• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

49

ANALISIS SISTEM PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE

*

NINA HAIRIYAH1, TAUFIK DJATNA2 1

Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6 , Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

2

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga P.O Box 220, Bogor 16002

Naskah diterima : 5 Oktober 2014; Naskah disetujui : 24 November 2014

ABSTRAK

Sistem produksi gula semut fortifikasi vitamin A dengan tiga tingkatan kualitas grade adalah sebuah sistem yang menjelaskan tentang proses produksi gula semut dengan bahan baku utama yaitu air nira dengan fortifikasi (pengkayaan kandungan) ekstrak vitamin A dan menghasilkan klasifikasi produk menjadi tiga tingkatan kualitas grade. Penulisan paper ini bertujuan untuk melakukan analisis dan klasifikasi tiga tingkatan kualitas grade pada produk akhir yang dihasilkan berdasarkan kandungan dan mengidentifikasi setiap tahapan proses produksi gula semut untuk mendapatkan keuntungan optimal. Hasil Correctly Classified Instances untuk pengklasifikasin grade A, B dan C menggunakan naïve bayes adalah sebesar 85% yang artinya meode ini layak untuk digunakan dalam aplikasi pengklasifikasian grade pada industri gula semut fortifikasi vitamin A.

Kata kunci : gula semut, fortifikasi vitamin A, analisis dan desain, optimasi. PENDAHULUAN

Sistem produksi gula semut fortifikasi vitamin A adalah sebuah sistem yang menjelaskan tentang proses produksi gula semut dengan bahan baku utama yaitu air nira dengan fortifikasi (pengkayaan kandungan) ekstrak vitamin A. Air nira sebagai bahan baku utama harus ditambahkan dengan kapur sirih untuk menetralkan pH. Proses produksi diawali dengan tahap perebusan dimana pada tahap ini harus dijaga kestabilan suhunya agar tidak melebihi 800C yang dapat merusak atau menghilangkan kandungan vitamin A yang ditambahkan. Selanjutnya dilakukan proses pengendapan, pencetakan, pengkristalan, penepungan hingga menjadi gula semut dan dilanjutkan dengan tahap pengemasan.

Gula semut fortifikasi vitamin A yang dihasilkan, dikelompokkan menjadi tiga tingkatan kualitas grade yang didasarkan pada % kadar air, kandungan vitamin A, % kadar glukosa, % kadar karbohidrat dan % kandungan mikroorganisme pada produk akhir. Grade A adalah kelompok produk yang dikemas dengan kemasan primer kecil ukuran 8 gram yang akan dipasarkan untuk hotel dan café, dengan kriteria (kadar air < 2%, kadar vitamin A > 8 IU, kadar sukrosa 86 %, kadar karbohidrat < 90 % , protein > 2,3%, lemak < 0,4%). Grade B adalah kelompok produk yang dikemas dengan kemasan plastik ukuran 250 gram yang akan dipasarkan untuk minimarket, dengan kriteria (kadar air 3- 4%, kadar vitamin A 6-7 IU, kadar sukrosa >83 %, kadar karbohidrat 90 % ,

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI

Vol. 1 No.1 ; November 2014

(2)

50

protein > 2%, lemak < 0,4%). Grade C adalah kelompok produk yang dikemas dengan kemasan plastik ukuran 1000 gram yang akan dipasarkan untuk pemenuhan permintaan

bakery, dengan kriteria (kadar air 5-8 %, kadar vitamin A > 4-5 IU, kadar sukrosa > 80

%, kadar karbohidrat < 90 % , protein 1,5-2 %, lemak < 0,4%).

Analisis sistem produksi ini dilakukan untuk menganalisis sistem produksi pada industri gula semut fortifikasi vitamin A Tujuan dari pembuatan analisis sistem produksi gula semut fortifikasi vitamin A dengan tiga tingkatan kualitas grade ini adalah melakukan klasifikasi tingkatan grade pada produksi gula semut fortifikasi vitamin A dan mengidentifikasi setiap tahapan proses produksi gula semut untuk mendapatkan keuntungan optimal. Sistem ini terdiri dari tahapan penerimaan bahan baku, proses produksi hingga pengemasan yang dilakukan oleh Departemen Produksi, pengontrolan kualitas dari tahap penerimaan bahan baku hingga siap dipasarkan oleh Departemen

Quality Control serta tahap pendistribusian dan pemasaran oleh Departemen Pemasaran. METODE PENELITIAN

Analisis Sistem Proses Produksi Gula Semut Fortifikasi Vitamin A

Tahapan analisis sistem proses produksi gula semut fortifikasi vitamin A dilakukan dengan mengidentifikasi semua variable yang berkaitan pada setiap proses produksi mulai dari persiapan bahan baku sampai dengan tahap pendistribusian dan pemasaran. Proses analisis dan desain sistem dilakukan dengan menggunakan Power Designer

Business Process Diagram (BPD) dan Business Process Modeling Notation (BPMN 2.0). Business Process Modeling Notation (BPMN) adalah notasi grafis yang

menggambarkan logika dari langkah-langkah dalam proses bisnis. Notasi ini telah didesain secara khusus untuk mengkoordinasikan urutan proses dan pesan yang mengalir antara peserta dalam kegiatan yang berbeda. BPMN menyediakan bahasa umum yang memungkinkan semua pihak yang terlibat dalam proses untuk berkomunikasi dengan jelas, benar dan efisien.

Klasifikasi Gula Semut Fortifikasi Dengan Tiga Tingkatan Kualitas Grade

Proses klasifikasi gula semut fortifikasi dilakukan dengan menggunakan metode

Bayes Naïve yang didasarkan pada kandungan kadar air, kadar vitamin A, kadar sukrosa,

kadar karbohidrat, kadar protein dan kadar lemak. Kandungan hasil akhir produk gula semut di dasarkan pada kualitas mutu bahan baku, lama waktu perebusan dan pengaturan suhu yang digunakan. Adapun klasifikasi untuk setiap grade adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Parameter spesifikasi setiap grade gula semut fortifikasi

No Kandungan kimia Grade A Grade B Grade C

1 Air (%) 2,77 3-4 5-8

2 Gula sukrosa (%) 86,37 83-85 80-82

3 Karbohidrat (%) 92 89-90 > 90

4 Protein (%) 2,45 2 1,5-1,99

5 Lemak (%) 0,41 0,41 0,41

Naive Bayesian Classifier adalah metode classifier yang berdasarkan probabilitas

(3)

(independent). Dengan kata lain, Naïve Bayesian Classifier mengansumsikan bahwa keberadaan sebuah atribut (variabel) tidak ada kaitannya dengan beradaan atribut yang lain. Jika diketahui X adalah data sampel dengan klas (label) yang tidak diketahui, H merupakan hipotesa bahwa X adalah data dengan klas (label) C, P(H) adalah peluang dari hipotesa H, P(X) adalah peluang data sampel yang diamati, maka P(X|H) adalah peluang data sampel X, bila diasumsikan bahwa hipotesa H benar (valid). Karena asumsi atribut tidak saling terkait (conditionally independent), maka P(X|Ci) dapat didekati dengan cara:

Jika P(X|Ci) diketahui maka klas dari data sampel X dapat didekati dengan menghitung P(X|Ci)*P(Ci). Klas Ci dimana P(X|Ci)*P(Ci) maksimum adalah klas dari sampel X.

Data yang digunakan adalah data contoh yang dimodifikasi untuk klasifikasi grade hasil produksi gula semut fortifikasi vitamin A pada 300 kali produksi. Format data yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Format data yang digunakan untuk klasifikasi grade gula semut fortifikasi Produksi ke- Kadar

air Kadar sukrosa Karbohidr at Protei n Lemak Grad e 1 2 3 n

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Produksi Gula Semut Fortifikasi Vitamin A

Analisis produksi gula semut fortifikasi vitamin A dilakukan dengan membuat diagram Business Process Diagram (BPD) dan Business Process Modeling Notation (BPMN 2.0) pada Power Designer seperti yang disajikan pada Gambar 1.

(4)

52

Gambar 1. Diagram BPMN 2.0 produksi gula semut fortifikasi vitamin A dengan tiga tingkatan kualitas grade

Klasifikasi Gula Semut Fortifikasi Vitamin A

Berdasarkan data contoh klasifikasi grade sebanyak 300 data yang telah diolah menggunakan weka 3.6.9 berdasarkan kandungan produk akhir untuk setiap produksi, didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.

Departemen Produksi

Divisi Bahan Baku Divisi Perencanaan Divisi Penyimpanan Divisi Proses Produksi

Departemen QC

aliran untuk melaporkan jumlah

volume air nira menerima laporan volume air nira yang tersedia di koperasi

pengumpul

Menerima laporan hasil analisa Melaporkan jumlah

volume air nira tersedia

Menentukan menerima atau menolak bahan

baku

Mereject bahan baku

Selesai Mengatur kapasitas produksi Menjadwalkan proses produksi Menganalisis jumlah persediaan bahan baku Melakukan penghandelan penyimpanan bahan baku

Menyiapkan bahan baku

Bahan baku siap untuk produksi Melakukan penyimpanan gula semut Gula semut fortifikasi vitamin A Laporan jumlah dan keadaan bahan baku yang disimpan

Mempersiapkan proses produksi

Menghitung keperluan bahan baku yang

digunakan

Jumlah bahan baku yang diperlukan Melakukan perebusan melakukan pencampuran dengan sari vitamin A mengendapkan dan mencetak mengkristalkan Menepungkan Hasil proses penepungan Menentukan kualitas grade A Menghitung jumlah grade A Menentukan kualitas grade B Menghitung jumlah grade B Menentukan kualitas grade C Menghitung jumlah grade C Reject Selesai 2 Melaporkan jumlah

hasil produksi setiap grade Jumlah produksi gula semut Mengambil sampel Mengukur kadar pH, air, mikroorganisme, cemaran logam berat bahan baku

