• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH

2.1. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Simorangkir Julu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Siatasbarita sendiri merupakan pemekaran dari Kecamatan Tarutung yang merupakan ibu kota kabupaten. Jarak dari Kota Tarutung ke Kecamatan Siatasbarita ± 6 Km. Kecamatan Siatasbarita memiliki luas daerah sekitar 92,92 . Secara

astronomis Kecamatan Sitatasbarita terletak di 01°54' Lintang Utara s/d 02°07' Lintang Utara dan 98°52' Bujur Timur s/d 99°04'2 Bujur Timur. Jumlah desa yang dimiliki Sitasabarita sebanyak 12 desa, salah satunya desa Simorangkir Julu.

Desa Simorangkir Julu memiliki luas 919 hektar, meliputi daerah pemukiman penduduk, wilayah pertanian, perkebunan, pegunungan maupun hutan. Desa Simorangkir Julu terletak di kaki pegunungan Siatasbarita.

Desa Simorangkir Julu mempunyai batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Simorangkir Habinsaran - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pea Tolong

- Sebelah Timur berbatsan dengan Desa lobu Hole - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutagalung

(2)

GAMBAR 1

Peta lokasi Simorangkir Julu

Adapun sarana perhubungan ke desa Simorangkir Julu cukup lancar karena desa ini dilintasi oleh sebuah jalan raya yang merupakan jalan provinsi yang menghubungkan antara kota Tarutung dengan kota Sipirok. Selain jalan provinsi tersebut, di desa Simorangkir Julu juga terdapat jalan-jalan kecil yang lebarnya 2–3 meter. Kondisi jalan yang memadai tersebut sangat menunjang perekonomian masyarakat. Jalan tersebut digunakan oleh masyarakat Simorangkir Julu untuk mengangkut hasil pertanian ke pusat kabupaten, Tarutung dan sebaliknya membawa pulang barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari ke desa. Dengan demikian sarana jalan tersebut sangat besar manfaatnya bagi masyarakat.

Desa Simorangkir Julu memiliki tanah yang subur. Penduduk setempat memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan atau penyedia lapangan pekerjaan dengan mengolah lahan yang tersedia sebagai lahan pertanian dengan menanam tananamn bahan makanan mencakup tanaman padi, palawija dan holtikultura. Desa Simorangkir Julu berada diketinggian 500 M di atas permukaan laut. Iklim

(3)

di Desa Simorangkir Julu yaitu iklim tropis, dengan suhu rata-ratanya berkisar 21oC – 33oC, curah hujan berkisar antara 2.000 mm – 4.000 mm per tahun dan ratarata lama hari hujan 209 hari per tahun.

2.2. Sejarah Awal Desa

Desa Simorangkir Julu merupakan salah satu desa yang sudah cukup lama terbentuk di daerah Silindung. Terbentuknya Desa Simorangkir Julu dimulai dari lahirnya anak dari Guru Mangaloksa beliau merupakan nenek moyang Siopat pisoran ( Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan). Setelah keempat anaknya ini besar maka Guru mangaloksa membagi wilayah tempat tinggal bagi keempat anaknya. Dari keempat anaknya ini lahirlah beberapa marga-marga, salah satunya Simorangkir. Marga-marga Simorangkir ini akhirnya mendiami kaki bukit Siatasbarita. Lama-kelamaan wilayah ini akhirnya dinamai desa Simorangkir. Desa Simorangkir ini juga terbagi menjadi beberapa bagian yakni Simorangkir Julu, Simorangkir Habinjaran, dan Enda portibi. Diberi nama Simorangkir Julu, karena dalam bahasa Batak Toba, Julu itu berarti awal atau permulaan. Oleh sebab itulah Desa Simorangkir Julu diberi nama tersebut karena desa ini merupakan lokasi pertama yang dijumpai ketika seseorang datang dari arah kota Tarutung menuju daerah Simorangkir.

