• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Sentra Sablon Suci"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Profil Sentra Sablon Suci

Sentra Sablon Suci merupakan tempat pelaku usaha berjualan khususnya yang bergerak di industri pakaian. Sentra Sablon Suci terletak di Jalan Surapati dan Jalan PHH. Mustofa, kecamatan Cibeunying Kidul, Bandung. Fokus sentra ini adalah memproduksi berbagai macam jenis sablon kaos. Terdapat kurang lebih 409 pengrajin sablon kaos. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 177.300 Lusin dengan nilai investasi Rp. 115,403 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 2.721 Orang. (Dinas Koperasi dan UMKM pemerintahan kota Bandung, 2012)

Sentra Sablon ini telah muncul sejak 30 tahun lalu, Kehadiran pengusaha baru mengembangkan sentra ini hingga menjadi pusat sablon terkemuka tidak hanya di Jawa Barat melainkan di Indonesia. Bahkan pemesanan kaos sablon sampai ada yang ke negeri tetangga yaitu Malaysia. Banyak pengusaha kaos sablon yang semulanya berada di daerah Bandung berpindah ke sentra sablon suci karena melihat peluang dari brandname sentra sablon suci yang telah terkenal, walaupun mereka mengambil resiko karena persaingan sempurna antara sesama usaha kaos sablon. (Nugroho, 2011)

Suci adalah singkatan dari Jalan Surapati dan Cicaheum. Sejak dulu Jalan Surapati yang menuju ke Cicaheum lebih dikenal dengan sebutan Jalan Suci. Sentra kaos suci mulai tumbuh ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1998. Orang-orang yang menjadi korban putus hubungan kerja (PHK) mencoba mencari celah untuk bertahan hidup. Mereka pun mendirikan toko kaos di sekitar Suci. Perajin di kawasan Suci omsetnya mengalami peningkatan ketika ada acara besar seperti pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, atau pemilihan anggota legislatif. Pesanan juga berdatangan dari pengusaha distro dan factory outlet (FO) di Kota

(2)

2 Bandung yang memesan pembuatan kaos oblong. Di Sentra Kaos Suci merupakan kumpulan home industri yang memiliki bidang masing-masing dalam bidang konveksi, seperti sablon, jahit, potong kain, spanduk, hingga setting gambar. Para perajin tak hanya buka di tepi Jalan Surapati, tapi juga merambah ke gang-gang yang ada di kawasan tersebut. Hasil perajin di Suci tidak hanya memasok untuk kebutuhan di Bandung dan sekitarnya saja, tapi juga menyebar ke seluruh Indonesia. Produk yang dihasilkan berupa kaos, jaket, sweater, training, spanduk, plakat, dan barang cetakan lainnya. (Serba Bandung, 2015)

Konsumen dari sentra sablon suci ini 75% berasal dari luar Bandung, karena persepsi dari konsumen yang menganggap bahwa sentra sablon suci ini bagus. Karena kesan bagus dari konsumen luar kota Bandung itu, pemerintah kota Bandung mencanangkan sentra sablon suci ini sebagai salah satu tujuan wisata. (Arifah, Ema., 2008)

Gambar 1.1

Toko-Toko di Sentra Sablon Suci

(3)

3 1.1.2 Produk Sentra Sablon Suci

Beberapa produk yang ditawarkan oleh pengrajin di sentra sablon suci diantaranya adalah jasa desain, jaket, topi, spanduk, billboard dan merchandise. Proses pengerjaan yang dilakukan sesuai dengan pesanan yang diterima. Konsumen dari sentra sablon suci biasanya dari pemerintah, partai politik, sekolah, komunitas, kampus, dan distro FO. Pesanan bisa meningkat pesat ketika ada event yang diadakan seperti Pemilihan Umum (Pemilu), acara HUT kemerdekaan, dan awal pelajaran baru di sekolah. (Amiruddin, 2014).

