M.P.I.Vol.1NO.3.Desember 2007,8 -14
PENGARU
H A
U
S
T
E
MPER
PADA PRO
SES
P
EMBU
ATA
N M
AT
ERIA
L
AUSTEMPERED
DUCTILE IRON 0.3% Mn
Mochammad Ismail
Pusat Teknologi Industri Proses BPP Teknologi
Austempered heat treatment on nodular cast iron is in tends to ferrite acicular matrix and austenite metastable results. The ductility more height than as cast. The best Austempered research is obtained on 350°C and 4
hours holding time.
PENDAHULUAN
Kata kunci :Austemper, proses, material, besi tuang
Dengan semakin pesatnya
perkembangan teknologi saat ini makin dibutuhkan jenis material yang mempunyai sifat-sifat khusus. Sehingga setiap negara berlomba-Iomba mengadakan penelitian untuk mencari material-material baru, yang sesuai dengan tuntutan zaman. Adapula pencarian material baru tersebut dengan memperbaiki sifat-sifat dari material yang sudah ada, sehingga diperoleh material yang lebih baik dari aslinya. Diantara upaya untuk memperbaiki sifat-sifat mekaniknya yaitu dengan teknik perlakuan panas. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan panas pad a besi tuang nodular (besi tuang yang grafitnya berbentuk bulat), yaitu dengan melakukan penambahan unsur kimia Mn 0.3% pada besi tuang nodular, kemudian dilakukan proses perlakuan panas austemper. Penambahan Mn ini bertujuan untuk mengontrol mikrostruktur, terutama
untuk menstabilkan perlit dan
mempertahankan jumlah karbida dalarn >.
eutektoid. Sedang proses austemper juga bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik terutama untuk memperoleh struktur matriks
ferit asikular dan austenit metastabil dari besi tuang nodular dari kondisi ascast.
Pada proses austemper, besi tuang nodular dipanaskan sampai temperatur
austenit dengan waktu tahan yang cukup untuk membuat austenit homogen, kemudian didinginkan secara cepat (quench) ke temperatur di atas Ms (martensite start) dan dibiarkan sampai transformasi menjadi ferit
asikular dan austenit metastabil selesai.
Sebagai media pendingin yang digunakan adalah garam cair (salt bath) dengan temperatur antara 300°C-450°C.
Dengan demikian didalam matriks dapat dihindari terbentuknya martensit. Hasil
austempering mempunyai kekuatan dan keuletan yang cukup tinggi.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh temperatur austemper dengan waktu tahan 1 jam hingga 5 jam terhadap sifat mekanik besi tuang nodular pada proses pembuatan Austempered Ductile Iron (ADI) dengan Mn 0.3%,
khususnya kuat tarik, impak, kekerasan dan perubahan mikrostruktur.
METODE PENELlTIAN
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menghitung komposisi target yang dikehendaki. Kemudian dengan mengetahui komposisi bahan yang tersedia dan kapasitas dapur peleburan yang akan digunakan, maka dapat dihitung be rat masing-masing komposisi yang akan dilebur untuk mencapai komposisi target.
Peleburan dilakukan dalam dapur induksi dengan menambahkan Mn kedalam dapur pada saat peleburan. Pencairan dilakukan sampai temperatur cair kurang lebih 1500oC. Penimbangan bahan yang akan dilebur disesuaikan dengan perhitungan, seperti pig iron, return scrap, steel scrap dan lain-lain. Kemudian kedalam dapur induksi berturut -turut dimasukkan steel scrap, return scrap,
pig iron dan carburizer. Apabila seluruh logam dan paduan sudah mencair, baru dimasukkan FeMn, FeNi dan FeSi. Setiap saat temperature dapur induksi dimonitor terus. Pada proses ini komposisi logam cair terus diperiksa dengan alat CE meter. Bila komposisi yang diinginkan belum sesuai, maka ke dalam besi cair tersebut dapat
Pengaruh Austemper Pad a Proses Pembuatan Material Austempered Ductile Iron 0.3% Mn"(Mochammad Ism ail)
ditambah kekurangannya, dan dicek kembali sampai komposisi sesuai dengan yang direncanakan. Slag remover diberikan pada permukaan besi cair untuk menghindari ca cat cor yang disebabkan adanya kotoran-kotoran logam, disamping itu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses inokulasi.
Sedangkan FeMo dan FeMg diberikan
bersamaan pada saat proses magnesium
treatment di dalam ladle, untuk pembentukan grafit bulat.
Selanjutnya dilakukan penuangan dalam cetakan pasir furan yang berbentuk Y-blok dengan standar yang ada. Dari Y-blok inilah dibuat sampel sesuai standar yaitu sampel uji tarik, impak dan untuk pengamatan struktur mikro. Tahap berikutnya dilakukan perlakuan panas terhadap sampel-sampel tersebut.
HASIL PENELlTIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan akan didasarkan dari kondisi sebelum dilakukan perlakuan panas
(as cast) dan hasil setelah dilakukan perlakuan panas yang kemudian dilakukan uji mekanik dan pengamatan mikrostruktur.
Hasil Uji Komposisi Kimia Dengan
Spektro
Hasil uji komposisi kimia dari besi tuang nodular yang dihasilkan dari peleburan seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel1.
Hasil Uji Komposisi Kimia
Magnesium Unsur Kimia (%)
treatment C Si Mn P S Ni Cr Mo Cu Mg
Sebelum 3.8 2.60 0.30 0.01 0.013 1.2 0.01 0.06
Nodularisasi
Sesudah 3.8 2.66 0.30 0.01 0.01 1.2 0.01 0.60 0.06 0.07
Nodularisasi
Sifat Mekanik Kondisi As Cast (sebelum
dilakukan perlakuan panas)
Dari hasil uji mekanik (masing-masing diwakili oleh 5 sampel uji), yaitu uji tarik (yang sekaligus menghasilkan tegangan luluh dan elongasi), kekerasan dan impak.
Gambar 1 memperlihatkan mikrostruktur as
cast pembesaran 200X dengan struktur matriks perlit dan ferit yang mengelilingi grafit
bulat. Sedang pada Gambar 2
memperlihatkan mikrostruktur as cast,
pembesaran 100X tanpa etsa, dengan grafit bulat yang mempunyai nodularitas lebih dari 90%
Tabel2.
Hasil Uji Mekanik Sarnpel Pada Kondisi As Cast
No sampel Pengujian Tarik (kgf/mm2) Luluh (kgf/mm2) 1 2 3 4 5 Rata-rata 82 83 85 82 84.5 83.6 54 55
57
55 5655
.
5
Elongasi (%) Kekerasan (HB) Impak (ioule) 4.2 4.8 5 4.0 4.4 4.6 226 230 238225
235
230.8 4.8 5.0 5.8 4.5 65.2
M.P.I. Vol.1 NO.3. Desember 2007, 8 - 14
Pengamatan Mikrostruktur Kondisi as cast
Gambar 1. Mikrostruktur As Cast Dengan Matriks Perlit, Mengelilingi Grafit Bulat
Pengamatan
Mikrostruktur
Hasil
Perlakuan Panas
Dengan perlakuan panas dari 3000C s/d
4500C butiran kristal yang diaustemper pada
temperatur 3000C akan lebih halus bila dibandingkan dengan sampel uji yang di austemper pada temperatur 350oC, 4000C
dan 450oC. Jadi semakin besar temperatur
.
"".
"
'
.
lI-
.,
6' {It _ 0•
•
•••
•
•
•
tit 4t 4it-•
•
.
••
\
~
•
•• ,:1•••
v
'w~ $ ~•
.
Gambar2. Mikrostruktur As CastDengan Grafit Bulat Tanpa Etsa.
austemper yang diberikan, semakin besar pula butir kristal yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya besar kecil butir kristal banyak ditentukan oleh adanya difusi. Semakin banyak atom mempunyai kesempatan berdifusi, semakin besar butir kristal yang terjadi
,'
1
-:
'
~
~
:
t
-
~
~
.~
~
~-
.
,
'
.
:
;
.
i
.t
'
2
t
'
;
!
.
,
,
,
,
~~
! Gambar 3. Mikrostruktur Hasil Austemper 3000CWaktu Tahan 1 Jam Etsa Nital 2% Pembesaran 200X
Dalam hal ini apabila dibandingkan antara temperatur austemper 3000C dengan
4500C dengan waktu tahan yang sama, maka
temperatur austemper 3000C mempunyai
kecepatan pendinginan yang lebih cepat,
Gambar4. Mikrostruktur Hasil
Austemper 3000C
Waktu Tahan 4 Jam Etsa nital 2% Pembesaran 200X
sehingga proses difusi terbatas pad a jarak yang pendek, atau difusi lebih sulit terjadi.
Dengan demikian gerakan atom-atom menjadi lebih terbatas. Akibatnya butiran-butiran kristal yang terjadi akan lebih halus.
Pengaruh Austemper Pada Proses Pembuatan Material Austempered Ductf{e {ran 0.3% Mn (Mochammad Ism ail)
Sutiran kristal ini akan membesar kembali
apabila sampel uji diberi waktu tahan yang
lebih lama lagi
.
Kalau diamati hasH foto dari
perlakuan
panas
austemper300°C
dan
400°C perilaku seperti yang telah dijelaskan
tersebut diatas, hanya terlihat sampai waktu
tahan 3 jam. Lebih dari itu,
cementittelah
mulai terbentuk, hal ini ditunjukkan adanya
bercak
hitam
sedangkan
butiran
putih
semakin berkurang
.
Hal ini disebabkan karena buti
r
an kristal yang
keeil
(austemper300°C dan 350°C) atomnya
Gambar 5.
Mikrostruktur Hasi!
Austemper 350
Waktu Tahan 5 jam
Atom-atom tersebut membutuhkan waktu
lebih
lama
untuk
bertransformasi
dari
a
usten itmetastabil
menjadi
ferit
dan
cementit
.
Proses ini mulai nampak terlihat
setelah menginjak waktu tahan 5 jam.
HasH Uji Tarik
Si
l
a dibandingkan antara masing-masing
temperatur
austemperterhadap
kuat
tariknya,
terlihat
bahwa
makin
tinggi
temperatur
austempermakin
kecil
kuat
tariknya
.
SHa dibandingkan antara masing-
'<,masing
waktu
tahan
pada
temperatur
austemper
300°C dan 350°C, ternyata kuat
tarik mulai meningkat pada waktu tahan 3
jam
.
Sedang £ada
temperatur
austemper400°C dan 450 C
,
kuat tarik mulai meningkat
pada waktu tahan 4 jam
.
Kekuatan tarik ini
disebabkan besar kecilnya butiran kristal
.
Semakin kecil but
i
ran kr
i
s
t
alnya semakin
besar kuat tariknya. Perbedaan besar butir ini
disebabkan karena makin besar temperatur
austemper,
makin besar kesempatan atom
karbon untuk berdifus
i
.
lebih mudah berdifusi
.
Austenitmetastabil
lebih cepat bertransformasi menjadi ferit dan
cementit, sehingga dalam jangka waktu 3
jam,
austenitsudah habis bertransformasi
.
Dengan demikian dalam jangka waktu 4 jam
sudah
terlihat
adanya
pembentukan
cementit
.
Sedang
untuk
temperatur
austemper
400°C dan 450°C butiran kristal
eukup besar, sehingga atom-atornnya sulit
berdifusi
.
Gambar6.
Mikrostruktur Hasil
Austemper
350{)C
Waktu Tahan 1 Jam
Batas butir disalah satu sisi merupakan
tempat mulai terjadinya retak, namun disisi
lain batas butir juga sekaligus merupakan
penghambat
menjalarnya
retak.
Dengan
demikian semakin halus butir kristal semakin
sulit
retak
tersebut
menjalar
sehingga
semakin besar kuat tariknya. Demikian pula
sebaliknya,
semakin
besar
butir
kristal
semakin sedikit penghalang penjalaran retak
sehingga semakin kecil kuat tariknya (Iebih
ductile).
Semakin lama waktu tahan yang
diberikan, maka makin besar butir kristal
yang terjadi, sehingga semakin turun kuat
tariknya
M.P.1.Vol.1 NO.3. Desember2007, 8-14
140
120
-
-
-.
'
{>: .,.
»
-~ ~V
I---•
austemp300e•
austemp 350e I--- austemp 400e x austemp450e E100
.!§';
,
80
.
..:
~
60
eu I -eu40
:::>~
20
o
2
34
5
Holding Time (jam)Gambar 7.
Grafik Pengaruh Temperatur Austemper Terhadap Kuat Tarik
80 .
-70
1
-
~
...
_
=
2
3
~~
:
=~
..
t
C
-~_~
:
~~~~=~
=
-
~
f6°
t
-
~
t
=
~~
~
t
=
~
~~Vr
-
l
)5°
t
-
-
-
~
~~~~
t
=
~
~~
~
-
-1
:s
40:3
301 -~ 20 f--- • austemp 350C • austemp 30De austemp 400C 10I---- x austemp 450C o +---+---~----~--~----~ 1 234Holding Time (jam)
5
Gambar 8.
Grafik Pengaruh Temperatur Austemper Terhadap
Kuat Luluh
Kalau diamati dari hasil foto metalografi (Gambar 4 dan 5) nampak sudah ada transformasi austenit metastabil menjadi
ferit dan cementit, yang dapat dilihat dengan adanya bercak hitam semakin banyak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa untuk proses
austemper dengan waktu tahan 4 jam,
austenit sudah habis bertransformasi menjadi ferit dan austenit metastabil. Sebagai mana --"
diketahui bahwa cementit merupakan struktur yang sangat keras, karena kandungan
karbonnya tinggi, semakin banyak
kandungan cementitnya, maka sifat kuat tariknya semakin besar. Dari hasil uji tarik, sekaligus diperoleh hasil tegangan luluh dan elongasi. Dari grafik terlihat bahwa semakin besar temperatur austemper semakin kecil kuat luluhnya, namun elongasinya semakin besar, kecuali yang diaustemper 3000C dan 350oC, pada waktu tahan mulai 4 jam, kuat luluhnya mulai meningkat dan elongasinya menurun.
Kalau dibandingkan kuat tarik hasil
austemper dengan kondisi as cast, maka secara keseluruhan hasil austemper
mempunyai kuat tarik yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena matrik yang diperoleh dari as cast adalah perlit dan ferit yang mengelilingi grafit. Disini perlit merupakan gabungan antara ferit dan cementit yang terjalin secara simultan yang membentuk lamel- lamel ferit dan cementit
secara bergantian. Sedang matrik hasil
austemper adalah ferit asikular dan austenit metastabil yang terbentuk tidak dalam bentuk
lamel-Iamel (waktu tahan sampai 3 jam untuk temperatur austemper 300oC, 3500C dan waktu tahan sampai 4 jam untuk temperatur
austemper 400oC, 450°C). 10 9 8 7 .._._.__..._..._.._. , I'---K'. ....••
-
--
..•...•...f-
-~ I--•
austerrp 300C I--•
austerrp 350C austerrp 400Cx
austerrp 450C .. "iii 5 ~g'4
~ 3w
2 1o
1 234Holding Time (jam)
5
Gambar 9.
Grafik Pengaruh Temperatur
Austemper Terhadap Elongasi Terbentuknya struktur dari proses
austemper ini terjadi seperti terbentuknya antara perlit dan martensit, yaitu ada proses difusi dan sekaligus juga adanya pergeseran atom, sehingga struktur ini memiliki sifat-sifat kombinasi antara kuat tarik yang tinggi dengan keuletan yang tinggi pula. Kuat tarik yang tinggi ini
diperoleh karena adanya proses
pergeseran atom yang menyebabkan struktur atom tersebut terdistorsi
sehingga lebih tegang. Sedang
komposisinya terdiri dari ferit dan
austenit yang mempunyai keuletan yang cukup tinggi. Sehingga perpaduan ini
menyebabkan hasil austemper
mempunyai ketangguhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil as cast.
Pengaruh Austemper Pada Proses Pembuatan Material Austempered Ductile Iron 0.3% Mn (Mochammad Ismail)
Hasil Uji Kekerasan
Semakin besar temperatur austemper,
kekerasannya semakin menurun. Demikian pula semakin lama waktu tahan, kekerasannya pun semakin menurun. Hal ini ada kaitannya dengan pengaruh perlakuan panas yang mempengaruhi ukuran butir kristal yang telah dijelaskan sebelumnya pada uji tarik.
Namun untuk sampel uji pada proses
austemper temperatur 3000C dan 3500C
dengan waktu tahan yang ke 4 jam, kekerasannya mulai naik. Hal ini disebabkan oleh mulai terbentuknya cementit (Fe3C) yang keras.
Hasil uji kekerasan seperti terlihat pada Gambar 10.
Kalau dibandingkan dengan kekerasan kondisi as cast, hasil austemper ini mempunyai kekerasan yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena adanya 2 proses pada saat di austemper yaitu difusi dan pergeseran atom seperti penjelasan pada hasil uji tarik. 380 370 360 iD 350 :I: ~ 340 ~ 330 :;; 320 -" ::! 310 300 290 280
--
r
--
-
-
:
.~
-
...•.--..
.
..•
~•
austerro 450C I•
austerro 400C I austerro 350C x austerro 300C 2 3 4 5Holding Time (jam)
Gambar 10.
Grafik Pengaruh Temperatur
Austemper Terhadap Kekerasan
HasH Uji Impak
14 12 <, '\
.
•
..
<
,
.
\
-
...•....•.•,
~~
~.
-..
l
ri
:
austerrp 30De I austerrp 350C austerrp400C I ~usterTP 4.50C-I
~ 10'"
g
8 :::> -"[ 6 .§ 4 2 o 2 3 4 5 Gambar 11.Grafik Pengaruh Temperatur
AustemperTerhadap Impak
Dari Gambar 11, terlihat bahwa semakin tinggi temperatur austempemya semakin besar pula kuat impaknya. Begitu juga dengan semakin lama waktu tahan yang diberikan akan semakin besar pula kuat impaknya. Hal ini karena semakin besar butiran kristal akan semakin ductile sampel
tersebut, sehingga kekuatan untuk mematahkannya semakin besar.
Disini faktor elongasi lebih dominan menentukan kuat impaknya. Kecuali waktu tahan mulai
3
jam dan mulai 4 jam untuk tem~eratur austemper 300oC, 3500C dan400 C, 450oC, kuat impaknya turun drastis.
Hal ini disebabkan karena austenit sudah bertransformasi menjadi ferit dan cementit.
Kalau dibandingkan dengan hasil uji impak kondisi as cast nampak hasil uji impak, kondisi austemper lebih tinggi. Kecuali waktu tahan yang diberikan adalah 4 jam pada temperatur 300oC, 3500C dan waktu tahan 5
jam pad a temperatur austemper 400oC, 450oC.
Hal ini juga disebabkan karena pada saat itu austenit metastabil sudah bertransformasi
menjadi ferit dan cementit yang keras.
Sedang kalau waktu tahan yang diberikan hanya sampai
3
jam dan 4 jam untuktemaperatur austemper 300oC, 3500C dan
400oC, 4500C kuat impaknya lebih tinggi. Hal
ini disebabkan karena hasil austemper
mempunyai keuletan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi as cast.
KESIMPULAN
• Besi tuang hasil proses austemper 3000C
dan 3500C dengan waktu tahan 1, 2 dan 3
jam, sifat mekanik seperti kuat tarik, tegangan luluh dan kekerasan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak austenit bertransformasi menjadi ferit asikular dan austenit
metastabil.
• Pada temperatur austemper 4000C dan
<-, 4500C rata-rata kuat tarik, tegangan luluh
dan kekerasan mengalami penurunan dengan waktu tahan 1,2,3 dan 4 jam. Hal
ini juga karena adanya transformasi
austenit menjadi ferit asikular dan austenit
metastabil.
• Pada waktu tahan 4 dan 5 jam, pada temperatur austemper 3000C dan 3500C
terlihat adanya peningkatan pad a kuat tarik, tegangan luluh dan kekerasan. Kecenderungan ini juga nampak pada sampel yang mendapat perlakuan dengan temperatur austemper 4000C dan 4500C
M.P.1.Vol.1 No.3.Desember2007, 8-14
karena
austenitmetastabil
mulai
bertransformasi
menjadi
feritdan
cementit.
DAFTAR PUSTAKA
1
Hughes,C
.
H
.
I
.
,
Ductile Iron,BCIRA
International
Centre
for
Cast
Metals
Technology
,
Great Britain
.
1997 p
.
659
.
2
Karl,B
.
R
.
,
Heat Treatingof
Ductile Iron,Departement
of
Metallurgical
and
Materials Engineering, Michigan
Techno-logical University
,
p
.
683-684, 1997
3
Race.J
,
and
Stott,L
.
,
Practical Experience in the Austemperinof
Ductile Iron,p
.
105-109
,
1997
.
4 Vlack,L.H.v.,Elements
of
Materials Science and Engineering,4th edition,
University of Michigan, p
.
426-428, 1998
.
5 , The Structure and Composition
of
Ductile Cast/ron,BCIRA,1992 p
.
2
.
RIWAYAT PENULlS