• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KOTA SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KOTA SUKABUMI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KOTA SUKABUMI

Sumber: Dokumentasi Best Practice Kota-Kota, Jilid 4, 2008

Kota Sukabumi berasal dari bahasa Sunda yaitu Suka-bumen menurut keterangan mengingat udaranya sejuk dan nyaman, mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin pindah lagi karena suka atau senang bumen-bumenan atau bertempat tinggal di daerah ini.

Pada tahun 1914 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Kota Sukabumi sebagai Burgerlijjk Bestuur” dengan status “Gemeenteraad Van Sukabumi” dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pelayanan yang istimewa. Kota sukabumi terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m diatas permukaan laut, dengan suhu maksimum 290 C yang berjarak 120

km dari ibukota negara (Jakarta) dan 96 km dari ibukota provinsi (Bandung).

GAMBARAN UMUM

Letak Geografis : 1060 45’ 50” – 1060 45’ 10” BT dan

60 49’ 29” – 60 50’ 44” LS

Luas Wilayah : 4.800,231 Ha Batas Wilayah

>Sebelah Utara : Kecamatan Cisaat dan Kecamatan Sukabumi

Kabupaten Sukabumi

>Sebelah Selatan : Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi >Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi >Sebelah Barat : Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Jumlah Penduduk : 259.204 (data tahun 2004)

Kepadatan Penduduk : 50 jiwa/km2

Jumlah Kecamatan : 7 Kecamatan Jumlah Kelurahan : 33 Kelurahan

(2)

PROGRAM

PENGGABUNGAN SEKOLAH DASAR

(Regrouping SD)

KOTA SUKABUMI

Latar Belakang

Sampai tahun 1999, salah satu permasalahan utama Kota Sukabumi di sektor pendidikan adalah masih tingginya angka putus sekolah. Kota Sukabumi mempunyai komitmen pada tahun 2008 sudah tidak ada lagi penduduk buta huruf dengan persentase angka melek huruf sebesar 100%. Angka melek huruf pada tahun 2002 masih sebesar 98,80%. Hal ini berarti bahwa masih terdapat 0,96% penduduk dalam kondisi buta huruf termasuk diantaranya usia 15 tahun ke bawah. Berdasarkan data, hal ini dikarenakan masih rendahnya kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sampai dengan tahun 2004 jumlah keluarga miskin di Kota Sukabumi sebanyak 8.042 KK dengan rata-rata lama sekolah masih 8,92 tahun.

Situasi Sebelum Inisiatif

Pada kurun tahun 1996-1999 penyebaran jumlah murid di Kota Sukabumi tidak merata di antara setiap Sekolah Dasar Negeri. Disamping itu, dari sisi infrastruktur sarana belajar SD 41% tidak mempunyai alat peraga yang memadai dan kondisi meja-kursi yang tidak layak pakai. Masalah lain, kondisi bangunan SD kurang menunjang untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Terdapat 277 ruang kelas tidak terpakai akibat dari kekurangan murid sementara di sekolah-sekolah tertentu rasio jumlah murid per kelas cukup padat. Kota Sukabumi juga mengalami kekurangan guru kelas dan penjaskes tetapi kelebihan guru agama. Demikian juga, Kota Sukabumi menghadapi masalah anggaran untuk meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan. Besaran dana pemerintah disamakan antara SD yang kurang murid dengan SD yang banyak murid.

Inisiatif

Konsep untuk melakukan penggabungan sekolah dasar dikeluarkan pada masa kepemimpinan Walikota Sukabumi, Hj. Molly Mulyahati Djubaedi, MSc tahun 1999. Pada waktu itu Walikota Sukabumi periode 2004 – 2008 yaitu H. Mokh. Muslikh Abdussyukur, SH, MSi. masih menjabat sebagai Sekretaris Daerah dan bertugas sebagai penasihat tim penggabungan sekolah dasar. Inisiatif diambil oleh Kota Sukabumi dengan harapan dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran dan efisiensi anggaran, antara lain dengan memecahkan masalah kekurangan guru kelas dan guru penjaskes dengan upaya pemanfaatan kelebihan guru agama. Langkah lain dari inisiatif adalah bagaimana menyediakan infrastruktur yang memadai dan merata bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Pada periode selanjutnya inisiatif diteruskan oleh Walikota, H. Mokh. Muslikh Abdussyukur, SH, M.Si dengan melakukan pengembangan- pengembangan program peningkatan kualitas pendidikan, yakni membangun Sekolah Dasar Cipta Bina Mandiri (SD CBM) dan menyusun Rencana Aksi Daerah berupa Program Percepatan Rehabilitasi Gedung Sekolah yang dimulai pada tahun 2004.

