PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Mami Hastuti
1 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)
Vol. 6, No. 1, Januari – April 2021
ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA
PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DENGAN METODE
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Mami Hastuti
SMA Negeri 1 Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh [email protected]
Abstract
The low student learning outcomes for Senior High Schools are due to the difficulties that are often faced in each subject matter learning. This can be seen from the learning outcomes that have not yet reached the predetermined KKM standards (80). The formulation of the problems found in the field is whether the problem solving learning method can improve learning outcomes in the Mathematics Study Field on the subject of the circle equation of class XII IPS-1 students of SMA Negeri 1 Gunung Meriah as an effort to improve learning outcomes and overcome these difficulties, the researcher provides the process of improvement through problem solving learning methods. The purpose of this study was to determine that the learning given can improve student learning outcomes, especially on the subject of circle equations. This research was conducted in 2 cycles, where each cycle includes: planning stage, implementation stage, savings stage, evaluation stage, and follow-up. The population used was all students. The sample used was 1 class totaling 32 students with a purposive sample. The instrument used was a multiple choice test of 20 items with 5 options and also an interview. Students who do not complete their studies must follow the Problem solving Learning Method as a healing process. Based on data analysis, it can be seen that the average pre-cycle learning outcomes show the average student learning outcomes are only 69.22 and in the first cycle problem solving learning method is 82.50 and after giving action in the form of problem solving learning method cycle II is given with using the peer tutor method, the average student learning outcomes are 90.16. Based on the research data above, the researcher concludes that learning outcomes in the field of Mathematics Studies on the subject of circular equations have increased by applying the Probelm Solving learning method.
Keywords: Learning Outcomes, Problem solving Learning Methods, Circle Equations.
Abstrak
Rendahnya hasil belajar siswa untuk Sekolah Menengah Atas dikarenakan kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi pada setiap materi pokok pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil belajar yang masih belum mencapai standar KKM (80) yang telah ditentukan. Yang menjadi rumusan masalah yang ditemukan di lapangan adalah apakah metode pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil belajar Bidang Studi Matematika pada pokok bahasan persamaan lingkaran siswa kelas XII IPS-1 SMA Negeri 1 Gunung Meriah sebagai upaya meningkatkan hasil belajar serta mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut, peneliti memberikan proses perbaikan melalui metode pembelajaran problem solving. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa pembelajaran yang diberikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada pokok bahasan persamaan lingkaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklusnya meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, tahap evaluasi, dan tidak lanjut. Populasi yang digunakan yaitu seluruh siswa yang digunakan adalah 1 kelas yaitu kelas XII IPS-1 yang berjumlah 32 orang siswa dengan purposive sample. Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan berganda sebanyak 20 item dengan 5 option dan juga wawancara. Siswa yang tidak tuntas
belajarnya harus mengikuti Metode Pembelajaran Problem solving sebagai proses penyembuhan. Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar pra siklus menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa hanya 69,22 dan pada metode pembelajaran problem solving siklus I adalah 82,50 dan setelah pemberian tindakan berupa metode pembelajaran problem solving siklus II diberikan dengan menggunakan metode tutor sebaya, maka didapat rata-rata hasil belajar siswa 90,16. Berdasarkan data penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar bidang Studi Matematika pada pokok bahasan persamaan lingkaran meningkat dengan menerapkan metode pembelajaran Probelm Solving
© 2021 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia
Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Pembelajaran Problem solving, Persamaan Lingkaran.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap anak didik. Setiap anak didik senantiasa ditantang untuk terus selalu belajar agar dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan tersebut. oleh sebab itu segala daya dan upaya diarahkan kepada pembinaan terhadap anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia.
Hasil belajar merupakan kemampuan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang bersifat konsisten (Harefa, 2020, h. 165). Hasil belajar yang baik memerlukan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berkarakter dan berbudi pekerti luhur dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap lingkungan (Nasution, 2020, h.17). Perlu adanya pembelajaran yang kooperatif agar hasil belajar siswa pada materi komponen ekosistem dapat tercapai dengan baik.
Menurut Rusman (2013, h.131) pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas belajar bersama sejumlah peserta didik dalam satu kelompok. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran peserta didik untuk saling membantu mencari dan mengolah informasi. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah melatih keterampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, dan berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan interpersonal. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada peserta didik tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, termasuk dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran problem
solving. Model pembelajaran Problem solving melatih siswa mencari informasi dan mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga Problem solving melatih siswa berpikir kritis dan model ini melatih siswa memecahkan dilema (Widiana, 2016, h. 74). Ada beberapa alasan mengapa model pembelajaran Problem solving di anggap cocok untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang ditemukan ini, diantaranya: Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten, Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta diagram dalam menjelaskan gagasan ( Ariyanto dkk, 2018, h.108).
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Mami Hastuti
3 Rendahnya nilai yang diperoleh siswa SMA Negeri 1 Gunung Meriah dipengaruhi oleh kesan siswa yang menganggap Bahwa Matematika merupakan suatu pelajaran yang sulit di pahami dan kurang menarik, karena selalu identik dengan rumus-rumus yang sulit. Metode Pembelajaran Problem
solving merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar
siswa dalam bidang studi Matematika, karena metode pembelajaran problem solving ini bersifat menyembuhkan, memperbaiki atau pengajaran yang membuat menjadi baik. Metode ini diberikan kepada siswa yang belum mencapai hasil belajar yang diharapkan dengan harapan dapat membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
Metode Pembelajaran Problem solving diberikan bagi siswa yang berkesulitan belajar dan disesuaikan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Untuk mengetahui siswa yang berkesulitan dalam belajar, guru terlebih dahulu memberikan tes. Dari hasil tes itu maka dapat diketahui siapa yang akan ditingkatkan hasil belajarnya dan dimana letak kesulitan siswa itu.
METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian action research dengan menggunakan model Kemmis & Mc.Taggart (dalam Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999) di dalam mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas dengan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menemukan data yang berbentuk kata seperti wawancara, observasi dan letak kesulitan siswa yang dilihat dari jawaban siswa. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menemukan data tentang kemampuan siswa yang berbentuk angka.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gunung Meriah. Sarana prasarana pada sekolah tersebut tentunya sangat menunjang untuk mencapai pembelajaran diantaranya adanya 4 laboratorium dan 1 perpustakaan. Waktu penelitian dilaksanakan Tanggal 08 September 2019 - 03 November 2019 semester I tahun pelajaran 2019/2020.
3. Subjek Penelitian
Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sample, yaitu dengan mengambil sampel yaitu siswa kelas XII IPS-1 sebanyak 32 siswa dengan jumlah 13 rang laki-laki dan 19 orang siswa perempuan.
4. Teknik Analisis Data
Data penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan, yaitu pembelajaran pada pokok bahasan persamaan lingkaran dengan metode pembelajaran Problem solving. Pembelajaran dirancang dalam 2 siklus, setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan (4 jam pelajaran). Hal ini dilakukan agar guru dan siswa beradaptasi dengan metode pembelajaran yang diteliti. Secara garis besar terdapat 4 (empat) langkah dalam pengumpulan data, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan (O) terhadap siswa yang belum tuntas belajarnya (memperoleh nilai < 80), yaitu dengan metode pembelajaran problem solving. Sebelum diberi perlakuan, siswa tersebut diberi tes pertama atau pretes (X1), setelah kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan persamaan lingkaran selesai. Setelah memberi perlakuan pada siswa tersebut kemudian diberi tes kedua atau postes (X2). Hasil kedua tes itu dibandingkan, untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan metode pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada beberapa cara yang dilakukan untuk menemukan data tentang kemampuan dan kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal mengenai Persamaan Lingkaran yaitu: berupa tes, wawancara, dan observasi.
1. Tes.
Tes diujikan kepada siswa yang telah selesai belajar tentang persamaan lingkaran . Tes ini digunakan untuk menjaring penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran problem solving. Tes yang diberikan hanya untuk ranah kognitif (pengetahuan) dan afektif (observasi oleh pengamat).Tes disusun berbentuk pilihan berganda dengan 5 option sebanyak 20 soal sebelum dan sesudah diberi pembelajaran dengan format sama.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan akurat tentang kesalahan yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Wawancara diberikan kepada beberapa orang siswa sesuai dengan kriteria: (1) Siswa yang melakukan kesalahan untuk keseluruhan atau sebagian besar soal dan (2) Siswa yang sedikit menjawab soal atau di bawah rata-rata.