(4)

2.3. Sejarah Berdirinya Salib Kasih

2.3.1. Sejarah Ringkas Pdt. Dr. IL. Nommensen di Dolok Siatasbarita

Dr. Ingwer Ludwig nommensen, lahir di Nordsrtand Jerman pada tanggal 06 Februari 1834. IL Nommensen ditahbiskan menjadi pendeta pada tanggal 13 Oktober 1861. Nommensen berangkat ke Indonesia pada tahun 1861 taepatnya pada tanggal 24 Desember, pada masa itu Indonesia masih disebut sebagai Hindia Belanda.

Pada tanggal 16 Mei 1862 nommensen tiba di Padang, setelah beberapa bulan di Padang, Nommensen berangkat ke Sibolga. Padda tanggal 30 Desember 1862 Nommensen bertemu dengan Pdt. Klammer bersama Pdt. Betz di Sipirok, mereka tinggal di sebuah perkampungan yang bernama Bunga Bondar selama kurang lebih 1 tahun.

Tanggal 07 November 1863, Nommensen berangkat dari Bunga Bondar menuju Silindung dan diantar Pdt. Betz sampai ke simangambat. Ketika mendekati Pangaribuan, Nommensen terpaksa menginap di sebuah liang6. Yang ada dekat Pangaribuan, karena ketika itu masih terjadi perang antara raja-raja. Pada tanggal 09 November 1863, Nommensen tiba di Banjarnahor dan menginap di rumah Op. Gumarang. Setelah beberapa hari menginap di rumah Op. Gumarang, Nommensen berangkat ke Sigotom. Disitu Nommensen tidak diterima karena dia datang dari wilayah musuh, sehinnga dengan cepat Nommensen meninggalkan tempat itu.

6

(5)

Pada tanggal 11 November 1863, Nommensen meneruskan perjalanan melaklui bukit Sitarindak ke arah Silindung dan Pansurnapitu, dan tiba di Dolok Siatasbarita desa Simorangkir yang berada dipertengahan antara Lumban Baringin dan Pansurnapitu. Diatas bukit Siatasbarita Nommensen duduk di atas batu besar, sambil beristirahat menatap ke Rura Silindung yang amat indah panoramanya. Pada saat itu, Nommensen membayangkan melihat menara gedung gedung gereja berdiri megah di Rura Silindung dan seakan mendengar lonceng gereja yang bertalu-talu membangunkan masyarakt sekitarnya untuk beribadah kepada Tuhan. Kemudian Nommensen lalu berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Dalam doanya Nommensen mengatakan; ya Tuhan, hidup atau mati, biarlah aku berada

ditengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaanMu.

Dari Siatasbarita, Nommensen turun ke Hutagalung dengan perantaraan Op. Tarida. Nommensen diantar untuk menjumpai Raja Pontas Lumbantobing. Atas dukungan Raja Pontas Lumbantobing, Nommensen mulai menaburkan injil di Silindung, walaupun menghadapi banyak tantangan dan bahaya. Tetapi pada tahun 1864 berdirilah jemaat pertama kali di Huta Dame Saitnihuta.

Pada tanggal 23 september 1864, di Onan Sitahuru, Nommensen sempat diikat pada satu pohon dan Nommensen direncanakan akan disembelih untuk dijadikan korban persembahan kepada sombaon7 di Siatasbarita. Tetapi karena kuasa Tuhan, terjadilah hujan lebat di daerah itu sehingga membubarkan

7 Sombaon adalah roh alam yahng tinggi martabatnya dalam kepercayaan batak kuno, roh ini sangat ditakuti karena dipercayai dapat menentukan nasib baik maupun buruk bagi orang-orang yang bermukim di sekitarnya.

(6)

massa yang mau membunuh Nommensen, dan Nommensen pun selamat dari bahaya.

Berkat persahabatannya dengan Raja Pontas Lumbantobing, Nommensen membangun gerja di Pearaja yang sekarang menjadi lokasi kantor pusat HKBP (Huria Kristen Batak Protetan), persis menghadap dolok Siatasbarita. Kemudian dari Pearaja Nommensen menjalankan misi pekabaran injil ke seluruh desa yang ada di Silindung, Humbang, Toba, Samosir dan bahkan ke Simalungun.

Pada tanggal 23 Mei 1918, Nommensen meninggal dunia dan dimakamkan di Sigumpar bersama istri dan putrinya. Atas jasa-jasanya tersebut, Nommensen diberi gelar Apostel ni halak Batak sekaligus menjadi apostel pertama orang batak.

2.3.2. Berdirinya Salib Kasih

Latar belakang dan sejarah berdirinya Salib Kasih dimulai pada tahun 1985. HKBP (Huria Kristen Batak protestan) bekerjasama dengan gereja Nordstand Jerman, telah mendirikan sebuah salib diatas bukit Siatasbarita, tepatnya di atas sebuah batu tempat Nommensen berdoa. Salib ini berukuran. Salib kecil ini kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Salib besar yang sekarang disebut dengan Salib Kasih. Pembangunan Salib Kasih ini ditujukan untuk mengenang misi Nommensen di tanah batak.

(7)

Pada bulan Oktober 1993, pemerintah daerah Kabupaten Tapanulil Utara yang pada waktu itu dipimpin oleh Bupati Lundu Panjaitan SH.MA. memprakarsai pembangunan monumuen Salib Kasih setinggi 31 meter di puncak Dolok Siatasbarita. Setelah masa kerja bupaati Lundu selesai pembangunan kemudian dikembangkan oleh Bupati Drs. TMH. Sinaga. Pada masa kepemimipinan TMH. Sinaga Salib Kasih mulai berbenah ditandai dengan mulai dibangunnya tempat beribadah bagi para pengunjung Salib Kasih pada tahun 1995.

GAMBAR 2 Salib Kasih setinggi 31 meter di puncak Siatasbarita

(8)

Pada tahun 2000 oleh Bupati Drs. R.E Nainggolan MM, Salib Kasih mulai dipromosikan sebagai andalan kunjungan wisata rohani Kabupaten Tapanuli Utara dengan konsep “Tarutung Sebagai Kota Wisata Rohani”. Dalam mewujudkan Tarutung Sebagai Kota Wisata Rohani, pemerintah kabupaten Tapanuli Utara dengan giat-giatnya membangun beberapa fasilitas pendukung untuk meningkatkan pelayanan bagi para pengunjung.

2.4. Fasilitas

Sebagai objek wisata yang memiliki luas ±10 hektar, objek wisata Salib Kasih memiliki beragam fasilitas, baik itu fasilitas pendukung wisata maupun sebagai objek utama wisata Salib Kasih. Objek Wisata Salib Kasih memiliki fasilitas-fasiltas berupa bangunan-bangunan yang mendukung dalam perkembangan Salib Kasih. Berikut beberapa fasilitas serta bangunan yang ada di Salib Kasih:

 Tugu salib kecil berukuran 1 meter yang merupakan awal mula berdirinya salib kasih, dibagun pada tahun 1985

 Tugu Salib Kasih setinggi 31 meter, didirikan pada tahun 1993

 18 (delapan belas) unit ruang doa, termasuk salah satu ruang doa yang ada tepat di bawah kaki Salib Kasih. Ruang doa ini dibangun oleh para donator sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap salib Kasih.

 Relief perjalanan Nommensen di Tanah Batak, relief ini dibangun pada tahun 2001

(9)

 Tempat ibadah berkapasitas ±600 orang

 2 (dua) unit gedung tempat para pegawai maupun para petugas kebaktian.

 1 (satu) unit auditorium berkapasitas ±300 orang, dibangun pada tahun 2012

 Tugu patung Nommensen

GAMBAR 3.

Auditorium Salib Kasih. salah satu fasilitas yang ada di Salib Kasih

 Gapura/ pintu masuk menuju Salib Kasih sekaligus tempat pembelian tiket masuk

 8 (delapan) unit shelter, 5 diantaranya dibangun pada tahun 2004, sedangkan sisanya dibangun pada tahun 2014

 1 (satu) unit PUJASERA dibangun pada tahun 2013

 Taman bermain seluas ±1 hektare

(10)

 Lapangan parkir seluas ±1 hektare

Secara terperinci fasilitas yang terdapat pada Salib Kasih dapat dilihat dalam tabel di halaman berikut ini:

TABEL 1

FASILITAS SALIB KASIH

NO FASILITAS FUNGSI TAHUN

PEMBAN-GUNAN

Jlh. UNIT 1 Tugu salib kecil

berukuran 1 meter

1985 1

2 Tugu Salib Kasih berukuran 31 meter

1993 1

3 Ruang doa Tempat para pengunjung memanjatkan doa

18 4 Relief erjalanan

Nommensen

2001 1

5 Tempat ibadah Megadakan ibadah tiap minggunya

1995 1

6 Gedung pegawai 4

7 Auditorium Tempat pertemuan /retreat 2012 1 8 Tugu patung

Nommensen

2006 1

9 Gapura Tempat penjualan tiket 2004 2

10 Shelter Tempat berteduh bagi para pengunjung

2004 & 2014

8

11 Pujasera Tempat penjual makanan 2013 1

12 Taman bermain Rekreasi 2004

13 Toko-toko souvenir 2004 16

14 Lapangan parker 2004

(11)

Objek wisata Salib Kasih Tarutung sudah memiliki pegawai tetap sebanyak 7 (tujuh) orang, selain pegawai tetap ada juga pegawai tidak tetap sebanyak 2 (dua) orang. Untuk mempermudah dan juga mempercepat suatu pekerjaan yang ada di salib Kasih, pihak pengelola juga biasanya mempekerjakan beberapa orang pekerja harian. Pekerjaan pegawai di Salib Kasih masih pekerjaan yang dilakukan bersama, belum ada pembagian tugas antar pegawai, semua pegawai diberi tanggung jawab dalam menangani kebutuhan yang ada di Salib Kasih, baik itu kebutuhan dibidang gedung, pertamanan dan pengembangan lahan, terkecuali dibidang kantor, biasanya yang bertanggung jawab dalam urusan kantor yakni kepala UPT dan juga Kasubbag tata usaha.

BAGAN 1

STRUKTUR ORGANISASI SALIB KASIH TARUTUNG

staf

Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara

Kepala UPT Salib Kasih (Managam R. Panggabean, SP)

Kasubbag Tata Uaha (Jefry AM. Lubis, SE)

Staff Limrot Situmeang Staff Nimrot Sibagariang Staff Polraden Nababan Staff Freddy Sipahutar Staff Jelas Manalu

(12)

2.6. Dukungan Aksesibilitas serta Sarana Prasarana 2.6.1. Ketersediaan Aksesibilitas

Dalam pengembangan pariwisata, pengelola senantiasa akan memperhatikan sarana pendukung dalam meningkatkan kualitas objek pariwisata. Tidak hanya sarana, akses menuju daerah wisata tersebut juga diperhatikan pengelola demi kemajuan suatu objek wisata, karena akses berperan penting dalam perkembangan suatu objek wisata. Aksesibilitas merupakan infrastruktur dalam menuju sebuah destinasi, misalnya jalan raya, ketersedian sarana transportasi, dan rambu-rambu penunjuk jalan. Aksesibilitas menuju objek wisata Salib Kasih telah memadai. Hal ini dapat dilihat dari akses jalan raya menuju Salib Kasih. Jalan yang ada memiliki lebar ± 5 meter, kondisi jalan juga telah diaspal. Lokasi Salib Kasih yang terletak di atas pegunungan menjadikan kondisi jalan menuju lokasi memiliki kemiringan 20-30º. Walaupun demikian akses menuju Salib Kasih masih bisa dilalui kendaraan mini bus maupun bus besar.

Ketersediaan transportasi khususnya transportasi umum baik berupa angkutan kota maupun ojek telah tersedia. Hal ini didukung oleh kondisi jalan yang baik dan lebar sehingga para wisatawan tidak lagi kesulitan dalam mengunjungi objek wisata Salib Kasih. Aksesibilitas yang memadai tentunya telah mendukung pengembangan Salib Kasih. Karena semakin baik aksesibilitas, maka jumlah kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, akan meningkat. Demikian juga dengan akses dari tempat parkir menuju objek utama

(13)

berupa Salib Kasih setingi 31 meter di puncak bukit. Jalan menuju salib tersebut merupakan jalan setapak berukuran ± 2 meter dimana jalur menuju salib berbeda dengan ketika pengunjung pulang menuju tempat parkir.

GAMBAR 4.

Akses menuju tugu Salib Kasih setinggi 31 meter, yang berupa jalan setapak.

2.6.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung

Ketersediaan sarana dalam pengembangan suatu objek wisata sangatlah penting. Karena semakin banyaknya sarana penndukung maka kualitas objek wisata tentunya akan semakin baik. Dalam pengembanagan objek wisata Salib Kasih sarana pendukung juga sangat berpengaruh. Berikut beberapa sarana pendukung dalam pengembangan Salib Kasih.

(14)

Homestay merupakan salah satu jenis sarana akomodasi pariwasata yang cukup penting selain hotel. Home stay sendiri dikelola oleh perseorang dengan menggunakan rumah pribadi untuk menampung wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di objek wisata Salib Kasih, ada beberapa warga sekitar yang memanfaatkan rumah mereka sebagai tempat persinggahan bagi wisatawan. Walaupun wisatawan memang jarang yang memanfaatkan sarana ini, seperti yang diungkapkan oleh kepala desa di Simorangkir Julu:

“jabu ni masyarakat di son memang adong do na gabe tempat

penginaan, ale akka wisatawan i jarang do mamake. Alana halaki (wisatawan) biasana langsung mulak do sadari i. (rumah

masyarakat yang dijadikan tempat penginapan memang ada, tapi para wisatawan jarang menggunakannya. Karena kebanyakan para wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih langsung pulang pada hari itu juga)”.

b. Penginapan

Terkait ketersediaan sarana bagi wisatawan, penginapan yang tersedia di objek wisata Salib Kasih terletak di sebalah barat dan hanya terdiri dari dua buah bangunan dan memiliki 9 (Sembilan) kamar. Penginapan ini lumayan sering digunakan sebagai tempat persinggahan bagi wisatan karena lokasinya dekat dengan Salib Kasih dan memiliki pemandangan yang bagus. Hal ini dibenarkan oleh salah satu penjaga penginapan:

“ para wisatawan bisa dikatakan lumayan seringlah menginap disini, apalagi jika ada perayaan di Salib Kasih, kamar-kamar disini bisa penuh. Selain dekat dengan Salib Kasih, pemandangan disini juga bagus dan jauh dari kebisingan”.

(15)

Untuk memberikan pelayanan jasa berupa penyediaan makanan dan minuman kepada wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Salib Kasih, teradapat berbagai jenis rumah makan, maupun warung-warung dengan harga yang berbeda antara wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Selain itu juga tersedia beberapa cafe dengan suasana rileks dan menyediakan berbagai sarana hiburan. Jumlah rumah makan maupun warung-warung yang terdapat di sekitar Salib Kasih berjumlah 6 unit warung makan dan 2 unit cafe. Dimana semua warung maupu cafe telah ditata rapi di sepanjang jalan menuju Salib Kasih sehingga tidak menggangu kegiatan wisatawan.

d. Toilet

Sebagai salah satu sarana yang dibutuhkan setiap masyarakat, toilet umum juga telah tersedia. Ketersediaan toilet yang ada sudah sangat baik dan memadai. Selain toilet yang telah disediakan oleh pihak pengelola di lokasi Objek wisata Salib Kasih, toilet yang ada sudah tersedia di setiap cafe maupun warung-warung makan disekitar Salib Kasih.

e. Tempat Parkir

Di areal objek wisata Salib Kasih sudah terdapat tempat parkir seluas ± 1 hektare yang terdapat di dua titik yaitu arah selatan dan arah barat. Areal parkir yang ada dikelola oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tapanuli Utara. Biaya atau tarif parkir bagi kendaraan roda dua adalah Rp 2.000 sedangkan untuk roda empat adalah Rp. 5.000. Namun untuk pengunjung yang datang secara rombongan dan

(16)

menggunakan bus biasanya petugas akan meminta tarif parkir sebesar Rp. 10.000. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu tukang parkir di Salib Kasih:

“Molo arga ni parkir dison Rp. 2.000 tu kereta, molo mobil Rp.

5.000. ale asing do tu rombongan, molo rombongan biasana ta jalo ma Rpp. 10.000 sada mobil. Parkir dison dang pola dihitung perjam, sadia leleng pe halaki dison, tong do na sai arga na.

(Biaya parkir disini sebesar Rp. 2.000 untuk kereta, sedangkan untuk mobil sebesar Rp. 5.000. Tapi untuk bus yang datang secara rombongan biasanya kita meminta tarif sebesar Rp. 10.000 per mobil. Biaya parkir disini juga tidak dihitung perjam, seberapa lama pun parkir disini, biayanya tetap sama)”.

f. Ketersediaan Air Bersih

Kebutuhan akan air bersih yang ada di Salib Kasih sudah terpenuhi, dimana air yang ada, berasal dari PDAM maupun sumur-sumur di sekitar lokasi. Air yang ada di peruntukkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mengunjungi Salib Kasih.

g. Ketersediaan Listrik

Sama halnya dengan air, listrik juga merupakan prasarana yang penting dalam kegiaatan pariwisata. Ketersediaan listrik yang berada di Salib Kasih bersumber dari PLN. Dengan ketersediaan listrik yang telah memadai mampu memberikaan kenyamanan bagi para wissatawan yang berkunjung.

Ketersediaan sarana dan prasarana tentunya akan menambah daya tarik wisatawan dalam mengunjungi objek wisata salib Kasih. Semakin bertambahnya jumlah pengunjung berdampak juga nantinya bagi perkembangan objek wisata salib Kasih.

Gambar

GAMBAR 2  Salib Kasih setinggi 31    meter di  puncak Siatasbarita

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi mangrove yang terdapat di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, serta mengidentifikasi

Tempo ana magau nombabuka karanji haitu, nikitana naria ngana riarana, bo ngana haitu notumangi.. Ana magau naasimo matana nanggitana bo

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa nilai F hitung 12,236 dengan signifikansi 0,000, artinya kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara

(1) Dalam hal hasil penyidikan/pemeriksaan pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) tidak terbukti bersalah, pegawai yang bersangkutan harus

Informasi ini hanya terkait dengan bahan spesifik yang ditetapkan dan mungkin tidak berlaku untuk bahan tersebut bila digunakan bersama bahan. lain atau dalam proses apa pun,

13 No.2 Juni 2015 265 Selain itu, pembelajaran berbasis penelitian juga dapat ditafsirkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di perguruan tinggi senantiasa

target_latih_asli = xlsread(filename, sheet, xlRange); figure, plotregression(target_latih_asli,hasil_latih,'Regression') figure, plotperform(tr) figure, plot(hasil_latih,'bo-') hold