(3)

Strategi yang Diterapkan 1. Kebijakan

Untuk mewujudkan strategi tersebut, Pemerintah Kota Sukabumi mengeluarkan SK Walikota no. 421.2/SK.55 P&K/1999 tentang Pembentukan Tim Penggabungan Sekolah Dasar Tingkat Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi dan Tingkat Kecamatan.

Tim penggabungan sekolah dasar tingkat kota bertugas untuk:

a. Membantu walikota dalam melaksanakan penggabungan sekolah dasar

b. Melaksanakan penilaian dan pengkajian terhadap usulan penggabungan sekolah dasar dari Cabang Dinas P dan K Kecamatan

c. Pemeriksaan lapangan ke sekolah dasar yang akan digabung dan atau yang menerima penggabungan

d. Pembuatan usulan penggabungan sekolah dasar kepada tim penggabungan sekolah dasar tingkat Provinsi Jawa Barat.

Tim penggabungan sekolah dasar tingkat kecamatan bertugas untuk :

a. Membantu camat dalam melaksanakan penggabungan sekolah dasar di tingkat kecamatan. b. Melaksanakan pendataan sekolah dasar yang perlu digabung.

c. Melaksanakan musyawarah dan mufakat dengan instansi terkait tentang rencana penggabungan sekolah dasar yang selanjutnya dibuat Berita Acara Hasil Musyawarah.

Seluruh biaya yang diperlukan untuk kelancaran penggabungan sekolah dasar dibebankan dalam APBD.

2. Tahap Pelaksanaan :

a. Tahap persiapan. Pemerintah kota membentuk tim penggabungan sekolah dasar di tingkat kota dan kecamatan.

b. Tahap pengumpulan data. Tim penggabungan sekolah dasar melakukan pengumpulan data yang berisi tentang data-data sekunder yang menunjukkan indentifikasi potensi penggabungan sekolah dasar :

1) Apabila daya tampung >100% dari jumlah anak usia sekolah 6-13 tahun di desa/kelurahan, di kecamatan yang bersangkutan

2) Terdapat SD Negeri yang lokasinya pada lahan bersama, berdekatan / berdampingan dan atau berada dalam radius 1000 m

c. Tahap pemrosesan data. Tim penggabungan selanjutnya melakukan tabulasi data berdasarkan identifikasi data yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya. Tabulasi data memuat kriteria teknis pendidikan dan kriteria teknis lingkungan dan bangunan.

d. Tahap musyawarah. Berdasarkan data yang telah diperoleh, tim penggabungan melakukan pembahasan dan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan meliputi: identifikasi tipe sekolah, jumlah ruang kelas, jumlah rombongan belajar, jumlah murid, ratio jumlah murid perkelas, jumlah guru, ratio jumlah guru perkelas, peruntukan lahan SD, luas lahan, keadaaan topografi lahan SD tehadap rawan bencana, lokasi SD tehadap air bersih, sifat konstruksi bangunan, dan kondisi fisik ruang kelas. Hasil evaluasi merupakan hasil pemetaan yang dilakukan secara valid. Tahap musyawarah juga membicarakan tentang

(4)

e. Tahap rekomendasi. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, tim penggabungan sekolah dasar mengeluarkan rekomendasi usulan penataan yang berisi daftar kondisi SD yang sesuai dengan alternatif rencana penataan sekolah:

1) Rekomendasi tetap :

¾ Lembaga (SD) dipertahankan ¾ Fisik gedung direhabilitasi ¾ Pembangunan SD bertingkat 2) Rekomendasi dikembangkan :

¾ Mengikuti pembakuan tipe SD ¾ Fisik gedung direhabilitasi

¾ Dibangun SD bertingkat/tambah ruang 3) Rekomendasi dihapus/ditutup:

