• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009

PERTUMBUHAN

EKONOMI

PROVINSI

D.I.

YOGYAKARTA

TRIWULAN

I

TAHUN

2009

SEBESAR

3,88

PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

; Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I tahun 2009 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 3,88 persen terhadap triwulan IV tahun 2008 (q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi karena sektor pertanian dan sektor jasa-jasa menguat, sedangkan sektor lainnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 70,51 persen karena produksi tanaman bahan makanan meningkat sangat signifikan (98,89 persen) akibat faktor musim; sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor konstruksi yang berkontraksi sebesar 39,76 persen.

; Sektor pertanian memberikan andil terbesar (10,29 persen) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2009, sedangkan sektor konstruksi memberikan andil terendah (-5,27 persen).

; PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2009 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 3,09 persen. Andil pertumbuhan tersebut terutama oleh sektor konstruksi yang mencapai 11,21 persen (y-on-y).

; Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2009 mencapai Rp 10,08 triliun atas dasar harga berlaku dan nilai riilnya sebesar Rp 4,98 triliun atas dasar harga konstan 2000.

; Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2009 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 20,31 persen; kemudian diikuti sektor perda-gangan, hotel dan restoran (18,74 persen); sektor jasa-jasa (18,34 persen); dan sektor industri (13,45 persen); sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,76 persen.

; Pada sisi penggunaan, komponen pembentukan modal tetap domestik bruto secara riil mengalami kontraksi sebesar 29,78 persen pada triwulan I tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2008 (q-to-q). Kemudian diikuti oleh konsumsi pemerintah yang menurun sebesar 15,86 persen dan pengeluaran konsumsi rumah tangga juga turun sebesar 1,82 persen.

; Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008 (y-on-y) terjadi peningkatan pada komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi pemerintah dan komponen pembentukan modal tetap domestik bruto, yaitu masing-masing naik sebesar 2,93 persen, 4,41 persen dan 5,01 persen.

(2)

1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2009

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan I tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2008 (q-to-q) meningkat sebesar 3,88 persen, setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,36 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2009 sebesar 3,88 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 70,51 persen. Sektor ini didominasi oleh tanaman bahan makanan, sehingga pergerakan tanaman bahan makanan berpengaruh secara signifikan. Pada triwulan I 2009, subsektor tanaman bahan makanan khususnya komoditi padi dan palawija mengalami siklus awal musim panen raya sehingga tumbuh mencapai 98,89 persen.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I - 2008 sampai Triwulan I - 2009 (Persen)

Sektor lain yang mempunyai andil positif terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I 2009 adalah sektor jasa-jasa, dengan laju pertumbuhan sebesar 5,09 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan subsektor pemerintahan umum yang mencapai 8,64 persen. Pada triwulan IV 2008 pencairan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/POLRI hanya sebanyak 2 bulan karena pencairan gaji bulan Oktober telah direalisasikan pada bulan September 2008. Pada triwulan I 2009 pencairan gaji PNS dan TNI/POLRI sebanyak 3 bulan seperti biasa, sehingga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Tabel 1. 5,71 -4,60 -3,36 3,88 10,25 -1,35 6,59 4,91 7,64 3,09 -6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.I-2009 q-to-q y-on-y

(3)

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw I-2009 thd Triw IV-2008 (q-to-q) Triw I-2009 thd Triw I-2008 (y-on-y) Andil Pertumbuhan q-to-q Andil Pertumbuhan y-on-y (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 70,51 1,71 10,29 0,42

2. Pertambangan dan Penggalian -7,04 9,48 -0,06 0,07

3. Industri Pengolahan -1,06 2,61 -0,14 0,34

4. Listrik, Gas dan Air Bersih -1,39 3,72 -0,01 0,03

5. Konstruksi -39,76 11,21 -5,27 0,80

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran -4,49 2,34 -0,95 0,46

7. Pengangkutan dan Komunikasi -6,31 2,29 -0,69 0,23

8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan -0,65 1,73 -0,06 0,16

9. Jasa-jasa 5,09 3,85 0,78 0,59

PDRB 3,88 3,09 3,88 3,09

Selain kedua sektor yang telah disebutkan di atas, semua sektor memberi andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2009. Sektor konstruksi memberikan andil negatif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2009 dengan laju pertumbuhan minus 39,76 persen, karena proyek prasarana fisik yang didanai oleh APBN/APBD masih dalam proses perencanaan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran turun sebesar 4,49 persen terutama karena sudah berlalunya momen perayaan Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru pada triwulan sebelumnya, kemudian permintaan pada triwulan I 2009 kembali normal. Hal itu berdampak pula pada penurunan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,31 persen. Sektor industri pengolahan menurun 1,06 persen, karena permintaan domestik kembali normal setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sektor penggalian, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan mengalami penurunan masing-masing 7,04 persen dan 0,65 persen terkait adanya pergeseran (shifting) sebagian tenaga kerja yang beralih ke sektor pertanian yang sedang bergairah memasuki awal musim panen, turunnya permintaan komoditas penggalian, penurunan kredit investasi karena menunggu hasil pemilu legislatif dan pilpres. Sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami penurunan sebesar 1,39 persen karena turunnya permintaan sesudah musim liburan.

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-o-y), PDRB triwulan I tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 3,09 persen. Seluruh sektor memberi andil positif terhadap pertumbuhan triwulan I 2009, dengan penyumbang terbesar adalah sektor konstruksi dengan pertumbuhan y-o-y mencapai 11,21 persen. Diikuti oleh sektor jasa-jasa yang tumbuh 3,85 persen dipicu oleh pertumbuhan subsektor jasa pemerintahan sebesar 4,41 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi andil pertumbuhan y-o-y pada peringkat ketiga dengan pertumbuhan mencapai 2,34 persen serta sektor pertanian pada peringkat berikutnya dengan pertumbuhan sebesar 1,71 persen. Sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 2,61 persen dan 2,29 persen cukup berperan pula dalam pertumbuhan y-o-y, karena kontribusinya yang cukup besar dalam pembentukan PDRB. Meskipun sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,48 persen dan 3,72 persen, andilnya tidak terlampau besar karena kontribusinya dalam pembentukan PDRB cukup rendah.

(4)

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN TRIWULAN I TAHUN 2009

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY atas dasar harga berlaku pada triwulan I tahun 2009 mencapai Rp 10,08 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2008 yang mencapai Rp 9,91 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan I tahun 2009 mencapai Rp 4,98 triliun, meningkat 3,88 persen dibanding triwulan IV tahun 2008 yang mencapai sebesar Rp 4,80 triliun.

Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar pada triwulan I tahun 2009 adalah sektor pertanian yang mencapai Rp 2,05 triliun, atau mempunyai kontribusi sebesar 20,31 persen terhadap total PDRB. Kemudian, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi kontribusi terbesar kedua, yaitu sebesar Rp 1,89 triliun. Sektor berikutnya yang memiliki nilai tambah lebih dari Rp 1 triliun adalah sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan, masing-masing mencapai Rp 1,85 triliun dan Rp 1,36 triliun. Keempat sektor tersebut merupakan pemasok utama PDRB Provinsi DIY yang sangat penting. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 76,97 miliar.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, keempat sektor utama di ataspun memberikan nilai tambah bruto terbesar, berturut-turut sebagai berikut: sektor pertanian sebesar Rp 1,19 triliun; sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp 974,80 miliar; sektor jasa-jasa Rp 770,55 miliar; dan sektor industri pengolahan Rp 643,64 miliar. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 36,55 miliar (Tabel 2).

Tabel 2.

PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan 2000

Triw. IV 2008 Triw. I 2009 Triw. IV 2008 Triw. I 2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 1.226.058,90 2.046.873,90 700.274,43 1.194.051,64

2. Pertambangan dan Penggalian 82.313,38 76.971,78 39.314,76 36.547,61 3. Industri Pengolahan 1.336.247,02 1.355.123,32 650.527,43 643.636,10 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 132.845,53 132.689,87 44.859,95 44.234,98

5. Konstruksi 1.458.558,60 883.780,35 636.408,06 383.355,17

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.961.210,93 1.888.319,54 1.020.577,93 974.804,71 7. Pengangkutan dan Komunikasi 999.831,30 884.081,41 524.082,89 491.032,22

8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perush. 964.738,37 962.153,78 448.757,69 445.856,72

9. Jasa-jasa 1.749.063,07 1.848.527,18 733.201,90 770.548,40

PDRB 9.910.867,11 10.078.521,13 4.798.005,03 4.984.067,55

2. STRUKTUR PDRB PROVINSI DIY MENURUT LAPANGAN USAHA

TRIWULAN I TAHUN 2009 DAN TRIWULAN I TAHUN 2008

(5)

Struktur PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2009, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008, menunjukkan bahwa peranan sektor konstruksi; sektor industri pengolahan; sektor jasa-jasa; sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan penggalian meningkat. Peranan sektor konstruksi meningkat cukup signifikan, yaitu dari 7,94 persen pada triwulan I tahun 2008 menjadi 8,77 persen pada triwulan I tahun 2009, karena pembangunan jalan jalur lintas selatan (JJLS) wilayah DIY yang masih dalam proses penyelesaian. Sedangkan peran sektor industri pengolahan meningkat dari 12,99 persen pada triwulan I 2008 menjadi 13,45 persen pada triwulan I 2009, karena semakin tingginya permintaan, terutama permintaan komoditas rokok dari luar negeri.

Sebaliknya, sektor-sektor yang peranannya menurun adalah : sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Peran sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan yang tertinggi, yaitu dari 9,49 persen pada triwulan I tahun 2008 menjadi 8,77 persen pada triwulan I tahun 2009. Penurunan peran tersebut disebabkan oleh perkembangan tarif angkutan relatif lebih rendah dibandingkan sektor yang lain. Selain itu, adanya perang tarif antar operator telepon seluler mengakibatkan subsektor komunikasi mengalami deflasi.

Tabel 3.

Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Lapangan Usaha Triw. I 2008 Triw. I 2009 Perbedaan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 20,93 20,31 -0,62

2. Pertambangan dan Penggalian 0,71 0,76 0,06

3. Industri Pengolahan 12,99 13,45 0,45

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,24 1,32 0,08

5. Konstruksi 7,94 8,77 0,83

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,86 18,74 -0,13

7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,49 8,77 -0,71

8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 9,62 9,55 -0,07

9. Jasa-jasa 18,22 18,34 0,12

PDRB 100,00 100,00 0,00

4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN I TAHUN 2009

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan lainnya (gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori dan diskrepansi statistik/residual).

Memasuki triwulan I tahun 2009 (q-to-q), semua komponen PDRB menurut penggunaan menunjukkan pertumbuhan negatif, kecuali komponen lainnya. Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang merepresentasikan investasi mencatat kontraksi terbesar yaitu -29,78 persen. Penurunan ini terjadi karena pada triwulan IV 2008 merupakan momen tutup anggaran, sehingga banyak proyek prasarana pemerintah baik fisik maupun non fisik yang diselesaikan pada triwulan ini, sedangkan pada triwulan I tahun 2009 proyek-proyek yang didanai oleh pemerintah (APBN/APBD) belum dilaksanakan

(6)

atau masih dalam proses perencanaan. Pengeluaran konsumsi pemerintah juga menurun sebesar -15,86 persen. Penurunan ini terjadi karena pada triwulan IV 2008 merupakan momen tutup anggaran, sehingga banyak kegiatan untuk belanja barang ATK (alat tulis kantor) termasuk belanja perjalanan, pemeliharaan, dan pengeluaran lain yang bersifat rutin yang diselesaikan pada triwulan ini, sedangkan pada triwulan I tahun 2009 kegiatan tersebut belum dilaksanakan atau masih dalam proses perencanaan (Tabel 4).

