• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan Hasil Isolasi Protein Daun Yakon ( Smallanthus sonchifolius) Hasil Analisis Proksimat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

24

3. HASIL PENELITIAN 3.1. Uji Pendahuluan

3.1.1. Hasil Isolasi Protein Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius)

Ekstraksi dan isolasi protein Spirulina dan daun yakon dilakukan dengan menggunakan metode salting out. Prinsip metode salting out yaitu mengikat air yang terdapat dalam larutan dengan menggunakan garam secara terus-menerus sehingga tidak air lagi yang dapat diikat oleh protein dan protein saling terikat antar molekul. Hasil efisiensi isolat protein Spirulina dan daun yakon yang diperoleh dengan menggunakan metode salting out dapat dilihat pada tabel 3, dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3. Efisiensi isolat protein spirulina platensis dan daun yakon Bahan (g) Isolat Protein (g) Isolat Protein (%) Spirulina 1 0,87 ± 0,046 86,67 ± 4,601 Daun Yakon 0,8 0,08 ± 0,003 10,54 ± 0,315

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui 1 gram Spiruina kering memiliki isolat protein sebesar 0,870 gram dengan standar deviasi sebesar ± 0,046. Pada isolasi daun Yakon dengan berat awal 0,8 gram memiliki isolat protein sebesar 0,084 dengan standar deviasi ± 0,003.

3.1.2. Hasil Analisis Proksimat

Analisis proksimat yang dilakukan terdiri dari analisis kadar air dengan menggunakan metode thermogravimetri, analisis kadar lemak dengan menggunakan metode soxlet, analisis kadar abu dengan menggunakan metode pengabuan, dan analisis kadar protein dengan menggunakan metode kjeldahl. Setelah data kadar air, lemak, abu dan protein telah diperoleh, maka kadar karbohidrat dapat dihitung dengan perhitungan carbohydrate by difference. Hasil analisis proksimat sorbet buah Pisang Ambon dapat dilihat pada Tabel 4, perhitungan dan foto dapat dilihat pada lampiran.

(2)

(c) (b)

(a)

Tabel 4. Hasil analisis proksimat sorbet buah pisang

Perlakuan Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Lemak (%) Kadar Protein (%) Karbohidrat (%) SPA 80,26 ± 1.894b 0,79 ± 0,150b 0,08 ± 0.043b 0,68 ± 0.106b 18,18 ± 1,837b

SPA I 82,51 ± 0,559ab 0,69 ± 0,082ab 0.18 ± 0.152ab 0,91 ± 0,156ab 15,71 ± 0,530ab

SPA II 81,18 ± 1,174a 0,63 ± 0,069a 2,28 ± 0.478a 1,19 ± 0,417a 14,72 ± 0,691a

Keterangan:

- SPA : Sorbet pisang ambon

- SPA I : Sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein Spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB

- SPA II : Sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protien Spirulina 50 mg/kg BB dan daun yakon 25 mg/kg BB

- Semua nilai merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi

- Nilai dengan superscript yang berbeda pada satu kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (p < 0,05) dengan menggunakan uji

Duncan

- Jumlah sampel tiap pengujian (N) = 3

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui antar perlakuan terdapat beda nyata. Pada semua analisa proksimat, pada perlakuan sorbet buah Pisang Ambon berbeda nyata dengan sorbet buah pisang dengan penambahan isolat protein Spirulina 50 dan dan Yakon 25 mg/kg BB, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan sorbet buah pisang dengan penambahan isolat protein Spirulina 25 dan dan Yakon 50 mg/kg BB. Kadar protein pada Sorbet buah Pisang dengan penambahan isolat Protein Spirulina 50 dan daun Yakon 25 mg/kg BB memiliki nilai sebesar 1,194 dengan standar deviasi 0,417, hal tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan Sorbet buah Pisang dengan penambahan isolat Protein Spirulina 25 dan daun Yakon 50 mg/kg BB tapi berbeda nyata dengan perlakuan Sorbet buah Pisang.