Membuat laporan hasil analisa bahan baku awal

Hasil analisa bahan baku

Mengambil sampel untuk produksi

Mengukur kadar pH, air, mikroorganisme, cemaran logam

berat bahan baku siap produksi

Membuat laporan hasil analisa bahan baku siap produksi

Hasil analisa bahan baku siap produksi

Pengambilan sampel penepungan

Menguji kandungan karbohidrat, kadar air,

kandungan mikroorganisme, kandungan vitaminA

Hasil analisa penepungan

(5)

Tabel 3. Hasil pengolahan data klasifikasi naïve bayes menggunakan weka 3.6.9 Hasil Pengolahan Nilai Persentasi

Correctly Classified Instances 135 85 % Incorrectly Classified Instances 165 15 % Kappa statistic 0.129

Mean absolute error 0.4231 Root mean squared error 0.462 Relative absolute error 97.0956 %

Root relative squared error 98.9908 %

Total Number of Instances 300

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, tingkat Correctly Classified

Instances yang ditunjukkan pada Tabel 3 untuk pengklasifikasin grade A, B dan C

menggunakan naïve bayes adalah sebesar 85%. Sehingga rule yang telah terbentuk dari naïve bayes untuk pengklasifikasian hasil produksi gula semut fortifikasi vitamin A dapat digunakan untuk prediksi penentuan grade produksi selanjutnya. Hasil Correctly

Classified Instances untuk pengklasifikasin grade A, B dan C menggunakan naïve bayes

adalah sebesar 85% yang artinya metode pengklasifikasian dengan menggunakan naïve bayes dapat diterpakan pada industry pengolahan gula semut forifikasi vitamin A.

DAFTAR PUSTAKA

Dwianti, H., Rumpoko dan Budi S. Kajian Kualitas Gula Kelapa Cetak yang Difortifikasi dengan Vitamin A dari Sumber Karoten yang berbeda.Laporan Penelitian SPP/DPP Unsoed.

Heizer, J. dan B. Render. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta.

Jeffry L whitten, Lonnie I. Ilentley, Thomas I.M Ho, Svsrents Analysis & Method, (St. Louis: Times Nirror/Mosby College publishing. 2006), hal. 373.

Mulyono, S. 2007. Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Mustaufik dan Karseno, 2004. Penerapan dan Pengembangan Teknologi Produksi Gula Semut Berstandar Mutu SNI untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas. Laporan Pengabdian Masyarakat. Program Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Jurusan Teknologi Pertanian Unsoed, Purwokerto.

Nasendi, B.D.E. dan Anwar. 2005. Program Linear dan Variasinya. PT. Gramedia, Jakarta.

(6)

54

Robert J. Verzello/John Reuter lll, Data Processing: Systems and Concepts, (lnternational Student lklition; Tokyo: McGraw-llill Kogakusha, 2002), hal. 321. Soekartawi. 2007. Linear Programming : Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam

Gambar

Tabel 1. Parameter spesifikasi  setiap grade gula semut fortifikasi
Gambar 1.  Diagram BPMN 2.0 produksi gula semut fortifikasi vitamin A   dengan tiga tingkatan kualitas grade
Tabel 3. Hasil pengolahan data klasifikasi naïve bayes menggunakan weka 3.6.9

Referensi

Dokumen terkait

Demikian halnya dengan nilai koefisien regresi variabel faktor produk dalam berbelanja (b 3 ) sebesar 0,437, berarti setiap peningkatan nilai faktor produk satu poin, maka

karakter morfologiyang didapatkan di hutan mangrove kecamatan Siberut Utara kabupaten kepulauan Mentawai dengan data informasi deskripsi morfologi (data yang telah

Dari uraian yang telah dikemukakan, novel Rahasia Meede layak untuk dikaji melalui studi poskolonial karena novel tersebut menyatakan ketegangan- ketegangan yang terjadi antara

Dengan begitu pada dasarnya, pada mad kilmi ditemui kasus huruf mad diikuti oleh huruf mati asli; pada yang satu terjadi idghaam (idghaam mutamaatsi- layn) dan disebut

Teknologi ini dapat digunakan untuk mencegah serangan yang masuk ke jaringan lokal dengan memeriksa dan mencatat semua paket data serta mengenali paket dengan sensor,

Dari hasil buku dan beberapa skripsi di atas, dapat diketahui yang menjadi perbandingan dengan penelitian saya adalah perkembangan fisik Kota dari tahun 1993-2018,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Usability pada website e-learning Teknik Informatika UNPAS dilakukan evaluasi dengan menggunakan konsep Heuristic

Di sisi lain, rataan tertinggi bobot umbi kering pada tanaman bawang merah rataan tertinggi bobot umbi basah pada perlakuan biochar jagung dan pupuk kandang yaitu