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pada tahun 2003 para pemimpin ASEAN sepakat untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dicetuskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 di Bali. Hasil dari konferensi itu adalah menyepakati Bali Concord II yang memuat tiga pilar untuk mencapai visi ASEAN 2020 yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan politik-keamanan. Dalam bidang ekonomi, Upaya pencapaian visi ASEAN diwujudkan dalam bentuk MEA. Pada tahun 2007, pemimpin ASEAN menyepakati percepatan waktu implementasi MEA dari 2020 menjadi 2015. (Taw, Nay., 2014)

MEA dapat memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di Asia Tenggara sehingga persaingan akan semakin ketat. Staf khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari (2014), menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perusahaan asing untuk masuk ke pasar dalam negeri dan perekrutan tenaga kerja asing. (Getty, AFP., 2014)

(4)

4 Penerapan MEA ini berdampak pada semua industri yang ada di Indonesia, berikut ini adalah industri yang terkena dampak dari MEA:

Tabel 1.1

Industri yang Terkena Dampak MEA

No Nama Industri Dampak MEA Response 1. Pertanian Persaingan akan

semakin ketat karena lawannya adalah Thailan, pasokan hasil tani dalam negeri kualitasnya belum merata dari berbagai tempat di Indonesia.

Membuat suatu standar nasional (SNI) untuk semua jenis hasil pertanian, bahkan untuk berapa jenis tani seperti rempah-rempah harus sudah berstandar Internasional.

2. Manufaktur Manufaktur Indonesia masih kalah kualitasnya dengan negara-negara lain khususnya dalam sektor plastik

Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi

(BPPT) telah membuat

lembaga pembuatan

sertifikasi nasional untuk

produk plastik dalam

negeri agar lebih berdaya saing.

3. Infrastruktur Indonesia akan menjadi tujuan perdagangan dari negara di ASEAN, untuk itu infrastruktur seperti jalan dan bangunan harus memadai.

Infrastruktur yang ada dan yang akan dibangun harus mempunyai nilai tambah, bukan lagi green building tetapi harus smart building.

4. Farmasi Mendapat pasar baru yang lebih luas dan bisa

Selalu melakukan penelitian ilmiah agar

(5)

5 No Nama Industri Dampak MEA Response

berekspansi ke tempat yang baru dengan market yang baru pula, karena Indonesia mempunyai kekuatan pada industri farmasi ini.

tetap bisa berinovasi menciptakan produk baru yang dapat diterima oleh market place baru.

5. Perikanan Kompetisi di industri ini menjadikan Indonesia diunggulkan untuk memimpin, tetapi para pesaing seperti Thailan terus berinovasi dalam sektor perikanan.

Diperlukan penyuluhan yang kompeten tentang perikanan kepada nelayan di seluruh Indonesia agar kualitas tangkapan ikan bisa lebih bagus dan lebih banyak mendapatkan hasil dari tangkapan ikan. 6. Pangan Akan terdapat banyak

makanan yang masuk ke Indonesia dari negara-negara ASEAN, oleh karena itu

keamanan dan

kebersihan dari makanan tersebut perlu menjadi perhatian khusus agar tidak merugikan masyarakat.

Menetapkan standar Nasional dan ASEAN untuk masalah keamanan makanan bekerjasama dengan badan POM.

7. Agribisnis Sektor Agribisnis seperti perikanan, peternakan, dan

Memunculkan ciri khas dari produk Indonesia

(6)

6 No Nama Industri Dampak MEA Response

pertanian Indonesia mendapat pasar yang bagus, karena permintaan dari negara-negara ASEAN yang cukup banyak untuk sektor ini.

agar konsumen menjadi loyal terhadap produk.

8. Jasa Perusahaan tidak mau go international, banyak perusahaan jasa yang ingin localized karena pasarnya dekat dengan tempat jasanya.

Memperbaiki Framework Agreement on Services (AFAS) agar menarik minar perusahaan lokal untuk berani berekspansi ke luar.

9. Kosmetika Industri Kosmetika

mengalami Beberapa

masalah di antaranya

adalah peningkatan

daya saing produk dari berbagai aspek, seperti keselamatan,

keamanan, diversifikasi dan inovasi bagi pasar Asean.

Memaksimalkan bahan baku yang melimpah agar di konfersikan menjadi produk yang berkualitas, karena Indonesia mempunyai bahan baku yang melimpah, itu menjadi peluang bagi industri kosmetika.

10. Fashion Bisa merambak pasar ASEAN dengan mudah karena industri fashion Indonesia sedang naik, terbukti bahwa banyak karya dari desainer

Memanfaatkan market dengan sebaik mungkin karena bisa menjadi peluang yang sangat besar dalam memperbaiki

(7)

7 No Nama Industri Dampak MEA Response

Indonesia dipakai untuk artis mancanegara.

ekonomi makro dalam negeri.