(3)

3.2. Berat Badan dan Kadar Gula Darah Tikus Uji

Pada pengujian in vivo dapat dibedakan menjadi 4 macam perlakuan berbeda yang akan diberikan. Pertama-tama memilih tikus yang telah berusia 2-3 bulan dan kemudian disuntik dengan menggunakan streptozotocin dengan dosis 45 mg/kg BB secara intraperitoneal. Setelah diinduksi, kemudian tikus dibiarkan selama 3 hari untuk meningkatkan kadar gula darah (>125 mg/dL). Setelah kadar gula darah tikus meningkat kemudian diberi 4 macam perlakuan berbeda, yaitu tikus yang diberi pakan standar (kontrol), tikus yang disonde secar oral dengan menggunakan sorbet pisang ambon (SPA), tikus yang disonde dengan menggunakan sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein Spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB (SPA I), dan tikus yang disonde dengan menggunakan sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein spirullina 50 mg/kg BB dan daun yakon 25 mg/kg BB (SPA II).

3.2.1. Tikus yang Diberi Pakan Standar (Kontrol)

Tikus diberi pakan standar (kontrol) selama 28 hari dengan berat pakan masing-masing 20gram/tikus. Setiap 7 hari tikus ditimbang berat dan diukur kadar gula darah dengan menggunakan alat glukometer. Tikus dikatakan mengalami hiperglikemia ketika kadar gula darah puasa lebih dari 125 mg/dL. Hasil analisis kadar gula darah dan berat badan tikus dapat dilihat pada grafik 1 dan data mentah dapat dilihat pada lampiran.

(4)

Keterangan : Hari ke-0 adalah hari pertama perlakuan sonde dimulai,

Hari ke- 35 merupakan 7 hari setelah perlakuan sonde terakhir diberikan

(5)

Berdasarkan Grafik 1 dapat diketahui bahwa semua tikus mengalami kenaikan berat badan setiap minggunya. Akan tetapi berat badan tikus 5 mengalami penurunan selama 14 hari, kemudian dilanjutkan dengan peningkatan berat badan secara signifikan pada hari ke 21. Tikus 2 pada hari ke 21 mengalami penurunan berat badan. Tikus 1 dan 2 mengalami kenaikan berat badan secara bertahap setiap harinya. Setelah memasuki hari ke 35 (post-treatment) semua tikus mengalami kenaikan berat badan. Tikus 4 mengalami kenaikan berat badan paling tinggi pada hari 35 (post-treatment).

Berdasarkan Grafik 1 pada bagian kadar gula darah dapat dilihat trend kenaikan kadar gula darah paling tinggi terjadi pada tikus 3. Tikus 2, 3, dan 5 tidak mengalami hiperglikemia sehingga kadar gula darahnya dibawah 100 mg/dL. Tikus 4 mengalami hiperglikemia dan kadar gula darah turun pada hari ke 14. Tikus 1, 2, dan 4 mengalami penurunan kadar gula darah pada hari ke 7, sedangkan tikus 3 dan 5 mengalami kenaikan kadar gula darah. Kenaikan kadar gula darah paling tinggi terdapat pada tikus ke 3 dimana kadar gula awal 66 meningkat menjadi 572 mg/dL. Pada hari ke 14, tikus 1 mengalami kenaikan gula darah, sedangkan tikus 3, 4, dan 5 mengalami penurunan kadar gula darah. Hari ke 21 hanya tikus 4 mengalami penurunan kadar gula darah, sedangkan tikus 1, 2, 3, dan 5 mengalami peningkatan kadar gula. Setelah memasuki masa post-treatment tikus 2 mengalami peningkatan kadar gula darah, sedangkan tikus 1, 3, 4, dan 5 semakin menurun kadar gula darahnya. Hasil analisis persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah pada tikus yang diberi pakan standar dapat dilihat pada tabel 5.

