• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELlTlAN. Batasan Konsep Penelitian. Berikut disarnpaikan beberapa konsep pokok penelitian yang perlu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI PENELlTlAN. Batasan Konsep Penelitian. Berikut disarnpaikan beberapa konsep pokok penelitian yang perlu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELlTlAN

Batasan Konsep Penelitian

Berikut disarnpaikan beberapa konsep pokok penelitian yang perlu dirurnuskan untuk rnendapat pernaharnan yang tegas dalarn uraian dan analisa hasil kajian.

Surnber-sumber aararia:

Dalarn penelitian ini digunakan istilah "sumber-sumber agraria" dengan pengertian yang sarna dengan 'sumber daya agraria", yaitu meliputi burni dalarn arti permukaannya, air, serta ruang angkasa dan kekayaan alarn yang terkandung di bawah tanah dan air. sesuai dengan definisi menurut Pasal 1

UUPA No. 5 tahun 1960 dan Tap MPR nomor IX tahun

2001.

Struktur aoraria:

Struktur agraria rnenggarnbarkan jaringan relasi antar manusia dengan surnber-sumber agraria yang rnenjadi pertopang hidupnya, temtarna tanah. Di dalarn konteks ini tercakup tiga aspek, yaifu pemilikan, pengwsaan, serta penggunaan tanah. Kepernilikan menyangkut status hukum antara seseorang deqtgan tanah. yang rnenentukan siapa yang berhak rnengelola dan rnengarnbil rnanfaatnya. Penguasaan rnenyangkut hubungan rnanusia dan surnber agraria dalam aktivitas produksi, sehingga seseorang yang rnenggamp suatu petak tanah dapat saja bukan orang yang rnerniliki secara hukurn tanah tersebut, namun bisa karena hubungan penyewaan atau penyakapan dengan pernilik tanah. Penggunaan tanah adalah bentuk perlakuan terhadap tanah tersebut oleh orang yang rnenguasainya.

Pembentukan struktur aqraria:

Pembentukan struktur agraria adalah proses bagaimana te jadinya struktur agraria yang dipelajari sernenjak wilayah desa pertama dibuka, dengan 18

(2)

mengungkapkan cara masing-masing orang rnemperoleh tanah, faktor-faktor yang rnempengaruhi, serta transaksi tanah di antara rnasyarakat. Proses ini bejalan bersarnaan dengan terbeotuknya ketejaminan keamanan sosial ekonorninya, karena kedwnya mentpakan dua proses yang saling rnempengaruhi.

Masvarakat ~inaairan hutan

Masyarakat pinggiran hutan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu kawasan geografis tertentu yang lokasinya behatasan dengan hutan. Masyarakat ini dapat disebut sebagai komunitas apabila rnerniliki tingkat kohesivitas yang cukup, terlihat dari timbuinya perasaan yang sama, sikap sepenanggungan, dan d i n g mernerlukan, sehingga interaksi sosial lebih intens dengan sesama anggota kelornpok tersebut dibandingkan dengan orang di luar kelornpok.

Keteriaminan keamanan sosial ekonorni dalarn masvarakat

Ketejaminan kearnanan sosial ekonomi (socioeconomic secunn@) dalarn rnasyarakat adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan pernenuhan seluruh kebutuhan hidup warga. Garis batas termdah dari ketejaminan in& disebut dengan jaminan subsistensi. Pa& masyarakat yang berbentuk kornunitas jarninan berada di institusi desa. namun jika kornunitas belum terbentuk rnaka ia mungkin akan berada di pundak institusi yang berdasar ikatan genealogis (kerabat dan suku).

Hubunaan sosial dalarn produksi:

Hubungan sosial dalam produksi menggarnbarkan bagairnzna tata interaksi antar orang datam pemanfaatan sumber-sumber agraria, mencakup apa komoditas yang diusahakan, bagaimana kebutuhan tenaga ke ja dipenuhi, serta hubungan pemilik tanah dan penggarap dalam penyakapan. Organisasi prodyksi berkaitan dengan sistem distribusi hasil produksi, yang akan tersebaf kepada 19

(3)

pihak pernilik tanah, penyewa. penyakap, serta bumh tani. Organisasi produksi dan sistern distribusi merupakan komponen dari konteks keterjaminan keamanan sosial ekonorni.

Keberlaniutan ekosistem:

Konsep ini merniliki Iingkup baik lingkungan bio-fisik maupun sosiaI ekonomi. lstilah yang digunakan untuk menyebut kondisinya adalah "status stabilitas". Kestabilan menunjuk kepada suatu kondisi fisik bilogis sumberdaya agraria pada keadaan mampu terus dieksploitasi sebagaimana kondisi sebelumnya. Kebetlanjutan menyangkut dua sisi sekaligus: dari sisi alam dan sisi rnanusia.

Kerangka Pemikiran dan tiipotesa

Kerangka Pemikiran

Anggapan "klasik" terhadap struktur masyarakat yang hidup bersama hutan selama ini adalah bahwa mereka hidup berkeiirnpahan surnber daya alam dengan menerapkan pola pertanian ekstensif di atas perangkat moral kearifan yang tinggi terhadap kelestarian lingkungannya. Gambaran ideal ini tidak diternukan pada masyarakat yang dibentuk oleh pendatang-pendatang dengan latar belakang sosio-budaya yang beragam apalagi yang bukan berasal dari ekosistem pinggiran hutan.

Kawasan pinggir hutan dengan sumber daya pertanian yang relatif melirnpah dan akses terbuka, mengundang kedatangan penduduk dari iwr. Tekanan penduduk di dataran rendah telah mendorong terjadinya migrasi ke daerah dataran tinggi. Hal ini mengikuti teori neo-klasik mikro tentang rnigrasi, drmana migrasi terjadi karena adanya perbedaan pendapatan dan kesempatan kerja antar dua wiiayah. Aliran migran akan menuju dimana surnber daya

(4)

ekonomi dapat diperoleh secara lebih rnudah, dalam ha1 ini lebih terbukanya akses tehadap tanah. Hal ini rnenyebabkan terjadinya perubahan penggunaan surnber daya agraria yang dicirikan oleh pernanfaatan lahan secara intensif yang cenderung over-eksploitasi sehingga terjadi degradasi surnber daya alam.

Pada rnasyarakat pinggiran hutan. surnber agraria di kawasan hutan

,

rnerupakan surnber ekonorni yang penting bagi rnereka, rnisalnya untuk rnernperbleh kayu, hewan buruan. serta sebagai sumber rnata air. Narnun. sikap pern&ntah tndonesia yang rnenjadikan produksi hutan sebagai surnber utama pendapatan nasional, telah meminggirkan hak rnasyarakat, sebagaimana tercanturn dalarn peraturan Pernerintah No. 21 tahun 1970. serta UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Surnberdaya Aiam dan tlayati yang rnenutup sama sekali akses rnasyarakat sekitar terhadap tarnan nasional. Hal ini rnenyebabkan tirnbulnya konflik kepentingan antara pernerintah dan masyarakat sekitar.

Diperlukan perangkat kelembagaan yang kuat untuk rnenyelesaikan konflik seperti ini selain untuk mernperoleh pengelolaan

hutan

secara lebih baik. Pengernbangan kelernbagaan yang kuat tersebut rnernedykan dasar ikatan rnasyarakat yang kuat baik secara genealogis rnaupun teritorial, sehingga sarnpai kepada bentuk yang dapat dikategorikan sebagai %ornunitass. Narnun dernikian, untuk kelornpok masyarakat terbuka yang sebagian penduduknya berupa migran dari luar, rnaka bentuk komunitas tersebut tidak akan tercapai secara serta rnerta. Dibutuhkan proses yang lamanya tergantung kepada berapa besar kornposisi penduduk pendaiang dibandingkan dengan penduduk asli. Jika penduduk pendatang lebih banyak, apalagi seluruhnya pendatang dan multi etnik, maka proses tersebut tentu akan lebih lama. DaIarn masa pembentukan tersebut akan dijurnpai berbagai konflik, misalnya karena marjinalisasi suatu kelornpok akibat desakan kelornpok lain.

(5)

Pada masyarakat pedesaan yang didorninasi usaha pertanian, secara umum struktur agraria selalu rnendasari struktur sosialnya. Narnun dernikian, tarnpaknya kedua hat ini bisa bersifat saling tirnbal balik khususnya pada rnasyarakat bentukan baru, dirnana struktur sosial akan terbentuk bersamaan dengan struktur agraria. Pada masyarakat ini, ketika ikatan teritorial belum terbentuk, maka rnereka cenderung berkelompok berdasarkan ikatan genealogis. Dengan dernikian. afiran sumber daya ekonorni (terutarna tanah) juga akan rnengikuti struktur sosial berdasarkan kekerabatan tersebut.

Secara teoritis tiap kelornpok masyarakat berbentuk komunitas akan mengernbangkan seperangkat aturan yang akan menjamin kehidupan warganya. Namun, terbangunnya institusi ini membutuhkan syarat kuatnya struktur komunitas, yang sulit ditemukan dalam kelompok rnasyarakat bentukan karena rnigrasi. Jika jarninan sosial ekonorni tersebut tidak diperoleh. maka yang lahir adalah sikap eksploitatif individual dari warganya. Pada tahap selanjutnya perilaku ini akan menyebabkan destabilisasi surnber-surnber agraria sehingga akan rnengancarn keberlangsungan ekosistern tersebut (biofisik dan sosial). Dalarn keadaan kurang tejaminnya kemanan sosial ekonorni, sementara ada pelwng akses kepada kehutanan, maka ekspansi ke kawasan hutan diperktrakan akan berlangsung.

Hipotesa Penetiiian

Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini rnenggunakan hiiotesa pengarah sebagai pernandu penelitian.

(1) Hipotesa mengenai proses pembentukan struktur agraria:

a. Sebagai masyarakat yang hidup di pinggiran hutan sumber-sumber agraria penduduknya terdiri berada di dalarn desa dan di areal hutan. dirnana keterjaminan keamanan sosial ekonorni dan strategi ekonomi 22

(6)

rumah tangga menjadi penentu perubahan pengunaan sumber-sumber agraria.

b. Struktur agraria untuk tanah dalam desa berbeda dengan di kawasan hutan, dimana pembentukan struktur agraria ditentukan oleh dasar hukum dan strategi ekonomi yang digunakan.

(2) Hipotesa mengenai kete rjaminan keamanan sosial ekonomi:

a. Pembentukan kete rjaminan keamanan sosial ekonomi didasarkan pada struktur ekonomi rumah tangga masing-masing kelompok dan kepastian berusaha, khususnya akses terhadap tanah sebagai sumber daya utama.

b. Sebagai masyarakat bentukan dari migrasi swakarsa, maka o ~ a n i s a s i penjamin keamanan sosial ekonomi yang terbentuk lebih didasarkan kepada ikatan genealogis {keluarga, kerabat, dan suku) dibandingkan ikatan teritorial.

(3) Hipotesa mengenai prospek keberlanjutan ekosistem setempat:

a. Pilihan dalam penggunaan tanah sebagai sumber ekonomi akan dipengaruhi oleh kete rjaminan keamanan sosial ekonomi dan kepastian akses (hukum).

b. Struktur agraria dan kete rjaminan keamanan sosial ekonomi menentukan status stabilitas sumber-sumber agraria di daerah tersebut serta prospeknya di masa mendatang.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuafitatif menggunakan strategi studi kasus dengan menerapkan multi-metode dalam pengumpulan data berupa wawancara, pengamatan langsung, dan studi dokumen (Creswell. 1994; Yin, 1997). Menurut Denzim dan Lincoln (1994: 4-6). kata "kualitatif" menekankan

(7)

kepada proses dan makna dengan rnenganalisis dan memahami pola dan proses sosial rnasyarakat, yang diakui tidak akan dapat diukur dan diuji secara tepat (rigorously examined) dalam konteks kuantitas, jumlah, intensitas, dan frekwensi. ~ t u d i ' kasus adalah salah satu strategi dalarn penelitian kualitatif yang dapat dipilih apabila pokok pertanyaan datam penelitian berkenaan dengan bagaimana (how) dan mengapa (why), bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol persitiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitian terletak pada fenornena konternporer dalam konteks kehidupan nyata (Yin. 1997: 1).

Unit dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua desa kasus rnasyarakat yang tinggal di pinggiran hutan. Sumber-surnber agraria yang rnenjadi objek penelitian adalah sebagairnana didefinisikan oleh masyarakat tersebut secara subyektif, sehingga surnber-sumber agraria yang berada di luar desa juga dapat rnenjadi objek kajian sepanjang berkaitan dengan penduduk setempat

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja pada dua desa di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang rnerupakan kawasan yang berbatasan dengan wilayah hutan. Kedua desa tersebut adalah Desa Sintuwu yang behatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan Desa Berdikari yang berbatasan langsung dengan kawasan Hutan Produksi Terbatas rnilik negara. Dengan mengarnbil kasus dua desa ini diharapkan dapat dilakukan analisa perbandingan garnbaran

struMur

agraria dan d~narnika sosial ekonorni masyarakatnya yang berinteraksi dengan hutan negara dengan dua bentuk pengeiolaan.

(8)

Pendekatan Penelitian

Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini mengetengahkan data secara desktiptif terhadap gejala-gejala yang dipelajari dalam konteksnya yang alami (natural setting) (Bogdan dan Taylor. 1975: 4; Denzim dan Lincoln, 1994: 4). Lebih jauh dari itu. juga dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kaitan sebab akibat dari gejala yang diamati

serta

mengambil kesirnpulan yang menjadi dasar deduktif dan prediktif untuk merarnal pristiwa-peristiwa di masa mendatang (Kartono, 1986: 24). Data diperoleh dengan pendekatan intersubjektivitas melalui hubungan partisipatif. Triangulasi diterapkan dalam mernperoleh data yaitu rnelalui pengamatan langsung obyek-obyek visual. wawancara, dan kajian literatur.

Dalam penelitian ini dimuat uraian secara prosesual dengan saling menghubungkan fakta antar waktu dan rnenggambarkan penibahan-perubahan keberadaan sumber-sumber agraria dan organisasi pemanfaatannya yang melibatkan perubahan-perubahan pada hak milik dan penetapan-penetapan pejanjian. Secara terbatas juga dicakup kasus-kasus sengketa dengan mernpelajari bentuk konflik. siapa yang terlibat, penyebab, serta penyelesaiannya. Kajian sengketa dapat menjadi data untuk anatisa kekuasaan dan politik &lam rnasyarakat bersangkutan6.

Data, Metode Pengumputan, dan Analisis

Data utama penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dengan melakukan wawancara kepada informan, baik inforrnan kunci maupun bukan, mulai dari penduduk desa, pemerintah, swasta, maupun Lembaga Swadaya

Kasus sengketa dapat rnernberi wawasan yang lebih terbuka dibandingkan kasus-kasus hipotetik. Namun kasus-kasus non sengketa m e ~ p a k a n acuan normatif yang digunakan sebagai tolok ukur untuk inenilai kasus-kasus sengketa itu sendiri (Hollernan, 1993: 72- 4).

(9)

Masyarakat (Tabel 1). Penelitian ini juga didukung oleh data kuantitatif tentang pemilikan tanah, cara perolehannya, serta perubahan penggunaannya.

Tabel 1. Pokok penelitian, data yang dikumpulkan, dan metode pengumpulan data. Pokok penelitian Data yang dikurnpulkan Metode pengumpulan -Gambaran fisik -Kondisi geografi. iklim, dan fasilitas -Pengamatan visual.

daerah penelitian sosial ekonomi. wawancara infonnan

kunci, data sekunder. -Keragaan sosial -Jenis-jenis usaha ekonomi. -Pengamatan visual. ekonorni masyarakat pendidikan. ' bahasa. pemukiman, wawancara inforrnan.

suku-suku, agama, prasarana penbadatan. tenaga ke ja.

-Proses Sejarah kedatangan penduduk. -Wawancara inforrnan pembentukan desa penyebab, dan lokasi yang ditinggali. kunci.

-Kondisi dan potensi -Luas dan ragam sumber agraria (di -Pengamatan visual. surnber-sumber desa dan kehutanan), kualitas, dan wawancara infoman.

agraria penggunaan.

- S t ~ k t ~ r agraria -Komposisi pemilikan, penguasaan -Wawancara informan (penyewaan, penyakapan, dll), dan kunci dan responden. pengusahaan.

-Pembentukan -Cara memperoleh tanah. transaksi -Wawancara responden stmktur agraria tanah antar penduduk, dan perubahan dan infonnan.

penggunaan.

-Keamanan sosial -Pendapatan dan pengeluaran ~ r n a h -Wawancara informan ekonomi. tangga. kewajiban sosial, kekerabatan,

'adrninistrasi dan hukurn tanah.

-Prospek -Status stabilitas sumber-sumber -Pengamatan visual, keberlanjutan agraria, pembahan tegakan hutan. dan wawancara

ekosistem debit sungai. dll. informan.

Untuk rnemperoleh data kuantitatif dilakukan wawancara dengan kuesioner terstruktur kepada 61 orang responden yang dipilih secara acak sederhana mewakili suku secara tidak proporsional. Jurnlah responden di Desa Sintuwu adalah 31 orang dan di Desa Berdikari 30 orang.

(10)

Pengumpulan data rnenggunakan metode pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Untuk mendapatkan informasi sosiobudaya serta proses kedatangan masing-masing etnis dilakukan wawancara kepada rnforman kunci yang terlibat langsung sebagai pelakunya. Selain itu juga dilakukan studi literatur berkenaan dengan behagai data demografi dan administrasi pertanahan, terutama yang terdapat pada institusi pemerintahan desa.

Data kualitatif dianatisis dengan prinsip "analisis data kualitatif" yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data. penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Miles dan Huberman, $992: 1 5-21). Reduksi data merupakan pemilihan. pemusatan perhatian pada penyedet-hanaan, pengabstrakan, dan transformasi data 'kasar" yang muncul dari catatancatatan tertulis lapangan; sernentara penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dengan pengkategorian jawaban dan ditampilkan dalam tabel-tabel.

Gambar

Tabel 1.  Pokok penelitian, data yang dikumpulkan, dan metode pengumpulan data.

Referensi

Dokumen terkait

f) Guru menjelaskan kepada siswa mengenai peta pikiran dan memberikan contoh, sehingga siswa dapat membuat peta pikiran dengan kreasinya sendiri pada waktu yang telah

Hasil penelitian Anggraini (2011), menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan 3 jenis ikan terhadap sifat organoleptik pada aspek warna mi basah, warna mi basah

Data Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan bahwa masalah kesehatan tertinggi remaja kota Bandung adalah rokok (63%), diikuti oleh masalah gizi/anemia (26%),

Di dalam Peraturan Daerah Banyuwangi nomor 13 tahun 2012 pasal 9 point E dan F dijelaskan bahwa strategi pembangunan pariwisata Banyuwangi adalah sebagai berikut :

(2) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelas RSBI dan Reguler pada kelompok mata kuliah tertentu, yaitu pada kelompok mata kuliah MPB,

Banyak panas yang dihasilkan dari produk hasil reforming yang dimanfaatkan untuk pembangkit steam sebelum diproses lebih lanjut dalam conventer yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang proses pembelajaran melalui penerapan strategi TANDUR pada konsep sistem ekskresi manusia siswa Kelas IX- 2 SMP

Hasil penelitian ini adalah (1)keterangan mengenai keterbatasan media yang digunakan serta masih kurangnya pemahaman siswa mengenai materi bumbu Indonesia