\l (o$
to
t-o
F-q
N @ roq
o
(\l ro t-ro NJPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.10 No.6 Tahun 2004
o)o) 6t (\l
qc!
(f) @t
(v) o) c, (')N(\tN6l
oooo
+d$t
lo6lN(i)F-cqq
(0N(\1 (t, 6lq
$ -NN @lotoooo
$otot
t\ (v) -Noo
(vi.t
OlNt\ t\ I()FF Fqqc
q
o, (r)(o
(',t-q
(o (o@ O,rt NTO NN oO OF+P
dg
t*rr)c.)
-(\1(\1
ooo
("r++
@ (t)roN
o9
(r) (t) N(\loo
+$
Nf-OrlO (QO) e6lOC) NNqcc?q cq
Ntr)(\I(O rf 1() -(O (\lt E rllt $qd
q
ol, t- t\t-(a
FN(olot
N(Y,@oolo
$dt
o) o,N$
oto
dqt
o@r.crott\to
N*F(')F(!oo(v)@oo)
ctd++oia.i
@ !o9 lf) @o
tf
$t
to (o N(r, o?
ci
ofci
ci(o@ot
o
sf(o
(\lo
Of-
Olr) -lO
c.)ct cdct
d
O -O) No
s(oorN
o
t\
oroN$
e(ooo
o
a;c.idci
(\l FF FrO O -rif N@ (o(0
(')C\ls
@-
dct
ct o !t@ o, NS f\tNrt lo.c F o -OOO)F
trt C\i oi Nl- (\l F(Oo
t(oNt
6|l Olr)FC.,l A -(OO$g
=s"lg
FFS t*@(O(O to(ooN:c?qol
f\.tF(\l6t(o
N(Y)o
o)@N@
O O(OFO F- cll(v)O(rlci to+c.it
6l
(o(O F
coo
tN(\l
N (OFe @ tOFg
gNg
FFEt$N
8
qIqI
I
9P53
b
(?)q
EEg
8
E*E
o(')N(0
tNro(')
0
@ (v)O-N F8*NF
F
O F-NN$ N loo)F.rr 0o -C)ONci il-o,ict
* 6l$ I\ F(\l(9e 8$
ol
q?
c? o@Ftorx
loo
(f) $ OF(os
N tJ'@ c) (ooo
(o o.i(t (o
(0NN
T
q
t$ @ lo (f)q
(o o, No
d
F-ON rtlO OrOct+ot
N N toq
o) @lo@ @(f)(oqqq
N(ON NNtO -O)C)qqq
c\l@(o @F@tt(o
ooo
d
F- c.i NO Nc
@ @ rf)c
o
i-t-cON e-tloqqqq
('r(f)No,
\t
@ (t) (o c\loo
c.i$
(r) Nq
v
Nq
No
o
N E o=
o)rs
(5s
cD g)FS
oor
Es-3E
i$:B
=ai€'E
cq)
os
.o
4.=s:
;E
8,9
=;
!E
<E
?s
F+ E+Su
.8E
Fe
ia-:
(UEt'o
i5g
EE'
-o.c
Ef
E:
E\
-Q)-()
ctv(,'o
ov=9t
-st
s'E
rFX =16is
8!
+s
ES
ax
6S
oq
. c.iNo
.gs
o_s EObo
JO-.x
OY-rb
F&
J<
-l
Nl
q
qtql
;;til
s-l;l
::l:l
q
Etql
'[o
'l
Rl
_",*l,-l
:,:l:l
:
:[l
(f) (f)l ro Iq cl
otl@'l*l
ro
lol ol
N
F-l l0l
ooltl
P:l:l
.l:l
l,l
SSEIiHI
-6ll
o a! o o CL oc
-rO$@F. oNoF-dc.i
o) 61 6lNO)-oNo
dt-ni
O F*€ $t
ro(o *
N -C)t-ct F-+
ci{
(\(o
(\l FoN(o
NF-FNro
ocdri
N9F ol (tt No
d
G' 00o
+
o)(rrN
NN€qqq
totto
e
8E
I
c! q{
q
o (oo
(ot
c)€
o)lOFt-
('r+
c)O)-
NCt)aNo
oo
@qici
+v
(! N@lJ) (O-F@(t .+FoNo
o(')
oi+to
dni
t@ @o(')
o
-ls Ncdd
ot FN O e(v)N (V)N ON F NO@oo
ot
dsc.i
+<i
(\Io
loo
c\t
(?@ F OtOo
(oJ
c! l-(\
lf) F-c.)@(',N
oo
(od
o
F.t
lot
to(o
(\lq
IS
I
O F-O
(o\T N€
O, -(f) ole
\i
(')N
(\tt
olo
*ct
lr) NNI'-FFtcqoq
C!N(Oo
{o
ro@O O(O t\N
l- -14) elsct d@
F-di
(\l FO) l\N r G)_ 1r)o)c)(aNN
ooo
d'.i+
N NN lO -0) FOt-F.