(6)

Tabel 5. Persentase perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus kontrol Hari

Ke

Perubahan Tikus Kontrol (%)

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5

ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD 7 16,541 -32,773 2,721 -1,163 2,655 766,667 5,625 -3,247 -2,062 2,105 14 14,194 76,250 1,987 4,706 19,828 -10,664 18,343 -20,805 -2,105 -3,093 21 8,475 -26,950 1,948 2,247 15,108 7,828 3,000 -8,475 8,065 64,894 28 16,667 27,184 15,924 -2,198 11,250 -38,838 15,049 14,815 15,423 -30,323 35 7,143 -11,450 6,593 15,730 5,056 -72,107 9,283 -8,065 3,017 -18,519

Keterangan : (-) Terdapat penurunan (+) Terdapat kenaikan

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kenaikan berat badan dan kadar gula darah pada semua tikus fluktuatif. Persentase peningkatan berat badan terbesar terdapat pada tikus 3 pada hari ke 14 sebesar 19,828%. Sedangkan pada tikus 5 mengalami penurunan berat badan selama 14 hari masa pengujian. Pada kadar gula tikus 3 mengalami peningkatan sebesar 766,667% pada hari ke 7, dan kemudian terjadi penurunan kadar gula sebesar 10,664%. Pada hari ke 35 tikus 2 mengalami peningkatan kadar gula darah sebesar 15,730%, sedangkan tikus yang lain mengalami penurunan kadar gula darah terutama pada tikus 3 dengan penurunan kadar gula sebesar 72,107%.

3.2.2. Tikus yang Disonde Sorbet Pisang Ambon (SPA)

Pada perlakuan ini tikus yang mengalami hiperglikemia disonde dengan menggunakan sorbet pisang ambon sebanyak 3,5 ml secara oral selama 28 hari. Setiap 7 hari tikus ditimbang dan diukur kadar gula darahnya dengan menggunakan alat glukometer. Setelah 28 hari, tikus diberi pakan standar selama 7 hari (post-treatment) untuk mengetahui apakah terjadi kenaikan kadar gula darah atau tidak. Hasil analisis berat badan dan kadar gula darah tikus yang disonde sorbet pisang ambon (SPA) dapat dilihat pada grafik 2 dan data mentah dapat dilihat pada lampiran.

(7)

Keterangan : Hari ke-0 adalah hari pertama perlakuan sonde dimulai,

Hari ke- 35 merupakan 7 hari setelah perlakuan sonde terakhir diberikan SPA : Sorbet pisang ambon

Grafik 2. Perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus yang disonde sorbet pisang ambon

(8)

Berdasarkan grafik 2 dapat diketahui bahwa pada hari ke 7 semua tikus mengalami peningkatan berat badan. Peningkatan paling tinggi terjadi pada tikus 2, yaitu dengan berat badan awal 125 gram menjadi 164 gram. Tikus 3 dan 5 menglami peningkatan berat badan yang tetap setiap minggu. Tikus 4 mengalami kenaikan berat badan hingga hari ke 7, akan tetapi berat badan tikus turun pada hari ke 14 dan 21. Hari ke 14 tikus 1, 2, 3, dan 5 tetap menunjukan peningkatan berat badan, akan tetapi pada tikus 4 berat badan tikus megalami penurunan. Hal tersebut juga terjadi kembali pada hari ke 21 dimana penurunan berat badan. Dalam perjalan ke hari 35 (post-treatment) tikus 2 mati dengan berat badan akhir 206 gram (hari 28), sedangkan tikus 1, 3, dan 5 tetap mengalami peningkatan kadar gula darah. Tikus 2 pada masa post-treatment mengalami penurunan kadar gula darah dari 171 gram menjadi 155 gram.

Pada grafik 2 bagian kadar gula darah dapat diketahui bahwa semua tikus mengalami hiperglikemia karena kadar gula darah puasa lebih dari 125 mg/dL. Tikus 2 pada hari ke 7 mengalami penurunan kadar gula darah paling signifikan, sedangkan tikus 4 dan 5 kadar gula darah dibawah 125 mg/dL sehingga dapat dikatakan tikus 4 dan 5 sembuh dari hiperglikemia. Tikus 3 sembuh dari hiperglikemia pada hari ke 21 dengan kadar gula darah 124 mg/dL, sedangkan tikus ke 1 sembuh pada hari ke 28. Namun pada masa post-treatment tikus 1 mengalami peningkatan kadar gula darah. Hasil analisis persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah pada tikus yang diberi pakan standar dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah tikus SPA

Hari Ke

Perubahan Tikus SPA (%)

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5

ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD 7 10,484 -8,787 31,200 -65,116 22,500 -50,704 17,365 -44,767 -2,062 -50,813 14 10,219 -33,716 12,195 -2,667 14,796 35,238 -11,735 -11,579 -2,105 4,132 21 11,921 8,997 8,152 28,082 9,333 -12,676 -2,312 40,476 8,065 -6,349 28 2,367 -64,444 3,518 -32,086 2,846 -24,194 1,183 -38,983 15,423 -26,271 35 3,468 181,250 * * 5,929 9,574 -9,357 -11,111 3,017 8,046

(9)

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa berat badan dan kadar gula darah pada semua tikus fluktuatif. Persentase kenaikan berat badan paling tinggi terdapat pada tikus ke 4 hari ke 21, namun pada hari ke 7 dan 14 terdapat penurunan kadar gula darah. Hal tersebut juga terjadi pada tikus 5 dimana terjadi penurunan berat badan pada hari ke 7 dan 14. Persentase penurunan kadar gula darah tertinggi terdapat pada tikus 2 pada hari ke 7 sebesar 65,116%. Tikus ke 1 pada hari ke 35 mengalami kenaikan kadar gula yaitu sebesar 181,250%. Kenaikan kadar gula pada hari ke 35 juga terjadi pada tikus 3 dan 5 yaitu sebesar 9,574% dan 8,046%.

3.2.3. Tikus yang Disonde Sorbet Pisang Ambon Dengan Penambahan Isolat Protein Spirulina 25 mg/kg BB dan Daun Yakon 50 mg/kg BB (SPA I)

Pada perlakuan ini tikus disonde dengan sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein Spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB sebanyak 3,5 ml/hari selama 28 hari. Tikus kemudian diukur berat badan dan kadar gula darah setiap 7 hari. Hasil analisis berat badan dan kadar gula tikus yang disonde dengan sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein Spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB (SPA 1) dapat dilihat pada grafik 3 dan data mentah dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 8. Tikus yang disonde sorbet pisang ambon dengan isolat protein spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB

(10)

Keterangan : Hari ke-0 adalah hari pertama perlakuan sonde dimulai,

Hari ke- 35 merupakan 7 hari setelah perlakuan sonde terakhir diberikan

SPA I: Sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat Spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB

Grafik 3. Perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus yang disonde sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat Spirulina 25 mg/kg BB dan

(11)

Berdasarkan grafik 3 dapat diketahui bahwa semua tikus mengalami kenaikan berat badan setiap minggunya. Akan tetapi pada tikus 4 pada hari ke 28 tidak mengalami kenaikan maupun penurunan berat badan. Tikus dengan kenaikan berat badan terbesar terdapat pada tikus 1 dan 2 dengan berat awal 138 gram dan 126 gram, ketika hari ke 35 berat badan akhir tikus adalah 240 gram dan 232 gram.

Berdasarkan grafik 3 dapat diketahui bahwa semua tikus mengalami keadaan hiperglikemia dimana kadar gula darah pada saat pada hari ke 0 lebih dari 135 mg/dL. Kadar gula darah tertinggi pada hari ke 0 terdapat pada tikus 2 dengan nilai 445 mg/dL. Tikus 3, 4, dan 5 pada hari ke 7 kadar gula darah telah normal, sedangkan pada tikus 1 dan 2 kadar gula darah kembali normal pada harike 21 yaitu dibawah 135 mg/dL, akan tetapi pada hari ke 28 kadar gula darah tikus 1 dan 2 kembali meningkat melebihi batas kadar gula darah normal yaitu 135 mg/dL. Hasil analisis persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah pada tikus yang diberi pakan standar dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah tikus SPA I Hari