3. Observasi.
Observasi dilakukan dengan cara pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa secara langsung
oleh pengamat. observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses belajar mengaiar berlangsung.
6. Prosedur Penelitian a. Siklus I
Pokok Bahasan pokok : Persamaan Lingkaran . Langkah-langkah pemberian tindakan sebagai berikut.
a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
1. Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan untuk menyusun indikator;
2. Penyusunan rencana pembelajaran (RPP); dan
3. Penyiapan Pokok Bahasan, dan membuat soal pre-test dan post-test. b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan:
1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal;
2. Guru memberikan pre-test untuk melihat hasil belajar siswa tahap awal;
3. Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran problem
solving pada Kompetensi Dasar mengenai Pokok bahasan persamaan lingkaran;
4. Secara klasikal menjelaskan strategi dalam metode pembelajaran Problem solving; dan
5. Melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran Problem solving terdiri atas (1) Guru menyampaikan inti pokok bahasan pelajaran, (2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang pokok bahasan pelajaran/permasalahan yang disampaikan oleh guru (3) Guru memimpin siswa dan setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya sehingga siswa memperoleh keuntungan dalam mendengarkan berbagai ungkapan yang disampaikan oleh siswa (4) Berdasarkan hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada Pokok Bahasan/permasalahan yang belum diungkapkan siswa (5) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan dan (6) Guru memberikan post-test.
c. Pengamatan (Observing), yaitu mengamati dampak atau hasil tindakan yang dilaksanakan. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d. Refleksi (reflecting), yaitu mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam hasil dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi guru dapat melakukan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan pada siklus I untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Mami Hastuti
5
b. Siklus II
Pokok Bahasan pokok : Persamaan Lingkaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
1. Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan untuk menyusun indikator;
2. Penyusunan rencana pembelajaran (RPP); dan
3. Penyiapan Pokok Bahasan, dan membuat soal evaluasi untuk akhir siklus. b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan:
1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal;
2. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Problem solving pada kompetensi dasar;
3. Secara klasikal menjelaskan strategi dalam metode pembelajaran Problem solving; dan
4. Melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran persamaan lingkaran yang terdiri atas (1) Guru menyampaikan inti Pokok Bahasan pelajaran, (2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang Pokok Bahasan pelajaran/permasalahan yang disampaikan oleh guru, (3) Guru memimpin siswa dan setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya sehingga siswa memperoleh keuntungan dalam mendengarkan berbagai ungkapan yang disampaikan oleh siswa, (4) Berdasarkan hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada Pokok Bahasan/permasalahan yang belum diungkapkan siswa., (5) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan, dan (6) Guru memberikan post-test.
c. Pengamatan (Observing), yaitu mengamati dampak atau hasil tindakan yang dilaksanakan. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d. Refleksi (reflecting), yaitu mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam hasil dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi guru dapat melakukan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan pada siklus I untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I untuk tahap perencanaan ini, peneliti terlebih menyusun rencana pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yang terlihat pada lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian untuk mengetahui hasil belajar yang telah diberikan, maka siswa harus diberi tes hasil belajar yang disusun sebanyak 20 item. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan sifat kesulitan yang dialami siswa. Di samping mengidentifikasi masalah dengan alasan siswa pada jawaban, peneliti juga melakukan wawancara untuk mengetahui jenis dan kesulitannya.
Dari tes awal yang telah diberikan, didapat bahwa jumlah siswa yang belum tuntas belajar adalah sebanyak 12 siswa (mendapat nilai < 80) atau berkisar 37,50% Sedangkan sisanya 21 siswa (mendapat nilai >80) atau berkisar 65,63% sudah tuntas dalam belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang memahami Persamaan Lingkaran setelah pembelajaran.
Tabel 1 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
Interval Skor Frekuensi Persentase
56-60 4 12,5% 61-65 0 0% 66- 70 3 9,4% 71-75 5 15,7% 76-80 2 6,25% 81-85 5 15,7% 86-90 6 18,75% 91-95 2 6,25% 96-100 5 15,7% Jumlah 32 100%
Dilihat dari tabel 1 diatas menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus 1 skor yang diperoleh pada interval 56-60 sebanyak 4 siswa dengan persentase 12,5 %. Pada interval 66-70 sebanyak 3 siswa dengan persentase 9,4 %. Pada interval 71-75 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,7 %. Pada interval 76-80 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,25 %. Pada interval 86-90 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,75 %. Pada interval 91-95 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,25%. Pada interval 96-100 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,7%. Dari tes awal yang telah diberikan, didapat bahwa jumlah siswa yang belum tuntas belajar adalah sebanyak 12 siswa (mendapat nilai < 80) atau berkisar 37,50% Sedangkan sisanya 21 siswa (mendapat nilai >80) atau berkisar 65,63% sudah tuntas dalam belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang memahami Persamaan Lingkaran setelah pembelajaran.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan hasil identifikasi kesulitan siswa pada siklus I, peneliti memberikan Metode Pembelajaran Problem solving kepada seluruh siswa. Hal ini bertujuan agar siswa yang sudah tuntas dapat meningkat hasil belajarnya, khususnya siswa yang belum tuntas. Rencana pelaksanaan Metode Pembelajaran Problem solving dapat dilihat pada lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Metode Pembelajaran Problem solving tersebut dilaksanakan di luar jam sekolah, yaitu pada sore hari. Adapun metode yang digunakan pada Metode Pembelajaran Problem solving ini menggunakan metode tutor sebaya secara berkelompok, ini karena kebanyakan siswa lebih cenderung bertanya materi soal kepada temannya dibandingkan pada peneliti (guru). Dalam hal ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jenis kesulitan yang sama. Kemudian peneliti menunjuk beberapa orang siswa yang sudah tuntas belajarnya untuk menjadi tutor pada kelompok yang sudah dibentuk.
Tabel 1 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
Interval Skor Frekuensi Persentase
56-60 0 0% 61-65 0 0% 66- 70 1 3,12% 71-75 2 6,45% 76-80 3 9,3% 81-85 7 21,9% 86-90 3 9,3% 91-95 8 25% 96-100 8 25% Jumlah 32 100%
Dilihat dari tabel 2 di atas menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus II skor yang diperoleh pada interval 66-70 sebanyak 1 siswa dengan persentase 3,12 %. Pada interval 71-75 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Pada interval 76-80 sebanyak 3 siswa dengan persentase 9,3 %. Pada interval 81-85 sebanyak 7 siswa dengan persentase 21,9 %. Pada interval 86-90 sebanyak 3 siswa dengan persentase 9,3 %. Pada interval 91-95 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25. %. Pada interval 96-100 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25%. Rata- rata skor yang diperoleh siswa meningkat dari 65,63% sebelum pemberian Metode Pembelajaran Problem solving 90,63% setelah pemberian Metode Pembelajaran Problem solving.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model Problem solving sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini dan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus II ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus II.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Mami Hastuti
7
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyelesaian atau jawaban siswa terhadap soal yang diberikan, maka peneliti dapat melihat bahwa letak kesulitan atau kesulitan pada umumnya adalah tentang kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep tentang persamaan lingkaran serta kurang telitinya siswa dalam menganalisa soal yang diberikan, sehingga mengakibatkan kekeliruan dalam penggunaan rumus yang sesuai. Selain dari hasil penyelesaian siswa, wawancara juga dilakukan guru (peneliti) untuk mengetahui letak kesulitan siswa yang difokuskan kepada siswa dalam melakukan kesalahan paling banyak (belum tuntas belajarnya).
Selain itu, kesulitan yang dialami siswa, maka guru (peneliti) membantu meningkatkan hasil belajarnya dengan metode pembelajaran problem solving yang dilakukan menggunakan metode tutor sebaya. Metode ini digunakan karena berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa sebelum pemberian pembelajaran remedial, siswa kurang dalam aktivitas belajarnya, seperti : masih sedikit yang mengajukan pertanyaan, memberi kritik, memberi tanggapan, memberikan jawaban atas masalah mengemukakan ide kepada guru (peneliti).
Namun, setelah diberikan postes (dengan menggunakan metode tutor sebaya saat pemberian tindakan), ternyata tidak ada lagi siswa yang tidak tuntas belajarnya (semua siswa mendapat nilai ≥ 80 ke atas) dan juga rata-rata nilai yang diperoleh meningkat, dari 65,63 sebelum pemberian metode pembelajaran problem solving menjadi 90,63 (dengan tingkat ketuntasan sebesar 90,63%). Diagram Peningkatan hasil belajar siswa estelah diberi tindakan, dapat dilihat di bawah ini.
Diagram 1. Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran problem solving (menggunakan metode tutor sebaya) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat mengatasi kesulitan belajar dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan persamaan lingkaran. Hasil penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian Guntur dkk (2018) Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran creative
problem solving dan kelas kontrol menggunakan modell pembelajaran biasa. Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran creative problem solving lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran biasa, sikap siswa terhadap model pembelajaran
creative problem solving positif, dan tidak terdapat hubungan antara sikap siswa dengan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis.
Penelitian ini juga memiliki relevansi dengan Faturrahman dan Afriansyah (2020) dapat disimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa secara statistik peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis kelas Creative Problem solving bartaraf sedang, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model
Creative Problem solving.
65,63 90,63 0 20 40 60 80 100 Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Selain itu, dari kedua penelitian tersebut penelitian ini juga memiliki relevansi dengan penelitian Efendi (2016) yang menyimpulkan bahwa Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognitif yang signifikan antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Creative Problem
solving dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal
matematis siswa yaitu level tinggi, sedang dan rendah. Peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi dan sedang di kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi dan sedang di kelas kontrol. Namun, peningkatan kemampuan metakognitif siswa yang memiliki kemampuan awal matematis rendah di kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan.
SIMPULAN
Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas XII IPS-1 pada pokok bahasan persamaan lingkaran dapat ditingkatkan dengan metode pembelajaran problem solving (metode tutor sebaya). Peningkatan hasil belajar siswa kelas XII IPS-1 SMA Negeri 1 Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil ditandai dengan persentase hasil belajar siswa yang terus meningkat dari siklus ke siklus. Dimana tahap awal Pra Siklus rata-rata hasil belajar siswa sebesar 69,22 dan pada siklus I sebesar 82,50 dengan 12 siswa tidak tuntas dalam belajar atau berkesulitan belajar, pada siklus II 90,16 dengan 3 orang siswa saja yang tidak tuntas dalam belajarnya. Begitu juga dengan peningkatan aktivitas belajar siswa diperoleh hasil yang terus meningkat dari siklus ke siklus. Dimana tahap awal atau siklus I 65,63% sedangkan pada siklus II 90,63 %.
SARAN
Ada beberapa saran yang akan disampaikan yaitu Hendaknya para guru dapat menerapkan Metode Pembelajaran Problem solving secara optimal untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Para guru hendaknya dapat lebih baik lagi dalam mengidentifkasi kesulitan siswa sehingga dapat menentukan metode yang sesuai dengan jenis kesulitan yang dihadapi pada saat pemberian tindakan, kepada guru yang berkeinginan, melanjutkan penelitian, hendaknya dapat menerapkan metode lain dalam Metode Pembelajaran Problem solving agar setiap tindakan yang diberikan secara keseluruhan berhasil secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi A. (2016). Implementasi Model Creative Problem solvinguntuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis Siswa. JPPM Vol. 9 No. 2 (2016).
Guntur M Muhammad1, Ari S, Mastika I S. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika 315 Volume 7, Nomor 3, September 2018.
Harefa, Darmawan.(2020). Peningkatan Strategi Hasil Belajar IPA Fisika Pada Proses Pembelajaran Team Gateway. Jurnal Ilmiah Aquinas. Volume: III No. 2 Juli 2020.
Ikhsan Faturohman, E Aldila Afriansyah. (2020). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa melalui Creative Problem solving . Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 107 Volume 9, Nomor 1, Januari 2020.
Metta Ariyanto, Firosalia K, dan Indri A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Guru Kita (JGK). Vol 2 (3) Juni
2018, hlm. 106-115.
Nasution Sari, N. (2020). Pembelajaran Outdoor dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ekosistem dan Penanaman Karakter Cinta Lingkungan Pada Siswa SMP Negeri 1 Labuhan Deli. Jurnal Serunai Ilmu Pendidikan.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING Mami Hastuti
9
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: RajaGrafindo Press.
Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1999). Penelitian Tindakan (Action Research), Penerbit:
Departernen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta.
Widiana, I Wayan. (2016). E-modul Berorientasi Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Statistik Infersal.