Executive Summary
PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN MAMUJU: PENGEMBANGAN TANAMAN
BUDIDAYA KAKAO
Pengenalan Kabupaten Mamuju
Kabupaten Mamuju merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak pada bagian barat Pulau Sulawesi pada posisi 1038’110” – 2054’552” Lintang Selatan dan 11054’47” – 1305’35” Bujur Timur.
Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 801.406 ha, terdiri atas 16 kecamatan, 143 desa, 10 kelurahan, dan 4 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Di tinjau dari aspek ketinggian wilayah, Kabupaten Mamuju terdiri dari 6 (enam) zona, yaitu zona dengan ketinggian antara 0 – 25 m, zona antara 25 m – 100 m, zona dengan ketinggian antara 100 m – 500 m, zona dengan ketinggian 500 m – 1.000 m, zona dengan ketinggian antara 1.000 m – 1.500 m dan zona dengan ketinggian di atas 1.500 m.
Peluang Investasi Budidaya Kakao
Kabupaten Mamuju mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan tanaman budidaya kakao. Potensi wilayah lahan yang mungkin untuk dikembangkan adalah seluas 13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju.
Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO), pertumbuhan permintaan kakao di dunia adalah sebesar 4,8%. Permintaan biji kakao dunia pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 5.283.000 ton dengan permintaan terbesar berasal dari Eropa sebanyak 2.222.000 ton dan permintaan dari Amerika sebanyak 1.301.000 ton, dari Asia sebanyak 989.000 ton, dan dari Afrika 770.000 ton. Dengan tingkat pertumbuhan permintaan biji kakao dunia sebesar 4,8% dapat dipahami bahwa peluang ekspor biji kakao masih sangat terbuka. Indonesia termasuk tiga negara terbesar produsen kakao dunia, dimana pada tahun 2011 ekspor biji kakao Indonesia mencapai 588.233 ton per‐tahun. Dalam rentang waktu dari 2007 – 2011 pertumbuhan ekspor biji kakao Indonesia adalah sebesar 4% per‐tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut dan mempertimbangkan permintaan dunia seperti dijelaskan di atas dapat diperkirakan permintaan ekspor biji kakao Indonesia pada masa‐masa yang akan datang akan lebih prospektif.
Executive Summary 2013
Dalam upaya menyambut terbukanya potensi permintaan kakao sebagaimana dijelaskan di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju merencanakan pengembangan tanaman budidaya kakao di Kabupaten Mamuju. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju adalah dengan melakukan perluasan lahan tanam untuk budidaya kakao. Potensi pengembangan lahan tanam di Kabupaten Mamuju relatif besar karena di Kabupaten Mamuju tersedia potensi lahan seluas 13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju. Dengan adanya pengembangan lahan tersebut diharapkan Kabupaten Mamuju dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman budidaya kakao pada masa‐masa yang akan datang.
Investasi pengembangan budidaya kakao di Kabupaten Mamuju ditunjang dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Jalan Trans‐Sulawesi merupakan jalan utama arus barang dan jasa antar wilayah maupun di dalam wilayah Kabupaten Mamuju. Di samping itu, fasilitas angkutan darat di Kabupaten Mamuju telah tersedia, seperti Terminal Angkutan Darat Regional di Simbuang yang melayani jalur Antar‐Kota Antar‐Propinsi dan Antar‐Kota Dalam Propinsi, Terminal Mamuju di Karema untuk melayani angkutan kota dan desa. Pelayanan publik dan komersial dapat dilayani dengan adanya beberapa pelabuhan yaitu pelabuhan Ferry yang melayani Mamuju – Samarinda dan Balikpapan yang dilayani 2 (dua) kapal ferry dengan volume penyeberangan setiap hari. Pelabuhan Samudra Belang‐Belang di Kalukku yang melayani angkutan komersial berbagai komoditi yang akan disalurkan ke luar wilayah. Lintasan pelayaran menuju Kalimantan, Jawa, dan Bali, serta secara regional Sulawesi seperti lintasan Makassar – Pare‐Pare – Mamuju – Pasangkayu, Palu, dan Manado telah tersedia di pelabuhan laut dan di pelabuhan rakyat di sepanjang Pantai Mamuju.
Kabupaten Mamuju juga sudah memiliki satu bandar udara yaitu Bandar Udara Tampa Padang. Banyaknya pesawat yang berangkat dan tiba di bandar udara tersebut adalah 540 pesawat. Selain itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Mamuju sudah menghasilkan listrik sebanyak 56.838.651 KWH.
Perhitungan analisis kelayakan usaha tani budidaya kakao dilakukan berdasarkan assumsi dimana Kebutuhan investasi untuk mengembangkan budidaya kakao di Kabupaten Mamuju diperkirakan sebesar Rp 195 milyar untuk setiap 10.000 ha lahan tanam; dengan Internal Rate of Return (IRR) diperkirakan sebesar 34,64% yang lebih besar dari suku bunga 12% per tahun, dan Payback Periode sekitar 8 tahun (7,8 tahun).
A. GAMBARAN WILAYAH
A.1 Aspek Geografis dan AdministrasiSecara Geografis Kabupaten Mamuju terletak pada Bagian Barat Pulau Sulawesi dan berposisi pada bentangan Selat Makassar, yakni 1038’110” – 2054’552” Lintang Selatan dan 11054’47” – 1305’35” Bujur Timur. Dengan batas wilayah:
a. Utara dengan Kabupaten Mamuju Utara
b. Timur dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan
c. Selatan dengan Kabupaten Majene, Kabupaten Tana Toraja, dan Kabupaten Mamasa d. Barat dengan Selat Makassar
Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 801.406 ha, secara administrasi pemerintahan, terdiri atas 16 kecamatan, 143 desa, 10 kelurahan, dan 4 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Di antara 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Mamuju, 15 kecamatan berada di wilayah daratan dan 1 kecamatan di wilayah kepulauan. Ibukota kabupaten terletak di Kecamatan Mamuju. Letak kecamatan terjauh dari ibukota kabupaten adalah Ibukota Kecamatan Karossa yaitu sejauh 171 km, dan ibukota kecamatan yang terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Simboro yang berjarak 6 Km dari Mamuju.
Tabel A‐1 Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah di Kabupaten Mamuju Tahun 2011
No. Kecamatan Luas (ha) Desa/UPT Kelurahan
1 Tapalang 50.411 7 2 2 Tapalang Barat 12.714 7 ‐ 3 Mamuju 16.024 4 4 4 Simboro 9,169 6 / 1 2 5 Kalukku 46.199 11 / 1 2 6 Kalumpang 177.821 13 ‐ 7 Bonehau 95.076 9 ‐ 8 Papalang 16.043 9 ‐ 9 Sampaga 9.594 7 ‐ 10 Pangale 23.252 9 ‐ 11 Tommo 58.828 14 ‐ 12 Budong–Budong 114.043 11 ‐ 13 Topoyo 54.388 15 ‐ 14 Tobadak 10.013 8 ‐ 15 Karossa 106.931 11 / 2 ‐ 16 Kepulauan Bala‐Balakang 9.000 2 ‐ Jumlah 801.406 100,00 10 Sumber: RPJMD Kab. Mamuju Tahun 2010 – 2015
Gambaran Wilayah 2013
Gambar A‐1 Peta Admistrasi Kabupaten Mamuju
A.2 Kondisi Fisik
A.2.1. Morfologi, Iklim dan Curah Hujan
Ditinjau dari aspek ketinggian wilayah, Kabupaten Mamuju dapat dibedakan menjadi 6 (enam) zona, yaitu zona dengan ketinggian antara 0 – 25 m, zona antara 25 m – 100 m, zona dengan ketinggian antara 100 m – 500 m, zona dengan ketinggian 500 m – 1.000 m, zona dengan ketinggian antara 1.000 m – 1.500 m dan zona dengan ketinggian di atas 1.500 m. Secara umum berdasar zona ketinggian di atas menunjukkan bahwa pada bagian selatan sebagian besar mempunyai ketinggian di bawah 100 m, sedang semakin ke utara ketinggiannya semakin meningkat rata‐rata di atas 500 m. Secara proporsional, ketinggian wilayah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Zona ketinggian 0 – 25 m dengan luas 35.875 ha atau 4,43% b. Zona ketinggian 25 m – 100 m dengan luas 130.186 ha atau 16,06% c. Zona ketinggian 100 m – 500 m dengan luas 206.106Ha atau 25,46% d. Zona dengan ketinggian 500 m – 1.000 m dengan luas 159.769 ha atau 19,71% e. Zona dengan ketinggian 1.000 m – 1.500 m dengan luas 128.669 ha atau 16,06% f. Zona dengan ketinggian di atas 1.500 m dengan luas 148.714 ha atau 16,06% Tabel A‐2 Posisi dan Tinggi Wilayah Di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kab. Mamuju Tahun 2011
No. Kecamatan Bujur Lintang Tinggi DPL
1 Tapalang 118051’ 91’’ 2051’52’’ 0‐1 000 2 Tapalang Barat 118047’ 55’’ 2051’ 15’’ 0‐500 3 Mamuju 118053’30’’ 2040’ 28’’ 0‐500 4 Simboro 118051’07’’ 2039’61’’ 0‐500 5 Kalukku 119004’13’’ 2032’55’’ 0‐500 6 Kalumpang 119029’18’’ 2028’71’’ 125‐1500 7 Bonehau 119020’92’’ 2029’97’’ 200‐500 8 Papalang 119009’73’’ 2025’21’’ 0‐100 9 Sampaga 119010’50’’ 2020’42’’ 0‐500 10 Pangale 119008’13’’ 2017’31’’ 0‐600 11 Tommo 119017’98’’ 2018’94’’ 0‐97 12 Budong‐Budong 119011’87’’ 2004’66’’ 0‐500 13 Topoyo 119017’07’’ 2004’05’’ 0‐500 14 Tobadak 119020’93’’ 2005’52’’ 0‐500 15 Karossa 119024’08’’ 1047’82’’ 0‐500 16 Kep.Bala‐Balakang 117056’21,8’’ 2032’ 14,4’’ 0‐500 Sumber: Mamuju Dalam Angka Tahun 2012 A.2.2. Penggunaan Lahan Pola ruang merupakan alokasi pemanfaatan ruang yang prinsipnya merupakan perwujudan dari upaya pemanfaatan sumberdaya alam di suatu wilayah melalui pola pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan suatu proses pembangunan yang berkelanjutan. A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan A.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 adalah sebanyak 349.571 jiwa yang terbagi ke dalam 16 kecamatan. Jumlah penduduk terbesar adalah pada Kecamatan Mamuju sejumlah 57.165 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah pada Kecamatan Bala Balakang sejumlah 2.435 jiwa.
Gambaran Wilayah 2013
Tabel A‐3 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kab. Mamuju Tahun 2011
No. Kecamatan Rumah Tangga Penduduk
1 Tapalang 3.713 18.759 2 Tapalang Barat 1.882 9.470 3 Mamuju 12.135 57.165 4 Simboro 5.126 24.067 5 Bala‐Balakang 420 2.435 6 Kalukku 10.535 51.091 7 Papalang 4.883 22.195 8 Sampaga 3.566 14.509 9 Tommo 4.997 20.133 10 Kalumpang 2.574 11.204 11 Bonehau 2.004 8.944 12 Budong‐budong 5.423 23.676 13 Pangale 2.937 11.845 14 Topoyo 6.251 26.730 15 Karossa 4.892 22.827 16 Tobadak 5.789 24.521 Jumlah 77.136 349.571 Sumber: Mamuju Dalam Angka 2012 Jumlah penduduk perempuan lebih kecil daripada jumlah penduduk laki‐laki, yaitu 179.896 penduduk laki‐laki dan 169.675 penduduk perempuan. Tabel A‐4 Sex Ratio di Kabupaten Mamuju Tahun 2011
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk Laki‐laki Perempuan Sex Ratio
1 Tapalang 18.759 9.486 9.273 102.30 2 Tapalang Barat 9.470 4.773 4.697 101.62 3 Mamuju 57.165 29.096 28.069 103.66 4 Simboro 24.067 12.261 11.806 103.85 5 Bala‐Balakang 2.435 1.267 1.168 108.48 6 Kalukku 51.091 26.110 24.981 104.52 7 Papalang 22.195 11.325 10.870 104.19 8 Sampaga 14.509 7.399 7.110 104.07 9 Tommo 20.133 10.676 9.457 112.89 10 Kalumpang 11.204 5.852 5.352 109.34 11 Bonehau 8.944 4.727 4.217 112.09 12 Budong‐budong 23.676 12.190 11.486 106.13 13 Pangale 11.845 6.025 5.820 103.52 14 Topoyo 26.730 13.886 12.844 108.11 15 Karossa 22.827 11.813 11.014 107.25 16 Tobadak 24.521 13.010 11.511 113.02 Jumlah 349.571 179.896 169.675 106.024 Sumber: Mamuju Dalam Angka 2012
A.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Berdasarkan data tabel diketahui jumlah penduduk usia angkatan kerja yang berusia 15 – 64 tahun di Kabupaten Mamuju mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal itu merupakan potensi sekaligus tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Mamuju dalam menyediakan lapangan pekerjaan sehingga tercapai kesejahteraan seluruh masyarakat. Tabel A‐5 Perkembangan Penduduk Usia Angkatan Kerja di Kab. Mamuju Tahun 2008 – 2011 Data 2008 2009 2010 2011 Kabupaten Mamuju 145.507 135.363 159.691 160.155 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Mamuju Lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah lapangan usaha sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan yang menyerap tenaga kerja sebanyak 64.62%. Berikut gambar 2.4 yang menyajikan persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha: Gambar A‐2 Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha 65% 3% 14% 12% 6% Pertanian, Perkebu nan, Kehutanan, Pet ernakan dan Perikanan Industri Pengolahan A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1 Transportasi Darat Jalan Trans Sulawesi merupakan jalan utama arus barang dan jasa antar wilayah maupun di dalam wilayah Kabupaten Mamuju. Untuk mendukung transportasi darat Pemerintah Kabupaten Mamuju telah membangun jalan sepanjang 1.346,04 km. Dari total panjang jalan yang ada, 35,88% sudah beraspal dan sisanya belum di aspal. Jalan nasional pada tahun 2011 sepanjang 236.54 km, jalan propinsi sepanjang 153,35 km, dan jalan Kabupaten sepanjang 1.346,04 km. Fasilitas angkutan darat di Kabupaten Mamuju telah yaitu: Terminal angkutan darat Regional di Simbuang yang melayani jalur Antar Kota Antar Propinsi dan Antar Kota Dalam Propinsi, Terminal Mamuju di Karema untuk melayani angkutan kota dan desa, kemudian sub terminal yang ada di Tasiu, Trailu, Topoyo, dan Karossa.
Gambaran Wilayah 2013
Tabel A‐6 Panjang Jalan Menurut Pemerintahan yang Berwenang di Kabupaten Mamuju Tahun 2008 – 2011 (km) Jenis Jalan 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) Jalan Negara 221,50 221,50 222,15 236,54 Jalan Provinsi 154,00 154,00 153,35 153,35 Jalan Kabupaten 1.346,04 1.346,04 1.346,04 1.346,04 Jumlah 1.721,54 1.721,54 1.721,54 1.735,93 Sumber: Mamuju Dalam Angka, 2012 Tabel A‐7 Kondisi Permukaan Jalan, Kondisi Jalan, dan Kelas Jalan di Kabupaten Mamuju Tahun 2008 – 2011 (km) Kondisi 2008 2009 2010 2011 Permukaan Jalan a. Diaspal 216,58 332,05 333,65 333,65 74* 67* 49,02* 48,62* 221,5** 221,5** 222,15** 236,54** b. Kerikil 731,81 536,76 540,13 540,13 80* 34* 21,09* 10,40* c. Tanah 397,65 391,27 386,3 386,3 53* 83,24* 91,64* d. Lainnya ‐ 85,96 85,96 85,96 Kondisi Jalan a. Baik 546,5 632,94 639,51 646,10 74* 38* 18,7* 215,5** 206,5** 206,5** b. Sedang 216,54 206,55 206,55 255,75 80* 20* 34,3* 6** 15** 15,65** c. Rusak 479,84 259,56 259,56 242,29 19* 14,01* d. Rusak Berat 103,16 246,99 240,42 201,90 77* 86,34* Kelas Jalan a. Kelas I ‐ 214,85** 214,85** ‐ b. Kelas II 117,62 117,62 117,62 117,62 120* 221,5** 6,65** 6,65** c. Kelas III 719,7 719,7 719,7 719,7 34* 154* 153,35* 0,65** d. Kelas III A 508,72 422,76 422,76 422,76 e. Kelas III B ‐ ‐ ‐ ‐ f. Kelas III C ‐ ‐ ‐ ‐ g. Kelas Tidak Dirinci ‐ 85,96 85,96 85,96 Jumlah 1.346,04 1.346,04 1.346,04 1.346,04 154* 154* 153,35* 221,5** 221,5** 222,15** Ket: * Jalan Provinsi/Province Road, ** Jalan Negara Sumber: Mamuju Dalam Angka, 2012
A.4.2 Transportasi Laut
Dengan melihat posisi kabupaten yang strategis yaitu merupakan lintasan pelayaran menuju Kalimantan, Jawa, dan Bali, serta secara regional Sulawesi merupakan daerah lintasan antara Makassar – Pare‐Pare – Mamuju – Pasangkayu, Palu, dan Manado, sehingga sangatlah wajar bila Kabupaten Mamuju memiliki pelabuhan laut dan pelabuhan rakyat di sepanjang Pantai Mamuju.
Pelayanan publik dan komersial telah dilayani dengan adanya beberapa pelabuhan yaitu pelabuhan Ferry yang melayani Mamuju – Samarinda dan Balikpapan yang dilayani 2 (dua) kapal ferry dengan volume penyeberangan setiap hari.
Kemudian Pelabuhan Samudra Belang‐Belang di Kalukku yang melayani angkutan komersial semen, pupuk, tambang galian, dan mangan. Pelabuhan ini melayani rute antar pulau.
Di lain itu masih ada beberapa pelabuhan rakyat yang difungsikan sebagai pelabuhan penumpang ataupun pendaratan ikan, seperti Kasiwa Kota Mamuju, Karampuang, Pelabuhan Rakyat Rangas, Tampapadang, Budong‐Budong, Karama, Tumbu, dan Karossa.
A.4.3 Transportasi Udara
Hingga tahun 2011, Kabupaten Mamuju masih memiliki satu bandar udara yaitu Bandar Udara Tampa Padang. Banyaknya pesawat yang berangkat dan tiba di bandar udara tersebut adalah 540 pesawat. Pesawat‐pesawat tersebut memberangkatkan penumpang sebanyak 23.402 penumpang dan menghantarkan 25.092 penumpang masuk ke wilayah Mamuju. Barang yang dibongkar melalui Bandar Udara Tampa Padang tercatat 135.526 kg bagasi. Sedangkan barang yang dimuat tercatat 112.576 kg bagasi.
Gambaran Wilayah 2013
Tabel A‐8 Lalu Lintas Penerbangan di Bandar Udara Tampa Padang Dirinci Menurut Bulan Tahun 2011
Bulan Pesawat Penumpang Transit
Berangkat Tiba Berangkat Tiba
Januari 30 30 1.648 1.409 ‐ Februari 37 38 1.497 1.530 ‐ Maret 33 32 1.832 1.736 ‐ April 45 45 2.030 1.873 ‐ Mei 59 59 2.074 1.915 ‐ Juni 60 60 2.074 2.030 ‐ Juli 54 54 2.298 2.174 ‐ Agustus 53 53 1.802 1.594 ‐ September 56 56 1.953 1.925 ‐ Oktober 42 42 2.332 1.822 ‐ November 31 31 1.904 4.800 ‐ Desember 40 40 1.958 2.284 ‐ Jumlah 540 540 23.402 25.092 ‐ Sumber: Mamuju Dalam Angka, 2012 A.4.4 Listrik Pada tahun 2011 PLN Mamuju memproduksi listrik sebanyak 56.838.651 KWH, dengan listrik terjual sebanyak 53.318.002 KWH, dipakai sendiri 70.325 KWH, dan listrik yang hilang/losses sebesar 5.263.039 KWH.
Jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 sebanyak 26.385 pelanggan. Meskipun demikian ada 3 kecamatan di Kabupaten Mamuju yang tidak dialiri listrik dari PLN yaitu Kecamatan Bala‐Balakang, Kecamatan Kalumpang, dan Kecamatan Bonehau.
A.5 Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Mamuju
Untuk menghadapi tahun 2010‐2015 Pemerintah Kabupaten Mamuju menetapkan visi berupa:
“Gerakan Membangun Mamuju menuju masyarakat Maju dan Mandiri (Gerbang Maju)”
Untuk mendukung perwujudan visi di atas, maka diupayakan melalui misi sebagai berikut: 1. Meneruskan layanan pendidikan dan kesehatan gratis yang semakin dimantapkan. 2. Ekonomi yang berbasis UKM dan lembaga ekonomi desa serta menghidupkan pasar
3. Percepatan pertumbuhan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi.
4. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik, berlandaskan pada keimanan yang bermuara pada pelayanan satu atap.
5. Mewujudkan rasa aman dan tertib dalam mendukung Mamuju sebagai Ibukota Provinsi yang berwawasan lingkungan.
A.5.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mamuju Tahun 2011‐2031
Sinergi dengan visi dan misi Kabupaten Mamuju, tujuan penataan ruang wilayah adalah Penataan ruang Kabupaten Mamuju bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Mamuju yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, berbasis pada perdagangan dan jasa, pariwisata, perkebunan, pertanian, perikanan, dan kelautan yang berdaya saing tinggi didukung oleh sistem transportasi yang terpadu menuju masyarakat Mamuju yang sejahtera.
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1. Struktur PerekonomianPDRB Kabupaten Mamuju atas harga berlaku Tahun 2011 sebesar Rp. 3.905.860,02 juta rupiah dengan kontribusi terbesar dari sektor pertanian yaitu 48,28% sedangkan sektor kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,55%, bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 17,37%.
PDRB Kabupaten Mamuju telah menunjukkan peningkatan walaupun perkembangannya belum optimal. Berbagai program yang telah dilaksanakan mampu memberikan hasil yang cukup baik, hal ini ditandai dengan pertumbuhan PDRB Kabupaten Mamuju. Tabel di bawah ini menyajikan pertumbuhan PDRB persektor Kabupaten Mamuju tahun 2009‐2011. Tabel B‐1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Mamuju Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 – 2011 (Juta Rp) No. Lapangan Usaha 2009 2010*) 2011 1 Pertanian 1.432.147,11 1.631.834,45 1.885.810,99 2 Pertambangan dan penggalian 51.379,94 59.021,58 67.642,71 3 Industry pengolahan 85.612,56 94.937,21 105.815,61 4 Listrik, gas, dan air bersih 13.664,31 15.835,29 21.668,79 5 Bangunan 188.701,02 189.447,19 197.656,15 6 Perdagangan, hotel, dan restoran 246.045,18 318.530,19 386.594,07 7 Angkutan dan komunikasi 66.732,26 85.834,18 100.286,22 8 Keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan 188.061,01 230.611,97 257.576,18 9 Jasa‐jasa 595.216,76 701.834,58 882.809,30 Produk Domestik Regional Bruto 2.867.560,15 3.327.997,87 3.905.860,02 *) Angka Sementara Sumber: BPS Kab. Mamuju 2012 B.2. Potensi Perekonomian B.2.1 Pertanian
Pada tahun 2011 luas sawah di Kabupaten Mamuju adalah 25.162 ha. Areal persawahan terluas terdapat di Kecamatan Pangale sebesar 4.364 ha dan Kecamatan Tommo 4.070 ha. Sedangkan areal persawahan tersempit terdapat di Kecamatan Simboro yaitu 40 ha. Kecamatan Mamuju dan Bala‐Balakang merupakan kecamatan yang tidak mempunyai areal persawahan.
Sub‐sektor tanaman bahan makanan mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Pada tahun 2011 hasil pertanian Kabupaten Mamuju didominasi tanaman padi. Padi yang
dihasilkan mencapai 150.558 ton. Sedangkan produksi yang paling kecil di Kabupaten Mamuju adalah ubi jalar dengan produksinya hanya sebesar 285 ton tahun 2011. Tabel B‐2 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang
LuasPanen Produksi Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas
(ha) (ton) (kuintal/ha) (ha) (ton) (kuintal/ha)
Tapalang 1.455 7.247 49,81 167 489 29,28 Tapalang Barat 45 224 49,78 135 396 29,33 Mamuju ‐ ‐ ‐ 60 176 29,33 Simboro 40 199 49,75 41 120 29,27 Balabalakang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Kalukku 4.509 22.775 50,51 380 1.115 29,34 Papalang 3.025 15.276 50,50 215 630 29,30 Sampaga 1.575 7.845 49,81 35 102 29,14 Tommo 4.070 20.391 50,10 180 527 29,28 Kalumpang 770 3.769 48,95 950 2.780 29,26 Bonehau 453 2.217 48,94 190 556 29,26 Budong‐Budong 1.768 8.806 49,81 12 35 29,17 Pangale 4.064 20.787 51,15 ‐ ‐ ‐ Topoyo 521 2.595 49,81 230 673 29,26 Karossa 2.953 14.694 49,76 116 399 34,40 Tobadak 3.128 15.565 49,76 58 170 29,31 Jumlah 28.376 142.390 50,18 2.769 8.168 29,50 Sumber: Mamuju dalam Angka, 2012 B.2.2 Perkebunan
Tanaman perkebunan terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Hasil perkebunan Kabupaten Mamuju yang terbanyak pada tahun 2011 adalah kelapa sawit dengan produksinya 197.866,02 ton. Sedangkan yang paling sedikit produksinya adalah lada yang hanya diproduksi sebesar 1,82 ton.
Perkebunan besar Kabupaten Mamuju terdiri dari tiga perusahaan yaitu PT. Surya Raya Lestari, PT. Badra Sukses, dan PT. Manakarra Unggul Lestari, dengan hasil perkebunan sebanyak 164.639,02 ton. Berikut ini adalah luas area tanaman perkebunan rakyat per‐ kecamatan yang ada di Kabupaten Mamuju:
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Kecamatan Kelapa Kelapa Sawit Kopi Lada Kakao Cengkeh Kemiri Sagu Lainnya
Tapalang 1.599 ‐ 48 3 5.200,55 56 402 40 75 Tapalang Barat 879 ‐ 22 1 2.071,88 43 379 15 50 Mamuju 573 ‐ 7 3 2.356,50 91 178 60 55 Simboro 348 ‐ 28 3 5.856,50 120 141 30 120 Balabalakang 100 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 20 Kalukku 984 ‐ 116,50 3 7.491,08 37 329 120 75 Papalang 1.242 75 9 2 6.798,24 5 20 64 60 Sampaga 726 80 1 4 8.091,70 3 10 22 75 Tommo 379 500 60 12 4.703,70 3 75 65 85 Kalumpang 25 ‐ 359 2 3.604,81 19 117 120 45 Bonehau 9 ‐ 6 2 1.821,50 2 20 19 30 Budong‐Budong 699 3.752,75 7 5 3.082,25 13 20 32 45 Pangale 307 320 12 3 1.890,95 10 6 60 55 Topoyo 336 2.680 23 4 3.838,26 14 75 38 75 Karossa 662 3.352,25 157 5 4.492,60 53 157 70 65 Tobadak 53 2.536 82 6 7.043,50 15 75 75 85 Jumlah 8.921 13.296 937,50 58 68.344,02 484 2.004 830 1.015 Sumber: Mamuju dalam Angka, 2012 Tabel B‐4 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 (ton)
Kecamatan Kelapa Kelapa Sawit Kopi Lada Kakao Cengkeh Kemiri Sagu Lainnya
Tapalang 1.127,35 ‐ 12,75 ‐ 1.398,40 7,5 55,25 4,75 25 TapalangBarat 975 ‐ 7,5 ‐ 1.234,47 5,5 2,75 3 15,75 Mamuju 325 ‐ 2,5 ‐ 1.230,25 9,75 12,95 6,25 45,75 Simboro 301,50 ‐ 6,5 ‐ 1.330,40 9,35 15,75 3,75 120,25 Bala‐Balakang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1,50 Kalukku 890 ‐ 25,75 ‐ 1.600,17 3,25 39,75 11 35,25 Papalang 975 ‐ 2,5 ‐ 1.711,99 1,20 1,43 5,75 43,75 Sampaga 875 ‐ 0,5 0,22 4.574,50 0,60 2,37 2,50 45 Tommo 95 1.347 38,75 0,25 1.985,55 1 10,5 6,50 55,75 Kalumpang 17,50 ‐ 65,25 ‐ 1.575,73 1,50 12,93 10,75 15,25 Bonehau 1 ‐ 3 0,1 963,97 0,50 1,50 2 10,45 Budong‐Budong 650 10.008 3,5 0,35 1.498,61 2 1,50 3,50 12,75 Pangale 205 1.259 3,75 0,2 1.341,92 2,25 1,08 5,50 10,5 Topoyo 325 9.851 8,75 0,3 1.767,13 7,10 2,68 4,50 16,75 Karossa 630 6.727 45 0,35 2.592,80 11,35 21,25 6,75 12,75 Tobadak 47 4.035 25,75 0,05 3.058,40 2,50 9,75 7 20,95 Jumlah 7.439,35 33.227 251,75 1,82 27.864,29 65,35 191,44 83,50 487,40 Sumber: Mamuju dalam Angka, 2012 B.2.3 Peternakan Peternakan di Mamuju terdiri dari ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak yang paling banyak pada tahun 2011 adalah babi dengan jumlah 45.765 ekor. Ternak yang lain
adalah sapi potong, kerbau, kambing , dan kuda. Untuk jumlah ternak yang di bawah 1.000 ekor yaitu sapi perah sebanyak 4 ekor dan kuda sebanyak 309 ekor. Sedangkan untuk jenis unggas didominasi oleh ayam buras yaitu sebanyak 2.096.930 ekor. Tabel B‐5 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 (Ekor) Kecamatan Sapi Perah Sapi
Potong Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
Tapalang ‐ 1.525 107 ‐ 1.704 ‐ ‐ TapalangBarat ‐ 695 10 ‐ 438 ‐ ‐ Mamuju ‐ 655 ‐ ‐ 196 ‐ ‐ Simboro ‐ 697 ‐ ‐ 1.234 ‐ ‐ Bala‐Balakang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Kalukku 4 8.395 195 125 3.043 ‐ 1.577 Papalang ‐ 830 42 39 462 ‐ 2.218 Sampaga ‐ 444 ‐ 2 1.022 ‐ ‐ Tommo ‐ 1.004 27 11 1.876 ‐ 16.537 Kalumpang ‐ 659 575 49 53 ‐ 20.135 Bonehau ‐ 571 363 25 67 ‐ 1.784 BudongBudong ‐ 4.902 161 48 1.687 ‐ 155 Pangale ‐ 1.251 ‐ ‐ 858 ‐ 565 Topoyo ‐ 140 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Karossa ‐ 643 24 ‐ 563 ‐ 393 Tobadak ‐ 644 ‐ 10 1.560 ‐ 2.401 Jumlah 4 23.055 1.504 309 13.359 ‐ 45.765 Sumber: Mamuju dalam Angka, 2012 B.2.4 Perikanan
Sektor perikanan di Kabupaten Mamuju terdiri dari perikanan laut dan perikanan darat (umum, tambak, kolam dan, rumput laut). Produksi perikanan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 adalah 38.106,22 ton. Produksi tersebut terdiri dari hasil perikanan laut yaitu 8.619,72 ton dan hasil perikanan darat sebesar 29.486,5 ton.
Peluang Investasi 2013
C. PELUANG INVESTASI
C.1. Sektor UnggulanMetode Location Question digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Mamuju. Analisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut.
Tabel C‐1 Hasil Perhitungan LQ Menurut Sektor Ekonomi di Kabupaten Mamuju pada Tahun 2009 – 2011
No. Sektor Ekonomi Tahun Rata‐Rata
2009 2010 2011 1 Pertanian 0.99 0.96 0.97 0.97 2 Pertambangan dan penggalian 2.37 2.33 2.15 2.28 3 Industri pengolahan 0.48 0.49 0.44 0.47 4 Listrik, gas, dan air bersih 1.00 ‐ 0.94 1.13 5 Bangunan 1.43 1.55 1.46 1.48 6 Perdagangan, hotel, dan restoran 0.72 0.68 0.68 0.69 7 Angkutan dan komunikasi 1.58 1.60 1.66 1.61
8 Keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan 1.29 1.34 0.43 1.02
9 Jasa‐Jasa 1.09 1.20 1.21 1.17
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa:
1. Selama tahun 2009 sampai tahun 2011, sektor pertambangan dan galian, bangunan, angkutan, komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, serta jasa‐jasa memiliki nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa terdapat potensi ekonomi pada sektor tersebut. Antara tahun 2009 – 2011, sektor angkutan, komunikasi, dan jasa‐jasa memiliki nilai LQ yang meningkat.
2. Sektor pertambangan dan galian memiliki LQ di atas 1 dan mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Hal ini dikarenakan Kabupaten Mamuju merupakan ibukota dari Provinsi Sulawesi Barat. Sektor pertambangan dan galian sudah lebih dulu terolah dibanding dengan kabupaten lain yang ada di Mamuju. Selain itu kegiatan penggalian di kabupaten Mamuju memang meningkat terutama dari pengambilan pasir dan batu, dan penggalian tanah timbunan terutama terkait dengan meningkatnya konstruksi bangunan di tahun 2009 di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat. 3. Sektor industri pengolahan LQ di bawah 1 yaitu rata‐rata 0,47 yang mengalami
peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010, namun mengalami penurunan pada tahun 2011. Hal ini karena fungsi kabupaten lain di Sulawesi Barat lebih dominan dalam aspek penyedia industri olahan.
4. Sektor angkutan, komunikasi, dan jasa jasa memiliki nilai LQ > 1 dan mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Hal ini dikarenakan pesatnya pertumbuhan sektor ini di Kabupaten Mamuju sehingga peran kabupaten sebagai penyedia jasa lebih dominan dibanding kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju merupakan wilayah yang membatasi antara kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Barat dan merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Barat.
5. Sektor bangunan, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, LQ di atas 1 dan mengalami peningkatan pada tahun 2010, kemudian menurun pada tahun 2011 hal ini karena Mamuju merupakan daerah yang mengalami pertumbuhan pada tahun 2009 namun masih banyak lahan yang belum mampu digarap karena terbatasnya sumber daya manusia.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran, LQ‐nya di bawah 1 dan mengalami penurunan pada tahun 2010 dan cenderung tetap di tahun 2011. Peran sektor ini memang rendah di kabupaten dibanding dengan di perkotaan. Menetapnya angka LQ di tahun 2010 hingga tahun 2011 karena beberapa wilayah di Kabupaten Mamuju masih bersifat pedesaan.
C.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Mamuju terus meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduknya.
Pertumbuhan penduduk tertinggi ada di tahun 2010, sebesar 6,96%. Berikut ini adalah PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Mamuju atas dasar harga konstan antara tahun 2009 hingga tahun 2011
Peluang Investasi 2013
Tabel C‐2 Nilai dan Pertumbuhan PDRB serta Jumlah Penduduk Kabupaten Mamuju Tahun 2008‐2011 Tahun PDRB adalah konstan (juta Rp) Pertumbuhan (%) Jumlah penduduk Pertumbuhan (%) 2008 1.149.029,98 9,69 305.473 2,91 2009 1.243.956,69 8,26 315.053 3,14 2010 1.375.662,80 10,59 336.973 6,96 2011*) 1.534.035,28 11,51 345.858 2,64 Rata‐rata 10,01 3,91 *) Angka Sementara Sumber : BPS Kab. Mamuju Tabel C‐3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Mamuju Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009‐2011 (Juta Rp)
LAP AN GAN U SAH A 2009 201 0 20 11* )
1. P ERT AN IAN
a.Tan amanBahan M akanan b .Tanam anPerkeb unan c. P eternakan d .Kehutanan e.P erikan an
2. PE RTAM B ANGANd an PEN GGALIAN a.M inyakdan GasB um i
b .Pertam bangan Tanp a M igas c. P eng galian
3. INDU STRIPEN GOLAHAN a. IN DUSTRIM IGAS
‐ P engilangan Minyak ‐ GasAlam Cair
b . INDU STRITANPAM IGAS ‐ B esar/ Sedan g ‐ Kecildan Kerajinan RT 4 . LISTRIK,GAS& AIR BERSIH a.Listrik b . Gas Ko ta c. Air Bers ih 5. B ANGU NAN
6. PERDAGANGAN , HO TEL&RESTO RAN a.P erdagan ganB esar&Eceran b .Ho te l
c. Restauran
7. ANGKU TAN &KOM UN IKASI a.P en gan g k u tan
‐ Ang ku tan Rel ‐ Ang ku tan JalanRaya ‐ Ang ku tan Laut
‐ Ang ku tan Sun gai,D an au, &Pe nye brangan ‐ Ang ku tan Ud ara
‐ JasaP enun jan gAngku tan b .Kom u ni k a s i
‐ P os dan Te leko mun ikas i ‐ Jas aPenu njangKom un ikasi
8. KEU AN GAN, PERSEWAAN & JASA P ERUSAHAAN
a.B an k
b .Lemb agaKeuang antanpaB ank c.Jas aPenu njangKeuan gan d .SewaB angu nan e. J asa Perus ahaan 9. JASA ‐ J ASA
a.P emerintahan U mu m
‐ Adm inistrasi P emerintahan danP ertah anan ‐ JasaP emerintahan Lainnya
6 03,327.58 223,516. 59 301,353. 40 13,6 65.35 13,4 83.07 51,309.18 25,99 1.46 0.0 0 0.0 0 25,99 1.46 45,152.4 8 0.0 0 0.0 0 0.0 0 45,152.4 8 17,503.0 9 27, 649.39 4,9 09 .17 4,262.60 0.0 0 6 46.57 90 ,196.8 2 10 7, 853.04 102,715.84 4 21.9 6 4,715.23 37,8 57.24 32,191.62 ‐ 15,08 6.70 15,159.07 0.0 0 1,120 .49 825.36 5,6 65.61 5,6 65.61 0.0 0 95,520.28 4 5,319 .00 4,677.06 0.0 0 44,9 12.74 6 11.4 8 233,148.8 9 229,318.4 8 229,318.4 8 0.0 0 3,8 30 .41 8 6 56,527.4 3 255,08 2.9 7 312,387.8 6 20 ,034.6 6 12,9 17.47 56 ,10 4.46 27,8 81.44 0.00 0.00 27,8 81.44 4 8,580 .98 0.00 0.00 0.00 4 8,580 .98 20, 572.13 28 ,008 .85 5,6 45.18 4,8 14 .00 0.00 831.18 88 ,024.67 121,518 .37 115,60 7.0 7 546.4 4 5,364.8 6 46 ,96 8.40 38 ,835.24 ‐ 16 ,999 .27 16,56 3.80 0.00 4 ,19 2. 80 1,079.37 8 ,133.16 8 ,133.16 0.00 112,528 .80 56 ,131.20 5,640 .35 0.00 50 ,09 8.70 658 .55 26 8,054 .14 263,844 .85 263,844 .85 0.00 4,209 .29 6 721, 999 .38 26 5,78 7.41 34 8,452.00 22,391.0 2 13,161.40 72,207.55 29,0 65.51 0.0 0 0.0 0 29,0 65.51 51,585.71 0.0 0 0.0 0 0.0 0 51,585.71 21,775.38 29,8 10.33 7,558 .95 6 ,590.56 0.0 0 96 8.40 9 1,0 79.82 135,68 0.07 128 ,504 .17 8 40 .35 6,335.55 53,69 2.11 43,530.78 ‐ 19,282.18 18 ,138.13 0.0 0 5,00 9.06 1,101.40 10 ,161.33 10 ,161.33 0.0 0 116,6 10.37 56,785.54 6,8 69.15 0.0 0 52,271.06 6 84.6 2 326 ,763.36 321,394 .25 321,394 .25 0.0 0 5,369 .11 8
P RO DUKDOM E STIKREGION ALBRUTO 1,243,956.96 1,375,729. 41 1,534,035.28
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa selama periode tahun 2008 – 2011, terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Mamuju dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju pada tahun 2008 tumbuh sekitar 9,69% dan pada tahun 2010 melonjak sekitar 10,59% kemudian pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju mencapai 11,51% dengan rata‐rata pertumbuhan 10,01% per‐tahun. Apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi Mamuju sebesar 11,51% di saat yang sama sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang melambat yaitu sebesar 3,91%. Sumber: BPS Kab. Mamuju Tabel C‐4 Sumber Pertumbuhan Ekonomi dari Tahun 2008 – 2011 No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011*) 1 Pertanian 0,78 1,99 4,28 4,76 2 Pertambangan/penggalian 0,33 0,39 0,15 0,09 3 Industri Pengolahan 0,23 0,23 0,28 0,22 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,05 0,05 0,06 0,14 5 Bangunan 2,45 2,45 ‐0,17 0,22 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,56 0,56 1,09 1,03 7 Angkutan dan Komunikasi 0,48 0,48 0,73 0,49
8 Keuangan, Sewa. dan Jasa Perusahaan
1,96 1,96 1,37 0,30
9 Jasa‐Jasa 2,85 2,85 2,81 4,27
10 Pertumbuhan Ekonomi 9,69 8,26 10,59 11,51
Sumber: BPS Kab. Mamuju
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 sebesar 11,51%. Sebagian besar disumbang sektor pertanian yaitu sebesar 4,76%. Sektor jasa‐jasa serta sektor perdagangan, hotel dan restoran masing‐masing menyumbang sebesar 4,27% dan 1,03%,.
Gambar3.4. Grafik PDRB atas Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2008 – 2011
Peluang Investasi 2013
C.3. Peluang Investasi Budidaya Kakao
C.3.1 Peluang Pasar
Permintaan kakao domestik sampai tahun 2009 masih dianggap sedikit dibandingkan dengan produksi kakao Indonesia. Rendahnya permintaan kakao nasional itu karena
pemerintah menetapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% untuk
setiap kakao yang dibeli pabrik di dalam negeri, sehingga industri pengolahan kakao dalam negeri sulit untuk berkembang. Sebaliknya, apabila petani mengekspor produknya ke luar negeri, maka tidak dikenakan PPN.
Namun sejak pemerintah secara resmi menerapkan kebijakan Bea Keluar (BK) secara progresif terhadap eskpor biji kakao memalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 67/PMK.011/2010 tentang penetapan barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar, permintaan kakao dalam negeri mengalami peningkatan dari ±150.000 ton pada tahun 2009 menjadi sekitar ±327.000 ton pada tahun 2013 ditambah adanya impor Kakao tahun 2013 sebesar 40.000 ton. Permintaan biji kakao dalam negeri ini terus meningkat pada tahun‐tahun berikutnya karena banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dengan mendirikan pabrik‐pabrik pengolahan biji kakao. Tabel C‐5 Trend Permintaan Biji Kakao Dalam Negeri Tahun Permintaan (ton) 2009 150000 2010 200000 2011 240000 2012 280000 *Analisis 2013 Dengan pertumbuhan permintaan 17% per‐tahun, perkiraan permintaan kakao di Indonesia di masa yang akan datang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel C‐6 Proyeksi Permintaan Biji Kakao Dalam Negeri Tahun Permintaan (ton) 2013 327.284,0 2014 382.553,0 2015 447.155,0 2016 522.667,0 2017 610.930,0 *Analisis 2013
Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO), pertumbuhan permintaan kakao di dunia sebesar 4,8%, Untuk ke depannya, komoditi kakao tersebut masih potensial untuk dikembangkan di mana tingkat konsumsi kakao di negara seperti Indonesia, India, dan China yang jumlah penduduknya mencapai 2,7 milyar jiwa, masih sangat rendah yakni hanya sekitar 0,25 kg/kapita/tahun, sementara tingkat konsumsi di Eropa sudah mencapai 10 kg/kapita/tahun. Tabel C‐7 Permintaan Biji Kakao Dunia Negara Konsumsi Biji Kakao Dunia (ribu ton) 2001 2002 2003 2004 2005 Eropa 1.282 1.320 1.346 1.375 1.462 Jerman 195 193 225 235 320 Belanda 418 45 445 460 470 Lainnya 669 677 676 680 690 Afrika 421 447 446 493 507 Pantai Gading 290 315 335 364 360 Lainnya 131 131 131 130 147 Amerika 767 814 852 853 856 Brazil 173 196 207 209 223 Amerika Serikat 403 410 410 419 426 Lainnya 192 208 235 225 207 Asia & Oceania 416 499 575 622 651 Indonesia 105 115 120 115 120 Malaysia 105 150 203 250 250 Lainnya 206 234 252 257 281 Total Dunia 2.886 3.080 3.219 3.343 3.476 Sumber: http://www.icco.org
Dengan tingkat pertumbuhan permintaan kakao di dunia sebesar 4,8% maka perkiraan permintaan biji kakao di masa yang akan datang adalah sebagai berikut: Tabel C‐8 Proyeksi Permintaan Biji Kakao Dunia Negara Konsumsi Biji Kakao Dunia (ribu ton) 2012 2013 2014 2015 2016 Eropa 2.025 2.121 2.222 2.328 2.438 Jerman 443 464 486 509 534 Belanda 651 682 714 748 784 Lainnya 955 1.001 1.049 1.099 1151 Afrika 702 735 770 807 846
Peluang Investasi 2013
Negara Konsumsi Biji Kakao Dunia (ribu ton) 2012 2013 2014 2015 2016 Pantai Gading 499 522 547 573 600 Lainnya 204 213 223 234 245 Amerika 1.185 1.242 1.301 1.363 1.428 Brazil 309 323 339 355 372 Amerika Serikat 590 618 647 678 710 Lainnya 287 300 315 330 345 Asia & Oceania 901 944 989 1.036 1.086 Indonesia 166 174 182 191 200 Malaysia 346 363 380 398 417 Lainnya 389 408 427 447 469 Total Dunia 4.813 5.043 5.283 5.534 5.797
Permintaan biji kakao dunia pada tahun 2014 diperkirakan 5.283.000 ton dengan permintaan terbesar berasal dari Eropa sebanyak 2.222.000 ton dan permintaan dari Amerika sebanyak 1.301.000 ton, dari Asia sebanyak 989.000 ton, dan dari Afrika 770.000 ton. Dengan tingkat pertumbuhan permintaan biji kakao dunia sebesar 4,8% dapat disimpulkan bahwa peluang ekspor biji kakao masih sangat terbuka. Tabel C‐9 Ekspor Biji Kakao Indonesia 2007 – 2011 Tahun Permintaan (ton) 2007 502.815,0 2008 522.928,0 2009 543.845,0 2010 565.599,0 2011 588.223,0 Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan Departemen pertanian
Indonesia masuk tiga terbesar negara produsen kakao dunia, pada tahun 2011 ekspor biji kakao Indonesia mencapai 588.233 ton pertahun. Dalam rentang waktu dari 2007‐2011 pertumbuhan ekspor biji kakao Indonesia sebesar 4% pertahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut dapat dilihat perkiraan ekspor biji kakao Indonesia pada masa yang akan datang pada tabel berikut ini:
Tabel C‐10 Proyeksi Ekspor Biji Kakao Indonesia 2012 – 2016
Tahun Permintaan (ton) 2012 611.752
2013 636.222 2014 661.671 2015 688.138 2016 715.663 *Analisis 2013 C.3.2 Lokasi dan Ketersediaan Lahan
Dalam rangka untuk meningkatkan hasil produksi tanaman budidaya kakao di Kabupaten Mamuju, salah satu upayanya adalah dengan perluasan lahan tanam untuk budidaya kakao. Berdasarkan data tahun 2013 terdapat potensi pengembangan yang cukup luas di Kabupaten Mamuju untuk pengembangan tanaman budidaya kakao yaitu potensi lahan kosong sebesar 13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju. Dengan adanya potensi pengembangan lahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman budidaya kakao di masa yang akan datang.
Tabel C‐11 Potensi Pengembangan Lahan Budidaya Kakao Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2013
NO. KECAMATAN PENGEMBANGAN LAHAN (ha)
1 TAPALANG 559,58 2 TAPALANG BARAT 361,73 3 SIMBORO 701,27 4 MAMUJU 1.138,77 5 KALUKKU 1.317,84 6 PAPALANG 723,56 7 BONEHAU 1.452,24 8 KALUMPANG 1.791,11 9 SAMPAGA 848,56 10 TOMMO 250,15 11 PANGALE 189,83 12 BUDONG‐BUDONG 1.580,96 13 TOBADAK 968,51 14 TOPOYO 532,69 15 KAROSSA 1.113,71 JUMLAH 13.530,49 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Tahun 2013 C.3.3 Kelayakan Investasi A. Asumsi
Perhitungan analisis kelayakan usaha tani budidaya kakao berdasarkan beberapa asumsi sebagai berikut:
Luas lahan : 10.000 ha
Jarak tanam : 3 x 3 m (tanah datar) dan 2 x 4 m (tanah miring)
Peluang Investasi 2013
Mutu hasil : Berat biji kering 1 – 1,2 g/biji, kandungan lemak 50% & kulit ari + 12%
Umur Proyek : 23 tahun
Berdasarkan tinjauan lapangan dan penelitian para ahli lainnya, tingkat produksi kakao berfluktuasi. Produksi mengalami kenaikan yang tajam pada umumnya terjadi pada tahun ke‐7 sampai tahun ke‐15. Pada tahun berikutnya, produksi mengalami penurunan. Sedangkan perkembangan harga kakao ditentukan berdasarkan harga minimal dan diasumsikan terus meningkat setiap tahunnya.
Tabel C‐12 Produksi, Harga, dan Penerimaan Kakao Berdasarkan Tahun
Tahun
Panen Volume (kg/ha/tahun) Harga (Rp/Kg)
Revenue (Rp) 1 ha 10.000 ha 1 ‐ ‐ ‐ ‐ 2 ‐ ‐ ‐ ‐ 3 400 9.250 3.700.000 37.000.000.000 4 650 9.250 6.012.500 60.125.000.000 5 900 9.250 8.325.000 83.250.000.000 6 1.100 9.250 10.175.000 101.750.000.000 7 1.250 9.500 11.875.000 118.750.000.000 8 1.350 9.500 12.825.000 128.250.000.000 9 1.500 9.500 14.250.000 142.500.000.000 10 1.600 9.500 15.200.000 152.000.000.000 11 1.800 9.750 17.550.000 175.500.000.000 12 1.900 9.750 18.525.000 185.250.000.000 13 2.000 9.750 19.500.000 195.000.000.000 14 2.000 9.750 19.500.000 195.000.000.000 15 2.000 10.000 20.000.000 200.000.000.000 16 1.900 10.000 19.000.000 190.000.000.000 17 1.800 10.000 18.000.000 180.000.000.000 18 1.700 10.000 17.000.000 170.000.000.000 19 1.600 11.500 18.400.000 184.000.000.000 20 1.400 11.500 16.100.000 161.000.000.000 21 1.200 11.500 13.800.000 138.000.000.000 22 1.000 11.500 11.500.000 115.000.000.000 23 800 11.500 9.200.000 92.000.000.000 B. Kebutuhan Biaya Biaya investasi kebun digunakan untuk investasi tanaman dan non‐tanaman, perincian biaya investasi untuk per‐ha dan 10.000 ha (1 Kimbun) kebun kakao dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel C‐13 Kebutuhan Biaya Investasi Kebun Kakao
Kebutuhan Biaya (Rp/ha) (Rp/10.000 ha)
A. INVESTASI TANAMAN ‐ Tahun 0 (TBM 0) 13.787.400 137.874.000.000 ‐ Tahun 1 (TBM 1) 2.777.500 27.775.000.000 ‐ Tahun 2 (TBM 2) 2.515.000 25.150.000.000 B. INVESTASI NON TANAMAN 322.400 3.224.000.000 Total Investasi Tanaman + Non‐Tanaman (selama 0 – 2 tahun) 19.402.300 194.023.000.000 Biaya investasi tanaman pada tahun ke‐0 (TBM 0) digunakan untuk pembukaan lahan (land clearing), penanaman tanaman pelindung, dan tanam kakao. Sedangkan untuk tahun 1 dan ke‐2 digunakan untuk perawatan tanaman, seperti penyulaman, pemupukan, serta pencegahan hama dan penyakit. Untuk membantu pendanaan dana investasi, diasumsikan pendapat fasilitas kredit bank 50%, sedangkan sisanya dipenuhi dengan modal sendiri. Sebagai konsekwensi dari pinjaman bank dibebankan angsuran dan bunga bank dipatok 14%. Investasi non‐tanaman digunakan untuk pembangunan prasarana, seperti bangunan, lahan, perizinan, pemetaan, dan tenaga kerja pendukung sebagainya. Sedangkan besarnya biaya operasional rutin secara reguler dibutuhkan dengan jumlah yang tetap tanpa memperhatikan inflasi adalah Rp.39.640.000.000. Biaya ini dipergunakan untuk pemupukan, penyiangan, penyulaman, pemangkasan, pemanenan, dan pasca panen. C. Proyeksi Laba / Rugi Proyeksi laba/rugi memberikan gambaran tentang kegiatan usaha perkebunan kakao rakyat dalam periode yang akan datang. Asumsi dasar yang digunakan untuk perhitungan laba/rugi ini adalah menyangkut kualitas biji kakao yang dijual petani. Kualitas biji kakao yang dijual petani adalah biji kering, dengan harga jual awal Rp 9.250/kg sampai Rp 11.500/kg di akhir proyek. Berdasarkan asumsi tersebut, sejak pada tahun keempat sampai akhir analisis pada tahun ke‐23, pengusaha kakao mendapatkan keuntungan yang cukup memadai. Jika pada tahun ke‐4 berbuah keuntungan tersebut hanya Rp.7.023.720.000/tahun belum memperhitungkan nilai investasi, maka pada tahun berikutnya meningkat dua kali lipat, seiring dengan meningkatnya produktivitas tanaman.
Peluang Investasi 2013
Tabel C‐14 Proyeksi Rugi Laba Budidaya Tanaman Kakao Berdasarkan Tahun
Tahun Penjualan Biaya Produksi Laba/RugiKotor
0 0 139.874.000.000 ‐139.874.000.000 1 0 28.387.000.000 ‐28.387.000.000 2 0 25.762.000.000 ‐25.762.000.000 3 37.000.000.000 53.539.323.636 ‐16.539.323.636 4 60.125.000.000 53.101.280.000 7.023.720.000 5 83.250.000.000 52.663.236.364 30.586.763.636 6 101.750.000.000 52.225.192.727 49.524.807.273 7 118.750.000.000 51.787.149.091 66.962.850.909 8 128.250.000.000 51.349.105.455 76.900.894.545 9 142.500.000.000 50.911.061.818 91.588.938.182 10 152.000.000.000 50.473.018.182 101.526.981.818 11 175.500.000.000 50.034.974.545 125.465.025.455 12 185.250.000.000 49.596.930.909 135.653.069.091 13 195.000.000.000 49.158.887.273 145.841.112.727 14 195.000.000.000 48.720.843.636 146.279.156.364 15 200.000.000.000 48.282.800.000 151.717.200.000 16 190.000.000.000 47.844.756.364 142.155.243.636 17 180.000.000.000 47.406.712.727 132.593.287.273 18 170.000.000.000 46.968.669.091 123.031.330.909 19 184.000.000.000 46.530.625.455 137.469.374.545 20 161.000.000.000 46.092.581.818 114.907.418.182 21 138.000.000.000 45.654.538.182 92.345.461.818 22 115.000.000.000 45.216.494.545 69.783.505.455 23 92.000.000.000 44.778.450.909 47.221.549.091 Total 3.004.375.000.000 1.226.359.632.727 1.778.015.367.273 Selama 23 tahun umur proyek, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman kakao baik biaya investasi maupun biaya operasional adalah Rp 1.226.359.632.727 sedangkan penerimaan dari hasil penjualan diperoleh sebesar Rp 3.004.375.000.000 sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp 1.778.015.367.273.
D. Kriteria Kelayakan Proyek
NPV IRR BCR PP
160.410.394.874 34,64 %. 1,36 7 lebih 8 bulan
Layak Layak Layak Layak
Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total cash outflow. Hasil analisis menunjukkan nilai gross B/C ratio sebesar 2,45. Nilai ini menunjukkan bahwa benefit yang yang diperoleh 2,45 kali lipat dari cost yang dikeluarkan. Sedangkan Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan DF sebesar 14%. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C ratio adalah 1,36 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1,36 kali lipat dari cost yang dikeluarkan.
Break Event Point (BEP)
BEP (titik impas) adalah kondisi pada saat suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP volume produksi kakao diperoleh pada tingkat produksi sebesar 5.294.182 kg per‐tahun. Artinya, dengan tingkat harga rata‐rata sebesar Rp 10.071,43 usaha budidaya kakao tidak akan mengalami kerugian atau mendapat keuntungan (impas) dengan hanya memproduksi biji kering kakao seberat 5.294.182 kg per‐tahun. Sementara itu, kemampuan produksi biji kering kakao dengan luas tanam 10.000 ha dalam analisis ini mencapai 12.978.260,87 kg pertahun jauh lebih besar dibandingkan dengan BEP produksinya. Payback period Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke 7 lebih 8 bulan. Net Present Value (NPV)
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14% menunjukan nilai NPV sebesar Rp 160.410.394.874 yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek usaha budidaya kakao layak untuk diusahakan.
Peluang Investasi 2013
IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungnan dari suatu proyek tiap‐tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) di mana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR diperoleh nilai 34,64%. Apabila diasumsikan bungan bank yang berlaku adalah 14% maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar.