• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

51 4.1.1 Gambaran Sekolah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mata pelajaran IPA ini dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo semester II tahun ajaran 2015/2016. SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo terletak di desa Pucungkerep, kecamatan Kaliwiro, kabupaten Wonosobo. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 dan merupakan kelompok SD Imbas yang memiliki akreditasi B.

Secara geografis SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo terletak dipinggir jalan pada lintasan jalan Ngasinan diantara pemukiman para penduduk dan akses ke sekolah bisa dijangkau dengan naik kendaraan pribadi. Letaknya yang berada di pedesaan menjadikan suasana SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo masih asri serta tenang dan nyaman untuk pelaksanaan kegiatan pembeljaran. Jumlah keseluruhan siswa SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 119 siswa dengan jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 22 siswa.

4.1.2 Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo semester II tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 22 siswa dimana antara jumlah siswa laki-laki dan perempuan mempunyai perbandingan yang sama yaitu sama-sama berjumalah 11 siswa. Mayoritas siswa berasal dari lingkungan sekitar sekolah.

1. Hasil Belajar IPA

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu siswa kelas 5 mengalami masalah pada hasil belajar IPA yang rendah dan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70. Data

(2)

berdasarkan nilai rekap yang diberikan oleh guru kelas 5 yang menunjukkan dari 22 siswa hanya 10 anak atau 45,45% yang mencapai KKM dan 12 siswa atau 54,55% lainnya masih dibawah KKM. Masalah hasil belajar siswa yang rendah disebabkan materi yang disampaikan kurang dipahami siswa karena siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, dalam menyampaikan materi guru masih mengandalkan metode ceramah dan kurang keterlibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga guru tidak mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan yang akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

2. Proses Pembelajaran IPA

Dalam proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo masih didominasi menggunakan metode ceramah, siswa pasif dan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Penggunaan media belajar untuk membantu menyampaikan materi juga belum maksimal karena guru hanya menggunakan buku cetak IPA dan LKS sebagai media belajar untuk penggunaan kit peraga yang lain masih jarang digunakan. Dalam pelaksanaannya guru kurang membimbing siswa melakukan percobaan dan kurang mendorong siswa untuk selalu aktif bekerja dalam kelompok karena tidak dibiasakan belajar bersama. Tujuan pembelajaran dibentuk kelompok tak lain untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran guna menemukan jawaban yang paling tepat melalui presentasi dan diskusi secara berkelompok.

4.2 Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo semester II tahun ajaran 2015/2016 dari jumlah 22 siswa dapat diketahui ketuntasan hasil belajar IPA sebanyak 10 siswa atau 45,45% sudah mencapai KKM dan 12 siswa atau 54,55% memperoleh nilai dibawah KKM. Berikut

(3)

ketuntasan belajar sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

No. Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1. < 70 12 54,55% Tidak tuntas

2. ≥ 70 10 45,45% Tuntas

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel 4.1 persentase ketuntasan belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) menunjukan bahwa dari jumlah siswa sebanyak 22

ada 12 siswa atau 54,55% mendapatkan nilai masih dibawah KKM yang telah ditetapkan atau tidak tuntas sedangkan sisanya sebanyak 10 siswa atau 45,45% mendapatkan nilai tuntas memenuhi KKM. Ketuntasan belajar siswa kondisi awal dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut:

Diagram 4.1 Kentutasan Belajar Kondisi Awal

Berdasarkan hasil belajar yang masih rendah siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo semester II tahun ajaran 2015/2016 maka peneliti akan memberikan solusi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

54,55% 45,45% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% Kondisi awal Tidak tuntas Tuntas

(4)

Heads Together (NHT) yang nantinya kegiatan pembelajaran IPA disesuaikan dengan

sintaks pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Kegiatan penelitian tindakan kelas akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus akan dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 70 menit setiap pertemuan. Diharapkan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas

5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo semester II tahun ajaran 2015/2016.

4.3 Deskripsi Siklus I

4.3.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaan siklus I terdiri dari 2 perencanaan pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

a. Pertemuan Pertama

Sebelum melakukan tindakan, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu meminta ijin kepada kepala sekolah SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo, meminta ijin kepada kepada guru kelas 5 mengenai model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) yang akan diterapkan nantinya, menyusun RPP

berdasarkan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), merancang skenario model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT), membagi siswa menjadi kelompok heterogen, menyiapkan lembar

observasi guru dan siswa, menyiapkan media pembelajaran, dan menyiapkan soal evaluasi. Sebelum mengajar pada pertemuan pertama peneliti menyiapkan segala hal yang menjadi penunjang pelaksanaan pembelajaran IPA.

Pada pertemuan pertama siklus I peneliti menyiapkan RPP yang sudah sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan materi pembentukan tanah. Peneliti menyiapkan lembar kerja kelompok yang dijadikan acuan dalam kegiatan kerjasama kelompok. Peneliti juga menyiapkan lembar obeservasi guru dan siswa sebagai alat penilaian dalam

(5)

pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT). Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok

terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen untuk melakukan diskusi dan kerja kelompok serta presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas dalam pembelajaran.

b. Pertemuan Kedua

Perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari kekurangan pada perencanaan pertemuan pertama. Perencanaan pada pertemuan kedua yaitu peneliti menyiapkan RPP dengan materi proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan. Peneliti menyiapkan lembar kerja kelompok yang dijadikan acuan dalam kegiatan kerjasama kelompok. Peneliti juga menyiapkan lembar obeservasi guru dan siswa sebagai alat penilaian dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa dari kelompok yang sudah terbentuk nantinya siswa akan melakukan kegiatan yang sama seperti pada pertemuan pertama yaitu melakukan kegiatan diskusi, kerjasama kelompok serta mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas karena pertemuan kedua merupakan pertemuan terakhir dalam siklus I maka peneliti menyiapkan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa apakah sudah mengalami peningkatan atau masih sama seperti sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, dan pertemuan kedua. Alokasi waktu yang digunakan dalam setiap pertemuan adalah 70 menit. Pertemuan pertama, dan kedua dilaksanakan pada tanggal 30 dan 31 Maret 2016. Berikut ini pelaksanaan kegiatan pada siklus I.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 dengan kompetensi dasar mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Pada

(6)

pertemuan pertama terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menggolongkan batuan berdasarkan ciri-ciri batuan dan menyebutkan manfaat batuan dengan alokasi waktu 70 menit pada jam pertama dan kedua. Adapun dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT).

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan dan kepercayaan masing-masing, mengecek absensi siswa, dan memberikan motivasi dengan bernyanyi “ayo belajar”. Setelah memberikan motivasi guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan “Menurut pendapat kalian, tanah berasal dari mana? Lalu apakah semua batuan yang ada di bumi ini sama?”. Setelah apersepsi, kemudian guru menuliskan judul pembelajaran, lalu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menyebutkan jenis-jenis batuan, macam-macam batu berdasarkan jenis proses terbentuknya dan manfaatnya kemudian menjelaskan materi tentang jenis batuan dan macam-macam batu berdasarkan jenis proses terbentuknya dan manfaatnya. Setelah itu membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen, membagi nomor kepala untuk dipasang setiap siswa, memberikan buku panduan untuk memudahkan dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah mendapat pengarahan dari guru kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya agar saling menjelaskan jawaban kepada sesama anggotanya. Siswa yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan secara bergantian siswa menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan di depan kelas, kelompok lain dengan nomor yang sama apabila berbeda pendapat bisa menanggapi

(7)

atau mengomentari hasil presentasi. Siswa bersama-sama menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang telah didiskusikan, memberikan pembenaran dari hipotesis awal dan juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan tentang materi yang belum dipahami.

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup guru melakukan refleksi dan memberikan penguatan terkait pembelajaran yang sudah dilaksanakan serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut karena dalam pertemuan selanjutnya akan dilakukan evaluasi.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2016 dengan kompetensi dasar mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Pada pertemuan terakhir terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan alokasi waktu 70 menit pada jam pertama dan kedua. Adapun dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan dan kepercayaan masing-masing, mengecek absensi siswa, dan memberikan motivasi dengan bernyanyi “tepuk jari”. Setelah memberikan motivasi guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan “Bagaimana batu yang tampak besar, keras dan berdiri kokoh diatas tanah lama kelamaan akan menjadi tanah? Proses apakah yang terjadi pada batuan tersebut?”. Setelah apersepsi, kemudian guru menuliskan judul pembelajaran lalu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan

(8)

kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan kemudian peneliti menjelaskan materi tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan batuan. Setelah itu membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen, membagi nomor kepala untuk dipasang setiap siswa, memberikan buku panduan untuk memudahkan dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah mendapat pengarahan dari guru kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya agar saling menjelaskan jawaban kepada sesama anggotanya. Siswa yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan secara bergantian siswa menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan ke depan kelas, kelompok lain dengan nomor yang sama apabila berbeda pendapat bisa menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Siswa bersama-sama menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang telah didiskusikan, memberikan pembenaran dari hipotesis awal dan juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan tentang materi yang belum dipahami. Membagikan soal evaluasi untuk dikerjakan secara individu sebagai tolak ukur dalam pencapaian hasil akhir dari pembelajaran yang sudah disampaikan.

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup melakukan refleksi dan memberikan penguatan terkait pembelajaran yang sudah dilaksanakan serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

4.3.3 Hasil Observasi

Dalam berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran observasi dilakukan dari mulai awal sampai akhir pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Observasi yang dilakukan oleh observer yaitu mengamati proses pembelajaran guru dan aktivitas siswa pada

(9)

kegiatan pembelajaran. Hasil observasi aktifitas guru diperoleh dari lembar pengamatan yang terdiri dari 19 aspek dan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar pengamatan yang terdiri dari 13 aspek. Masing-masing aspek dalam lembar observasi tersebut terdapat skor 1-4, skor 1 berati kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik dan skor 4 berarti sangat baik setelah itu, skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.

a. Pertemuan Pertama

Berikut hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I Pertemuan I

Materi Skor

maksimum

Jumlah skor

perolehan Nilai aktivitas Kategori Pembentukan

Tanah dan Jenis-jenis Batuan

76 64 84,21% Baik

Berdasarkan pada tabel 4.2 hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I pada materi pembentukan tanah dan jenis-jenis batuan memperoleh skor 64 dengan skor maksimum 76 dan memperoleh nilai aktivitas guru 84,21% yang termasuk dalam kategori baik.

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I

Materi Skor maksimum Jumlah skor

perolehan Nilai aktivitas Kategori Pembentukan

Tanah dan Jenis-jenis Batuan

(10)

Berdasarkan pada tabel 4.3 hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I pada materi pembentukan tanah dan jenis-jenis batuan memperoleh skor 40 dengan skor maksimum 52 dan memperoleh nilai aktivitas siswa 76,92% yang termasuk dalam kategori baik.

b. Pertemuan Kedua

Berikut hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I Pertemuan II

Materi Skor maksimum Jumlah skor

perolehan Nilai aktivitas Kategori Proses

Pembentukan Tanah Karena Pelapukan

76 72 94,73% Baik Sekali

Berdasarkan pada tabel 4.4 hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan II pada materi proses pembentukan tanah karena pelapukan memperoleh skor 72 dengan skor maksimum 76 dan memperoleh nilai aktivitas guru 94,73% yang termasuk dalam kategori baik sekali.

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan II

Materi Skor maksimum Jumlah skor

perolehan Nilai aktivitas Kategori Proses

Pembentukan Tanah Karena Pelapukan

(11)

Berdasarkan pada tabel 4.5 hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan II pada materi proses pembentukan tanah karena pelapukan memperoleh skor 48 dengan skor maksimum 52 dan memperoleh nilai aktivitas guru 92,31% yang termasuk dalam kategori baik sekali.

4.3.4 Hasil Penelitian

Hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo dapat diketahui ketuntasan hasil belajar IPA sebanyak 16 siswa atau 72,73% sudah mencapai KKM dan 6 siswa atau 27,27% memperoleh nilai dibawah KKM. Berikut ketuntasan belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6

Ketuntasan Belajar Siklus I

No. Nilai Siklus I Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1. < 70 6 27,27% Tidak tuntas

2. ≥ 70 16 72,73% Tuntas

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel 4.6 persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjukan bahwa dari jumlah siswa sebanyak 22 ada 6 siswa atau 27,27% mendapatkan nilai tidak tuntas atau masih dibawah KKM yang telah ditetapkan sedangkan 16 siswa atau 72,73% yang mendapatkan nilai tuntas memenuhi KKM. Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut.

(12)

Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Siklus I

4.3.5 Refleksi

Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik pada proses maupun hasil. Refleksi dilakukan untuk mengkaji seluruh tindakan yang telah dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi didasarkan pada data hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer untuk memperbaiki kekurangan saat pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan agar pelaksanaan pembelajaran selanjutnya lebih baik lagi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) yaitu masih tegang dalam mengajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kurang bisa mengendalikan kelas saat pembentukan kelompok banyak siswa yang ramai, kurang aktif membimbing siswa dalam kerja kelompok, belum semua siswa aktif berdiskusi bersama kelompoknya, siswa kurang aktif karena masih kelihatan takut dan saat presentasi di depan kelas, siswa masih takut untuk memberikan tanggapan atau komentar terhadap presentasi kelompok lainnya.

Hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

27,27% 72,73% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% Siklus I Tidak tuntas Tuntas

(13)

pada siklus I sudah mengalami peningkatan tetapi masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai masih di bawah KKM yaitu 70. Dari refleksi pada siklus I, guru memutuskan untuk mengadakan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II. Diharapkan pada siklus II guru bisa memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I agar lebih rileks dalam mengajar, harus bisa mengkondisikan kelas, akan lebih aktif dalam membimbing siswa melaksanakan kerja kelompok, membimbing semua siswa aktif berdiskusi bersama kelompoknya, presentasi dan memberikan tanggapan atau komentar terhadap presentasi kelompok lainnya agar tidak takut lagi.

4.4 Deskripsi Siklus II

4.4.1 Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan siklus II yang bertujuan sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran pada siklus I. Siklus II tetap dilaksanakan dalam dua kali pertemuan seperti pada siklus I tetapi dengan materi yang berbeda. Perencanaan siklus II terdiri dari 2 perencanaan pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama siklus II sama seperti yang dilakukan pada siklus I yakni peneliti menyiapkan RPP yang sudah sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan materi bagian-bagian tanah. Peneliti menyiapkan lembar kerja kelompok yang dijadikan acuan dalam kegiatan kerjasama kelompok. Menyiapkan lembar obeservasi guru dan siswa sebagai alat penilaian dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen untuk melakukan diskusi dan kerja kelompok serta presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas dalam pembelajaran. Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam pembelajaran IPA.

(14)

b. Pertemuan Kedua

Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua yang disiapkan tidak jauh berbeda dengan perencanaan pada pertemuan pertama meliputi menyiapkan RPP yang sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dengan materi jenis-jenis tanah. Merancang skenario pembelajaran

yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT). Membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri

dari 3-5 siswa yang heterogen untuk melakukan diskusi dan kerja kelompok serta presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas dalam pembelajaran. Menyiapkan media berbagai jenis tanah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. 4.4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan dan observasi tindakan pada siklus II dilakukan dalam 2 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, dan pertemuan kedua. Alokasi waktu yang digunakan dalam setiap pertemuan adalah 70 menit. Pertemuan pertama, dan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 April 2016. Berikut ini pelaksanaan kegiatan pada siklus II.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016 dengan kompetensi dasar mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Pada pertemuan pertama terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan bagian-bagian tanah dengan alokasi waktu 70 menit pada jam pertama dan kedua. Adapun dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

(15)

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kegiatan pada siklus I yaitu kegiatan yang sama dilakukan dengan kegiatan guru sebelumnya meliputi membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan dan kepercayaan masing-masing, mengecek absensi siswa, dan memberikan motivasi dengan bernyanyi “disini senang disana senang”. Setelah memberikan motivasi guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan “Dimana tanaman yang subur hidup? Kenapa tanaman bisa tumbuh subur?”. Setelah apersepsi, kemudian guru menuliskan judul pembelajaran, lalu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa menyebutkan bagian-bagian tanah kemudian menjelaskan materi tentang bagian-bagian tanah dengan menunjukan peraga bagian-bagian tanah. Setelah itu membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen, membagi nomor kepala untuk dipasang setiap siswa, memberikan buku panduan untuk memudahkan dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah mendapat pengarahan dari guru kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya agar saling menjelaskan jawaban kepada sesama anggotanya. Siswa yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan secara bergantian siswa menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan ke depan kelas, kelompok lain dengan nomor yang sama apabila berbeda pendapat bisa menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Siswa bersama-sama menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang telah didiskusikan, memberikan pembenaran dari hipotesis awal dan juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan tentang materi yang belum dipahami.

(16)

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup guru melakukan refleksi dan memberikan penguatan terkait pembelajaran yang sudah dilaksanakan serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut karena dalam pertemuan selanjutnya akan dilakukan evaluasi.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 April 2016 dengan kompetensi dasar mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Pada pertemuan terakhir terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu mengidentifikasi jenis-jenis tanah misalnya humus, liat, berpasir, vulkanik, kapur, lempung, gambut dengan alokasi waktu 70 menit pada jam pertama dan kedua. Adapun dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT).

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sesuai keyakinan dan kepercayaan masing-masing, mengecek absensi siswa, dan memberikan motivasi dengan bernyanyi “aku siap aku tau dan ku lakukan”. Setelah memberikan motivasi guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan “Ketika kalian pergi ke pantai, sawah dan kebun apakah tanah yang kalian lihat sama?”. Setelah apersepsi, kemudian guru menuliskan judul pembelajaran, lalu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

(17)

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru membimbing siswa untuk menyebutkan jenis-jenis tanah kemudian guru menjelaskan materi tentang jenis-jenis tanah. Setelah itu membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa yang heterogen, membagi nomor kepala untuk dipasang setiap siswa, memberikan buku panduan untuk memudahkan dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah mendapat pengarahan dari guru kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya agar saling menjelaskan jawaban kepada sesama anggotanya. Siswa yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan secara bergantian siswa menjawab pertanyaan yang telah didiskusikan ke depan kelas, kelompok lain dengan nomor yang sama apabila berbeda pendapat bisa menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Siswa bersama-sama menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang telah didiskusikan, memberikan pembenaran dari hipotesis awal dan juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan tentang materi yang belum dipahami. Membagikan soal evaluasi untuk dikerjakan secara individu sebagai tolak ukur dalam pencapaian hasil akhir dari pembelajaran yang sudah disampaikan.

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup guru melakukan refleksi dan memberikan penguatan terkait pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

4.4.3 Hasil Observasi

Sama seperti pada siklus I dalam berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran observasi dilakukan dari mulai awal sampai akhir pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Observasi yang dilakukan oleh observer yaitu mengamati proses pembelajaran guru dan aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran. Observer dalam penelitian ini adalah guru kelas 5. Hasil observasi aktifitas guru diperoleh dari lembar pengamatan yang terdiri dari 19 aspek dan hasil observasi aktivitas siswa dipeoleh dari lembar

(18)

pengamatan yang terdiri dari 13 aspek. Masing-masing aspek dalam lembar observasi tersebut terdapat skor 1-4, skor 1 berati kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik dan skor 4 berarti sangat baik setelah itu skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian.

a. Pertemuan Pertama

Berikut hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.7

Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II Pertemuan I

Materi Skor

maksimum

Jumlah skor

perolehan Nilai aktivitas Kategori Bagian- bagian Tanah

dan Jenisnya 76 74 97,36% Baik Sekali

Berdasarkan pada tabel 4.7 hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan I pada materi bagian-bagian tanah dan jenisnya memperoleh skor 74 dengan skor maksimum 76 dan memperoleh nilai aktivitas guru 97,36% yang termasuk dalam kategori baik sekali.

Tabel 4.8

Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan I

Materi Skor maksimum Jumlah skor perolehan Nilai aktivitas Kategori Bagian- bagian Tanah

dan Jenisnya 52 51 98,07% Baik Sekali

Berdasarkan pada tabel 4.8 hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan I pada materi bagian-bagian tanah dan jenisnya memperoleh skor 51 dengan skor

(19)

maksimum 52 dan memperoleh nilai aktivitas guru 98,07% yang termasuk dalam kategori baik sekali.

b. Pertemuan Kedua

Berikut hasil observasi aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.9

Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II Pertemuan II

Materi Skor maksimum Jumlah skor perolehan Nilai aktivitas Kategori

Jenis- jenis Tanah 76 75 98,68% Baik Sekali

Berdasarkan pada tabel 4.9 hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan II pada materi jenis-jenis tanah memperoleh skor 75 dengan skor maksimum 76 dan memperoleh nilai aktivitas guru 98,68% yang termasuk dalam kategori baik sekali.

Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan II

Materi Skor maksimum Jumlah skor perolehan Nilai aktivitas Kategori

Jenis- jenis Tanah 52 51 98,07% Baik Sekali

Berdasarkan pada tabel 4.10 hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan II pada materi jenis-jenis tanah memperoleh skor 51 dengan skor maksimum 52 dan memperoleh nilai aktivitas guru 98,07% yang termasuk dalam kategori baik sekali.

(20)

4.4.4 Hasil Penelitian

Hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II yang diperoleh menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo dapat diketahui ketuntasan hasil belajar IPA sebanyak 22 siswa atau 100% sudah mencapai KKM semua. Berikut ketuntasan belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11

Ketuntasan Belajar Siklus II

No. Nilai Siklus I Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1. < 70 0 0 Tidak tuntas

2. ≥ 70 22 100% Tuntas

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel 4.11 ketuntasan belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo pada siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjukan bahwa semua siswa kelas 5 yaitu 22 siswa atau 100% telah mencapai nilai diatas KKM yang ditentukan. Dengan hasil ini membuktikan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu ≥85%. Ketuntasan belajar siswa siklus II bila disajikan dalam diagram 4.3 seperti berikut.

(21)

Diagram 4.3 Ketuntasan Belajar Siklus II

Diagram 4.3 menunjukan ketuntasan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA dengan pokok bahasan menjelaskan bagian-bagian tanah dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah misalnya humus, liat, berpasir, vulkanik, kapur, lempung, gambut sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 100% tuntas dan rata-rata kelas lebih besar dari KKM yaitu 89,32.

4.4.5 Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) sudah jauh lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Pada

penilaian yang dilakukan oleh observer, secara keseluruhan dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) guru sudah sangat baik begitu juga aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Pada siklus II secara keseluruhan guru telah memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus I. Guru lebih rileks dalam mengajar, guru sudah bisa mengelola kelas dan juga membimbing saat pembentukan kelompok. Semua siswa sudah ikut terlibat aktif dalam melakukan diskusi kelompok, siswa lebih berpartisipasi, siswa lebih berani mengeluarkan pendapat dan memberikan tanggapan atau komentar terhadap presentasi kelompok lain, rasa percaya diri siswa meningkat, hal ini dapat

0,00% 100,00% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% Siklus II Tidak tuntas Tuntas

(22)

dilihat dari keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru dan menjawab pertanyaan teman ketika presentasi.

4.5 Hasil Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Rekapitulasi perbandingan hasil belajar IPA pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12

Rekapitulasi Ketuntasan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No. Ketuntasan

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa (%) Jumlah Siswa (%) Jumlah Siswa (%) 1 Tidak tuntas 12 54,55% 6 27,27% 0 0% 2 Tuntas 10 45,45% 16 72,73% 22 100% Jumlah 22 100,00% 22 100,00% 22 100% Rata-rata 71,86 75,91 89,32 Nilai Tertinggi 90 95 100 Nilai Terendah 54 60 75

Berdasarkan tabel 4.12 rekapitulasi ketuntasan kondisi awal, siklus I, dan siklus II penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) telah meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo. Pada kondisi awal ada 12 siswa atau 54,55% yang tidak tuntas dan 10 siswa atau 45,45% tuntas. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kondisi awal adalah 71,86 dengan pencapaian nilai tertinggi 90 dan

(23)

54,55% 27,27% 0,00% 45,45% 72,73% 100% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tidak tuntas Tuntas

terendah 54, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I ada 6 siswa atau 27,27% tidak tuntas dan 16 siswa atau 72,73% yang tuntas. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 75,91 dengan pencapaian nilai tertinggi 95 dan terendah 60 sedangkan pada siklus II ada 22 siswa atau 100% yang tuntas semua. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 89,91 dengan pencapaian tertinggi 100 dan terendahnya 75. Ini membuktikan bahwa proses belajar mengajar menggunakan model pembelajran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA. Berikut rekapitulasi perbandingan hasil belajar IPA pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang disajikan dalam diagram 4.4 berikut.

Diagram 4.4 Rekapitulasi Perbandingan Hasil Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan diagram 4.4 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA pada kondisi awal, siklus I kemudian ke siklus II. Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang tidak tuntas mencapai 54,55% dan siswa yang sudah tuntas mencapai 45,45%, setelah diadakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I

(24)

terjadi peningkatan hasil belajar IPA sebesar 72,73% siswa tuntas dan 27,27% siswa belum tuntas sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 100% siswa tuntas.

4.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas

5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo, hal ini dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa yang semakin meningkat sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 70. Berdasarkan hasil observasi kondisi awal pada pembelajaran mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri 2 Pucungkerep Wonosobo didapatkan hasil belajar siswa yang kurang optimal dari jumlah keseluruhan 22 siswa, pada kondisi awal hanya 10 siswa atau 45,45% yang tuntas dengan nilai rata-rata 71,86, pada siklus I meningkat menjadi 16 siswa atau 72,73% yang tuntas dengan nilai rata-rata 75,91, dan pada siklus II meningkat menjadi 22 siswa atau 100% yang tuntas dengan nilai rata-rata 89,32.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) melatih siswa untuk mengembangkan hasil dalam belajar, mengembangkan kemampuan diri, sehingga siswa mengaitkan pengetahuan yang didapatkan dikelas serta melatih siswa agar lebih berani mengungkapkan pendapat atau pertanyaan dikelas sesuai dengan pemahaman siswa. Tugas guru dalam pembelajaran ini bukan sebagai pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator, dalam pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok setelah itu, siswa juga diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa lain memberi komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi berkurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) membuat siswa aktif untuk menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan, guru selalu berusaha

(25)

mengoptimalkan interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan lembar evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadikan siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, suasana yang tercipta dalam pembelajaran adalah suasana kerjasama oleh siswa dalam kegiatan belajar. Kerja sama yang dilaksanakan menyenangkan karena siswa dapat belajar bersama teman-temannya dan belajar tidak hanya dari guru dan buku saja. Rasa senang siswa dalam pembelajaran memberi pengaruh baik pada hasil belajar siswa, pengulangan materi pelajaran oleh siswa dan kegiatan pembelajaran yang dirasakan menyenangkan, menjadikan siswa mudah menerima materi pelajaran. Selain keberhasilan peningkatan hasil belajar IPA bisa terjadi karena model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) mempunyai beberapa kelebihan seperti menurut

Kurniasih dan Berlin Sani (2015: 30).

Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I sudah menunjukan adanya peningkatan, dengan ketuntasan klasikal yang mencapai 72,73% dan perolehan nilai rata-rata 75,91, hal ini menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus I belum sesuai dengan ketentuan belajar klasikal sebesar ≥85%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran sudah merata, hanya saja pada awal pertemuan banyak siswa yang masih belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena mereka masih merasa takut salah atau malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat. Kerjasama antar siswa juga sudah nyata dalam diskusi berpasangan dan saat mempresentasikan hasil kerja. Penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki dan lebih mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi. Perbaikan tersebut diantaranya guru lebih memberikan bimbingan kepada siswa untuk memperhatikan temannya yang sedang melakukan presentasi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran yang terjadi pada tindakan siklus II, siswa menjadi lebih aktif, kritis dan partisipatif. Hasil ketuntasan belajar 22 siswa

(26)

pada siklus II ini meningkat lagi menjadi 100%, dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥85%.

Hasil penelitian tindakan kelas ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggita Rizki Amalia dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Pembelajaran Number Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SDN Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015” menyatakan bahwa terjadinya peningkatan nilai rata-rata hasil tes setiap akhir siklus dan ketuntasan hasil belajar siswa secara berturut-turut setelah diberi tindakan siklus I dan siklus II. Pembelajaran siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 70) sebanyak 66,67% dengan nilai rata-rata 76,73. Pembelajaran siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 70) sebanyak 100% dengan nilai rata-rata 90.

Gambar

Diagram 4.2 Ketuntasan Belajar Siklus I
Diagram 4.3 Ketuntasan Belajar Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

elemen yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, loyalitas merek dan citra merek yang melekat pada produk sepatu

The principal objective of this study was to examine the White Rot Fungi incidence and soil respiration samples collected from the cassava plantation on the Ultisols

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu 30 wanita hamil trimester tiga dari Poli obsgin dan kelompok kontrol adalah wanita tidak hamil

Benzaldehida dan aseton yang ditambahkan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin akan menghasilkan larutan berwarna kuning, hal ini menunjukkan terjadinya reaksi positif pada kedua

Dengan demikian PT Baroco dinyatakan Memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

Gambar 5.8 Model genetik jejak bekas aliran Sungai Progo tahap 2, arus yang cepat pada bagian lengkung luar ( outer band ) sungai tersebut mengerosi tepi bagian tepi sungai.

Dengan model ini diharapkan bahwa data pada sistem informasi yang ada lebih menarik dari segi tampilan dan lebih tepat/akurat dalam mengoreksi data mahasiswa

Dari rumusan masalah yang ada bahwa lebih populernya prodak buku bergambar luar negeri yang lebih di minati oleh anak-anak dibandingkan dengan prodak lokal maka tujuan