Ke

Perubahan Tikus SPA I (%)

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5

ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD 7 32,609 -1,351 37,302 -56,854 11,976 -54,592 10,559 -38,164 22,400 -57,658 14 9,290 -7,534 7,514 18,229 9,091 -19,101 8,989 -32,031 16,340 -18,085 21 8,500 -30,370 3,226 -54,185 10,784 43,056 14,948 10,345 16,854 18,182 28 -0,461 78,723 4,688 73,077 1,770 10,680 0,000 -5,208 3,846 18,681 35 11,111 -27,381 15,423 -30,556 5,652 -5,263 7,623 13,187 10,185 -11,111

Keterangan : (-) Terdapat penurunan (+) Terdapat kenaikan

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa persentase kenaikan berat badan dan kadar gula darah fluktuatif. Persentase kenaikan berat badan paling tinggi terdapat pada tikus ke 1 pada hari ke 7 yaitu sebesar 32,609%, akan tetapi pada hari ke 28 terjadi penurunan berat badan. Pada tikus 4 dihari ke 28 tikus tidak mengalami peningkatan maupun penurunan berat badan. Pada hari ke 35 semua tikus mengalami peningkatan berat

(12)

badan. Persentase penurunan kadar gula darah tertinggi terdapat pada tikus ke 1 pada hari ke 7 yaity sebesar 57,658%. Pada tikus 1 dan 2 hari ke 28 mengalami kenaikan kadar gula darah yang cukup tinggi yaitu 78,723% pada tikus 1 dan 73,007% pada tikus 2. Pada hari ke 35 semua tikus mengalami penurunan kadar gula darah, akan tetpai pada tikus 4 mengalami kenaikan kadar gula yaitu sebesar 13,187%.

3.2.4. Tikus yang Disonde Sorbet Pisang Ambon Dengan Penambahan Isolat Protein Spirulina 50 mg/kg BB dan Daun Yakon 25 mg/kg BB (SPA II)

Pada perlakuan ini tikus disonde dengan sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein Spirulina 50 mg/kg BB dan daun yakon 25 mg/kg BB sebanyak 3,5 ml/hari selama 28 hari. Tikus kemudian diukur berat badan dan kadar gula darah setiap 7 hari. Hasil analisis berat badan dan kadar gula tikus yang disonde dengan sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat protein Spirulina 50 mg/kg BB dan daun yakon 25 mg/kg BB (SPA II) dapat dilihat pada grafik 4 dan data mentah dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 9. Tikus yang disonde sorbet pisang ambon dengan isolat protein spirulina 50 mg/kg BB dan daun yakon 25 mg/kg BB

(13)

Keterangan : Hari ke-0 adalah hari pertama perlakuan sonde dimulai,

Hari ke- 35 merupakan 7 hari setelah perlakuan sonde terakhir diberikan

SPA I: Sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat Spirulina 25 mg/kg BB dan daun yakon 50 mg/kg BB

Grafik 4. Perubahan berat badan dan kadar gula darah tikus yang disonde sorbet pisang ambon dengan penambahan isolat Spirulina 50 mg/kg BB dan

(14)

Berdasarkan grafik 4 dapat diketahui bahwa semua tikus mengalami kenaikan berat badan. Kenaikan tertinggi terjadi pada tikus 5 dengan berat awal yaitu 142 gram dan pada hari ke 35 berat akhir tikus 270 gram. Tikus 1 mengalami hal yang serupa dengan peningkatan berat badan secara perlahan setiap minggunya, namun mengalami penurunan berat badan pada hari ke 14. Pada tikus 3 pada hari ke 0 hingga hari ke 21 mengalami peningkatan setiap minggunya, akan tetapi pada hari ke 28, tikus mengalami penurunan berat badan.

Berdasarkan grafik 4 dapat diketahui bahwa hanya tikus 2 tidak mengalami hiperglikemia dengan nilai gula darah 116 mg/dL, sedangkan tikus 1, 3, 4, dan 5 mengalami keadaan hiperglikemia terutama tikus 1. Pada hari ke 7 tikus 3, 4, dan 5 kadar gula darah telah kembali normal dengan nilai kurang 135 mg/dL. Tikus 1 pada hari ke 7 mengalami penurunan kadar gula darah sebesar 450 mg/dL, akan tetapi kadar gula darah tikus 1 kembali meningkat pada hari ke 14 dengan nilai 373 mg/dL. Keadaan naik turun kadar gula darah tikus 1 terus berulang hingga hari ke 35 dimana kadar gula darah akhir sebesar 213 mg/dL. Hasil analisis persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah pada tikus yang diberi pakan standar dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Persentase peningkatan berat badan dan kadar gula darah tikus SPA II Hari

Ke

Perubahan Tikus SPA II (%)

Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5

ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD ΔBB ΔKGD 7 55,056 -75,000 12,105 -8,621 30,769 -42,424 6,509 -79,884 32,394 -72,692 14 -2,174 148,667 6,103 -16,981 9,244 -5,263 18,889 -2,885 12,766 -19,424 21 11,852 -32,172 4,867 25,000 1,923 -27,778 10,280 -9,901 9,434 0,000 28 -1,325 -41,502 1,688 -25,455 -4,151 -10,256 1,695 14,286 4,741 16,071 35 6,711 43,919 -1,245 -2,439 11,417 17,143 10,000 -11,538 11,111 -32,308

Keterangan : (-) Terdapat penurunan (+) Terdapat kenaikan

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui persentase kenaikan berat badan dan kadar gula darah fluktuatif. Persentase kenaikan berat badan tertinggi terdapat pada tikus 1 pada hari ke 7 yaitu sebesar 55,056%. Tikus 1 pada hari ke 14 dan 28 mengalami penurunan

(15)

berat badan sebesar 2,174% dn 1,325%. Tikus 2 dan 3 mengalami hal yang serupa pada hari ke 35 pada tikus 2 dan hari ke 28 pada tikus 3. Persentase penurunan kadar gula tertinggi terdapat pada terdapat pada tikus 4 yaitu sebesar 79,884% pada hari ke 7. Tikus 1 dan tikus 5 mengalami hal yang sama pada hari ke 7 dengan penurunan kadar gula yang signifikan yaitu sebesar 75% dan 72,692%. Pada hari ke 35 hanya tikus 1 dan 3 yang mengalami peningkatan kadar gula darah.

Gambar

Tabel 3. Efisiensi isolat protein spirulina platensis dan daun yakon  Bahan (g)  Isolat Protein (g)  Isolat Protein (%)  Spirulina 1  0,87 ± 0,046  86,67 ± 4,601  Daun Yakon 0,8  0,08 ± 0,003  10,54 ± 0,315
Tabel 4. Hasil analisis proksimat sorbet buah pisang
Gambar 7. Tikus yang diberi pakan standar
Grafik 1. Perubahan berat badan dan  kadar gula darah tikus yang diberi pakan standar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kadar nitrit dalam produk daging olahan yang beredar di wilayah Denpasar, dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1)

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan kesejahteraan subjektif dalam aspek kepuasan hidup dan afektif pada kelompok eksperimen yang diberi pelatihan

Hasil penelitian tentang kemampuan membaca permulaan anak tunarungu melalui metode gleen doman yang meliputi aspek-aspek membaca kata dalam kartu, menuliskan nama

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan

Kurangnya pemahaman nasabah serta karakter dari nasabah yang menjadi faktor utama terjadinya pembiayaan bermasalah pada akad ijarah muntahiya bittamlik (IMBT)

Untuk mengetahui sensitivitas kelayakan proyek terhadap perubahan penurunan nilai manfaat dilakukan dengan memperhitungkan nilai manfaat produksi hasil pertanian yang

[r]

[r]