a.,i (o (\ (f, G. (r' at N rO\t
r.t N 1|) lfd
N o, q) 6l NNeooo
trjdc.i
O NSFO N N(\INr(rooro
o
ciF*N
t-N O)F- C) F$ (r) N O,\t
oo
@ ccttoGro
OO-<rl
F\lOll) cct @ (\,i F-ed) (r) Ig$F$FFS
s
e
g
E 3sEeEegFs
o
s
€
-g E = FN(9tlO(OF-cOChairutwan lJmar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Setiadi Kaftamihardia
N
rt
qe
Nt-ro
o) co(t
(\t (oo oQ
<o
d<.,i N o)q
@ o) (o (\IF Ordo
N o) (!q
rO lr)@(')t
oo
dd
(f, o) NNoo
+d
Nq
(\
t*ffd
=
P
X
=
q
d
P
E
5
o-o
F
l!
o
o
o
Na
S
q)EE
=o
EE
:ia
€E
ge
-=
rt
e\
=8
'ro
o
c) .t,3&
os
ss
tr(U>
(U E:do
_-Y
Eof,
(5f, EOEg
E8
'o-q
oq
-Y iEo
€.-:N--o
c)sF*
EHE
+>
o
'sg
E
E€
f;
ECFFp€
E8 g
-(tr
0
.lv€ \
6doiit
.N
6lo
F€
IE
H&
J
F
.E E
t
a
JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan Vol.l0 No.6 Tahun 2004
o)(')
(') N6l O'oo
o
dlt @ eNtro
oo
F- ot O) O, F- O) N(\I -O)oo
oo
d d
c'iF
Fls(v)-
@rN.+
(o OOO Fni+F-
R @C{l-lOrOeqqq
oor(o
F C)rO-g)1\ NC)t6lFqqqcc
t@F-$a.) N F (O@ F $ N(Oq C qr
N F- tO, N(')o)F(')o
(\l6lrOlFqqqqr
slo(oso,
el\ O) \f- (\loo
o
F-ct d
(Y) e o., N\t $loo
o
+F- *
g$F$H
eNc)*lO(or
C.,t (v)t
rO @ t--N(r)sltl)o
or(o
Gl(rl
rq
OIf)
F-c\lq
oq(\l
(o6l
(') t- C')e e(f) o(r) F$(0N (\lN lat(OOF \fo F\rfo@cri+ F-ct-<t
i- N@ O(Y)@o
(f) lo\q
@F-NF- (o@
F(o
@t
1r)ta,
(0 (v) F (O (9o
F-oi o
(O NF -eS @@ t*@F@N \fl() (llr)-()-d)O e(OO@Ocio
F-c.i<'t-oi
(OF NF (\t Fc,:,ooN
NOt-aolq
N@o'
F*(.)R
*
trr,N@
rd.
oc{FN
e FC)OO)+
cctd6.i ci N -lJ) (o-O
@(o@
toNrO
ntd<ct
F-tO, F N ctO(O-d)
tNc\l
N\lOO'
dcic.id
(o@ s
cr)looN(o
-(Oel: (f, lo o o)xeqE
(o (Y) CDN(oo
ds
N @4
@s
ts$eE$Es
.cg
E = NI
N rO G'q
(o @@t(o
oo
dGi
N ertoo
at
F-F-(f)NO) -NO)C.loooo
r.ir<od
(o@(oc{(o!c
ooo
+
oj ct t'- Crl -O)q
lJ) lO (oq
(o o, Nq
ra)t-
tr) F C.)qc
(',
(ot-
O) FNqc
(t, tossEs
o G o o .tr CL o oz
o
Y
z
Jc
o
- o-dz
I I Il_
I'
I I I Ilei
IY:
lz
t<i
tJi
tai
tol
lFl l-I No
o
N Eo
=
rJ)s96
=O
-a
E6t
EE
gs
Fo
H.ei
oq
EO
(U'€O(!
-)
io
i8
'EO
(u>
oo
E()co
oo
4E
It
:.\
x9
€B
=Q
E€
gF
Y-l
tr
6I
Es
eOg*
;b
>.(!
og)
rrb
ES
EE
Jaro6;
E()i'E
U'-v>Vo
EH
o-*
o=
6o
-cq
oo
9&
ECE*
I5
j:\8f
t"iF";
.!x
F8
5€
ro c? 00 o) @ t o
\
sl
I ctl 1\Icl
Nl-l
-l
qi
rolI
ro(t
ol Nc
GO 0 F' N o) o) ll)q
o
ItT
$t
oo
1- l.o,
(o N6lqc
lo !t rft ro (o (t oo GJ GJ oq
trt(')
roAt
t-oo
$(Y) tf) r (g(O$F-gqq
(O t- (t O)FO ot$Fcqq
I{)NN |r)cD (oNgq
(o lo (e, o) $tNcq
$lr) O)N-c!!o€ ooorriot+
TF(ot
oo
-N (t (') c\t (\ oo $t O) t- (O (!Ftc)oo
ri
<ri ai 1\O(\l FNFqqq
(v) (\l N (t (\l t\ C.,l tf)-gqq
rloc) (o io
a; (O O l'-Nl:-cqq
$(!(')d)-Gtt
oo
9F-()@(') ls lf) (\looo
rici+
(OrOr t\i!t OFOa; ,ri
r-(\t (') l.-(\@o
rri (v) @ (\Nt^()-ooo
tcini
(O t-9Fgci
@(') (o q9
q, (oo
g
N t ct co (o N\l oo $.o -@(\1 :llorccg
r-O(\l N@ FC)oo
(fio
Oc)eNC.{$l Ol(\l(O(\IFCD \toAltoloc.it
ddc.i+
Nttd)(O ott o(oo)to)@ tN(o@ot.o @od)|r)o(Y) {$dridc; I(DF (\t\l (oc)rJ'@$tGl C')OIF(\IF(') (l)O(OFOcOottdC\ic;
(\IlJ)N(Dc)v
@cD6(\tt (o(Otr(\ NC)OONci
rt .r
c.i
(ci c., (4t lft cr FC)(r)oc)o6(\rN
O$lO)(\lFO)o)oo)o)ocD
@{-cj<rid
r(,
t\ (o
?F(.,t
voo@
9cDt\o
O(D-N--cici
@t\(t)N (.) riN@(o6tN (!eOO-(D t0oo(\torftct
c.i d rri c.i +
oo)Grd)
FNitl oo(\t(oN$l (AC\lFNl.)a.l O)OOti)r@ddni
dN
+
|()ost
lf, Sl\(tF.tN@ tFNlftlOFN OOOF(!o() -(v)tNO(\ltO 0o(\l-@ c! ol (oFF@(!o (DF(O@FCOq
gf!aca
od)roN(\tt\
(\tro|r)
(\t
c\toloo(oo
NF6tO@ $(v)FO(ocri$ri-c.i
N
rt (D
ral8R
8}N
o)oNO(rt
ro*(oc\ioi
o6m(\
@(t)@No O(OFtr) (\t(toN<'i@+.iF-(D
C) (O
r\
(r) OFONO @(O-|.c) (\troo@ lo ri rcj c.i .J @to)t\ \t ooNt$toiE
9EA
8."
8-E
s
Chairulwan Umar, Enan M. Adiwilaga, dan Endi Sefiadi Kartamihardja
a\ ('t F(\I