Sumber : Industri Bisnis Kota Bandung, 2014. data yang telah diolah

Selain dari industri yang terkena dampak dari MEA, UMKM juga tidak luput dari dampak MEA tersebut. Persaingan akan sangat ketat dalam berbagai sektor. Di Indonesia jumlah pelaku UMKM sekitar 57 juta yang memainkan peran penting dalam memberikan konstribusi di sektor ekonomi seperti penyediaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan memicu pertumbuhan ekonomi. Data statistik dari kementrian ukm dan koperasi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 masih kuat 4,6%, tahun 2011 mencapai 6,5%. Pada 2013 PDB masih mencapai 5,8%. Pencapaian ini secara signifikan disumbangkan oleh UKM dan koperasi terhadap PDB 56%.

(Reza, 2014)

MEA bisa menjadi peluang bagi UMKM, karena pasar yang ditawarkan ASEAN begitu luas, UMKM bisa memanfaatkan hal tersebut untuk berekspansi keluar mencari market place baru. (Dipta, 2015)

Untuk bisa bersaing di MEA 2016, UMKM harus bisa menciptakan sebuah produk yang berkualitas yang dapat memberikan nilai lebih kepada konsumen, nilai lebih tersebut bisa berupa cost leadership, product differentiation, atau product focus (Porter, 2006). Selain itu, UMKM harus mempunyai konsumen yang jelas dan juga loyal terhadap perusahaan agar penjualan produk bisa stabil dan tidak kalah dengan produk lain. Agar mendapat pasar yang jelas, UMKM dianjurkan untuk membuat sebuah sentra indusri agar konsumen bisa dengan mudah menemukan barang yang mereka cari.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PERMEN/M/2006 menjelaskan tentang sentra industri kecil yang merupakan sekumpulan kegiatan industri kecil sejenis yang lokasinya mengelompok pada jarak yang tidak terlalu jauh. Sentra industri ini dapat membantu para UMKM dalam bersaing menghadapi MEA, karena dengan sentra industri ini masyarakat

(8)

8 atau konsumen dapat dengan pasti menuju tempat sentra industri untuk mencari barang yang dibutuhkan. UMKM dapat secara mudah mendapatkan pasar karena konsumen yang datang sendiri ke tempat meraka, tinggal bagaimana mereka menghasilkan produk yang berkualitas agar konsumen menjadi loyal.

Karena pentingnya peran dari sebuah sentra industri untuk kemajuan UMKM, maka pemerintah terus melakukan perkembangan terhadap sentra industri, salah satunya di kota Bandung. Pemerintah kota Bandung telah menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan industri dan perdagangan dengan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri perdagangan yang ada di Bandung antara lain Sentra Industri dan Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaus Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu dan Tempe Cibuntu, dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung.

(Dinas Koperasi dan UMKM permerintahan kota Bandung, 2012)

Dinas Koperasi dan UMKM pemerintah kota Bandung menyebutkan bahwa nama sentra industri sablon suci adalah sentra industri kaus suci, namun karena masyarakat telah terbiasa menyebutkan sentra industri sablon suci maka nama ini telah menjadi mind-set sendiri dengan sebutan sentra industri sablon suci, selain itu pelaku usaha di sentra sablon suci bukan hanya membuat kaus tetapi banyak produk yang dihasilkan seperti mug, bendera, spanduk, dan lain-lain itu dengan menggunakan proses pensablonan. Oleh karena itu sentra industri kaus suci dikenal dengan sebutan lain yaitu sentra industri sablon suci.

Dari ke tujuh sentra industri yang menjadi fokus pemerintahan di Kota Bandung, sentra sablon suci merupakan sentra industri yang paling berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Kota Bandung. Salah satu alasannya adalah sentra sablon suci memiliki nilai investasi yang paling besar dibandingkan dengan sentra industri yang lain. Berikut adalah tabel perbandingan nilai investasi dari tujuh sentra indusri yang menjadi fokus pemerintah Kota Bandung.

(9)

9 Tabel 1.2

Perbandingan Nilai Investasi dari Sentra Industri Bandung No Sentra Industri Nilai Investasi (Dalam Miliar

Rupiah) 1. Sentra Industri Sablon Suci 115,403 2. Sentra Perdagangan Jeans

Cihampelas

83,055

3. Sentra Industri dan Perdagangan Rajutan Binongjati

31,366

4. Sentra Industri Sepatu Cibaduyut 19 5. Sentra Industri Tahu Cibuntu 13,472 6. Sentra Industri Boneka

Sukamulya

2,691

7. Sentra Perdagangan Kain Cigondewah

1,53

sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Kota Bandung, 2014. data telah diolah

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa nilai investasi terbesar adalah sentra sablon suci dengan nominal 115,403 miliar rupiah. Ini menunjukan bahwa sentra sablon suci paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Hal ini yang menjadi perhatian lebih dari pemerintah dalam memajukan sentra industri yang ada di Kota Bandung, terutama sentra sablon suci.

Nilai investasi pada Sentra Sablon Suci yang paling besar didominasi dari dalam negeri di mana Sentra Sablon Suci banyak mendapatkan keuntungan dari penjualan keberbagai daerah didalam negeri. Selain itu, investasi juga datang dari pemerintah kota Bandung yang saat ini menjadikan Sentra Sablon Suci Bandung sebagai binaan pemerintah kota Bandung untuk dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata belanja di Kota Bandung.

(10)

10 Setelah MEA awal 2016 mendatang berlangsung, pesaing sentra sablon suci bukan hanya wilayah lokal di Indonesia saja, tetapi harus bersaing dengan negara-negara ASEAN. Sentra sablon suci harus meningkatkan kualitas produk dan meminimalisir cost apabila ingin mengambil peluang dari MEA. Karena, untuk meningkatkan daya saing perusahaan harus meningkatkan kualitas produk dan meminimalisir cost (Pujawan, 2005).

Selain itu, Upaya UMKM untuk bersaing pada MEA 2015 adalah menggunakan fasilitas internet sebagai media untuk berjualan. Menurut Gasim (2013), Pelaku UKM harus memanfaatkan terbukanya peluang meningkatkan kapasitas usahanya dengan memanfaatkan TI. Pelaku UKM mendapatkan berbagai informasi tentang upaya meningkatkan kualitas produk agar mampu berdaya saing, termasuk informasi pengelolaan manajemen keuangan untuk peningkatan kapasitas usaha yang dimilikinya. Artinya, dengan mengadopsi TI yang semakin hari semakin berkembang pelaku UMKM dapat meningkatkan dan mengembangkan usahanya untuk semakin maju dan tidak tertinggal dari pelaku UKM lain baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Internet dapat membantu pelaku UMKM dalam menjual produk, mencari suplier, berhubungan dengan konsumen, mencari bahan baku, mencari inovasi produk baru, dan masih banyak lagi keunggulan dari internet yang dapat membantu UMKM dalam meningkatkan kualitas dari produk agar dapat berdaya saing yang bagus.

Berikut adalah tabel penggunaan internet untuk UMKM:

Tabel 1.3

Penggunaan Internet oleh UMKM

No. Deskripsi Penggunaan Persentase (%)

1. Mencari informasi pasar 92,16

2. Mencari informasi desain 80,39

(11)

11 No. Deskripsi Penggunaan Persentase (%)

4. Komunikasi dengan mintra usaha 58,8

5. Komunikasi dengan konsumen 45,1

6. Memfasilitasi pemesanan online 37,3

7. Komunikasi dengan pemasok 37,3

8. Transaksi online 29,4

(sumber : Dismanto, 2010. data telah diolah)

Dari tabel 1.3 dapat diketahui bahwa UMKM paling banyak menggunakan internet untuk mencari informasi pasar yaitu 92,6%. Untuk meningkatkan daya saing yang tinngi, UMKM perlu menggunakan internet ini dalam hal produksi agar pengerjaan produksi dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Hal yang berkaitan dengan proses produksi adalah komunikasi dengan konsumen dan komunikasi dengan pemasok yang harus ditingkatkan. Persentase pengguna internet untuk komunikasi dengan konsumen sebesar 45,1% dan komunikasi dengan pemasok sebesar 37,3%, jika keduanya digabungkan maka akan menjadi 82,4%. Angka tersebut bisa dikatakan besar, berarti UMKM sudah mulai berfikir bahwa proses produksi juga bisa dilakukan dengan internet agar bisa lebih menghemat waktu dan efisien.

Untuk meningkatkan daya saing pada MEA, UMKM harus membuat proses produksi menjadi lebih efektif untuk membuat produk yang berkualitas, salah satunya dengan memperbaiki sistem Supply Chain Management (SCM) dari perusahaan. SCM adalah suatu sistem produksi perusahaan yang saling berkaitan dari mulai pemasok sampai kepada konsumen akhir.

Pada saat ini, Sentra sablon suci telah menerapkan sistem supply chain management dalam proses bisnisnya, namun mereka tidak menyadari bahwa proses bisnis yang mereka lakukan adalah supply chain management karena mereka tidak mengerti pengertian dari SCM itu. Menurut Tricahyono et. al (2015) menjelaskan bahwa sentra sablon suci melakukan rencana proses produksi dengan berdiskusi terlebih dahulu dengan calon konsumen untuk menentukan rencana pemesanan, setelah proses pemesanan, pelaku usaha lalu

(12)

12 menyiapkan bahan baku produksi dengan mendatangi suplier langganan mereka untuk membeli bahan baku, setelah itu mereka melakukan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang dipesan oleh konsumen, lalu pelaku usaha berhubungan kembali dengan konsumen setelah barang pesanan selesai dikerjakan, lalu pelaku usaha melakukan distribusi barang pesanan kepada konsumen. Dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha di sentra sablon suci telah melakukan sistem supply chain management. Berikut adalah sistem supply chain di sentra sablon suci dapat dilihat pada gambar 1.2.

Gambar 1.2

Rantai Supply Sentra Sablon Suci

Jika proses SCM ini sudah berjalan dengan baik, maka dapat dipastikan perusahaan akan menghasilkan produk yang berkualitas. Penggunaan internet dapat membantu sistem SCM ini berjalan dengan baik karena dapat mengkordinasikan setiap unsur yang ada di SCM ini dengan cepat dan akurat, sistem SCM menggunakan internet ini disebut E-SCM. Dengan menggunakan e-SCM ini pelaku usaha bisa berkordinasi secara cepat dengan konsumen, hal ini bisa mengurangi salah paham antara keinginan pesanan konsumen dan proses pembuatan oleh pelaku usaha. Dengan menggunakan e-SCM juga dapat berkordinasi secara cepat dengan para suplier dan bisa memilih suplier dengan

(13)

13 harga yang murah dan bahan baku yang berkualitas sesuai dengan pesanan, karena semuanya terhubung dengan internet.

Agar penggunaan E-SCM ini dapat berguna bagi UMKM, diperlukan sebuah analisis tentang kesiapan UMKM untuk menggunakan aplikasi E-SCM ini sebagai media untuk proses produksi.

Salah satu model yang dapat dijadikan sebagai model untuk memprediksi penggunaan sebuah teknologi adalah Technology Acceptance Model (TAM). Dalam memprediksi penggunaan teknologi terdapat empat variabel yang digunakan antara lain ease of use (EOU) yaitu tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan lebih mudah digunakan, variabel perceived usefulness yaitu tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerjanya, variabel attitude toward using yaitu evaluasi sikap dari pengguna tentang ketertarikannya dalam menggunakan teknologi, dan variabel behavioral intention to use yaitu minat seseorang untuk menggunakan teknologi tertentu. (Hendayani & Amiruddin, 2014)

Penelitian ini berdasarkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendayani dan Amiruddin, mereka meneliti tentang kesiapan sentra sablon suci dalam mengadopsi e-procurement menggunakan model TAM. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kesiapan UMKM di sentra sablon suci dalam mengadopsi e-procurement berada dalam kategori baik yaitu 73,27%. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih mendalam mengenai kesiapan UMKM dalam mengadopsi e-SCM. Karena e-SCM lebih kompleks cangkupannya dibandingkan dengan e-procurement.

Berdasarkan hasil uraian diatas tentang fenomena pelaksanaan MEA dan kesiapan UMKM menggunakan E-SCM agar dapat bersaing dalam menghadapi MEA tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Analisis Kesiapan UMKM dalam mengadopsi E-SCM menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) (Studi Kasus Pada Sentra Sablon Suci Jalan Surapati Bandung)”

(14)

14 1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, dapat kita ketahui bahwa MEA akan dilaksanakan pada awal tahun 2016, hal ini dapat menjadi peluang atau ancaman bagi UMKM, untuk menambah daya saing UMKM dalam menghadapi MEA, dibuat sebuah sistem untuk membantu UMKM dalam menambah kualitas produk melalui Supply Chain Management yang berbasis internet yaitu E-SCM. Namun tidak semua UMKM dapat menerima aplikasi yang berbasis internet ini. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui kesiapan dari UMKM tersebut dalam mengadopsi E-SCM ini.

Untuk mengetahui kesiapan dari UMKM ini akan dilakukan dengan menggunakan Technology Acceptence Model (TAM). Ada beberapa variabel dari TAM ini yang akan diteliti diantaranya ease of use untuk mengetahui kemudahan aplikasi ini saat digunakan, perceived of usefulness untuk mengetahui persepsi dari pengguna dalam kegunaan aplikasi ini, attitude toward using untuk mengetahui sikap dari pengguna dalam menggunakan aplikasi, dan intention to use untuk mengetahui seberapa sering pengguna menggunakan aplikasi ini.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapan UMKM di sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM?

2. Apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap perceived of usefulness dari e-scm?

3. Apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm?

4. Apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm?

5. Apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm?

(15)

15 6. Apakah attitude toward using mempunyai efek positif terhadap

intention to use e-scm?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan dari perumusan masalah adalaha sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kesiapan UMKM di sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM.

2. Untuk mengetahui apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap perceived of usefulness dari e-scm.

3. Untuk mengetahui apakah ease of use (EOU) mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm.

4. Untuk mengetahui apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap attitude toward using e-scm.

5. Untuk mengetahui apakah perceived of usefulness mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm.

6. Untuk mengetahui apakah attitude toward using mempunyai efek positif terhadap intention to use e-scm.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat berguna untuk mengetahui kesiapan UMKM sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM.

Adapun secara khusus yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Aspek Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi pihak akademis (baik mahasiswa maupun dosen) yang membaca penelitian ini sehingga dapat menjadi referensi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

(16)

16 2. Penelitian ini diharapkan menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mendalami mengenai Technology Acceptance Model (TAM).

b. Aspek Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data empris tentang kesiapan UMKM sentra sablon suci dalam mengadopsi E-SCM, sehingga hasil kajian dari penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada pemerintah apabila akan memberikan aplikasi E-SCM kepada UMKM sentra sablon suci.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan kepada para developer aplikasi untuk membuat sebuah sistem E-SCM untuk para UMKM.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi khazanah keilmuan di bidang supply chain dengan proses e-scm yang masih jarang untuk diterapkan dalam kegiatan UMKM. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan hasil penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam pemenelitian ini adalah UMKM Sentra Sablon Suci Bandung untuk menganalisis kesiapan dalam mengadopsi teknologi e-SCM.

1.7.2 Batasan Responden

Penelitian ini mempunyai target responden yaitu para pelaku UMKM sentra sablon suci Bandung yang belum menggunakan aplikasi e-SCM dalam melakukan proses bisnis atau operasional perusahaannya.

(17)

17 1.7.3 Periode Penelitian

Periode penelitian ini terdapat dua tahap yaitu pengumpulan data dan analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden. Lalu setelah data terkumpul akan dilakukan analisis data. Berikut adalah rencana penyelesaian penelitian:

Tabel 1.4 Waktu Penelitian

No Kegiatan Ags Sep Okt Nov Des

1 Studi Pustaka 2 Studi Pendahuluan 3 Penelitian Lapangan 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Laporan 1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab Tinjauan Pustaka dan Lingkup penelitian berisi tinjauan pustaka penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab Metode Penelitian berisi jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data.

(18)

18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh, dijabarkan dan data yang didapatkan ditabulasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini dipaparkan garis besar bab 1 sampai dengan bab 4 yang berupa kesimpulan dari hasil penulisan skripsi serta saran yang sesuai dengan hasil penelitian.

Gambar

Tabel 1.4  Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikasi tanah dengan cara USCS membagi tanah dalam 3 bagian utama yaitu: tanah berbutir kasar (coarse grained soils), tanah berbutir halus (fine grained soils) dan

156 siswa dapat memberikan masukan untuk perbaikan pekerjaannya temannya. Kegitan akhir dilaksanakan selama 10 menit. Setelah memperbaiki pekerjaan masing-masing siswa

Pelaksanaan pada tahap do telah sesuai dengan SAP yang dibentuk, hanya saja masih banyak mahasiswa yang membutuhkan pengarahan tentang teknik pembelajaran. Hal ini terjadi

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna

Pengangkutan TBS ke TPH harus dilakukan dengan hati-hati karena guncangan, benturan dan luka yang terjadi saat menaikan dan menurunkan buah dapat meningkatkan ALB pada

Abstrak: Kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti amalan pemakanan di kalangan pelajar, mengenal pasti tahap pengetahuan pelajar terhadap makanan berkhasiat,

Saifullah, S.H., M.Hum, selaku dosen wali selama penulis menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Pembimbing yang telah memberikan

Berkaitan dengan adanya perkembangan yang terjadi dalam satu Tahun Anggaran di Kabupaten Mukomuko, untuk itu Rencana Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko