• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN CAREGIVER DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA. Caregiver Support With The Frequency Of Recurrence Of Schizophrenia Patients

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUNGAN CAREGIVER DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA. Caregiver Support With The Frequency Of Recurrence Of Schizophrenia Patients"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN

CAREGIVER

DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN

SKIZOFRENIA

Caregiver Support With The Frequency Of Recurrence Of Schizophrenia Patients

Jek Amidos Pardede1, Eva Kartika Hasibuan1

1Program Studi Ners, Fakultas Farmasi dan Imu Kesehatan, Universitas Sari Mutiara Indonesia e-mail: jekpardedemi@rocketmail.com

ABSTRAK

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa berat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan secara global. Pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan. Frekuensi kekambuhan dinilai dari banyaknya jumlah kekambuhan yang dialami pasien dalam kurun waktu tertentu, dengan gejala-gejala yang biasanya dialami dan ditujukan pasien pada episode skizofrenia akut. Dukungan caregiver menjadi salah satu peran khusus bagi pengasuh pasien skizofrenia saat menjalani perawatan dan pengobatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver pasien skizofrenia sebanyak 4.615 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 79 orang dan menggunakan kriteria inklusi. Hasil penelitian didapat bahwa dukungan caregiver responden mayoritas kurang 51.9% dan frekuensi kekambuhan mayoritas >2 kali sebanyak 35.4%. Dari hasil uji statistic Chi-Square didapatkan bahwa terdapat hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Medan (p=0.007 ; p<0.05). Jika dukungan caregiver kurang maka frekuensi kekambuhan mengalami peningkatan, oleh karena itu diharapkan kepada caregiver lebih memberikan informasi dan motivasi kepada pasien yang menderita skizofrenia dalam menjalankan pengobatan dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: Dukungan Caregiver, Frekuensi Kekambuhan, Skizofrenia

ABSTRACT

Schizophrenia is a disease of severe mental disorder that annually experiences an increase globally. Schizophrenia patients often experience relapse. Frequency of recurrence is assessed by the number of recurrence of the patient in a given period of time, with symptoms commonly experienced and addressed by patients in acute schizophrenia episodes. Caregiver Support became one of the special roles for caregivers schizophrenia while undergoing treatment and treatment. Research objectives to know caregiver support relationship with frequency of recurrence schizophrenia patients outpatient in the clinic of psychiatric hospital Prof. Dr. M. Ildrem Medan. The design of this research is descriptive corelative by using the Cross-Sectional approach. The population in this study is caregiver in schizophrenia patients with 4,615 sampling techniques using a sample purposive of 79 people and using inclusion criteria. The results of the study gained that support caregiver majority respondents were less than 51.9% and the frequency of recurrence majority > 2 times as much as 35.4%. From the test results statistic Chi-Square is found that there is a caregiver support relationship with frequency of recurrence schizophrenia patients outpatient in the hospital psychiatric clinic Prof. Dr. M. Ildrem Medan (p = 0.007; p < 0.05). If caregiver support less then frequency of recurrence is increased, therefore it is expected to caregiver more information and motivation to patients who suffer schizophrenia in carrying out treatment can be improved.

Keyword: Caregivers Support, Frequency of Recurrence, Schizophrenia

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan neurobiologikal otak yang kronis dan serius, sindroma secara klinis yang dapat mengakibatkan kerusakan hidup baik secara

individu, keluarga dan komunitas (Stuart,2013). Menurut Keliat (2015) skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek

(2)

tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Ritchie dan Roser (2018) melaporkan 20 juta penderita skizofrenia pada tahun 2017. Prevalensi skizofrenia di negara berkembang dan di negara maju relative sama, sekitar 20% dari jumlah penduduk dewasa (Kurnia, 2012). Di Indonesia, estimasi jumlah penderita skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Riskesdas, 2013). Sedangkan Riskesdas (2018) juga menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat.

Gejala skizofrenia dapat mengalami perubahan semakin membaik atau semakin memburuk dalam kurun waktu tertentu, hal tersebut berdampak dengan hubungan pasien dengan dirinya sendiri serta orang yang dekat dengan penderita (Pardede,dkk, 2015). Buckley (2008) mengungkapkan kekambuhan pasien skizofrenia dapat berkurang signifikan dari 65% menjadi 25% jika mendapat perawatan yang maksimal dari keluarga selama berada dirumah. Sebaliknya jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, mereka akan cenderung mudah kambuh.

Dalam proses kesembuhan, penderita skizofrenia membutuhkan caregiver untuk mendukung, merawat, dan memenuhi kebutuhan pasien skizofrenia, keluarga sebagai pendamping serta perawat juga sangat berpengaruh terhadap kekambuhan penderita skizofrenia. Daya dukung yang buruk berpengaruh pada pasien skizofrenia sehingga memiliki 6 kali lipat mengalami kekambuhan dibandingkan keluarga yang memiliki dukungan baik (Isak, 2015).

Anggota keluarga yang berperan sebagai caregiver, tentunya memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting agar dapat merawat pasien skizofrenia dirumah dengan baik. Beberapa penelitian didapatkan bahwa beberapa faktor caregiver yang berhubungan dengan kekambuhan pasien skizofrenia antara lain faktor pengetahuan dandukungan (support) (Felicia, 2012), kualitas hidup (Rafiyah, 2011), dan peristiwa hidup yang penuh stress selama merawat pasien (Farkhah, dkk, 2017).

METODE

Desain penelitian ini adalah Deskriptif Korelatif dengan pendekatan Cross-Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan. Penelitian ini telah dilaksanakan di Poliklinik RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan.

Populasi dalam penelitian adalah yang menjadi caregiver pasien penderita skizofrenia yang berobat di poliklinik RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan berjumlah 4.615 responden. Sampel penelitian ini sebanyak 79 responden. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling, dengan kriteria inklusi: careciver sudah merapat lebih dari 6 bulan dan tinggal bersama pasien. jumlah sampel yang akan diambil sampai memenuhi sebanyak 79 responden. Kuesioner dukungan caregiver sebanyak 11 pernyataan, sudah di uji validas dan reabilitas dengan

Cronbach’s

Alpha yaitu 0,821. Analisa bivariat dalam

penelitian ini menggunakan

Uji Chi-Square

dengan p-value < 0,05.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Dukungan Caregiver Pasien Skizofrenia

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Dukungan Caregiver n %

Baik

Kurang 38 41 48.1 51.9

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas dukungan caregiver pada responden penderita skizofrenia dalam kategori kurang sebesar 51.9.%.

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa mayoritas frekuensi kekambuhan pasien >2 kali sebanyak 35.4%. Frekuensi Kekambuhan n % 1 Kali 2 Kali >2 kali 25 26 28 31.6 32.9 35.4

(3)

Tabel

3. Tabulasi Silang Hubungan

Dukungan

Caregiver dengan Frekuensi Kekambuhan

Pasien Skizofrenia

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa dukungan caregiver mayoritas baik 48,1% dengan frekuensi kekambuhan 1 kali sebanyak 22.8%, frekuensi kekambuhan 2 kali sebanyak 15.2%, dan frekuensi kekambuhan >2 kali sebanyak 10.1%. sedangkan dukungan caregiver kurang dengan frekuensi kekambuhan 1 kali sebanyak 8.9%, frekuensi kekambuhan 2 kali sebanyak 17.7%, dan frekuensi kekambuhan >2 kali sebanyak 25.3%.

Dari hasil uji statistik Chi-square diperoleh bahwa nilai p =0.007 (< 0.05) berarti “ada hubungan signifikan antara dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di Poliklinik rumah sakit jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Provinsi Medan”.

PEMBAHASAN

Dukungan Caregiver

Hasil

penelitian yang telah dilakukan pada responden, dapat dilihat bahwa dukungan caregiver dalam kategori kurang sebanyak 51.9%. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner yang dibagikan oleh peneliti, sebanyak 41 responden mengatakan tidak sepenuhnya memberikan dukungan kepada pasien ketika dirumah, seperti tidak memberi kepercayaan pada pasien dalam melakukan aktivitas sendiri, kurang membimbing pasien yang sakit untuk menjaga kebersihan diri, kurang memperhatikan kesediaan obat-obatan yang dibutuhkan pasien yang sakit sesuai anjuran dokter, kurang memberikan pujian kepada pasien saat mampu mengatasi masalah yang dihadapi, kurang mengikutsertakan pasien

yang sakit dalam memutuskan atas kesadaran dirinya untuk berobat.

Peran keluarga sebagai caregiver sangat penting pada saat melakukan perawatan terhadap pasien yang mengalami skizofrenia. Peran caregiver dalam hal ini yaitu memberikan dukungan, perhatian, motivasi serta materi dalam pengobatan pasien. Dukungan caregiver merupakan seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut. Menurut Awad dan Voruganti (2010), aspek ekonomi sangat memengaruhi dukungan caregiver untuk konsisten dalam memberikan perawatan kepada pasien skizofrenia di rumah.

Frekuensi Kekambuhan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada caregiver pasien skizofrenia di RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan tahun 2018 menunjukkan bahwa mayoritas dengan frekuensi kekambuhan >2 kali sebanyak 35.4%. Hal ini diperoleh dari hasil jawaban responden sebanyak 79 orang dan kuesioner frekuensi kekambuhan dengan 1 penyataan berbentuk checklist.

Menurut Buckley (2008), kekambuhan pasien skizofrenia dapat berkurang signifikan dari 65% menjadi 25% jika mendapat perawatatan yang maksimal dari keluarga selama berada di rumah. Faktor-faktor keluarga sebagai caregiver meliputi dukungan keluarga, pengetahuan keluarga tentang pengobatan Dukungan

Caregiver 1 Kali Frekuensi Kekambuhan 2 Kali > 2 Kali Total p

n % n % n % n %

0.007

Baik 18 22.8% 12 15.2% 8 10.1% 38 48.1%

Kurang 7 8.9% 14 17.7% 20 25.3% 41 51.9%

(4)

skizofrenia, peristiwa kehidupan yang penuh stres, dan kualitas hidup keluarga sebagai caregiver.

Faktor lain selain dukungan caregiver sendiri yang membuat adanya kekambuhan pasien dapat dipengaruhi oleh regimen terapeutik yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang tidak tuntas, pengetahuan keluarga pasien dalam menangani penyakit skizofrenia yang sangat minim, sikap dan perilaku keluarga dalam memeperlakukan pasien, dukungan petugas rumah sakit atau case- manager dalam mengkaji gejala pasien saat kambuh, dan faktor lingkungan atau stigma yang masih kurang nyaman dirasakan pasien serta frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia dipengaruhi oleh emosi keluarga yang melakukan perawatan (Keliat, 1996; Pardede, dkk 2016).

Hubungan Dukungan Caregiver dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square penelitian hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di poli psikiatri rumah sakit jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Daerah Provsu Medan menunjukkan, diperoleh bahwa nilai p = 0.007 yang artinya ada hubungan signifikan antara dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia.

Apabila dukungan caregiver baik maka frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia akan berkurang, sehingga penyakit skizofrenia terkendali dan jika dukungan tidak ada maka frekuensi kekambuhan pasien akan mengalami peningkatan. Dukungan sosial menjadi salah satu penyangga bagi individu saat menghadapi berbagai kesulitan. Adanya dukungan caregiver menjadikan frekuensi kekambuhan pasien berkurang, sehingga caregiver mampu dalam menjalani perannya sebagai pengasuh pasien.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dukungan caregiver pada pasien skizofrenia mayoritas kurang. Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia mayoritas > 2 kali. Ada hubungan dukungan caregiver dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia rawat jalan di poliklinik rumah sakit jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan dengan nilai p= 0.007 ; p = <0.05.

Tim Medis Rumah Sakit Jiwa perlu menyusun program untuk memberi intervensi pada penderita skizofrenia dan memotivasi caregiver untuk memberikan dukungan pada pasien skizofrenia dalam menjalankan pengobatannya. Peneliti selanjutnya disarankan untuk membuat desain dan alat ukur penelitian yang berbeda, serta meneliti tentang faktor-faktor stress caregiver, kualitas hidup caregiver, dan pengetahuan caregiver, yang berhubungan dengan frekuensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang sedang rawat jalan.

DAFTAR PUSTAKA

Awad, G., & Voruganti L.N. (2008). The burden of Schizophrenia on Caregivers: Journal of Pharmacoeconomics, 26(2), 149-62.

Buckley, P.F. (2008). Schizophrenia, in DiPiro, (eds) Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach, ed.7th, Mc Graw Hill, USA.

Farkhah, L., Suryani, S., & Hernawaty, T. (2017). Faktor Caregiver dan Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal

Felicia dkk, (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol: 1, No.4.

Isak, P.S. (2015). Hubungan keluarga pasien terhadap kekambuhan skizofrenia, di BLUD RSJ Aceh. Jurnal kedokteran syiah kuala, 15(2).

Keliat, B. A. (1996). Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. Jakarta: EGC. Keliat, B.A., & Pawirowiyono, A. (2015).

Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2. Jakarta: EGC.

Kurnia dkk, (2012). Makna Hidup Penderita Skizofrenia Pasca Rawat Inap. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol. 1 No. 02, 145-151.

(5)

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166 Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., &

Laia, R. (2016). EKSPRESI EMOSI

KELUARGA DENGAN FREKUENSI

KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA. Idea Nursing Journal, 7(3), 53-61.

Rafiyah, I. (2011). Burden on family caregivers caring for patients with schizophrenia and its related factors. Nurse media journal of nursing, 1(1), 29-41.

Riskesda (2013). Penyajian Pokok Pokok Hasil Riset

Kesehatan Dasar 2013.

http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Dat a%20Riskesdas%202013.pdf

Riskesdas (2018) Hasil Utama Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan.

https://www.kemkes.go.id/resources/download/ info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf

itchie, H & Roser M (2018) Mental Health: Our

World in Data.

https://ourworldindata.org/mental-health

Stuart, G.W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. (9 th ed.). St. Louis: Moby Elsevier.

(6)

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  dan  Persentasi  Dukungan Caregiver Pasien Skizofrenia
Tabel  3. Tabulasi Silang Hubungan  Dukungan  Caregiver dengan Frekuensi Kekambuhan  Pasien Skizofrenia

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Pelanggaran Hak

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada pengaruh antara model pembelajaran integrasi PBL dan LC7E , model

Serangga tanah yang ditemukan sebanyak 34 spesimen terdiri dari 8 ordo dan 18 famili, pada Cagar Alam Manggis Gadungan CAMG ada 7 ordo 16 famili dan 633 individu terdiri dari

Dalam hal terjadi kondisi dimana seluruh Transaksi Pembelian tidak dapat dilakukan secara langsung kepada Pemerintah, maka Pemerintah dapat membuka kesempatan bagi calon

Dalam penelitian ini buku saku yang dibuat menyajikan gambar-gambar yang lebih bervariasi, yaitu gambar tumbuhan secara keseluruhan, bagian tumbuhan yang digunakan,

Dalam rangka melakukan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “REDUKSI WASTE DAN PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PRODUK INDIHOME MENGGUNAKAN METODE LEAN SERVICE DAN

terpentin yang dihasilkan berupa bagian minyak atsiri yang dapat digunakan dalam.. bidang farmasi ataupun industri, bidang farmasi minyak terpentin dari

dalam keterampilan teknik permainan bola voli melalui modifikasi permainan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Kampar pada siklus I rata-rata sebesar 67.2 termasuk