• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN PROBLEMATIC INTERNET USE (PIU) PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN PROBLEMATIC INTERNET USE (PIU) PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi,

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

M Imam Ardiansyah 12320147

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2018

(2)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi,

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

M Imam Ardiansyah 12320147

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2018

(3)
(4)
(5)

iv

Segala puji dan syukur pada Zat yang Maha Agung, Allah Subhanahu wa taalla,

atas segala rahmat, hidayah, nikmat dan hikmah kehidupan yang dianugerahkan pada penulis sehingga karya kecil ini ini dapat terselesaikan

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

Ayahanda Mawardi Oemar dan Ibunda Tercinta Sri Mindarti Atas segala kasih sayang, cinta, perjuangan, pengorbanan, keringat, kesabaran,

pengertian, perhatian, sujud, untaian doa, dan dukungan dalam bentuk apapun yang tiada hentinya diberikan selama ini, dan sampai kapanpun tidak akan dapat

terbalas oleh penulis Mbak Ika Ardianni

Atas segala dukungan serta doa untuk kelancaran proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai

(6)

v

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain."

(Q. S. Al Insyirah ayat 5-7)

“Ilmu pengetahuan itu bukanlah yang dihafal, melainkan yang memberi manfaat.” (Imam Syafi’i)

"Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."

( Ir. Soekarno)

“Membahagiakan diri terlebih dahulu sebelum membahagiakan orang lain” ( M Imam Ardiansyah)

(7)

vi

Alhamdulillahi Robbil‘aalamiin. segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'alla, Tuhan Semesta alam. Shalawat serta salam selalu terlantun kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam beserta keluarga, para sahabat serta pengikut-pengikutnya yang shaleh dan shaleha hingga akhir waktu nanti.

Penulis menyadari bahwa selama menjalani proses penyusunan skripsi ini, telah banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan, dorongan, motivasi, masukan, dan doa yang diperlukan penulis dari mulai persiapan hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.,Sc. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya yang senantiasa memberikan dukungan bagi seluruh mahasiswa Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

3. Ibu Ike Agustina S.Psi, M.si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendampingi dan memberikan bimbingan serta nasehat-nasehat selama menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

(8)

vii menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Penguji Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini agar menjadi lebih baik.

6. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia atas semua ilmu, bimbingan, dan pengalaman yang telah dibagikan kepada penulis dan membuat penulis menjadi orang yang semakin kaya dan bermanfaat.

7. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya serta Perpustakaan Pusat Universitas Islam Indonesia, dan Staf Akademik.

8. Laboratorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya yang senantiasa membantu dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

9. Teruntuk sahabat-sahabatku yang telah menambah warna dalam kehidupanku selama di kota pelajar ini, anak kos putra bu debyo dan kos ahsan.

10. Teruntuk Keluarga KKN UII terimakasih atas bantuan yang telah kalian berikan.

11. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan di kampus tercinta jurusan Psikologi angkatan 2012, senang bisa kenal dengan kalian semua. Kalian semua orang hebat, dan semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan dicintai Allah S.W.T.

(9)

viii

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala mencatat semua kebaikan yang telah ditebarkan sebagai amal sholeh, diberikan pahala dan kebaikan yang sepantasnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Akhir kata dan tiada kata yang pantas terucap dari penulis selain memohon maaf apabila selama penulisan skripsi ini melakukan kekhilafan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi dan terutama bagi penulis sendiri.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 26 Desember 2018

(10)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8 C. Manfaat Penelitian ... 1. Manfaat Teoritis ... 2. Manfaat Praktis ... 8 8 9 D. Keaslian Penelitian ... 1. Keaslian Topik ... 2. Keaslian Teori ... 3. Keaslian Alat Ukur ...

9 9 11 11

(11)

x

1. Pengertian Harga Diri... 13

2. Aspek-aspek Harga Diri... ... 14

3. Karakteristik Individu dengan Harga Diri Tinggi dan Rendah .. 14

B. Problematic Internet Use (PIU)... 17

1. Pengertian PIU….... ... 17

2. Aspek-aspek PIU…... 3. Faktor Penyebab Terjadinya Gejala PIU... 19 20 C.Hubungan Antara Self Esteem dan Problematic Internet Use Pada Mahasiswa ... 21

D. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 25

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

1. Harga Diri (Self Esteem) ... 25

2. Problematic Internet Use (PIU) ... 25

C. Responden Penelitian ... 25

D. Metode Pengumpulan Data ... 26

1. Skala Rosenbergh Self Esteem Scale ... 26

2. Skala Problematic Internet Use (PIU) ... 26

(12)

xi

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 29

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian ... 29

1. Orientasi Kancah ... 29

2. Persiapan Penelitian ... 30

a. Persiapan Perizinan Penelitian... 30

b. Persiapan Alat Ukur Penelitian... 30

B. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Penelitian ... 1. Pelaksanaan Uji Coba Skala Penelitian ... 2. Hasil Uji Coba Skala ... a. Skala Problematic Internet Use ... 1). Validitas ... 2). Reliabilitas ... b. Skala Self Esteem ... 1). Validitas ... 2). Reliabilitas ... 30 30 31 31 31 33 33 33 34 C. Waktu dan Tempat Penelitian... D. Hasil Penelitian ... 35 35 1. Data Deskriptif ... 35

2. Hasil Uji Asumsi ... 36

(13)

xii

BAB V PENUTUP ... 40 A. Kesimpulan ... 40 B. Saran ...

1. Bagi Para Mahasiswa ... 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ...

40 40 41 DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN ...

(14)

xiii

Tabel 1 Skala Self Esteem…... 26

Tabel 2 Skala Problematic Internet Use... .. ... 26

Tabel 3 Distribusi Aitem-Aitem Skala Problematic Internet Use Setelah Uji Coba ... .. ... 31 Tabel 4 Skala Problematic Internet Use Setelah Uji Coba ... 32

Tabel 5 Distribusi Aitem-Aitem Skala Self Esteem Setelah Uji Coba... 34

Tabel 6 Skala Self Esteem Setelah Uji Coba ... ... 34

Tabel 7 Deskriptif Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 35

(15)

xiv

Lampiran 1 Skala Penelitian Sebelum & Setelah Try-out………....…… Lampiran 2 Validitas Dan Reliabilitas Variabel ……….……… Lampiran 3

Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

Hasil Uji Asumsi ... Tabulasi Data Penelitian ... Surat Izin Penelitian ... ... Surat Keterangan Selesai Penelitian ... ...

(16)

xv

M Imam Ardiansyah Sumedi P. Nugraha

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship betweeen self-esteem and problematic internet use (PIU) students at Islamic University of Indonesia. Hyphotesis in this study is there is a negative relationship between self-esteem and problematic internet use (PIU) students at Islamic University of Indonesia. Subjects in this study were 133 students at Islamic University of Indonesia, 87 male and 46 female students. This study uses two scales: (a) Rosenberg Self-Esteem Scale (10 aitems) with α = 0.831 and (b) Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (15 aitems) which refers to aspects of Caplan (2003) with α = 0.850. the results of the analysis using the technique of product moment Pearson’s correlation showed that there is a negative relationship between self-esteem and problematic internet use (r = - 0.257 and p = 0.003, p < 0.05).

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi terus berkembang dari hari ke hari, salah satunya adalah perkembangan teknologi pada bidang komunikasi. Saat ini perkembangan teknologi komunikasi tersebut semakin terasa manfaatnya bagi manusia, hampir pada semua bidang kehidupan manusia telah difasilitasi oleh sarana yang berbasis teknologi komunikasi, hal tersebut tentunya lebih memudahkan bagi manusia baik dari segi waktu, biaya, maupun tenaga, tentunya hal tersebut menjadi lebih efisien bagi kehidupan manusia.

Bentuk dari teknologi komunikasi adalah munculnya internet. Internet semakin dikenal dan menjadi familiar bagi hampir semua kalangan, baik bagi yang tua juga yang muda. Internet berkembang dan semakin dikenal secara luas sebagai sarana untuk pertukaran informasi, penelitian akademik, hiburan, komunikasi dan promosi. Melalui penggunaan internet, orang dapat lebih mudah mengakses informasi kapan saja dan di mana saja. Selanjutnya, internet juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk berbisnis, hal ini ditandai dengan munculnya perdagangan melalui situs online yang mempermudah transaksi jual beli tanpa harus bertemu langsung antara penjual dan pembeli.

Selain dalam bidang perdagangan, dengan adanya internet pun muncul pula beberapa layanan dari penyedia aplikasi jasa dan bertambah jumlahnya, seperti aplikasi Gojek, Grab, Uber, dan penyedia layanan jasa lainnya yang

(18)

secara mudah diakses menggunakan jaringan internet. Akses internet juga sangat berkembang dalam bidang hiburan dengan jejaring sosial yang saat ini banyak digunakan seperti Instagram, Path, facebook, twitter, yahoo, youtube, online game serta berbagai layanan lainnya yang semakin digemari oleh masyarakat.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa saat ini internet merupakan kebutuhan dan bagian dari kehidupan sehari-hari, adanya internet mempermudah akses baik pertukaran informasi, perdagangan, akademik, jasa, dan juga hiburan dengan hanya, mengaksesnya melalui dunia maya. Hal itu mempersingkat waktu para penggunanya sehingga aktivitas dapat lebih mudah dijalani dengan waktu yang lebih efisien.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah melakukan survey pada tahun 2016 bahwa pengguna internet di Indonesia tercatat mencapai 132,7 juta jiwa, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2017 yang mencapai 143,26 juta jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, pengguna internet di Indonesia terdiri dari 51,43 persen laki-laki. 48,57 persen perempuan. Selanjutnya berdasarkan rentang usia 13-18 tahun terdapat sebanyak 16,68 persen, dan pada rentang usia 19-34 tahun terdapat sebanyak 49,52 persen.

Mahasiswa merupakan kelompok belajar yang sudah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas atau kejuruan yang mendaftar dan diterima di universitas (Sarwono, 2002). Berdasarkan

(19)

rentang usia, mahasiswa berada pada rentang usia 18-21 tahun, berdasarkan rentang usia tersebut, sebagian mahasiswa dapat digolongkan dalam kategori kelompok remaja akhir (Monks, Knoers, & Harditono, 2001). Salah satu tugas perkembangan bagi remaja akhir adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebayanya (Hurlock, 1990). Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tugas perkembangan tersebut ialah berinteraksi dengan orang lain maupun teman sebaya. Terkait dengan upaya atau cara pencapaian tugas perkembangan tersebut, salah satu media yang sering digunakan dan digemari saat ini oleh para remaja pada umumnya untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan teman ialah melalui media internet.

Menurut Cao dkk (2011) bahwa individu yang berada pada masa remaja akhir cenderung menggunakan internet sebagai media untuk bersosialisasi. Pada mahasiswa, hampir segala aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas dari akses internet yang selalu terhubung pada genggaman melaui smartphone, bukan menjadi persoalan ketika akses internet digunakan untuk menunjang juga aktifitas akademik seperti mengakses jurnal, e-book, atau infomasi lainnya yang mendukung proses perkuliahan, akan tetapi kebanyakan mahasiswa tidak mampu terlepas dari akses internet melalu smartphone dan selalu setiap waktu berselancar dalam aktifitas dunia maya dengan berbagai aplikasi.

(20)

Bashir (2008) meyatakan bahwa secara mayoritas mahasiswa menggunakan internet dan para mahasiswa merasa bahwa internet merupakan alat fungsional yang berperan banyak dalam memberikan fasilitas untuk berinteraksi dengan orang lain dan memperoleh informasi terkait dengan pendidikan mereka. Niem (2014) juga mengatakan bahwa sebagian besar mahasiswa menggunakan media internet untuk tujuan akademis seperti mengerjakan tugas ataupun belajar dan sosial seperti berkomunikasi dengan keluarga serta teman. Akan tetapi, penggunaan internet yang berlebihan dapat berpotensi mengakibatkan penyalahgunaan internet, seperti yang di paparkan oleh Greenfield (1999) mengungkapkan bahwa perkembangan pesat dari internet yang sudah mudah diakses di rumah, sekolah, kantor, 6% dari penggunanya berpotensi mengakibatkan masalah penyalahgunaan internet.

Morahan & Schumacer (1998) mengungkapkan bahwa gangguan-gangguan dari pengaksesan internet secara berlebihan berhubungan dengan masalah sosial, akademik, keluarga, dan pekerjaan. Gejala-gejala yang muncul di antaranya keasikan mengakses internet, tidak mampu mengontrol penggunaan internet, berbohong atau menyembunyikan perilakunya, penarikan diri secara psikologis (psychological withdrawal), dan berlanjut menggunakan internet meskipun berdampak tidak baik.

Kwon (2011) menyatakan bahwa pada Tahun 2008, pemerintah Korea mengestimasi setidaknya 168.000 remaja Korea terkena penyalahgunaan

(21)

internet dan membutuhkan treatmen. Kemudian penelitian di beberapa negara juga menunjukkan bahwa penyalahgunaan penggunaan internet meningkatkan masalah kesehatan mental pada remaja.

Berdasarkan hasil observasi pada mahasiswa di fakultas psikologi Universitas Islam Indonesia, seringkali ditemui mahasiswa tidak terlepas dari akses penggunaan internet baik melalui mobile phone ataupun melalui akses pada tab dan notebook di saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Penggunaan internet di saat proses belajar mengajar menjadi wajar ketika mereka menggunakan internet untuk mengakses informasi terkait perkuliahan, seperti jurnal dan beberapa informasi lain, hanya saja yang banyak terjadi adalah mahasiswa kerapkali menggunakan internet untuk social media ataupun bermain game online sampai lupa akan waktu.

Wawancara dilakukan pada tiga orang mahasiswa fakultas psikologi UII, yang bernama E mengatakan bahwa dirinya kerap panik dan gelisah jika paket data internet di hp nya habis, dan senantiasa mencari akses wifi agar selalu bisa membuka instagram, menurutnya hal tersebut otomatis terjadi akibat seringnya membuka instagram di mana dan kapan saja, terkadang dirinya pun membuka instagram di saat proses kuliah berlangsung, yang dilakukan adalah untuk melihat update teman-teman, posting kegiatan, atau sekedar klik like pada update dari teman, dirinya mengatakan hal tersebut mengusir kebosanannya ketika proses kuliah berlangsung. Selanjutnya pada W yang mengatakan dirinya kerapkali

(22)

membuka beberapa aplikasi melalui akses internet ketika dirinya merasa kesepian di kost, N mengaku dengan banyaknya teman di jejaring sosial dirinya lebih mampu terhibur dengan beberapa percakapan walaupun terkadang belum pernah berjumpa dengan orang tersebut.

Selanjutnya pada R, yang mengatakan hal serupa bahwa dirinya sering mencuri waktu ketika proses kuliah dengan membuka aplikasi melalui sambungan internet atau wifi di hp maupun leptopnya, misalnya saja membuka aplikasi lagu, youtube atau instagram dan aplikasi lain yang menghubungkan dirinya dengan orang di beberapa belahan dunia, R mengaku bahwa dirinya sering mengakses internet untuk face time dengan beberapa kenalan dunia maya yang dianggapnya asik walaupun belum pernah berjumpa, R mengaku dengan adanya internet sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, misalnya saja memiliki teman baru dari belahan dunia lain.

Hal yang serupa juga dipaparkan oleh W yang mengatakan bahwa akses internet sangat sering membuatnya merasa terbantu, namun tak bisa dipungkiri juga hal tersebut terkadang membuatnya menjadi kurang fokus ketika kuliah karena tergoda untuk mengecek instagram, aplikasi chating, dan aplikasi lainnya yang diakses melalui internet.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa, keberadaan internet sangat membantu mahasiswa, hanya saja hal ini dapat menjadi gangguan ketika penggunaannya tidak mampu dikontrol

(23)

oleh individu, misalnya saja penyesuaian waktu dan tempat penggunaan internet tersebut.

Menurut Frangos (2011) mahasiswa dianggap sebagai kelompok yang rawan mengalami Problematic Internet Use dikarenakan mahasiswa memiliki banyak waktu luang karena jadwal yang tidak terstruktur serta universitas menyediakan akses yang tidak terbatas. Akan tetapi. hal tersebut akan menjadi masalah disaat individu merasa bahwa internet dapat membuat lebih nyaman dan percaya diri dalam melakukan interaksi menggunakan internet seperti media sosial daripada interaksi tatap muka dan bertemu langsung dengan orang lain, serta memiliki motivasi dalam menggunakan internet untuk meregulasi suasana hati (mood), jika terjadi yang demikian maka hal tersebut dapat dikatakan bahwa mereka mengalami gejala dari Problematic Internet Use (PIU).

Young (1997) mengungkapkan bahwa PIU adalah penggunaan internet untuk berbagai aktivitas daring (online) yang dilakukan secara berlebihan sampai ke tahap yang dapat memberikan dampak negatif bagi kondisi fisik, kesehatan psikologis, lingkungan sosial, kemampuan akademis, relasi dengan individu lain, dan berbagai area kehidupan lainnya

Individu biasanya akan mencari tindakan pelarian untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan negatif, salah satu hal yang biasa dilakukan adalah penggunaan internet, hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh

(24)

Young (2006), yang menyatakan bahwa individu menggunakan internet untuk melarikan diri dari masalah atau perasaan negatif (seperti putus asa, rasa bersalah, kelelahan, khawatir). Caplan (2002) juga menemukan bahwa penggunaan Internet yang bermasalah berhubungan dengan psikososial well-being seperti depresi, kesendirian, rasa malu dan self-esteem.

Beberapa penelitian yang telah dijelaskan diatas menunjukkan bahwa penggunaan internet yang bermasalah dapat memiliki hubungan spesifik dengan self-esteem seseorang. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut hubungan antara problematic internet use (PIU) dan self-esteem pada mahasiswa.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara problematic internet use (PIU) dan self-esteem pada mahasiswa-mahasiswi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikn sumbangan khususnya dalam hal pengembangan ilmu Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan maupun Psikologi Sosial sehingga dapat dipakai sebagai acuan penelitian berikutnya.

(25)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan gambaran secara khusus tentang self esteem pada mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi bila ditinjau dari problematic internet use (PIU) agar menjadi masukan bagi pihak mahasiswa itu sendiri, pihak kampus atau perguruan tinggi, dan dapat menjadi perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat.

D. Keaslian Penelitian 1. Keaslian Topik

Topik mengenai Problematic Internet Use dan Self Esteem sudah banyak dilakukan baik di dalam dan di luar negri, seperti yang dilakukan oleh Caplan, Williams, Yee (2009) dengan judul Problematic Internet use

and psychosocial well-being among MMO players. Penelitian ini dilakukan pada 105 mahasiswa kedokteran Jepang, yang menunjukkan bahwa kecanduan internet berhubungan dengan kesepian dan ketergantungan ponsel pada siswa Jepang.

Ceyhan (2011) meneliti dengan judul University Students’

Problematic Internet Use and Communication Skills according to the Internet Use Purposes, yang menunjukan hasil bahwa bahwa penggunaan internet untuk hiburan dan interaksi sosial merupakan faktor risiko penting bagi munculnya gejala penggunaan internet yang bermasalah (PIU).

(26)

between Problematic Internet Use, Depressive Symptoms and Sleep Disturbance among Southern Chinese Adolescents. Penelitian ini untuk memeriksa hubungan antara penggunaan Internet yang bermasalah, depresi dan gangguan tidur, dan mengeksplorasi apakah ada efek diferensial dari penggunaan Internet yang bermasalah dan depresi pada gangguan tidur. Penelitian ini memberikan bukti bahwa penggunaan Internet yang bermasalah dan depresi memiliki efek mediasi parsial pada gangguan tidur.

Andangsari dan Fitri (2016) pada penelitiannya yang berjudul Problematic Internet Use Pada Pengguna Facebook di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel dari penelitian ini adalah 82 siswa SMA di Jakarta Barat. Mereka diberi kuesioner GPIUS2 yang dibuat oleh Caplan. Hasil penelitian adalah sebagian besar remaja memiliki skor rendah pada penggunaan internet bermasalah terutama dalam penggunaan Facebook. Namun, ada korelasi positif yang signifikan antara penggunaan internet problematis (PIU) dan perasaan remaja ketika smartphone mereka tertinggal di rumah.

Sideli, Cascia, Sartorio, Dkk (2017) Internet of out control : The Role of Self Esteem and Personality Traits in Pathological Internet Use, penelitian ini menunjukan bahwa Penggunaan Internet patologis dikaitkan dengan usia, perasaan rendah diri dan

(27)

kompetensi yang tidak memadai, impulsivitas atau pencarian sensasi, agresi-permusuhan, dan sosialisasi. Namun, dalam model regresi linier berganda, hanya sosiabilitas, agresi-permusuhan, kompetensi, dan usia menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam prediksi PIU. Penelitian ini memperluas penelitian sebelumnya, temuan menunjukkan bahwa harga diri yang rendah, agresi-permusuhan tinggi, dan sosialisasi yang tinggi merupakan faktor risiko yang signifikan untuk PIU.

Rahmania dan Yuniar (2012) Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder Pada Remaja Putri. Penelitian ini menunjukan bahwa ada korelasi yang signifikan antara self-esteem dengan kecenderungan body dysmorphic disorder. Dari hal tersebut belum ada penelitian yang menghubungkan pengaruh Problematic Internet Use pada Self Esteem mahasiswa , sehingga dapat dikatakan bahwa topik dalam penelitian ini adalah asli.

2. Keaslian Teori

Pada penelitian ini variabel problematic internet use (PIU) mengacu pada teori dan aspek Caplan (2002) dan pada variabel self esteem mengacu pada teori dan aspek Rosenberg (2007).

3. Keaslian Alat Ukur

(28)

Rosenbergh Self-Esteem Scale (RSES) hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andangsari dan Fitri (2016) yang menggunakan alat ukur GPIUS2.

4. Keaslian Subjek Penelitian

Pada penelitian Andangsari dan Fitri (2016) subjek penelitian merupakan 82 remaja SMA di Jakarta Barat. Pada penelitian ini subjek penelitian adalah mahasiswa universitas islam Indonesia .

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Diri (Self Esteem) 1. Pengertian Harga Diri (Self Esteem)

Definisi harga diri yang dinyatakan oleh Rosenberg (1965), harga diri merupakan evaluasi yang dilakukan individu secara positif maupun negatif kepada suatu objek. Santrok (2003) juga mengungkapkan harga diri merupakan dimensi evaluatif yang dilakukan secara menyeluruh dari diri individu.

Selajnjutnya, Baron dan Bryne (2012) memaparkan pula bahwa harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang positif sampai negatif. Coopersmith (Mruk, 2006) juga mengemukakan bahwa harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh seseorang berlandaskan pada seberapa mampu individu tersebut dapat melaksanakan suatu aktifitas, seberapa baik individu itu dalam memenuhi standar etis atau agama, seberapa besar individu itu merasa diterima oleh lingkungan di sekitarnya, dan seberapa besar pengaruh yang dimiliki dalam dirinya.

Individu yang masuk pada kategori remaja, dapat mengevaluasi dirinya sendiri melalui harga dirinya berdasarkan pada perasaan keberhargaan dirinya yang bisa berupa perasaan-perasaan positif atau negatif (Rosenberg, 2006). Selain itu, Mruk (2006) menjelaskan juga bahwa harga diri merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap

(30)

dirinya sendiri yang dapat dilihat dari perasaan berharga atau tidak berharga.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian subyektif seseorang terhadap dirinya sendiri dalam mengevaluasi dirinya yang mana bisa berupa perasaan-perasaan positif maupun negatif.

2. Aspek-Aspek Harga Diri

Rosenberg (2014) mengungkapkan bahwa harga diri seseorang tersusun atas self acceptance dan self respect, yaitu:

1. Self acceptance (Penerimaan diri)

Menggambarkan bagaimana individu mampu menerima segala sesuatu yang ada dalam dirinya.

2. Self respect (Menghormati diri sendiri)

Menggambarkan bagaimana individu mampu menghargai dan menghormati keberadaan dirinya sendiri.

Dari uraian diatas maka aspek-aspek harga diri yang digunakan dalam penelitian ini dari Rosenberg yang terbagi menjadi dua yaitu self acceptance (Penerimaan diri) dan self respect (Menghormati diri sendiri).

3. Karakteristik Individu Dengan Harga Diri Tinggi dan Rendah

Rosenberg (1997) menyatakan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi akan menghormati menganggap dirinya sebagai individu yang berguna, sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah tidak dapat

(31)

menerima dirinya dan menganggap dirinya tidak berguna dan selalu kekurangan. Harga diri menggambarkan sebagai sikap suka dan tidak suka terhadap dirinya.

Menurut Rosenberg dan Owens (2010) terdapat karakteristik individu yang memiliki harga diri tinggi dan rendah, hal tersebut dipaparkan sebagai berikut:

Harga Diri Tinggi 1. Merasa puas dengan dirinya 2. Bangga menjadi diri sendiri

3. Lebih sering merasa senang dan bahagia 4. Menanggapi pujian dan kritik sebagai masukan 5. Dapat menerima kegagalan dan bangkit dari kekecewaan akibat kegagalan

6.Memandang hidup secara positif dan dapat mengambil positif dari kejadian yang dialami

7.Menghargai tanggapan orang lain senagai umpan balik

8. Menerima peristiwa negatif yang terjadi pada diri dan berusaha memperbaikinya

9. Mudah untuk berinteraksi, berhubungan dekat dan percaya pada orang lain

10. Berani mengambil resiko 11. Optimis

12. Berpikir konstruksi (dapat mendorong diri sendiri)

Harga Diri Rendah 1.Merasa tidak puas dengan dirinya

2. Ingin menjadi orang lain atau berada di posisi orang lain

3. Lebih sering mengalami emosi yang negatif (stress, sedih, dan marah)

(32)

4. Sulit menerima pujian, tapi terganggu oleh kritik 5. Sulit menerima kegagalan dan kecewa berlebihan saat gagal

6. Memandang hidup dan berbagai kejadian dalam hidup sebagai hal yang negatif

7.Menganggap tanggapan orang lain sebagai kritik yang mengancam

8. Membesar-besarkan peristiwa negatif yang pernah dialaminya

9.Sulit untuk berinteraksi, berhubungan dekat dan percaya pada orang lain

10. menghindar dari risiko

11. Bersikap negatif (sinis) pada orang lain atau institusi yang terkait dengan dirinya

12. Pesimis

13. Berfikir yang tidak membangun (merasa tidak dapat membantu diri sendiri)

Secara umum harga diri dapat digolongkan dalam tiga tingkat yaitu harga diri tinggi, harga diri sedang, dan harga diri rendah. Pada setiap tingkat memiliki karakteristik tertentu yang dapat ditampilkan individu (Mruk, 2006). Meskipun demikian, karakterikstik harga diri sedang, jarang dibahas dalam berbagai literatur dan penelitian. Oleh sebab itu berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga diri dalam penelitian ini membagi harga diri menjadi harga diri tinggi dan harga diri rendah.

(33)

B. Problematic Internet Use (PIU)

1. Pengertian Problematic Internet Use

Konsep Problematic Internet Use diajukan oleh Shapira, dkk (2003) dan diasosiasikan dengan kriteria gangguan kendali impuls atau Impulse Control Disorder yang disingkat sebagai ICD, dalam DSM IV-TR. Problematic Internet Use dikarakteristikan sebagai ketidakmampuan individu dalam mengendalikan penggunaan internet yang akan menimbulkan distress dan/atau ketidaknyamanan, serta penurunan fungsi kehidupan dari aktivitas sehari-hari individu tersebut, baik secara sosial, pendidikan, pekerjaan, maupun psikis (Shapira, dkk, 2003).

Menurut Beard & Wolf (2001) PIU adalah penggunaan internet yang mengakibatkan kesulitan dalam hal sosial, sekolah dan psikologis pada kehidupan seseorang. Sedangkan menurut Shapira (2000)

Caplan Dkk (2009) menyatakan bahwa Problematic Internet Use (PIU) merupakan sindrom multidimensional yang terdiri dari gejala kognitif, emosional, dan perilaku yang mengakibatkan kesulitan seseorang dalam mengelola kehidupannya disaat offline.

Problematic Internet Use dapat mengakibatkan individu menghabiskan jumlah waktu yang terus meningkat dalam aktivitas

online yang mengarah ke penarikan sosial, pengabaian diri, pola makan yang buruk, dan masalah keluarga (Cao dkk, 2011).

Diagnosis ICD NOS dalam DSM IV-TR, menjelaskan bahwa Problematic Internet Use yaitu menggunakan kriteria terkait adanya

(34)

perasaan khidmat yang bersifat maladaptif dalam penggunaan internet dan setidaknya ditunjukkan oleh salah satu simtom dari menggunakan internet dianggap sebagai pengalaman yang tidak tertahankan, penggunaan internet secara berlebih, penggunaan internet secara klinis menyebabkan distress, serta tidak terjadi secara khusus selama periode hipomania atau periode mania.

Kriteria lain oleh Young (2011), berdasarkan diagnosis patologis judi dari DSM IV. Individu dapat dikatakan mengalami PIU apabila memenuhi tiga kriteria atau lebih, selama jangka waktu 12 bulan. Kriteria yang dimaksudkan antara lain penggunaan internet secara berlebih; perasaan sangat membutuhkan; timbul simtom penarikan diri; terdapat fenomena toleransi; serta adanya perilaku “kambuh”.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Problematic Internet Use (PIU) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang masalah terkait penggunaan internet. PIU dapat ditandai dengan ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internet, dimana memunculkan kesulitan dan gangguan fungsional dalam kehidupan sehari-hari. PIU merupakan sindrom multidimensional yang terdiri dari tanda-tanda kognitif maladaptif dan perilaku yang menghasilkan hal negatif dalam sosial, akademis atau konsekuensi professional.

(35)

2. Aspek-Aspek Problematic Internet Use (PIU)

Caplan (2003) menyebutkan bahwa terdapat empat dimensi dalam menggambarkan PIU (problematic internet use) pada seseorang, yaitu: a. POSI (Preference for Online Social Interaction)

POSI adalah gejala kognitif yang penting dari PIU yang secara umum dicirikan dengan keyakinan bahwa individu akan lebih aman, lebih efektif, lebih percaya diri, dan lebih nyaman interaksi interpersonal secara online dan berhubungan dengan orang lain daripada kegiatan tatap muka secara langsung.

b. Mood Regulation

Merupakan gejala kognitif umum dari PIU yang mencerminkan motivasi individu menggunakan internet untuk meningkatkan keadaan suasana hati.

c. Deficient Self-Regulation

Berpusat pada kegagalan yang dialami oleh individu ketika mereka mencoba untuk memantau dan menilai penggunaan internet mereka disaat individu mencoba untuk menyesuaikan pola penggunaan internet yang individu lakukan.

d. Negative Outcomes

Merupakan salah satu tema yang paling sering muncul dari literatur PIU mengenai individu yang melaporkan hasil negatif yang terkait dengan penggunaan internet mereka yang muncul secara khusus untuk

(36)

tertarik pada fungsi interpersonalnya (seperti ruang obrolan online, game yang interaktif, dan pesan instan).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek problematic smartphone use dalam penelitian ini adalah POSI, mood regulation, deficient self-regulation, dan negative outcomes.

3. Faktor penyebab terjadinya Gejala PIU

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa PIU (problematic internet use) memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan beberapa faktor dibawah ini :

- Depression (Ceyhan & Ceyhan, 2008; Keser Özcan & Buzlu, 2007; Yang & Tung, 2007; Yen, Ko, Yen, Wu, & Yang, 2007; Whang et al., 2003; Young & Rogers, 1998),

- Low self-esteem (Niemz, Griffiths, & Banyard, 2005; Wu & Cheng, 2007; Yang & Tung, 2007),

- Loneliness (Ceyhan & Ceyhan, 2008; Erdoğan, 2008; Keser Özcan & Buzlu, 2007; Moody, 2001; Nalwa & Anand, 2003, Whang, Lee, & Chang, 2003),

- The symptoms of antisocial tendencies and external control (A. A. Ceyhan & E. Ceyhan, 2007),

- Psychological symptoms (Ceyhan, 2008), shyness (Chak & Leung, 2004),

(37)

- Low social support (Keser Özcan & Buzlu, 2007; Wu & Cheng, 2007), - Pleasure with the internet (Aslanbay, 2006).

C. Hubungan Antara Harga Diri dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

Pada mahasiswa, umunya segala aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas dari akses yang dihubungkan melalui internet. Akses internet selalu terhubung pada genggaman melaui smartphone. Pada sebagian kebutuhan mahasiswa, bukan menjadi persoalan ketika akses internet digunakan untuk menunjang aktifitas akademik seperti mengakses jurnal, e-book, atau infomasi lainnya yang mendukung proses perkuliahan, akan tetapi kebanyakan mahasiswa tidak mampu terlepas dari akses internet melalu smartphone dan selalu setiap waktu berselancar dalam aktifitas dunia maya dengan berbagai aplikasi.

Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997) masa remaja ada pada rentang usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian

(38)

(Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.

Berdasarkan rentang usia, mahasiswa berada pada rentang usia 18-21 tahun, berdasarkan rentang usia tersebut, sebagian mahasiswa masuk pada kelompok kategori remaja akhir (Monks, Knoers, & Harditono, 2001). Pada remaja salah satu tugas perkembangan yang penting untuk dipenuhi adalah tercapainya hubungan baru yag lebih matang dengan teman sebaya , baik dengan teman laki-laki maupun perempuan (Hurlock, 1990). Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok.

Teknologi komunikasi yang terus berkembang menjadikan remaja mengikuti perkembangannya, termasuk penggunaan internet. Melalui internet, remaja dapat melakukan banyak hal, seperti bermain game online, chatting, membuka media sosial, dan banyak hal lainnya. Penggunaan internet yang cenderung mudah, membuat banyak pengguna merasakan manfaat yang didapatkan dari penggunaan interne, terkadang tidak disadari bahwa dari penggunaan internet dapat memunculkan dampak negatif.

Individu dengan problematic internet use selain kurang memiliki kontrol dalam penggunaan internetnya, individu yang menggunakan internet secara berlebihan, mengakibatkan berkurangnya interaksi langsung secara tatap muka dengan orang

(39)

lain. Hal ini berakibat pada munculnya gangguan anxiety, studi yang dilakukan oleh Leary & Kowalsky (Caplan, 2005) mengatakan bahwa, ada hubungan antara kurangnya kemampuan dalam bersosialisasi secara langsung dengan social anxiety. Selain dapat disebabkan oleh kurangnya interaksi secara langsung terdapat faktor lain yang mempengaruhi PIU, yaitu kesulitan waktu individu untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan.

Individu dengan PIU cenderung berkomunikasi secara online dengan mempresentasikan diri mereka sebaik mungkin untuk mendapatkan kesan positif dari orang lain, sehingga terkadang kesan yang diberikan tidak sesuai dengan aslinya. Situasi ini yang membuat individu dengan PIU mengalami social anxiety (Leary & Kowalsky, 1995 dalam Caplan, 2005).

Banyak permasalahan pada remaja akhir yang ditemui pada mahasiswa. Mahasiswa yang berada pada universitas terdiri dari beberapa individu yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan karekteristik yang berbeda-beda pula. Mahasiswa memulai interaksi sosialnya dengan bertemu teman-teman baru yang belum mereka kenal sebelumnya. Hal inilah yang bisa menimbulkan kecemasan dalam diri mereka.

Kecemasan sosial yang dialami oleh mahasiswa, mengakibatkan mereka cenderung menarik diri dari lingkungan nyata dengan membangun harga diri melalui dunia maya, yaitu mengakses internet untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertatap muka. Berdasarkan fenomena

(40)

mengenai harga diri dan problematic internet use pada mahasiswa, maka peneliti akan melihat hubungan antara harga diri dengan problematic internet use pada mahasiswa.

D. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan yang negatif antara self-esteem dan PIU pada mahasiswa. Semakin rendah self-esteem maka semakin tinggi PIU pada mahasiwa Universitas Islam Indonesia.

(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara self esteem dan problematic internet use pada mahasiswa UII. Untuk membuktikan secara empiris hipotesis tersebut, maka variable yang akan dikaji yaitu :

1. Variabel Bebas : Harga Diri (Self Esteem)

2. Variabel Tergantung : Problematic Internet Use (PIU) B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Harga Diri (Self Esteem)

Harga diri dalam penelitian ini adalah skor evaluasi individu yang berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri yang terukur melalui skala harga diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi harga diri subjek.

2. Problematic Internet Use (PIU)

Problematic Internet Use (PIU) dalam penelitian ini adalah skor evaluasi individu yang berhubungan dengan penyalahgunaan internet terhadap dirinya sendiri yang terukur melalui skala PIU. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi PIU subjek.

C. Responden Penelitian

Responden penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

(42)

Indonesia. Karakteristik responden pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 sampai 2017.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner dengan skala likert. Penelitian ini menggunakan Skala RSES (Rosenberg Self Esteem Scale) dan Skala GPIUS 2 ( Generalized Problematic Internet UseScale 2).

1. Skala RSES (Rosenberg Self Esteem Scale)

Skala yang digunakan berisikan 10 aitem yang, berisikan seperti berikut : Tabel 1

Skala Self Esteem

No Aspek Favorable Unfavorable Total

1 RSES 1, 3, 4 7, 10 2, 5, 6, 9 8 10 Total 5 5 10

2. Skala Problematic Internet Use (PIU)

Skala yang digunakan berisikan 15 aitem, yang berisikan seperti berikut : Tabel 2

Skala Problematic Internet Use (PIU)

No Aspek Favorable Total

1 POSI 1, 3, 13 3 2 Mood Regulation 4, 5, 8 3 3 Deficient 2, 6, 9, 10, Self Regulation 11, 12 6 4 Negative 7, 15, 14 3 Outcome Total 15 15

(43)

E. Validitas dan Realibilitas

Azwar (2008) mengatakan, suatu instrument alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenal tester tersebut, maka dari itu diperlukan instrumen atau skala pengukuran yang mampu mengungkapkan secara cermat dan konsisten sehingga informasi yang diperlukan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini menandakan bahwa betapa pentingnya suatu alat ukur dalam penelitian ilmiah.

1. Validitas

Azwar (1997) menjelaskan bahwa validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran.

Validitas umumnya dinyatakan secara empirik oleh suatu koefisien, yaitu koefisien validitas. Validitas dinyatakan korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang relevan. Koefisien validitas hanya memiliki makna apabila mempunyai nilai yang positif. Koefisien validitas yang tidak terlalu tinggi, yaitu berada berkisar angka 0,5 akan dianggap diterima dan memuaskan. Azwar (1999) memaparkan bahwa semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Jika jumlah tersebut dirasa

(44)

belum mencukupi sedikit batas kriteria 0,30 dapat diturunkan menjadi 0,25. Akan tetapi menurunkan batas kriteria menjadi 0,20 sangat tidak disarankan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama atau dapat dikatakan toleransi terhadap perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran (Azwar, 1997).

Reliabilitas akan dihitung dengan menggunakan koefisien alpha. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1.00. Apabila tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya jika tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 0 maka semakin rendah reliabilitasnya (Azwar,1997).

F. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows versi 16.0. Peneliti menggunakan bantuan SPSS untuk melakukan uji reliabilitas skala, uji normalitas, dan uji hipotesis.

(45)

29

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah

Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya memahami kancah atau tempat penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Islam Indonesia di Besi, Sleman. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa dan mahasiswi di Universitas Islam Indonesia. Universitas Islam Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Universitas Islam Indonesia terletak di utara Yogyakarta, pusat kebudayaan Jawa yang menghadap Gunung Merapi.

Universitas Islam Indonesia memiliki motto Values, Innovation, dan Perfection yang ditanamkan kepada Mahasiswa dan Mahasiswi. Universitas Islam Indonesia memiliki berbagai macam prodi untuk mendongkrak kemampuan mahasiswa dan mahasiswi sesuai prodi yang diinginkan. Universitas Islam Indonesia diisi dengan mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari berbagai tempat di Indonesia sehingga mampu membuat mahasiswa lebih memiliki banyak teman dari berbagai daerah.

(46)

2. Persiapan Penelitian

Persiapan untuk penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : a. Persiapan Perizinan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan peneliti menghubungi dosen prodi psikologi untuk meminta izin melakukan penelitian. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa dan mahasiswi di dalam kelas yang telah diberi izin oleh Dosen yang mengajar.

b. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu peneliti mempersiapkan alat ukur yang digunakan pada penelitian ini menggunakan skala sebagai ukur yang terdiri dari skala PIU (Problematic Internet Use) dengan jumlah 15 item dan skala Self-Esteem dengan jumlah 10 item. Peneliti dalam menentukan responden menggunakan teknik purposive sampling dilakukan dengan cara memilih mahasiswa yang memiliki ciri-ciri sebagai responden penelitian.

B. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba Skala Penelitian 1. Pelaksanaan Uji Coba Skala Penelitian

Proses uji coba skala penelitian ini dilaksanakan selama satu hari, yaitu pada tanggal 11 April 2018. Skala dibagikan 133 responden yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Indonesia.

(47)

2. Hasil Uji Coba Skala

Skala yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan skoring untuk kemudian dan dimasukkan dalam tabulasi data untuk kategori Problematic Internet Use dan Self-Esteem. Selanjutnya data dianalisis menggunakan SPSS 16.0 untuk mengetahui validitas dan realibilitasnya. Hasil estimasi validitas dan realibilitas skala Problematic Internet Use dan skala Self-Esteem sebagai berikut:

a. Skala Problematic Internet Use 1. Validitas

Aitem-aitem pada skala yang telah diisi lengkap kemudian diseleksi berdasarkan kriteria koefisien korelasi aitem total. Skala Problematic Internet Use batas yang digunakkan adalah 0.30 sehingga aitem yang memiliki indeks beda lebih besar dari atau sama dengan 0.30 layak dimasukkan dalam skala penelitian.

Tabel 3

Distribusi Aitem-Aitem Skala Problematic Internet Use Setelah Uji Coba

No Aspek Favorable Total Sahih Gugur 1 POSI 1, 3, 13 0 3 2 Mood 0 Regulation 4, 5, 8 3 3 Deficient 2, 6, 9, 10, 0 Self Regulation 11, 12 6

(48)

4 Negative 7, 15 14 3 Outcome

Total 14 1 15

Hasil analisis uji coba pada skala Identitas Diri dari 133 subjek menunjukkan bahwa dari 15 aitem yang dianalisis diperoleh 14 aitem yang sahih dan 1 aitem yang gugur. Hasil dari korelasi aaitem yang sahih dengan skor total skala menghasilkan rit (korelasi aitem total) dengan kisaran 0.30 sampai dengan 0.612. sebaran aaitem skala uji coba setelah uji validitas secera terperinci dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan tabel 3 diatas maka dapat dilihat jumlah aaitem yang gugur sebanyak 1 item, sedangkan yang sahih sebanyak 14 item. Aaitem-aaitem yang valid untuk mengukur Problematic Internet Use tersebut digunakan untuk penelitian dengan kompilasi bentuk akhir dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4

Skala Problematic Internet Use Setelah Uji Coba

No Aspek Aaitem Total

Favorable Unfavorable

1 POSI 1, 3, 13 0 3

2 Mood Regulation 4, 5, 8 0 3

3 Deficient 2, 6, 9, 10, 11, 12 0 6

(49)

4 Negative 7, 15 0 2 Outcome

Total 14 0 14

2. Reliabilitas

Estimasi reliabilitas pada skala PIU setelah uji coba menggunakan formula alpha cronbach dan hanya menyertakan aaitem-aaitem yang sahih. Skala Identitas Diri setelah uji coba memiliki koefisien sebesar 0.850 artinya alat tersebut handal dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian.

b. Skala Self-Esteem 1. Validitas

Aitem-aitem pada skala yang telah diisi lengkap kemudian diseleksi berdasarkan kriteria korelasi aitem total. Skala Self-Esteem batas yang digunakan adalah 0.30 sehingga item yang memiliki indeks beda lebih besar dari atau sama dengan 0.30 layak dimasukkan dalam skala penelitian.Hasil analisis uji coba pada skala Rosenbergh Self-Esteem Scale (RSES) dari 133 subjek menunjukkan bahwa dari 10 item yang dianalisis diperoleh 7 item yang sahih dan 3 item yang gugur. Sebaran item secera terperinci dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

(50)

Tabel 5

Distribusi aitem-aitem skala self-esteem setelah uji coba

No Aspek

Favorable Unfavorable

Total Sahih Gugur Sahih Gugur

1 RSES 1, 3, 4 7, 10 2, 5, 6, 9 8 10

Total 3 2 4 1 10

Tabel 6

Skala Self Esteem Setelah Uji Coba

No Aspek

Favorable Unfavorable

Total Sahih Gugur Sahih Gugur

1 RSES 1, 3, 4 0 2, 5, 6, 9 0 7

Total 3 0 4 0 7

Berdasarkan tabel 5 diatas maka dapat dilihat jumlah item yang gugur sebanyak 3 item, sedangkan yang sahih sebanyak 7 item. Item-item yang valid untuk mengukur Self-Esteem tersebut digunakan untuk penelitian dengan kompilasi bentuk akhir dapat dilihat pada tabel 6 diatas.

2. Reliabilitas

Estimasi reliabilitas pada skala Self-Esteem setelah uji coba menggunakan formula alpha Cronbach dan hanya menyertakan aitem-aitem yang sahih. Skala Self-Esteem setelah uji coba memiliki koefisien sebesar 0.831 artinya alat tersebut handal dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian.

(51)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 04 April 2018 sampai 06 April 2018 dengan jumlah subjek sebanyak 133 mahasiswa-mahasiswi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Setiap subjek memperoleh satu eksemplar skala yang berisi skala problematic Internet use yang berjumlah 15 aitem dan skala self-esteem yang berjumlah 10 aitem. Setelah semua data berupa skala yang sudah terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut kepada 133 subjek yang menjadi responden penelitian.

Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 133 mahasiswa-mahasiswi. Data yang akan dianalisis diperoleh dengan cara menyebar skala Problematic Internet Use dan skala Self-Esteem kepada responden penelitian. Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas serta uji hipotesis dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

D. Hasil Penelitian 1. Data Deskriptif

Data dekripsif adalah data yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini :

Tabel 7

Deskriptif Data Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Total

1 Perempuan 46

2 Laki-Laki 87

(52)

2. Hasil Uji Asumsi

A. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik statistik one sample Kolmogorov-Smirnov test dari program SPSS 16.0 for Windows. Kaidah yang digunakan yaitu data berdistribusi normal jika probalitas (sig) > 0,05.

Berdasarkan hasil normalitas pada variabel problematic Internet use menghasilkan nilai K-SZ dengan sig = 0.20 yang berarti memiliki (sig) > 0,05, dengan demikian variabel problematic Internet use telah memenuhi asumsi normalitas. Adapun pada variabel self-esteem menghasilkan nilai K-SZ sebesar sig = 0,007 yang berarti memiliki sig < dari 0,05, dengan demikinan variabel self-esteem tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini:

(53)

Tabel 8

Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai K-SZ Keterangan Problematic Internet

Use 0.20 sig > 0.05 (normal)

Self-Esteem 0.007 sig < 0.05 (tidak normal)

3. Hasil Uji Hipotesis

Pada uji hipotesis ini, penulis melihat korelasi antara problematic Internet use terhadap self-esteem pada mahasiswa-mahasiswi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Seperti di awal yang telah dijelaskan bahwa hipotesis pertama ini menyatakan bahwa terdapat korelasi antara problematic Internet use terhadap self-esteem pada mahasiswa-mahasiswi Universitas Islam Indonesia. Analisis data untuk mengetahui korelasi antara variabel problematic Internet use terhadap self-esteem menggunakan analisi korelasi product moment (pearson). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa korelasi antara variabel problematic Internet use dan variabel self-esteem menunjukkan koefisien korelasi r= -0,257 dengan nilai p= 0,003 (p<0,05) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif dan signifikan antara variabel problematic Internet use dengan self-esteem pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta diterima.

(54)

4. Hasil Analisis

Hasil analisis korelasi Product Moment yaitu nilai r = -0,257 dengan p = 0,003 (p < 0.05) terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara self-esteem dan problematic Internet use pada mahasiswa, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi “ada hubungan antara self-esteem dan problematic Internet use, dimana semakin rendah self-esteem maka semakin tinggi problematic Internet use pada Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta” diterima.

E. Pembahasan

Hasil uji korelasi membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara problematic Internet use terhadap self-esteem. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dapat diterima, hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (Spearman) r= -0,257 dan nilai p=0,003 (p<0,05). Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara problematic Internet use terhadap self-esteem. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa semakin rendah self-esteem pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta maka akan semakin tinggi pula PIUpada mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan berlaku sebaliknya semakin rendah PIU pada mahasiswa maka semakin tinggi pula self-esteem pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

(55)

Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah kurang banyaknya penelitian mengenai PIU dan harga diri yang mana dari penelitian itu mampu menjadi acuan dalam penelitian ini, serta PIU merupakan variabel secara umum sehingga ada banyak variabel yang cocok disandingkan sebagai variabel bebas.

(56)

40 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungannya self-esteem dan problematic Internet use pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti yaitu ada diterima. Semakin rendah self-esteem maka semakin tinggi problematic Internet use pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, begitupun sebaliknya. Hipotesis ini dapat diterima, artinya terdapat hubungan negative antara problematic Internet use terhadap self-esteem pada mahasiswa di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Para Mahasiswa

Mahasiswa sebaiknya mengurangi penggunaan internat yang berdampak pada penyalahgunaan Internet untuk lebih mengembangkan diri. Pengembangan tersebut dapat melaui memperbanyak interaksi denngan lingkingan sosial, bergabung dengan kegiatan positif baik di kampus maupun organisasi luar, memperbanyak berinteraksi secara langsung dengan teman serta keluarga dan melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat untuk diri pribadi, dan menghargai diri sendiri dengan percaya diri dalam kehidupan sosial.

(57)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis yang terakit dengan masalah problematic Internet use, hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi problematic Internet use. Faktor lainnya yaitu loneliness, depression, shyness , dan low social support. Serta mengumpulkan subjek penelitian yang lebih banyak agar hasil yang didapat juga cukup memuaskan dan juga proses analisis yang lebih mendetal agar memperkuat hasil yang didapat dari subjek penelitian.

(58)

Daftar Pustaka

Baron, & Bryne, D. (2012). Psikologi sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Beard, K. W. & Wolf, E. M. (2001). Modification in the Proposed Diagnostic Criteria forvInternet Addiction. Cyberpsychol Behaviour 8 (7) 120-383.

Caplan, S.E. (2005). A Social Skill Account of Problematic Internet Use. Journal of communication, 99, 65-736.

Caplan, S.E., Williams, D., Yee, N. (2009). Problematic Internet Use and Psychosocial Well Being among MMO Players. Computers in Human Behavior.

Ceyhan, A., Ceyhan, E., & Kurtyilmaz. Y. (2007). The Validity and Reliability of the Problematic Internet Usage Scale. Educational Sciences: Theory & Practice, 855-416.

Durand, V. M. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Guindon, M.H. (2010). Self esteem across the lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Hurlock, E.B. (1990). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi ke-5). Jakarta: Erlangga

La Greca, M. A., & Lopez, N. (1998). Social Anxiety Among Adolescents: Linkages with Peer Relations and Friendships. Journal of Abnormal Child Psychology, 6 (6), 7-94.

La Greca, M. A., & Harrison, M. H. (2005). Adolescent Peer Relations, Friendships and Romantic Relationships: Do They Predict Social Anxiety and Depression?. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology 34 (1), 49-61.

Mruk, C.J. (2006). Self Esteem Research, Theory, and Practice Toward a Positive Psychology of Self-Esteem. New York: Springer Publishing Company.

Odachi, H., & Celik, B. C. (2013). Who Are Problematic Internet Users ? An Investigation of Correlations Between Problematic Internet Use and Shyness, Loneliness, Narcissism, Aggression and Self-perception. Journal of Computers in Human Behavior.

(59)

Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self image. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Santrok, J.W. (2003). Adolescence (perkembangan remaja), edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development- Perkembangan Masa Hidup Jilid 5. Jakarta.

Santrock, J. W. (2007). Remaja, Edisi ºº Jilid №. Jakarta : Erlangga. Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Shapira, N. A. (2000). Psychiatric Features of Individuals with Problematic Internet Use. Journal of Affect Disorders. 9 (6), 50-272.

Siegel, S. R., La Greca, M. A., & Harrison, H. M. (2009). Peer victimization and Social Anxiety in Adolescents : Prospective and Reciprocal Relationships. Empirical Research 7 (54), 700-1109.

Social Media : Overdosis (2014, 4 Desember). ICCA [on-line]. Diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari http://icca.co.id/social-media-overdosis/

Statistik Pengguna Internet di Asia dan Indonesia (2014, 16 Januari). TECHINASIA [on-line]. Diakses pada tanggal 29 Januari 2015 dari http://id.techinasia.com/statistikpengguna-internet-di-asia-dan-indonesia-slideshow/

Stets, J.E., & Burke, P.J. (2014). Self esteem and identities. Sociological Perspectives, 57 (4), 409-433.

Kecanduan Facebook, fenomena lain jejaring sosial (2013, 12 Juni). Merdeka.com [on-line]. Diakses pada tanggal 1 Februari 2015 dari

http://www.merdeka.com/teknologi/kecanduan-facebook-fenomena-lain-jejaringsosial-sisi-hitam-jejaring-sosial.html Kemkominfo (2014, 8 Mei) : Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta.

KEMKOMINFO [on-line]. Diakses pada tanggal 28 Oktober

2014 dari

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo %3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berit a_satker#.VNFzdSmp2

Pengguna Media Sosial di Indonesia Mudah Cemas (2014, 8 September). CNN Indonesia [online]. Diakses pada tanggal 30 Januari 2015 dari

(60)

http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20140908173430-192-2765/pengguna-mediasosial-di-indonesia-mudah-cemas/

Yuli Nurmalasari, 2014 Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

(61)

LAMPIRAN 1

SKALA PENELITIAN SEBELUM DAN

(62)

1 Saya merasa interaksi social secara online lebih nyaman

daripada interaksi secara langsung

2 Ketika saya tidak online cukup lama, saya berfikir untuk

online kembali

3 Saya lebih memilih berkomunikasi dengan seseorang lewat online daripada bertemu langsung 4 Saya harus menggunakan internet untuk membuat diri

saya merasa lebih baik disaat saya merasa sedih

5 Saya harus menggunakan internet untuk berbicara dengan

orang lain disaat saya merasa dikucilkan

6 Saya merasa kesulitan mengendalikan jumlah waktu yang

habiskan saat online

7 Saya merasa kehilangan keterlibatan social dan aktifitas

karena penggunaan internet

8 Saya menggunakan internet untuk membuat diri saya

merasa lebih baik disaat merasa kesal

9 Saya akan merasa kehilangan arah jika saya tidak bisa online 10 Saya merasa sulit untuk mengontrol penggunaan internet

saya

11 Saya berfikir untuk online ketika saya sedang offline .

12 Saya merasa kesusahan untuk menahan dorongan untuk online ketika saya offline 13 Saya lebih memilih interaksi secara online daripada

berkomunikasi secara langsung

14 Penggunaan internet menciptakan permasalahan di

kehidupan saya

15 Saya merasa kesulitan mengatur hidup saya karena penggunaan internet. Penggunaan internet menjadi kesulitan untuk mengatur hidup saya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan sifat tahanan jenisnya, Desa Santandung, Walenrang memiliki zona lapisan bijih besi magnetit berada pada resistivitas ρ &lt; 40 Ω.m, zona pelapukan

bukti pemindahbukuan untuk Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran Pembantu berupa nota debet sebagai validasi atas dokumen pemindahbukuan yang diberikan oleh

Struktur adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktivitas di dalam organisasi. Organisasi adalah suatu sistem terencana mengenai usaha kerjasama dalam mana setiap

Akan tetapi hasil penelitian yang berbeda (pada pengujian hipotesis 7) menunjukkan bahwa secara tidak langsung pengembangan (X2) dapat berpengaruh signifikan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah pohon berpengaruh positif di mana nilai t hitung -4,305 dengan signifikasi 0,000 lebih kecil dari taraf

Siswa menyimak informasi dan peragaan materi tentang cara keterampilan gerak permainan bola voli (Passing bawah, passing atas, servis, smesh dan block) serta pengertian

Realisasi belanja daerahsampai dengan triwulan I tahun 2018 juga mengalami kenaikan, yaitu Rp 13,09 triliun, bila dibandingkan dengan belanja daerah pada triwulan I tahun

Indikator self-efficacy berpikir krtiis yang muncul pada S, dan AE adalah merasa berminat, merasa optimis, merasa yakin, dapat meningkatkan upaya, memiliki