Komponen konsumsi rumahtangga tercatat pada triwulan I tahun 2008 mengalami kontraksi sebesar 1,82 persen, setelah pada triwulan IV tahun 2008 tumbuh cukup tinggi, yaitu 1,28 persen. Perekonomian pada triwulan IV tahun 2008 yang didominasi oleh perayaan Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru menjadikan tingkat konsumsi pada triwulan tersebut cukup tinggi, sedangkan pada triwulan I tahun 2009 konsumsi rumah tangga kembali normal. Kondisi ini bersifat musiman sebagai pelestarian budaya mudik dan saling bersilaturahmi dalam memperingati hari-hari raya tersebut.

Tabel 4.

Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen)

Komponen Penggunaan Triw I-2009 thd Triw IV-2008

(q-to-q) Triw I-2009 thd Triw I-2008 (y-on-y) Andil Pertumbuhan q-to-q Andil Pertumbuhan y-on-y (1) (2) (3) (4) (5)

1. Konsumsi Rumah tangga -1,82 2,93 -0,82 1,25 2. Konsumsi Pemerintah -15,86 4,41 -3,37 0,75 3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) -29,78 5,01 -9,89 1,10

4. Lainnya*) 2.851,88 -0,06 17,96 -0,01

PDRB 3,88 3,09 3,88 3,09

*) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008 (y-on-y), semua komponen penggunaan meningkat, kecuali komponen lainnya. Masing-masing mengalami peningkatan sebagai berikut: konsumsi rumah tangga 2,93 persen; konsumsi pemerintah 4,41 persen; dan pembentukan modal tetap domestik bruto 5,01 persen. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir semakin bergairah (Tabel 4).

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 4,81 triliun atau 47,71 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk PMTDB yang menggambarkan investasi fisik sebesar Rp 2,98 triliun atau 29,57 persen terhadap total PDRB. Kemudian nilai PDRB yang digunakan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 2,24 triliun atau 22,27 persen. Sedangkan nilai PDRB yang digunakan untuk komponen lain sebesar Rp 0,04 triliun (0,44 persen). Hal ini menunjukkan bahwa bagian terbesar PDRB masih digunakan untuk keperluan konsumsi, belum mengarah pada investasi yang dapat menyerap tenaga kerja.

Tabel 5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan I Tahun 2009

(7)

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 4.808.844,50 2.115.116,74 47,71 2. Konsumsi Pemerintah 2.244.699,36 858.290,89 22,27 3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 2.980.459,19 1.118.923,63 29,57 4. Lainnya*) 44.518,08 891.736,28 0,44

PDRB 10. 078.521,13 4.984.067,55 100,00

(8)

PENJELASAN TEKNIS

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan

pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori /stok dan ekspor neto

(ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

Æ dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun). • Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:

a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Æ Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Æ Demand side

c. Pendapatan Æ Income side • Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku Æ harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan Æ harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. • Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan

PDRB atas dasar harga berlaku Æuntuk melihat struktur ekonomi.

• Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan Æ untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi. • Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth). • Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan

triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

• Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative

economic growth).

• Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).

• Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

• Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kemasan kompetensi yang digunakan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok

4 Berdasarkan hal diatas, pada penelitian ini peneliti akan membuat suatu perangkat lunak yang dapat melakukan perbandingan terhadap Algoritma Kruskal dan Aloritma

Untuk pengembangan di daerah lain yang mempunyai lingkungan ber- beda (iklim dan tanah berbeda) perlu dilakukan uji multilokasi di beberapa lokasi selama bebe- rapa tahun,

Dari penelitian terdahulu yang menemukan bahwa terdapat beberapa variabel – variabel yang mampu mempengaruhi terhadap purchase intention, seperti pada penelitian

Anggun Cipta Sasmi mempunyai pengalaman yang memadai berkaitan dengan shampo pantene pro-v sehingga layak menjadi model iklan shampo pantene pro-v.. 1 2 3 4

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa program pendidikan bahasa arab semester 7 (tujuh) UPI mampu mengetahui, memahami hadits-hadits nabi tentang tujuan pendidikan3.

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan