• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Yulya Pinkasari Pembimbing : Kirmizi dan Al Azhar A. Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Yulya Pinkasari Pembimbing : Kirmizi dan Al Azhar A. Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR SWITCHING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 2007-2012) Oleh:

Yulya Pinkasari

Pembimbing : Kirmizi dan Al Azhar A

Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia e-mail : yulya.ps09@gmail.com

The affecting factors of auditor switching on Real Estate and Property enterprise listed in Indonesia Stock Exchange 2007-2012

ABSTRACT

The main purpose of this research is examining and knowing the efffects of management stock ownership, dividend policy, financial distress, the number of commissioners, management changes, audit tenure, going concern opinion, public accountant firm’s size, and change percentage of return on assets (ROA) to auditor switching. The population in this study were real estate and property firm listing in Indonesia Stock Exchange period 2007-2012, with the population total 48 firms. the sample are taken using purposive sampling method, and there are 84 of financial reports that have the sampling criteria. Type and data source in this study is decumentary and secondary data such as annual financial statement and independence auditor report. The data analysis technique used to verify the hypothesis is logistic regression. The result of this research show that audit tenure has significant effect on auditor switching. Then, management stock ownership, dividend policy, financial distress, the number of commissioners, management changes, going concern opinion, public accountant firm’s size, and change percentage of return on assets (ROA) does not have significant effect on auditor switching.

Keywords : auditor switching, dividend policy, financial distress, management changes, and going concern opinion.

PENDAHULUAN

Perkembangan perusahaan publik di Indonesia semakin pesat. Setiap perusahaan publik yang terdaftar di BEI wajib menyampaikan laporan keuangan sebagai alat pertanggung-jawaban pihak perusahaan (agent) kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan itu. Banyak pihak yang terlibat dalam penggunaan laporan keuangan maka informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan tersebut tentu harus bisa diandalkan dan tidak menyesatkan bagi para pemakainya agar masing-masing pihak dapat mengambil keputusan ekonomi dengan benar.

Jensen dan Meckling et al. (1976) menyatakan baik pemilik perusahaan maupun manajer (agent) merupakan pemaksimum kesejahteraan,sehingga kemungkinan seorang manajer akan mencari keuntungan sendiri dengan

(2)

mengorbankan kepentingan pihak lain. Oleh karena laporan keuangan memiliki potensi dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, maka dibutuh-kan pihak ketiga yang independen untuk menjamin kewajaran informasi atas laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajeman perusahaan. Inilah peran akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen untuk menengahi kedua pihak (agent dan principle) dengan kepentingan berbeda tersebut (Lee, 1993), yaitu untuk memberi penilaian dan pernyataan pendapat (opini) terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan.

Flint (1998) berpendapat bahwa independensi auditor akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Salah satu ancaman seperti itu adalah audit tenure yang panjang. Dia berpendapat bahwa audit tenure yang panjang dapat menyebabkan auditor untuk mengembangkan “hubungan nyaman” serta kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang dapat mencapai tahap dimana independensi auditor terancam.

Untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor, melalui serangkaian ketentuan, profesi akuntan publik dilarang memiliki hubungan pribadi dengan klien mereka yang dapat menimbul-kan konflik kepentingan potensial. Salah satu anjuran adalah rotasi wajib auditor (AICPA, 1978a; AICPA 1978b dalam Nasser et al., 2006). Rotasi wajib bertujuan untuk meningkatkan kemampuan auditor

dalam melindungi publik melalui peningkatan kewaspadaan untuk setiap kemungkinan ketidaklayakan, peningkatan kualitas pelayanan dan mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien (Mautz, 1974; Winters, 1976; Hoyle, 1978; Brody dan Moscove, 1998 dalam Nasser et al., 2006).

Pergantian Kantor Akuntan Publik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pergantian wajib (mandatory auditor switching) adalah pergantian KAP dan auditor yang wajib dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rotasi wajib ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Adapun isi dari peraturan tersebut adalah pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut pada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kantor Akuntan Publik dan akuntan publik boleh menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3).

Pergantian sukarela adalah pergantian KAP dan auditor yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri tanpa adanya peraturan wajib. Menurut Sinarwati (2010), jika ada pergantian KAP oleh perusahaan diluar ketentuan undang-undang maka menimbulkan pertanyaan bahkan kecurigaan dari investor,

(3)

sehingga penting untuk diketahui penyebabnya.

Adanya perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan pergantian KAP di luar ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian KAP (auditor switching) telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, namun hasil penelitian yang diperoleh berbeda-beda. Oleh karena adanya ketidakkonsistenan atas hasil riset-riset peneliti terdahulu maka peneliti juga tertarik untuk melakukan penelitian ini kembali.

Kebanyakan para peneliti terdahulu memilih objek pengamatan pada perusahaan sektor manufaktur, sedangkan objek pengamatan untuk penelitian ini adalah perusahaan sektor real estate dan property. Sektor ini dpilih oleh penulis karena melihat perkembangan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terus meningkat, sehingga cukup banyak dilirik para investor untuk menginvestasikan dana mereka. Selain itu, Perkembangan perusahaan real estate dan property ini dapat kita lihat secara fisik disekitar lingkungan kita yang ditunjukkan dari semakin maraknya pembangunan perumahan, apartemen, dan perkantoran.

Periode penelitian dari tahun 2007 sampai dengan 2012 dikarenakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3. Perbedaan sektor perusahaan dan tambahan periode waktu penelitian diharapkan akan mempengaruhi hasil penelitian ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan saham manajemen,kebijakan dividen, financial distress, jumlah anggota dewan komisaris, pergantian manajemen, audit tenure, opini audit going concern, ukuran KAP, dan persentase perubahan ROA terhadap perusahaan real estate dan property di Indonesia yang melakukan auditor switching tahun 2007-2012.

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Auditor Switching

Auditor switching merupakan pergantian Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan (Wijayani dan Januarti, 2011). Pergantian ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya merger antara dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasaan terhadap kantor akuntan publik yang dahulu, dan merger antara kantor akuntan publik (Halim, 2008). Mardiyah (2002) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching yaitu faktor klien (client-related factors) dan faktor auditor (auditor-related factors). Faktor klien berupa kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, dan Initial Public Offering (IPO). Sedangkan faktor auditor berupa fee audit dan kualitas audit.

Pengaruh Kepemilikan Saham Manajemen terhadap Auditor Switching

Kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajer yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan terdiri dari

(4)

direktur dan komisaris perusahaan (Wahidahwati,2002 dalam Susilawati dkk., 2012). Carey et al. (2000) menyatakan proporsi kepemilikan saham non keluarga meningkat, maka timbul permintaan monitoring dan audit berkualitas. Guedhami et al. (2009) menemukan kepemilikan saham menyebar mempunyai pengaruh penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diwujudkan dalam pemilihan auditor dari KAP. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit proporsi kepemilikan saham manajemen maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan untuk berganti ke KAP yang berkualitas. H1: Kepemilikan saham manajemen

berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Auditor Switching

Sartono (2010), kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiyaan investasi di masa datang. Horne dan Machowicz (2010:287) dividen yang stabil mengungkapkan pandangan pihak manajemen atas masa depan perusahaan yang lebih baik. Jika dividen tidak dibagikan secara teratur akan menimbulkan pertanyaan untuk para pemegang saham (Abdillah dan Sabeni, 2013). Salah satu penyebab kemngkinan dividen tidak dibagikan yaitu dibutuhkannya dana tambahan untuk kebutuhan investasi perusahaan. Oleh karena penggunaan dana tambahan maka dibutuhkan pengawasan tinggi, sehingga investor akan lebih percaya pada manajemen

perusahaan (Loughram, 1997). Bentuk pengawasan tinggi yaitu permintaan kualitas audit yang baik, sehingga hal ini akan mendorong manajemen untuk melakukan pergantian KAP.

H2: Kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

Pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching

Wijayani dan Januarti (2011) financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Schwartz dan Menon (1985:231) menyatakan kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan terancam bangkrut untuk berpindah KAP. Hal ini didukung oleh penelitian Schwartz dan Soo (1995:86) yang menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah KAP dari pada perusahaan yang tidak bangkrut. Pergantian KAP dapat disebabkan karena perusahaan tidak dapat memenuhi fee audit yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya karena kondisi keuangan perusahaan sedang mengalami penurunan (Sulistiarini dan Sudarno, 2012).

H3: Financial Distress berpengaruh positif terhadap auditor switching.

(5)

Pengaruh Jumlah Anggota Dewan Komisaris terhadap Auditor Switching

Dewan komisaris memiliki sistem pemantauan yang efektif terhadap proses penyusunan laporan keuangan agar dapat diyakinkan bahwa laporan keuangan yang disajikan memenuhi persyaratan baik yang berkaitan dengan aturan-aturan akuntansi bagi laporan keuangan yang ditujukan kepada berbagai kepentingan diluar perusahaan. Jensen (1993), kapasitas dewan komisaris untuk melakukan monitoring lebih efektif seiring dengan besarnya dewan komisaris, yang mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Salah satu bentuk melakukan monitoring yang lebih efektif dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah memilih KAP yang berkualitas baik. Dalam hal melakukan tugas sebagai pengawas perseroan dan usaha perseroan, dewan komisaris memiliki wewenang untuk memilih KAP. Oleh karena itu, pergantian baik penambahan, pengurangan atau jumlah anggota dewan komisaris yang tetap dianggap mempunyai dampak terhadap pemilihan KAP yang bertugas.

H4: Jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap auditor switching. Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Auditor Switching

Nagy (2005) menyatakan bahwa pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, pemilihan KAP. Schwartz dan Menon (1985), perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP –nya karena

manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan. jika manajemen yang baru yakin bahwa akuntan publik yang baru bisa diajak kerja sama dan lebih bisa memberikan opini seperti harapan manajemen disertai dengan adanya preferensi tersendiri tentang auditor yang akan digunakannya, pergantian akuntan publik dapat terjadi dalam perusahaan (Wahyuningsih dan Suryanawa, 2012).

H5: Terdapat pengaruh positif pergantian manajemen terhadap auditor switching.

Pengaruh Audit Tenure terhadap Auditor Switching

Audit tenure adalah lamanya waktu seorang auditor memberikan jasa audit pada klien. Shockley (1981) berpendapat bahwa seorang partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu dianggap terlalu lama sehingga dimungkinkan berpengaruh negatif terhadap independensi auditor. Semakin lama hubungan auditor dengan klien akan menimbulkan ikatan emosional yang cukup kuat dan jika hal ini terjadi, maka seorang auditor yang seharusnya bersikap independensi dalam memberikan opininya menjadi cenderung tidak independensi.

Sinason et al. (2001) menemukan bahwa jenis perusahaan audit berpengaruh positif pada panjangnya audit tenure. Dengan kata lain, perusahaan audit yang lebih kecil mengalami audit tenure yang pendek dibandingkaan perusahaan audit yang besar. Perbedaan panjangnya tenure pada dua jenis perusahaan audit ini dapat berdampak pada

(6)

independensi jika dalam jangka waktu yang panjang.

H6: Audit tenure berpengaruh positif terhadap auditor switching. Pengaruh Opini Audit Going Concern terhadap Auditor Switching

Opini audit going concern adalah opini audit yang dikeluarkan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian tentang kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Lenox (2000), pergantian auditor lebih sering terjadi setelah perusahaan menerima modified opinions. McKeown et al. (1991:29) menyatakan bahwa semakin kondisi perusahaan tergangggu atau memburuk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Hany et al., (2003) menyatakan pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena seorang investor perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama dalam hal yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Carcello dan Neal (2003) mengatakan bahwa para auditor sering kali percaya bahwa mereka lebih mungkin diganti jika mengeluarkan opini going concern. Perusahaan akan mencari auditor yang dapat memberikan opini audit sesuai dengan harapannya. H7: Opini audit going concern

berpengaruh positif terhadap auditor switching.

Pengaruh Ukuran KAP terhadap Auditor Switching

DeAngelo (1981) menyatakan kualitas audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik dapat dinilai dari ukuran KAP yang melaksanakan proses audit. Mardiyah (2002) expertise KAP merupakan salah satu servis KAP besar. Faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Manajemen perusahaan akan mencari KAP yang berkualitas tinggi karena investor dan pemakai laporan keuangan cenderung mengandalkan reputasi auditor sebagai indikator kredibilitas laporan keuangan (Barton dalam Rumondang dan Adri, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka perusahaan akan cenderung mempertahankan KAP Big 4 daripada Non- Big Four. Akan tetapi tidak selamanya perusahaan akan mempertahankan KAP Big 4 tersebut karena adanya kewajiban rotasi KAP.

H8: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching.

Pengaruh Persentase Perubahan ROA terhadap Auditor Switching

Persentase perubahan ROA merupakan salah satu proksi dari reputasi klien/ client reputation (Mardiyah, 2002). Selain itu perubahan ROA juga dapat digunakan sebagai indikator kondisi keuangan perusahaan untuk melihat prospek bisnis dari perusahaan tersebut (Susan dan Trisnawati, 2011). Semakin tinggi rasio ROA, semakin baik keadaaan perusahaan (Syamsuddin, 2009:63). Hal ini

(7)

didukung oleh penelitian Damayanti dan Sudarma (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai ROA berarti semakin efektif pengelolan aset perusahaan, serta semakin baik pula prospek perusahaan.

Wijayani dan Januarti (2011) menyatakan perusahaan yang memiliki nilai ROA rendah cenderung mengganti auditornya karena mengalami penurunan kinerja sehingga prospek bisnisnya menurun. Ketika kondisi keuangan perusahaan menurun, manajemen cenderung mengganti auditornya dengan harapan akan mendapatkan auditor yang mampu menyembunyikan penurunan persentase perubahan ROA tersebut.

H9: Persentase perubahan ROA berpengaruh positif terhadap auditor switching.

METODE PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI tahun 2007-2012. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah auditor switching dan variabel independen adalah kepemilikan saham manajemen, kebijakan dividen, financial distress, jumlah anggota dewan komisaris, pergantian manajemen, audit tenure, opini audit going concern, ukuran KAP dan persentase perubahan ROA.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa laporan keuangan tahunan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2012. Sumber data diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) atau website

www.idx.co.id. Sampel diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah 84 data yang akan diproses untuk penelitian ini.

Tabel 1. Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria.

Kriteria Jumlah

Perusahaan yang listing

di BEI tahun 2007-2012 48 Perusahaan yang

delisting selama tahun

2007-2012 (4)

Data laporan keuangan tidak tersedia secara lengkap selama tahun 2007-2012 (5) Perusahaan tidak melakukan pergantian auditor (25) Jumlah Perusahaan Sampel 14 Tahun Pengamatan 6

Jumlah data yang

diproses 84

Metode analisis data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Adapun persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

= α + MGT_OW + DIV + AZS + KOM + CEO + TENURE + OGC +

KAP + ROA + e Keterangan:

: auditor switching, menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan mengganti KAP maka diberi nilai 1 dan jika perusahaan tidak mengganti KAP maka diberi nilai 0.

(8)

- : koefisien regresi

MGT_OW : Kepemilikan saham manajemen. Diukur dengan melihat jumlah persentase kepemilikan saham oleh manajer dan anggota dewan komisaris.

DIV : kebijakan dividen, diukur menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan melakukan pembagian dividen maka diberi nilai 1 dan jika perusahaan tidak membagikan dividen maka diberi nilai 0.

AZS : financial distress, dihitung dengan formula Altman Z Score, kemudian diukur dengan variabel dummy. Jika perusahaan berada pada zona distress, maka diberi nilai 1 dan 0 jika perusahaan yang berada pada zona aman dan zona abu-abu.

KOM : jumlah anggota dewan komisaris.Variabel ini diukur dengan menjumlahkan anggota dewan komisaris.

CEO : pergantian manajemen, diukur dengan menggunakan variabel dummy. Nilai 1 jika perusahaan melakukan pergantian direksi utama dan nilai 0 jika perusahaan tidak melakukan pergantian direksi utama. TENURE : audit tenure, diukur dengan menjumlahkan masa perikatan auditor dengan kliennya dengan satuan tahun.

OGC : opini audit going concern, menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan menerima opini going concern maka diberikan nilai 1 dan 0 jika perusahaan tidak menerima opini going concern.

KAP : ukuran KAP, menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka diberi nilai 1. Sedangkan jika perusahaan diaudit oleh KAP non-Big 4 maka diberi nilai 0.

ROA : persentase perubahan ROA. Dihitung dengan cara earning after taxes dan interest dibagi total assets. e : residual error

HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, yaitu yang berhubungan dengan pengumpulan data (Almukhsi, 2013).

Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Statistik deskriptif pada tabel 2 menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi masing-masing variabel. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa:

Variabel kepemilikan saham manajemen (MGT_OW) pada tabel 2 menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 45,31. Selanjutnya, nilai rata (mean) variabel sebesar 2,3901 dan standar deviasi sebesar 6,95323. Nilai

n Min Max Mean DeviationStd.

SWITCH 14 0 1 .35 .478 MGT_OW 14 .00 45.31 2.3901 6.95323 DIV 14 0 1 .23 .421 AZS 14 0 1 .13 .339 KOM 14 2 10 4.07 2.122 CEO 14 0 1 .25 .436 TENURE 14 1 5 2.13 1.095 OGC 14 0 1 .10 .295 KAP 14 0 1 .05 .214 ROA 14 -8.42 11.74 1.7071 3.97751 Valid N (listwise) 14

(9)

maksimum variabel kepemilikan saham manajemen sebesar 45,31 tetapi nilai rata-rata variabel (mean) hanya sebesar 2,3901 ini dikarenakan hanya terdapat satu perusahaan dari total perusahaan yang dijadikan sampel yang memiliki saham manajemen hingga mencapai 45,31% sedangkan perusahaan lain memiliki saham manajemen yang kecil sehingga nilai rata-rata variabel (mean) sebesar 2,3901.

Variabel jumlah anggota dewan komisaris (KOM) pada tabel 2 menunjukkan nilai minimum sebesar 2, nilai maksimum sebesar 10, nilai rata-rata (mean) variabel sebesar 4,07 dan standar deviasi sebesar 2,122. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel memiliki jumlah anggota dewan komisaris paling banyak 10 orang. Jensen (1993) menyebutkan kapasitas dewan komisaris untuk melakukan monitoring lebih efektif seiring dengan besarnya dewan komisaris, yang mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan keuangan. Semakin banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dipercaya semakin banyak yang memikirkan dan memantau resiko-resiko yang dihadapi perusahaan, sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan dapat mengatasi ancaman yang ada pada perusahaan (Abdillah dan Sabeni, 2013).

Variabel audit tenure pada tabel 2 menunjukkan nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 5, nilai rata-rata variabel (mean) sebesar 2,13 dan standar deviasi sebesar 1,095. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki masa perikatan

audit paling lama 5 tahun dan paling cepat hanya 1 tahun.

Variabel persentase perubahan ROA pada tabel 2 menunjukkan nilai minimum sebesar -8,42, nilai maksimum sebesar 11,74, nilai rata-rata variabel (mean) sebesar 1,7071 dan standar deviasi sebesar 3,97751. Perusahaan yang memiliki nilai ROA -8,42 dan perusahaan yang memiliki ROA tertinggi sebesar 11,74 Semakin tinggi nilai ROA berarti semakin efektif pengelolan aset yang dimiliki perusahaan dan semakin baik pula prospek perusahaan (Damayanti dan Sudarma, 2008). ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi rugi. Hal ini meunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Utomo, 2010). Hasil Uji Hipotesis

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik Variabel Nilai Uji Ket.

B Sig. MGT_OW -.037 .671 Ditolak DIV .693 .631 Ditolak AZS -1.581 .356 Ditolak KOM .170 .456 Ditolak CEO -.794 .529 Ditolak TENURE -5.407 .000 Diterima OGC 1.038 .525 Ditolak KAP -13.886 .988 Ditolak ROA -.036 .839 Ditolak Sumber: Output SPSS

Berdasarkan Tabel 3. Hasil uji regresi logistik, dapat dijelaskan hasilnya, sebagai berikut:

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel kepemilikan saham manajemen

(10)

memiliki tingkat signifikan 0,671 > α = 5%, artinya kepemilikan saham manajemen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah pada umumnya perusahaan yang memiliki saham manajemen yang proposinya sedikit, kemungkinan pihak manajemen tidak memiliki hak suara untuk melakukan pergantian KAP. Pihak manajemen hanya dapat mengusulkan kantor akuntan publik yang akan dipilih, namun kesepakatan untuk melakukan pergantian KAP harus berdasarkan rapat umum pemegang saham dan diputuskan oleh dewan komisaris.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen memiliki tingkat signifikan 0,631 > α = 5%, artinya kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Ada tidaknya pembagian dividen, tidak cenderung membuat perusahaan melakukan auditor switching. Kemungkinan pemegang saham telah yakin terhadap auditor yang mengaudit perusahaan saat ini karena laporan keuangan perusahaan yang dikelola auditor selama ini berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, para pemegang saham yakin bahwa auditor menjalankan tugas audit secara profesional dan dengan tingkat independensi yang tinggi.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan variabel financial distress memiliki tingkat signifikan 0,356 > α = 5%, artinya financial distress tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil ini dikarenakan perusahaan yang dijadikan sampel mayoritas menggunakan jasa KAP non big 4. Perusahaan menganggap

bahwa jika perusahaan melakukan pergantiaan KAP dari KAP non big 4 ke KAP big 4 maka mereka akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Hal ini dapat menyulitkan kondisi keuangan perusahaan karena kenaikan jasa audit. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab perusahaan yang mengalami financial distress tidak melakukan auditor switching adalah mempertimbangkan masalah kerahasian informasi dan citra perusahaan. Selain itu, jika perusahaan selalu mengganti KAP maka akan menimbulkan pertanyaan bagi para pemegang saham.

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan jumlah anggota dewan komisaris memiliki tingkat signifikan 0,456 > α = 5%, artinya jumlah anggota dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil ini dikarenakan banyak atau sedikitnya jumlah dewan komisaris tidak menjadi perhatian utama. Yang terpenting bagi perusahaan adalah bagaimana kinerja dewan komisaris dalam mengambil keputusan untuk memonitoring perusahaan secara efektif, termasuk dalam hal pemilihan KAP yang tepat bagi perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan variabel pergantian manajemen memiliki tingkat signifikan 0,529 > α = 5%, artinya pergantian manajemen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil ini dikarenakan keputusan untuk melakukan pergantian KAP tidak dapat dilakukan oleh manajemen dengan sendirinya karena mengingat perusahaan publik mayoritas saham dikuasai oleh publik, maka pihak

(11)

manajemen hanya bisa mengusulkan KAP mana yang akan dipilih. Wewenang untuk berganti KAP terletak pada dewan komisaris.

Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan variabel audit tenure memiliki tingkat signifikan 0,000 < α = 5%, artinya audit tenure memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil ini dikarenakan perusahaan terpatok pada peraturan wajib rotasi KAP sehingga perusahaan cenderung melakukan auditor switching sebelum masa perikatan habis.

Hasil pengujian hipotesis ketujuh menunjukkan variabel opini audit going concern memiliki tingkat signifikan 0,525 > α = 5%, artinya opini audit going concern tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil ini dikarenakan opini going concern bukanlah opini yang buruk karena sebelum menerbitkan opini ini, auditor telah mempertimbangkan rencana manajemen untuk mengatasi kondisi perusahaan, dan menurut penilaian auditor rencana tersebut dapat efektif dijalankan serta terdapat cukup pengungkapan. Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendasari perusahaan untuk tidak melakukan auditor switching. Faktor lain perusahaan yang mendapat opini audit going concern tidak melakukan auditor switching adalah perusahaan mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi jika melakukan opinion shopping.

Hasil pengujian hipotesis kedelapan menunjukkan variabel ukuran KAP memiliki tingkat signifikan 0,988 > α = 5%, artinya ukuran KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor

switching. Hasil ini dikarenakan perusahaan real estate dan property yang dijadikan sampel mayoritas (95,2%) menggunakan KAP non big Four dan ketika melakukan auditor switching masih tetap menggunakan KAP dalam kelas yang sama (KAP non big Four). Hal ini mungkin disebabkan karena perusahaan menganggap tingkat reputasi KAP tidak ditentukan oleh klasifikasi big 4 atau non big Four akan tetapi berdasarkan kualitas audit dan independensi auditor tersebut.

Hasil pengujian hipotesis kesembilan menunjukkan variabel persentase perubahan ROA memiliki tingkat signifikan 0,839 > α = 5%, artinya persentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil ini dikarenakan pihak perusahaan mempertahankan reputasi perusahaan untuk tetap menggunakan KAP yang lama. Reputasi sebuah perusahaan akan dipertanyakan jika perusahaan selalu mengganti KAP ketika perusahaan mengalami penurunan kinerja keuangan. Pergantian KAP yang baru akan membutuhkan biaya yang besar. Auditor baru akan menerapkan biaya audit yang tinggi dikarenakan auditor baru perlu memahami seluk beluk dan kondisi perusahaan secara lebih dalam. PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sembilan faktor yang diteliti yaitu kepemilikan saham manajemen, kebijakan dividen, financial distress, jumlah anggota dewan komisaris, pergantian manajemen, audit tenure, opini audit going concern, ukuran KAP dan persentase perubahan ROA), variabel

(12)

audit tenure terbukti memilki pengaruh positif terhadap auditor switching. Semakin panjang audit tenure mendorong perusahaan untuk melakukan auditor switching. Sedangkan faktor lain yaitu: kepemilikan saham manajemen, kebijakan dividen, financial distress, jumlah anggota dewan komisaris, pergantian manajemen, opini audit going concern, ukuran KAP dan persentase perubahan ROA terbukti tidak berpengaruh terhadap auditor switching.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu objek penelitian hanya menggunakan perusahaan sektor real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2012, jumlah sampel relatif sedikit dan Penelitian ini tidak memasukkan sampel perusahaan pada tahun 2013 karena ketidaklengkapan data dan sebagian data masih dalam bentuk mata uang dollar.

Atas dasar keterbatasan tersebut, untuk penelitian selanjutnya disarankan memperluas sampel penelitian dengan menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian dan memasukan data perusahaan 2003 atau terbaru, serta menambah variabel penelitian yang lain, yang tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini seperti ukuran perusahaan, pergantian komite audit, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Titis Bonang dan Arifin Sabeni. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian KAP”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 02, No. 03, hlm. 1-12.

Carcello, J.V. dan T.L. Neal. 2003. “Audit Comittee Characteristics and Auditor Dismissals following New Going Concern Report”. The Accounting Review. Vol. 78, No. 1, January 2003, hlm. 95-117.

Damayanti, S. dan Sudarma, M. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Guedhami, O., Pittman, J.A. and Saffar, W. 2009. “Auditor choice in privated firms: Empirical evidence on the role of state and foreign owners”. Journal of Accounting & Economics. Vol. 48, hlm. 151-171. Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Jilid 1. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, JR. 2010. Fundamental of Financial Management. 12th Edition. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Jensen, Michael C dan Meckling W.H.1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal

(13)

of Financial Economics 3. hlm. 305-360.

Jensen, M.C. 1993. “Presidential Address: The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control system”. Journal of France. Vol. 48, hlm. 830-881. Lee, T., 1993, Corporate Audit Theory. London: Chapman & Hall. Loughram, T. & Ritter, J. R. 1997. “The Operating Performance of Firms Conducting Seasoned Equity Offerings”. Journal of Finance. Vol. 52, hlm. 23-50.

Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor Terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA (Rescursive Model Algorithm)”. Simposium Nasional Akuntansi V Semarang. hlm. 425-445.

Mardiyanto, Handono. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/ PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta.

Nagy, A.L. 2005. “Mandatory Audit Firm Turnover, Financial Reporting Quality, and Client Bargaining Power”. Accounting Horizons. Vol. 19, No. 2, hlm. 51-68.

Nasser, abdul and Emelin Abdul Wahid. 2006. “Auditor-Client Relationship: the case of audit tenure

and auditor swicthing in Malaysia. Managerial Auditing Journal. Vol 21, No. 7.

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPEF-YOGYAKARTA.

Schwartz, K.B. dan B.S. Soo. 1995. “An Analysis of Firm 8-K Disclousure of Auditor Changes by Firms Approaching Bankruptcy”. Auditing: A journal of Practice & Theory. Vol.14, No. 1, Spring 1995, hlm. 125-135.

Schwartz, K.B. dan Menon, K. 1985. “Auditor Switches by Failing Firms”. The Accounting Review. Vol. LX, No. 2, April 1985, hlm. 248-261. Sinarwati, Ni Kadek. 2010. “Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. hlm 1-20.

Sulistiarini, Endina dan Sudarno. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010)”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1, No. 2, hlm. 1-12.

Susan dan Estralita Trisnawati. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor Switch”.Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.13, No. 2, Agustus 2011, hlm. 131-144.

(14)

Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers.

Susilawati, Christine Dwi Karya, dkk. 2002. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16, No. 2, hlm. 178-187.

Wahyuningsih, Nur dan I Ketut Suryanawa. 2011. “Analisis Pengaruh Opini Audit Going Concern dan Pergantian Manajemen pada Auditor Switching”. Jurnal Akuntansi FE Udayana.

Wijayani, Evi Dwi dan Indira Januarti. 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan di Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. hlm. 1-25.

Gambar

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh stek tanaman jati (Tectona grandis) dari posisi bahan stek dan model pemotongan stek.. Penelitian di

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat kateter melewati nasofaring,

[r]

Maka keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada siklus I (pertemuan 1, 2 dan 3) ini berada pada klasifikasi “Cukup” karena 65,3% berada pada rentang 56%-75%.

Terdapat empat prinsip pokok tipografi yang mempunyai tujuan utama untuk memastikan agar informasi yang ingin disampaikan oleh suatu karya desain komunikasi visual

Kepraktisan terhadap media pembelajaran e-learning KKPI (Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi) berbasis moodle sebesar 87,41%, sehingga tingkat

Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati sehingga kita dapat menggali potensi

Tahapan tersebut membantu desainer dalam mengontrol setiap proses yang dilakukan, walaupun proses tersebut tidaklah harus berurutan satu dengan yang lain karena setiap desain memiliki