¾ Lembaga (SD) dihapuskan

¾ Fisik gedung SD dapat digunakan untuk keperluan lain sesuai ketentuan yang berlaku

Hasil rekomendasi yang menetapkan penggabungan sekolah dasar juga memuat dokumen-dokumen: Berita Acara Hasil Musyawarah (BAM), Berita Acara Hasil Pemeriksaan (BAP), Rencana Mutasi Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga Sekolah, Rencana Penggabungan SD, Rencana Penggunaan Aset (Lahan dan Gedung) SD yang ditinggalkan, Rencana Pengalihan Aset (Mebeler dan perlengkapan sekolah lainnya) kepada SEkolah yang akan menerima penggabungan.

f. Tahap penetapan. Setelah dikeluarkan rekomendasi oleh tim penggabungan, maka usulan penggabungan yang telah disetujui disahkan melalui SK. Penetapan Penggabungan yang dikeluarkan oleh walikota.

g. Operasionalisasi SD hasil regrouping.

Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan oleh tim penggabungan sekolah dasar, maka proyeksi sekolah dasar yang ideal di Kota Sukabumi sampai dengan tahun 2006 sebagai berikut: Tabel 2. Proyeksi SD Tahun 2006 Kota Sukabumi 1 Jumlah SD a. Negeri : 112 b. Swasta : 9 2 Jumlah Kelas : 960

3 Jumlah Rombongan Belajar : 960

4 Jumlah Murid 29.06

a. Jumlah Murid Negeri : 27.033 b. Jumlah Murid Swasta : 2.027 5 Jumlah Kepala Sekolah : 112 6 Jumlah Penjaga Sekolah : 121 7 Jumlah Guru

a. Jumlah Guru Kelas : 726 b. Jumlah Guru Agama : 121 c. Jumlah Guru Penjaskes : 121

(5)

3. Tahap Sosialisasi:

Tahap sosialisasi dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai dengan operasionalisasi SD hasil regrouping. Sosialisasi terutama dilakukan kepada perangkat lembaga / institusi seperti kepala sekolah, guru dan penjaga sekolah. Sosialisasi selain menekankan pada kesadaran untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan juga sebagai upaya pendekatan yang dilakukan secara persuasif oleh pemerintah kota.

Hasil yang Dicapai

Regrouping SD di Kota Sukabumi dimulai sejak tahun 1999 sampai tahun 2006.

Proses regrouping SD dilakukan secara bertahap dengan memerhatikan kondisi dan potensi berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh tim penggabungan SD. Namun dalam pelaksanaannya, proses penggabungan juga menghadapi kendala terutama pada perangkat institusi /lembaga (kepala sekolah, penjaga sekolah dan guru). Pemerintah Kota Sukabumi menerapkan sistem seleksi dan usia pension sebagai alternative untuk mempermudah melakukan mutasi. Sebelum dilakukan penggabungan terlebih dahulu harus diketahui berapa jumlah kepala SD yang kaan pension agar secara tepat tidak terjadi kelebihan kepala SD yang akan pension agar secara tepat tidak terjadi kelebihan kepala SD setelah proses penggabungan. Selanjutnya untuk rekrutmen formasi kepala sekolah dan guru dilakukan seleksi terbuka baik aspek manajerial, akademik maupun non akademik dan diutamakan bagi para peminat (kepala SD dan guru) dari wilayah kecamatan dimana sekolah-sekolah yang digabung berada.

Tabel 3.

Rekapitulasi SD Hasil Regrouping Tahun 1999 / 2000-2003/2004

No Tahun Jumlah SD yang

Digabung Jumlah SD hasil penggabungan Kosong setelah Jumlah SD Penggabungan 1 1999-2000 13 4 2 2 2000-2001 16 3 3 3 2001-2002 13 4 1 4 2002-2003 4 2 1 5 2003-2004 6 2 - 6 2004-2005 - - - 7 2005-2006 4 1 1 Jumlah 56 16 8

Sampai pada tahun 2006 Kota Sukabumi telah berhasil melakukan regrouping sekolah Kondisi Awal  177 SD  Rasio Ideal  121 SD Proyeksi Regrouping  56 SD

(6)

program yang langsung mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan diberbagai aspek. Sekolah-sekolah hasil regrouping (SD Cipta Bina Mandiri/CBM) dijadikan oleh Kota Sukabumi sebagai model sekolah dasar yang memenuhi SPM Pendidikan dan diperkaya oleh muatan lokal yang berada di setiap kecamatan . Ciri khas SD CBM disamping memiliki infrastruktur yang memenuhi SPM Pendidikan juga berisikan program-program muatan lokal seperti keterampilan computer, keterampilan berbahasa (Inggris), keterampilan jasa dan keterampilan seni religius.

Sampai dengan tahun 2007, beberapa SD model telah memperoleh prestasi yang membanggakan bagi dunia pendidikan nasional. Selama lima tahun berturut-turut SDN Dewi Sartika CBM, SDN Pakujajar CBM, SDN Baros Kencana CBM, SDN Cipanengah CBM telah berhasil menjadi Juara Nasional Sekolah Sehat (UKS). Demikian pula penghargaan di bidang lingkungan yakni Adhiwiyata Utama telah berhasil dicapai selama dua tahun berturut-turut oleh SDN Pakujajar CBM.

Selain melakukan program re-grouping dengan dipandu oleh Rencana Aksi Daerah Percepatan Rehabilitasi Gedung Sekolah, secara konsisten kota Sukabumi melakukan rehabilitasi ruang kelas dengan pembiayaan dari APBN, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBD Kota Sukabumi. Dilihat dari indikator prosentase tingkat kerusakan gedung sekolah, sampai dengan tahun 2007 untuk tingkat SD tingal 4,2 % dan bisa selesai pada tahun 2008. Rata-rata sekolah dasar di Kota Sukabumi dengan sarana dan prasarana yang lebih baik telah menjadi tujuan pendidikan tidak hanya bagi warga Kota Sukabumi, tetapi juga bagi warga di luar Kota Sukabumi. Dari sisi pembiayaan, program re-grouping secara kuantitatif telah menunjukkan efisiensi anggaran, karena telah meminimalisir pemakaian BOP (Biaya Operasional Pemeliharaan). Dari sisi aksesibilitas, hingga saat ini penduduk miskin Kota Sukabumi dapat merasakan pelayanan pendidikan secara gratis dengan kualitas yang memuaskan. Baiknya infrastruktur pendidikan, telah meningkatkan juga Angka Partisipasi Murni (APM): 99,99%, Angka Partisipasi Kasar (APK) 106, 86%, Rata-rata lama sekolah 11,05 tahun dan juga Angka Melek Huruf : 100%.

Keberlanjutan

Pemerintah Kota Sukabumi telah berhasil menjalankan program re-grouping dan terus mengembangkan program tersebut sesuai dengan kondisi kekhasan daerah. Saat ini fokus utama terhadap hasil Sekolah Dasar yang di regrouping adalah pada peningkatan standar pelayanan minimal di bidang pendidikan baik dari sisi kualitas maupun infrastruktur. Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan memperhatikan masukan-masukan dari stakeholder pendidikan sebagai bentuk partisipasi masyarakat (kepala sekolah, dewan pendidikan Kota Sukabumi, komite sekolah dan para siswa).

Sedangkan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan ditunjang dengan Sistem Informasi Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan yang memuat dan memantau data based tentang perkembangan kerusakan, perbaikan atau penambahan sarana dan prasarana. Berdasarkan keterangan dari beberapa kepala sekolah SD hasil regrouping, mereka justru mengharapkan agar Pemerintah mempunyai komitmen yang kuat untuk memajukan dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya tidak berubah-ubah tetapi mempunyai kontinuitas dan target-target yang jelas dari siapapun menajdi kepala daerah.

(7)

Pelajaran yang Dapat Diambil

Pemerintah Kota Sukabumi telah berhasil membuktikan bahwa program pembangunan pendidikan dapat dijadikan sebagai investasi untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Kerjasama yang solid antara eksekutif dan legislatif sangat berpengaruh terhadap jalannya implementasi kebijakan di lapangan.

Kemampuan Tular

Program penggabungan sekolah dapat dilakukan oleh pemerintah daerah lain. Bagi daerah yang ingin menerapkan program ini yang paling utama adalah komitmen yang kuat dari kepala daerah. Dukungan komitmen dan kebijakan kepala daerah diikat juga dengan program rencana kerja yang jelas dan matang. Program kerja yang jelas dan matang akan memperlihatkan hasil yang telah dicapai serta kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dihadapi. Berdasarkan keterangan dari narasumber, kesulitan atau hambatan utama yang dihadapi dalam melaksanakan program ini adalah pada perangkat institusi / lembaga seperti kepala sekolah dan guru. Dalam mengimplementasikan program re-grouping harus diperhitungkan secara cermat rasio kepala SD yang akan terkena regrouping dengan rasio kepala sekolah yang akan pensiun pada kurun waktu itu. Adapun dalam mengatasi kendala terbatasnya formasi jabatan kepala sekolah, maka kebijakan Kota Sukabumi antara lain dengan membuka kesempatan kepada para kepala sekolah yang berprestasi untuk menjadi pengawas sekolah, penilik dan kepala cabang dinas kecamatan (UPTD TK/SD). Sedangkan dalam pengembangan karier guru, selain terbuka kesempatan menjadi kepala sekolah khusus bagi para guru SD dibuka kesempatan untuk mutasi menjadi Guru SLTP atau Guru SLTA sejauh telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Keberhasilan program penggabungan sekolah dasar Kota Sukabumi telah menjadi bahan rujukan nasional. Beberapa pemerintah daerah lain seperti Kota Malang dan Kota Metro telah melakukan studi banding dan saat ini telah menjalankan program yang sama. Sekolah-sekolah model di Kota Sukabumi yang telah berhasil menjadi juara nasional juga menajdi bahan rujukan di bidang pendidikan. Beberapa daerah seperti Surabaya, Blitar, Pacitan, Malang, Metro, Lampung, Bandung telah melakukan studi banding terhadap kualitas dan mutu pendidikan sekolah dasar.

(8)

KONTAK PENGHUBUNG

PEMKO SUKABUMI

1. Nama : Drs. Mulyono, MM Jabatan : Kepala Dinas Pendidikan Alamat : Jl. Palabuan II Km.5 No. Telp : 0266-221766

2. Nama : Drs. Gabril M. Sukarman, M. Pd

Jabatan : Kabid. Sarana dan Prasarana – Dinas Pendidikan Alamat : Jl. Palabuan II Km.5

No. Telp : 0266-221766

3. Nama : Iskandar, S.Ip. M. T.

Jabatan : Kasubid. Penataan Wilayah dan Pemukiman – Bappeda APEKSI

Nama : Tri Utari

Jabatan : Staf Peningkatan Kapasitas Kota Alamat : Rasuna Office Park III WO. 06-09 Komplek Rasuan Epicentrum

Jl. H. R. Rasuna Said – Kuningan, Jakarta 12960 No. Telp : 021-8370 4703, 9393 890

Fax : 021-8370 4733 Hp : 0812 109 0551 Email : triutari@apeksi.or.id

Referensi

Dokumen terkait

Functional Suitability menilai sejauh mana produk atau sistem menyediakan fitur-fitur yang memenuhi kebutuhan dalam kondisi tertentu. Functional Suitability memiliki

Hasil penelitian yang ditemukan adalah kemampuan menulis karangan narasi siswa sebelum menggunakan media gambar seri berkategori cukup , kemampuan menulis karangan

Hasil dari penelitian ini menyarankan pemerintah daerah Aceh Barat Daya untuk segera memperluas area persawahaan dari lahan yang masih belum berfungsi menjadi lahan

Sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pengenaan pungutan atas pengeluaran hewan ternak tidak seharusnya dikenakan retribusi sebab tidak ada jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah (tidak ada

Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari signifikan statistik pada α = 5%, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa citra merek berpengaruh terhadap loyalitas

Menyusul desakan berbagai kalangan karena harga minyak mentah di pasar dunia yang terus menerus turun, serta pemotongan kuota produksi yang dilakukan oleh OPEC

Pengetahuan ibu post partum tentang tanda-tanda sakit bayi baru lahir merupakan hal yang penting karena tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dapat merupakan gejala