• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Model Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Model Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Penyusunan Model Pengukuran

Indeks Inovasi Pemerintah Daerah

PUSAT INOVASI PELAYANAN PUBLIK

KEDEPUTIAN BIDANG INOVASI ADMINISTRASI NEGARA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

(4)

Penyusunan Model Pengukuran

Indeks Inovasi Pemerintah Daerah

Bibliografi

ISBN : 978-602-71620-7-5 Hak Cipta pada ©

Pusat Inovasi Pelayanan Publik - LAN

Diterbitkan Oleh:

Pusat Inovasi Pelayanan Publik

Kedeputian Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara

Jl. Veteran No. 10, Jakarta 10110

CETAKAN PERTAMA, Penyunting :

Erfi Muthmainah, Marsono, Ria Veriani, Teguh Henry Prayitno, Harditya Bayu Kusuma

Desain sampul : Witra Apdhi Yohanitas

Cet.1.Jakarta,Pipel-LAN,2016 132 hal : ilus : 18 x 25 cm

(5)

PUSAT INOVASI PELAYANAN PUBLIK

DEPUTI BIDANG INOVASI ADMINISTRASI NEGARA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Reviewer:

Adi Suryanto

Tri Widodo Wahyu Utomo

Agus Dwiyanto

Erfi Muthmainah

Tim Penyusun:

Marsono

Menik Noviati

Ria Veriani

Witra Apdhi Yohanitas

Harditya Bayu Kusuma

Teguh Henry Prayitno

Isni Kartika Larasati

Tim Administrasi:

Sundari Rachmasari

M. Ramelan

(6)

SAMBUTAN

Keinginan awal menyusun Model Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah ini didasari oleh keyakinan bahwa praktek inovasi sektor publik telah dilakukan oleh banyak pemerintah daerah dengan fokus inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Namun demikian, baru beberapa daerah saja yang benar-benar berhasil mengembangkan dan melaksanakan inovasi dan telah memberikan manfaat yang signifikan terhadap kemajuan pemerintah daerah tersebut.

Disamping itu, banyak pemerintah daerah yang sama sekali belum mengembangkan inovasi daerah, sehingga hasil pengukuran indeks inovasi daerah ini dapat dijadikan basis dalam percepatan pengembangan dan pelaksanaan inovasi di lingkungan pemerintah daerah ke depan.

Kami berharap model pengukuran ini akan menjadi salah satu instrumen penting dalam upaya mewujudkan pemerintahan daerah yang inovatif, mengingat dimensi dan indikator dalam panduan ini mencakup aspek-aspek yang sangat relavan dengan upaya-upaya pengembangan dan pelaksanaan inovasi pemerintah daerah.

Oleh karena itu diharapkan model pengukuran ini mempermudah pemerintah daerah dalam menetapkan arah dan kebijakan pengembangan inovasi daerah kedepan berdasarkan hasil pemeringkatan yang menunjukkan basis data (baseline) serta prioritas perbaikan terhadap unsur-unsur yang memiliki nilai paling lemah.

Jakarta, November 2016

Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara,

(7)

KATA PENGANTAR

Sebagai upaya mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi di bidang administrasi negara, maka Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Kedeputian Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara memandang perlu untuk menyusun Model Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah yang difokuskan kepada inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Salah satu tujuan penyusunan Model Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah adalah untuk mengukur kinerja inovasi pemerintah daerah melalui penetapan ranking kemampuan berinovasi dan menilai unsur-unsur yang berpengaruh. Gunanya juga dapat mendorong pemerintah daerah mengintervensi unsur-unsur mana yang paling lemah untuk segera dapat diperbaiki dan ditingkatkan.

Untuk mempermudah penggunaannya, telah dipersiapkan instrumen dengan formulir penilaian yang dapat secara langsung menghitung ranking atau peringkat indeks inovasi pemerintah daerah. Hal ini dapat mempermudah pengguna melakukan penilaian indeks inovasi pemerintah daerah dan dapat diketahui secara cepat kemanfaatan unsur-unsur.

Pada akhinya, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan hingga terbitnya Panduan Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah ini.

Jakarta, November 2016 Kepala Pusat Inovasi Pelayanan Publik

(8)

DAFTAR ISI

Tim Penyusun

iii

Sambutan

iv

Kata Pengantar

v

Daftar Isi

vi

Daftar Tabel

vii

Daftar Gambar

viii

Bab I Pendahuluan

1

A. Latar Belakang

2

B. Tujuan

5

C. Output/Hasil yang Diharapkan

5

D. Manfaat

6

Bab II Tinjauan Pustaka

7

A. Kerangka Konseptual

8

B. Kerangka Regulasi

30

C. Strategi dan Arah Kebijakan Inovasi Daerah

32

Bab III Metode Penyusunan

37

A. Pendekatan Penyusunan

38

B. Framework

39

C. Action Plan

40

D. Empat Dimensi dan 44 Indikator

42

E. Lokus Uji Terap

45

Bab IV Uji Coba Instrumen

47

A. Instrumen Uji Terap

48

B. Pelaksanaan Uji Terap

57

C. Hasil Uji Terap

59

D. Hasil Perhitungan Indeks

62

E. Hasil Penyempurnaan Instrumen

68

Bab V Penutup

71

Daftar Pustaka

74

Lampiran

Panduan Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah

79

Instrumen Internal Pemerintah Daerah

108

Instrumen Eksternal Masyarakat

117

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dimensi Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah 48

Tabel 2. Hasil Uji Coba Instrumen Kabupaten Majalengka 59

Tabel 3. Hasil Uji Coba Instrumen Kota Blitar 60

Tabel 4. Hasil Uji Coba Instrumen Kota Pontianak 61

Tabel 5. Hasil Perhitungan Ujicoba Indeks 62

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Indeks Persepsi Korupsi 2015

2

Gambar 2. Ilustrasi Peringkat Ease of Doing Business

2

Gambar 3. Ilustrasi Global Competitiveness Report

3

Gambar 4. Ilustrasi Global Innovation Index 2016

4

Gambar 5. Level Inovasi Pelayanan Publik

10

Gambar 6. Delapan Jenis Inovasi Administrasi Negara

13

Gambar 7. Kriteria Inovasi Administrasi Negara

17

Gambar 8. Global Innovation Index 2015 Conceptual Framework

22

Gambar 9. Kerangka Pengukuran IPM

24

Gambar 10. Tahapan Penilaian IGA

26

Gambar 11. Hasil Laboratorium Inovasi 2015-2016

29

Gambar 12. Pendorong Inovasi

32

Gambar 13. Roadmap Inovasi Administrasi Negara

32

Gambar 14. Ilustrasi Innovation Hub

34

Gambar 15. Framework Penyusunan Model Pengukuran Indeks

Inovasi Pemerintah Daerah

39

Gambar 16. Action Plan Penyusunan Indeks Inovasi Pemerintah

Daerah

40

Gambar 17. Dimensi dan Indikator Pengukuran Indeks Inovasi

Pemerintah Daerah

44

Gambar 18. Spider Web Per Dimensi

63

Gambar 19. Spider Web Per Indikator Dimensi Input

63

Gambar 20. Spider Web Per Indikator Dimensi Proses

64

Gambar 21. Spider Web Per Indikator Dimensi Output

65

Gambar 22. Spider Web Per Indikator Dimensi Outcome

66

Gambar 23. Contoh Diagram Batang

66

Gambar 24. Contoh Diagram Balok

67

Gambar 25. Contoh Pie Chart

67

Gambar 26. Contoh Grafik

67

(11)

(12)

A.

LATAR BELAKANG

antangan berat bangsa Indonesia ke depan adalah perlunya perubahan desain dan orientasi agenda reformasi birokrasi yang sudah berjalan selama kurang lebih 2 (dua) dasa warsa, belum memberikan hasil yang signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Beberapa data empiris yang menguatkan kondisi tersebut antara lain Indonesia masih berada di posisi 88 dari 168 negara di dunia dengan level korupsi yang masih tinggi. Hingga akhir 2015, Indonesia memiliki skor 36 dari skala 0-100 (0 berarti sangat korup dan 100 berarti sangat bersih).

Gambar 1. Ilustrasi Indeks Persepsi Korupsi 2015

Selanjutnya dibidang pelayanan publik berdasarkan data Ease of Doing Business tahun 2013 dan 2014, Indonesia berada di peringkat 128 dan 120 dari 189 negara. Sementara di tahun 2016, Indonesia mengalami kenaikan peringkat menjadi 109.

Gambar 2. Ilustrasi Peringkat Ease of Doing Business

(13)

The Global Competitiveness Report 2015-2016, Indonesia berada di posisi 37 dari 138 negara. Posisi ini turun tiga peringkat dibandingkan tahun lalu. Dibandingkan dengan negara-negara jiran, Indonesia masih kalah dengan Singapura di posisi 2, Malaysia yang berada di posisi 18, dan Thailand (32). Sementara negara ASEAN lainnya seperti Filipina berada di posisi 47 dan Vietnam berada di peringkat 56.

(14)

Beberapa kondisi tersebut di atas, tentu saja berkorelasi dengan praktik-praktik penyelenggaraan pemerintahan negara selama ini, dimana program-progam reformasi birokrasi belum berorientasi kepada inovasi-inovasi yang dapat mendorong efisiensi dan efektivitas didalam penyelenggaraan pemerintahan. Indikasi belum optimalnya pelaksanaan inovasi tersebut dapat dilihat dari data Global Innovation Index 2016, dimana posisi Indonesia berada pada ranking 88 dari 128 negara artinya Indonesia mengalami penurunan peringkat satu level dari yaitu peringkat 87.

Gambar 4. Ilustrasi Global Innovation Index 2016

Ditingkat negara-negara ASEAN posisi Indonesia untuk keseluruhan indeks sebagaimana tersebut di atas juga menunjukkan pada ranking yang hampir secara keseluruhan rendah. Hal ini bukan karena semangat berinovasi yang kurang tetapi ternyata negara lain yang lebih maju dalam berinovasi.

Disisi yang lain adanya pergeseran paradigma administrasi negara yang merupakan tantangan baru bagi penyelenggara negara yaitu: 1) berbasis sentralistik ke desentralistik; 2) manual/tradisional government ke ICT based governance; 3) tertutup ke terbuka; 4) akuntabilitas manajerial ke akuntabilitas publik; 5) pengawasan internal ke pengawasan eksternal (independent institution: Ombudsman, LSM, media massa, dll.); 6) silo mentality ke sinergitas; 7) budaya kerja pendekatan administratif ke budaya kerja berorientasi kualitas; 8) pengisian

INDONESIA: 88

(15)

jabatan tertutup/internal ke karier terbuka/pelibatan eksternal; 9) government “standard’ (one size fits all) public services ke customized public services; 10) status quo (comfort zone) ke pro perubahan (embrace uncertainty) bahkan ke transformasi; dan 11) sumberdaya melimpah ke sumber daya terbatas.

Berbagai tantangan dan perubahan paradigma tersebut di atas, sudah barang tentu harus diantisipasi oleh pemerintah baik pusat maupun daerah melalui berbagai terobosan baru, ide-ide baru, sistem kerja baru dan program-program inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, Kedeputian Bidang Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara melalui Pusat Inovasi Pelayanan Publik pada tahun 2016 menyusun Model Pengukuran Indeks Inovasi Pemerintah Daerah yang berfokus pada penyelenggaraan inovasi oleh pemerintah daerah, dengan menentukan komponen pengukuran seperti dimensi dan indikator serta instrumen pengukurannnya.

B.

TUJUAN

Tujuan penyusunan model pengukuran indeks inovasi pemerintah daerah adalah untuk:

1. Melakukan pengukuran pelaksanaan inovasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah;

2. Mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui berbagai inovasi daerah;

3. Mendorong tumbuh-kembangnya inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

C.

OUTPUT/HASIL YANG DIHARAPKAN

Output/hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah rancangan model pengukuran indeks inovasi pemerintah daerah yang berisi 4 (empat) dimensi dan 44 (empat puluh empat) indikator, instrumen pengukuran indeks inovasi pemerintah daerah serta langkah-langkah pengukurannya.

(16)

D.

MANFAAT

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah terbangunnya model pengukuran indeks inovasi pemerintah daerah, yang dapat mendorong tumbuh kembangnya inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah serta meningkatnya daya saing daerah baik ditingkat lokal, nasional maupun global.

(17)
(18)

A.

KERANGKA KONSEPTUAL

A.1 Konsepsi Inovasi Administrasi Negara (INAGARA)

Inovasi diartikan sebagai proses atau hasil pengembangan, pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaharui produk (barang dan jasa), proses atau sistem yang baru, yang memberikan nilai tambah. Menurut Clark, John dan Ken Guy (1997) dalam Innovation and Competitiveness bahwa inovasi memiliki nilai ekonomi yang berarti (signifikan), yang umumnya dilakukan oleh organisasi maupun individu. Inovasi merupakan transformasi dan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, ketrampilan teknologi untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru.

Inovasi juga dimaknai sebagai: ide kreatif, tindakan baru yang berbeda dari yang ada sebelumnya, best practices, good practices, terobosan, dan lain-lain. Meskipun tidak semua ide baru bisa dikategorikan sebagai inovasi (LAN, 2013). Secara lebih spesifik dikatakan bahwa inovasi adalah ide baru yang bisa diimplementasikan. Innovation as novelty in action (Altschuler dan Zegans, 1997); New ideas that works (Mulgan dan Albury, 2003).

Dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik, inovasi sering bersinggungan dengan penyimpangan, diskresi, keberanian melakukan spekulasi sehingga inovasi dan pelanggaran memiliki jarak yang sangat tipis. Jika berhasil, berbagai penyimpangan tersebut kemudian mendapat label sebagai inovasi, akan tetapi jika gagal akan mendapat stigma sebagai penyimpangan prosedur, penyalahgunaan kewenangan, pelanggaran, dan lainnya yang sering menjadi objek pemeriksaan lembaga audit atau bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan problematika yang demikian, sebenarnya pemerintah perlu memberikan perlindungan bagi pemimpin ataupun organisasi yang inovatif agar tidak mudah menjadi target ‘kriminalisasi’.

Berkaitan dengan inovasi dalam pelayanan publik, LAN (2013) telah mengidentifikasi beberapa hal yang berkaitan dengan inovasi pelayanan, yang menyangkut: (a) Kebutuhan untuk inovasi pelayanan, (b) Jenis inovasi, (c) Level inovasi, (d) Area inovasi, (e) Inisiatif inovasi, (f) Tahapan sekuensial inovasi dan (g) Pelembagaan inovasi.

Berdasarkan identifikasi dari tim Lembaga Administrasi Negara, Kebutuhan akan inovasi dalam pelayanan publik disebabkan oleh beberapa hal: 1. Masyarakat Indonesia makin terdidik, mengalami peningkatan pendapatan dari masyarakat pendapatan rendah ke pendapatan menengah, mengalami

(19)

proses demokratisasi sehingga makin memahami hak-hak mereka. Implikasinya, masyarakat akan semakin demanding untuk mendapatkan pelayanan yang lebih berkualitas dari pemerintah.

2. Pemerintah diharapkan lebih akuntabel dalam menggunakan dana publik. Tidak hanya berkaitan dengan pertanggungjawaban penggunaannya yang memenuhi kaidah administrasi keuangan, akan tetapi juga yang berkaitan dengan value for money.

3. Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara efektif dan efisien, sehingga secara terus-menerus diharapkan mampu melakukan perubahan.

4. Pemerintah diharapkan mampu memecahkan persoalan-persoalan baru yang muncul sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan modern yang makin kompleks dimana masyarakat tidak lagi dapat bergantung pada mekanisme-mekanisme lama untuk menyelesaikan masalah mereka dengan makin terkikisnya keberadaan institusi tradisional.

5. Pemerintah dituntut mampu menciptakan pelayanan publik yang mampu mendorong competitiveness dunia usaha dalam menghadapi tantangan global sehingga masyarakat mampu memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk menyelesaikan masalah mereka maupun meningkatkan kesejahteraan.

6. Pemerintah menghadapi tantangan makin terbatasnya anggaran, sementara kompleksitas dan tuntutan masyarakat terus berkembang sehingga dituntut untuk makin kreatif mencari sumber-sumber pendanaan dalam memberikan pelayanan publik (LAN, 2013).

Sedangkan jenis inovasi dalam pelayanan publik antara lain mencakup:

1. Product Innovation, misalnya produk baru dalam instrumen kesehatan di Rumah Sakit.

2. Service Innovation, cara baru dalam menyediakan pelayanan kepada pelanggan, misalnya penyediaan formulir pajak melalui on-line

3. Process Innovation, proses organisasi yang didesain dengan cara baru. 4. Position Innovation, new context or ‘customer’, misalnya pelayanan baru

bagi generasi muda.

5. Strategic Innovation, tujuan baru bagi organisasi (misalnya: community policy).

6. Governance Innovation, norma baru dalam pembuatan kebijakan untuk pelayanan publik inovatif (misal: public-private partnership)

(20)

7. Rhetorical Innovation, konsep baru yang akan diimplementasikan dalam kebijakan publik (misal: carbon tax) (LAN, 2013).

Adapun terkait dengan level inovasi, antara lain meliputi :

1. Sistem pemerintahan (sistem pemerintahan yang lebih demokratis, transparan, partisipatif yang memberi ruang masyarakat untuk terlibat dalam policy making);

2. Unit organisasi (penciutan, penggabungan, atau pembentukan unit organisasi yang khusus merespon kebutuhan pelayanan publik);

3. Business process (memperbaiki mekanisme kerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat melalui penyederhanaan prosedur, mengurangi persyaratan, memotong rantai birokrasi, dan lain-lain);

4. Individual (perubahan mindset, culture set, dan perilaku birokrat dari orientasi paradigma lama menjadi menggunakan paradigma yang baru. Birokrasi tidak lagi berorientasi dilayani, sebagai penguasa atau pangreh akan tetapi sebagai pelayan. Masyarakat bukan lagi sebagai client atau sekedar pelanggan akan tetapi sebagai citizen atau owner yang memiliki ‘kekuasaan’ untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan publik).

Selanjutnya terkait dengan area inovasi, adalah :

1. Inovasi pelayanan publik memiliki area yang sangat luas sesuai dengan bidang pelayanan publik itu sendiri, seperti: kesehatan, pendidikan,

Individual Business Process Unit Organisasi Sistem Pemerintahan

Gambar 5. Level Inovasi Pelayanan Publik Menuju Pelayanan Publik Inovatif Berkelas Dunia

(21)

perijinan, dan lain-lain. Karena karakteristiknya yang berbeda tersebut maka inovasi di masing-masing bidang akan sangat kontekstual sesuai dengan bidang pelayanan tersebut.

2. Dari leveling pemerintahan, area inovasi juga akan berbeda apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota sampai level kelurahan/desa.

3. Jika dikaitkan dengan kedekatan antara pemerintah dengan masyarakat, inovasi pada level Pemerintah Daerah (Kabupaten/ Kota) akan menjadi area inovasi yang penting.

Lebih lanjut inisiatif inovasi pelayanan dapat muncul karena faktor internal (birokrasi) dan eksternal (masyarakat). Inovasi faktor internal dapat muncul karena:

1. Pemimpin yang visioner, cerdas, berani, memiliki orientasi pelayanan, memiliki dukungan politik dan sumber daya lain sehingga memungkinkan pemimpin tersebut membuat kebijakan inovatif;

2. Dukungan SDM birokrasi yang handal sehingga mampu memberikan

rekomendasi kebijakan kepada pimpinan untuk membuat kebijakan inovatif;

3. Situasi kritis yang harus dihadapi oleh birokrasi sehingga mengharuskan birokrasi untuk berpikir out of the box;

4. Keterbatasan yang dihadapi oleh birokrasi karena anggaran, sumber daya alam yang minim, isolasi geografis, dan lainnya yang mengharuskan birokrasi berpikir kreatif;

5. Belum adanya kebijakan atau sebaliknya adanya kebijakan yang membatasi ruang gerak pemerintah (daerah) sehingga mereka harus berpikir kreatif. Sedangkan inovasi sebagai akibat faktor eksternal dapat diuraikan sebagai berikut:

1. DPR dan DPRD yang suportif terhadap gagasan inovasi. Inovasi membutuhkan payung kebijakan (misalnya Undang-Undang, Perda) dan anggaran (program-program pembangunan yang harus dibiayai APBN dan APBD) sehingga membutuhkan dukungan DPR dan DPRD untuk dapat merealisasikannya;

2. Masyarakat yang terdidik dan memiliki kesadaran akan hak-hak mereka sehingga menimbulkan demand pelayanan publik yang lebih baik. Namun demikian, perlu diingat kesadaran tentang hak tersebut perlu diikuti dengan kesadaran tentang kewajiban, sebab realitas yang ada

(22)

menunjukkan bahwa inovasi tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat (misal: Inisiatif breast feeding oleh Pemerintah Kabupaten Klaten tidak akan berhasil tanpa dukungan dari masyarakat);

3. Keberadaan Civil Society Organization yang vibrant sehingga mampu memunculkan, mendorong, dan mendukung inisiatif inovasi yang digagas oleh pemerintah;

4. Dukungan pemerintah pusat berupa kebijakan atau payung hukum yang memungkinkan munculnya inisiatif inovasi di daerah;

5. Sumber daya alam, finansial, dan budaya yang ada di masyarakat yang memungkinkan pemerintah daerah mampu melakukan inovasi pelayanan publik.

Pelembagaan inovasi, yaitu agar inovasi dapat berlangsung secara berkesinambungan, maka perlu ada upaya untuk melembagakan inovasi yang sudah diinisiasi tersebut. Inti dari pelembagaan adalah membuat praktik pelayanan yang baru tersebut menjadi day-to-day practices bagi para birokrat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun bentuk pelembagaan inovasi tersebut antara lain adalah: (1) inovasi diberi payung hukum misalnya Perda, sehingga inovasi tersebut akan memiliki jaminan keberlanjutannya; (2) inovasi belum memiliki payung hukum, hanya berupa perubahan praktik baru yang dijalankan karena himbauan pimpinan.

Selanjutnya dalam era kekinian, inovasi merupakan sebuah istilah dan konsep yang banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Inovasi semakin dipercaya oleh banyak pihak sebagai pengungkit dan kunci untuk memperoleh manfaat-manfaat positif dalam lingkup yang luas, mulai dari individu, komunitas, organisasi, masyarakat, dan negara. Inovasi di bidang administrasi negara pada hakikatnya merupakan pengembangan dari best practices atau penerapan pada bidang kelembagaan, sumber daya aparatur, tata pemerintahan, serta pelayanan publik untuk menciptakan atau memperbaiki sistem sehingga mampu memberikan nilai tambah. Inovasi diperlukan untuk mempercepat modernisasi atau reformasi administrasi negara yang efektif, responsif dan akuntabel.

Inovasi administrasi negara didefinisikan sebagai “proses memikirkan dan mengimplementasikan gagasan yang memiliki unsur kebaruan dan kebermanfaatan untuk menjawab berbagai permasalahan administrasi negara”. Selanjutnya berdasarkan Buku Direktori Inovasi LAN (2014) inovasi administrasi negara meliputi 8 (delapan) jenis yaitu : (1) inovasi proses; (2) inovasi metode; (3) inovasi produk; (4) inovasi konseptual; (5) inovasi teknologi; (6) inovasi struktur; (7) inovasi hubungan; dan (8) inovasi SDM.

(23)

Gambar 7. Delapan Jenis Inovasi Administrasi

Uraian lebih lanjut terkait dengan jenis-jenis inovasi administrasi negara sebagai berikut:

1. Inovasi Proses (process innovation)

Inovasi proses merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas proses kerja baik internal maupun eksternal. Tujuan dari inovasi ini yakni untuk menghasilkan output yang lebih efektif dan efisien. Inovasi proses memiliki pembenahan dengan ruang lingkup intern suatu organisasi. Beberapa ruang lingkup dari inovasi proses antara lain standar operasional prosedur (SOP), tata laksana, sistem, dan prosedur.

Keberhasilan dalam inovasi proses dapat dilihat dari beberapa kriteria antara lain:

a. Inovasi dilakukan pada level tata laksana rutin. b. Proses kerja semakin cepat, mudah, dan efektif.

c. Mengurangi tumpang tindih kewenangan antar unit organisasi.

d. Bagi pelayanan publik langsung, indikator kesuksesan dilihat dari peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).

1. Inovasi

Proses

2. Inovasi

Metode

3. Inovasi

Produk

4. Inovasi

Konseptual

5. Inovasi

Teknologi

6. Inovasi

Struktur

7. Inovasi

(24)

2. Inovasi metode (method innovation)

Inovasi metode menitikberatkan pada kebaruan cara, teknik atau strategi dalam mencapai suatu tujuan. Kebaruan ini tentunya sebuah hal yang belum pernah digunakan oleh orang lain, memiliki kemanfaatan terhadap banyak orang. Pada organisasi sektor

publik, inovasi metode ini fokus pada

penyederhanaan cara, teknik maupun strategi organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Inovasi produk (product innovation)

Inovasi produk dapat diartikan sebagai

pembaharuan dari sebuah produk. Pembaharuan ini bisa berupa adanya produk baru yakni produk yang benar-benar baru, produk yang dibuat untuk menggantikan produk lama dan produk lama yang didesain ulang menjadi sebuah produk baru untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah dari suatu barang atau jasa.

4. Inovasi konseptual (conceptual innovation)

Inovasi konseptual merupakan inovasi yang berada di tataran konseptual. Inovasi ini fokus ke pemahaman yang berbeda atau cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan. Pemahaman serta cara pandang yang berbeda ini nantinya akan melahirkan sebuah paradigma, ide, gagasan, serta pemikiran yang baru terhadap suatu hal.

5. Inovasi teknologi (technology innovation)

Inovasi teknologi menitikberatkan dalam

penggunaan teknologi baru. Penggunaan teknologi

baru ini bertujuan untuk memudahkan,

mempercepat serta memperbanyak hasil yang diproduksi. Dalam konteks sektor publik, inovasi teknologi biasanya dilakukan melalui introduksi

(25)

e-government dan pembaruan peralatan atau perangkat untuk menunjang pekerjaan. Penggunaan elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi membuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh sektor publik menjadi lebih efektif dan efisien.

6. Inovasi struktur organisasi (organizational structure innovation)

Struktur organisasi menjadi roh dalam sebuah organisasi menggerakkan roda sistem organisasi. Dalam struktur organisasi yang simpel, maka kinerja organisasi akan bisa berjalan secara efisien. Efisiensi ini juga bisa terus dimaksimalkan dengan melahirkan inovasi struktur organisasi. Inovasi struktur organisasi bisa dilakukan dengan

penggunaan struktur organisasi baru,

merestrukturisasi organisasi yang ada,

menggabungkan atau menghapus struktur organisasi yang kurang efisien. 7. Inovasi hubungan (relationship innovation)

Hubungan merupakan sebuah interaksi satu pihak dengan pihak lain. Interaksi ini bisa terjadi secara sederhana maupun rumit. Apabila hubungan ini rumit, tentunya akan merugikan sebuah organisasi. Disinilah peran inovasi. Inovasi ditujukan untuk menyederhanakan hubungan atau interaksi satu pihak dengan pihak lainnya. Inovasi yang ditujukan untuk bentuk dan mekanisme baru dalam berhubungan dengan pihak lain demi tercapainya tujuan bersama. Ruang lingkup dari inovasi hubungan adalah partnership, partisipasi masyarakat, relationship, networking.

8. Inovasi pengembangan sumber daya manusia (human resources

development innovation)

Inovasi sumberdaya manusia dibangun untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya manusia yang tepat guna. Penggunaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kemampuan individu dan kebutuhan dari organisasi. Guna mewujudkan pengelolaan sumber daya manusia yang kompeten,

(26)

maka langkah inovasi sumber daya manusia yang bisa dilakukan melalui tata nilai (di dalamnya ada budaya, perilaku, etika serta cara pandang), pemberdayaan, kepemimpinan, profesionalisme, serta pemberdayaan.

Berdasarkan jenis-jenis inovasi administrasi negara sebagaimana tersebut di atas juga telah ditetapkan kriteria inovasi administrasi negara. Berdasarkan Pedoman Umum Inovasi Administrasi Negara (2015) memiliki kriteria: (1) kebaruan; (2) kemanfaatan; (3) memberi solusi; (4) dapat direplikasi; dan (5) kompatibel terhadap lingkungan sistem di luar dirinya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan identifikasi sebuah tindakan sebagai sebuah inovasi atau hanya pengulangan tindakan yang telah ada.

Uraian lebih rinci mengenai kriteria inovasi administrasi negara sebagai berikut:

1. Kebaruan

Kebaruan memiliki arti bahwa sebuah produk atau hal belum atau tidak pernah ada dan pernah dilakukan. Sesuatu yang belum pernah ada atau belum pernah dilakukan ini memiliki tujuan sebagai bentuk perubahan. Perubahan ini tentunya ke perubahan yang lebih baik.

2. Kemanfaatan

Perubahan yang lebih baik menjadi syarat utama adanya sebuah inovasi. Oleh karena itu, perubahan ini tentunya harus memberikan kemanfaatan. Sebuah kemanfaatan merupakan output yang memiliki nilai lebih bagi orang lain. Inovasi harus memiliki nilai lebih atau nilai tambah bagi orang lain. Nilai lebih ini apabila di organisasi sektor publik, maka outputnya adalah bermanfaat bagi masyarakat serta privat pengguna layanan publik.

3. Memberi solusi

Inovasi yang telah diinisiasi sebagai sebuah perubahan diharapkan mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

4. Dapat direplikasikan

Inovasi yang berjalan diharapkan dapat berlaku berkesinambungan. Artinya inovasi yang ada tidak boleh berhenti pada satu titik. Perlu keberlanjutan mengenai jalannya inovasi tersebut. Hal ini menjadi sebuah hal yang penting dikarenakan keberlanjutan inovasi ditentukan oleh banyak pihak.

Faktor yang memengaruhi keberlanjutan inovasi salah satunya yakni tidak tergantung pada satu orang/inisiator saja. Inovasi yang berjalan harus bisa dipahami serta dipraktikkan oleh seluruh anggota organisasi. Ini bertujuan agar inovasi yang berjalan bisa melahirkan inovasi yang baru. Hal ini dikarenakan sebuah inovasi harus terus mengikuti perkembangan waktu.

(27)

Tidak bisa selesai begitu saja. Sebuah inovasi memiliki jangka waktu tertentu. Dimana inovasi yang sudah lama berjalan, pada akhirnya tidak bisa dikatakan sebagai inovasi lagi. Inovasi yang berhasil merupakan sebuah inovasi yang dapat direplikasi. Replikasi merupakan sebuah percontohan atau peniruan oleh pihak lain sebagaian atau keseluruhan sebuah produk atau sistem.

5. Kompatibilitas

Inovasi harus kompatibel dengan lingkungan atau kesesuaian dengan sistem diluar dirinya (tidak membentur, melanggar sistem yang ada) yaitu harmonis/sesuai dengan kebijakan, kesepakatan/perjanjian domestik dan luar negeri baik privat dan civil society serta antar negara pada tingkat lokal, nasional, regional dan global. Inovasi, walaupun dapat dikatakan sebagai sesuatu yang baru, tentunya merupakan sesuatu yang masih berjalan diatas koridor yang ada. Inovasi bukan sesuatu yang mendobrak koridor yang ada. Tentunya, inovasi-inovasi yang berkembang dan akan diimplementasikan masih harus memperhatikan peraturan yang ada. Hal ini bertujuan agar inovasi yang dimunculkan bisa berjalan dengan baik. Selanjutnya secara skematik kriteria inovasi administrasi negara dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

Gambar 7. Kriteria Inovasi Adminsitrasi Negara

(28)

A.2 Pengertian Indeks

Angka indeks adalah angka yang dipakai sebagai alat perbandingan dua atau lebih kegiatan yang sama untuk kurun waktu yang berbeda. Angka indeks memiliki satuan prosentase (%), namun dalam prakteknya jarang atau hampir tidak pernah disertakan. Oleh karena angka indeks dikenal dua jenis periode, yaitu periode dasar dan periode berjalan. Periode dasar adalah periode yang dipakai sebagai dasar dalam membandingkan suatu kegiatan tersebut. Periode dasar dinyatakan dalam angka indeks = 100. Sedangkan periode berjalan adalah periode yang dipakai untuk membandingkan dalam kegiatan bersangkutan.

Angka indeks dalam prakteknya banyak digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: (1) Membandingkan dua nilai yang fungsinya untuk melihat perubahan yang terjadi; (2) Melihat besarnya perubahan atau perkembangan perubahan dari waktu ke waktu. Contoh : (a) Indeks harga, untuk mengukur perubahan harga; (b) Indeks biaya hidup, untuk mengukur tingkat inflasi atau maju mundurnya usaha yang dilakukan; dan (c) Indeks produksi, untuk mengukur perubahan-perubahan yang terjadi dalam kegiatan produksi. Adapun manfaat angka indeks adalah untuk mengetahui fluktuasi dan perkembangan suatu ukuran, baik itu harga, nilai atau kualitas dari satu periode ke periode yang lain.

Menurut Dr. Winardi, angka indeks merupakan sebuah alat angka matematik yang digunakan untuk menyatakan tingkat harga, volume perniagaan dan sebagainya dalam periode tertentu, dibandingkan dengan tingkat harga, volume perniagaan suatu periode dasar, yang nilainya dinyatakan dengan 100. Sedangkan menurut Samsubar Saleh, angka indeks merupakan suatu analisis data statistik yang terutama ditujukan untuk mengukur berapa besarnya fluktuasi perkembangan harga dari berbagai macam komoditas selama satu periode waktu tertentu. Dalam suatu analisis perekonomian, angka indeks mempunyai peranan yang sangat besar, karena dapat digunakan untuk mengetahui besarnya laju inflasi mapun deflasi yang terjadi di negara tertentu.

Angka indeks biasanya didefinisikan sebagai perbandingan dari harga, kuantitas, atau nilai (dalam persentase) dari dua periode waktu yang berbeda (kadang-kadang perbandingannya bukan antar waktu, tapi dua tempat dalam satu yang sama). Periode waktu yang menjadi dasar perbandingan dinamakan periode dasar. Sementara periode waktu yang dibandingkan terhadap periode dasar disebut periode given. Dari definisi di atas angka indeks dapat disimpulkan bahwa besaran yang bisa dibandingkan dalam angka indeks bisa berupa kuantitas, harga dan nilai.

(29)

Angka indeks dapat dipergunakan untuk berbagai pengukuran, seperti: indeks perdagangan, untuk mengukur hasil penjualan barang yang riil (nyata), indeks harga konsumen untuk mengukur taraf hidup daripada penerima pendapatan tetap melalui pengukuran pendapatn nyata, upah nyata dan juga untuk mengukur kekuatan beli uang. Selain itu, angka indeks juga mempunyai beberapa kegunaan yang lain, misalnya:

1. Memudahkan dalam melakukan perbandingan dan analisis rangkaian dengan menetapkan suatu periode dasar dan mencakup berbagai kumpulan angka. 2. Merupakan cara yang mudah untuk mengekspresikan suatu perubahan

jumlah dari sekelompok bagian-bagian yang heterogen.

3. Mengubah data menjadi angka indeks juga memudahkan untuk membandingkan trend dalam suatu rangkaian yang terdiri dari jumlah-jumlah yang sangat besar.

4. Angka indeks juga merupakan salah satu peralatan statistik yang ditunjuk

guna mengembangkan pengetahuan tentang aspek-aspek dari

perekonomian.

Selanjutnya menurut M.Iqbal Hasan, menyebutkan bahwa angka Indeks adalah angka yang dipakai sebagai alat perbandingan dua atau lebih kegiatan yang sama untuk kurun waktu yang berbeda dan memiliki satuan persen (%). Selanjutnya disebutkan bahwa angka Indeks ada dua jenis yaitu menurut penggunaan dan penentuan. Jika menurut pengunaan dibagi menjadi tiga yaitu (http://matakristal.com/tag/macam-angka-indeks/).

1. Angka Indeks Harga (Price Relative)

Indeks harga adalah angka yang menunjukkan perubahan mengenai harga-harga barang, baik harga-harga untuk satu macam barang maupun berbagai macam barang, dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan.

2. Angka Indeks Jumlah (Quantity Relative)

Indeks jumlah adalah angka yang menunjukkan perubahan mengenai jumlah barang sejenis atau sekumpulan barang yang dihasilkan, digunakan, diekspor, dijual, dan sebagainya untuk waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Angka indeks menurut penentuannya di bagi menjadi dua yaitu metode tertimbang dan tak tertimbang. Angka indeks dapat dipergunakan untuk berbagai pengukuran, seperti: indeks perdagangan, untuk mengukur hasil penjualan barang yang riil (nyata), indeks harga konsumen untuk mengukur taraf hidup daripada penerima pendapatan tetap melalui pengukuran pendapatan nyata, upah nyata dan juga untuk mengukur kekuatan beli uang.

(30)

Selain itu, angka indeks juga mempunyai beberapa kegunaan yang lain, misalnya :

a. Memudahkan membandingkan dan menganalisis rangkaian dengan menetapkan suatu periode dasar dan mencakup berbagai kumpulan angka.

b. Merupakan cara yang mudah untuk mengekspresikan suatu perubahan jumlah dari sekelompok bagian-bagian yang heterogen.

c. Mengubah data menjadi angka indeks juga memudahkan untuk

membandingkan trend dalam suatu rangkaian yang terdiri dari jumlah-jumlah yang sangat besar

d. Angka indeks juga merupakan salah satu peralatan statistik yang ditunjuk guna mengembangkan pengetahuan tentang aspek-aspek dari perekonomian.

Adapun pengertian Indeks Tertimbang, Sansubar Saleh menyatakan bahwa indeks tertimbang merupakan angka indeks yang mencerminkan pentingnya suatu angka penimbang (bobot atau weight) terhadap angka-angka lainnya, sedangkan pemberian bobot angka penimbang tersebut ditentukan berdasarkan pentingnya barang/komoditi tersebut secara subyektif. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks tertimbang :

I = [(ΣPn x W) / (ΣPo x W)] x 100%.

Terkait dengan indeks tertimbang, disamping menggunakan angka penimbang secara subyektif dapat juga memperhatikan kuantitas atau jumlah barang sebagai pengganti angka penimbang tersebut, sehingga sering disebut dengan Indeks Kuantitas. Dalam menghitung indeks kuantitas tersebut variabel yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan adalah kuantitas dari masing-masing komoditi. Secara umum indeks kuantitas dapat dihitung dengan lima model, yaitu: (1) Indeks Laspeyres; (2) Indeks Paasche; (3) Indeks Drobisch; (4) Indeks Fisher; dan (5) Indeks Edgeworth.

Indeks Laspeyres, yaitu model penghitungan indeks dengan menggunakan kuantitas pada tahun dasar (Qo) sebagai faktor penimbang. Dirumuskan :

(31)

Indeks Paasche, yaitu model penghitungan indeks dengan menggunakan kuantitas pada tahun ke-n (Qn) sebagai faktor penimbang. Dirumuskan :

IP = [(ΣPn x Qn) / (ΣPo x Qn)] x 100%

Indeks Drobisch, merupakan kombinasi dari Indeks Laaspeyres dengan Indeks Paasche atau rata-rata dari kedua indeks tersebut. Indeks Drobisch ini untuk memperkecil perbedaan dari Indeks Laaspeyres dan Indeks Paasche. Dirumuskan :

ID = (IL + IP)/2

Indeks Fisher, merupakan rata-rata dari Indeks Laaspeyres dan Indeks Paasche, tetapi dengan jalan mengakarkan hasil perkalian kedua indeks tersebut. Dirumuskan :

IF = √(IL x IP)

Indeks Edgeworth, yaitu model penghitungan indeks dengan menjumlahkan kuantitas dari tahun ke-n dengan kuantitas tahun dasar atau (Qo + Qn) dan digunakan sebagai faktor penimbang. Dirumuskan :

IL = [(ΣPn x (Qn + Qo)) / (ΣPo x (Qn + Qo))] x 100%

A.3 Model-Model Indeks

1.

Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index)

Hasil dari benchmarking teoritis Global Innovation Index didapatkan bahwa dalam pengukuran indeks didasarkan pada dimensi input dan output. Dimensi input terdiri dari 1) Institusi yang terdiri dari pendekatan lingkungan politik, hukum, dan bisnis; 2) Human Capital dan Research yang terdiri dari pendidikan dan penelitian dan pengembangan; 3) Infrastruktur yang meliputi teknologi informasi, sarana umum, dan keberlanjutannya; 4) Kepuasan pasar; dan 5) Business Sophisticated. Kemudian Dimensi Output didasarkan pada 1) Pengetahuan Teknologi yang meliputi knowledge creation, knowledge impact, dan knowledge diffussion; dan 2) Creative Outputs yang berupa intangible asset, creative goods and services, dan online creativity.

(32)

Gambar 8. Global Innovation Index 2015 Conceptual Framework

2.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga Human Development

Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan

hidup, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup.

IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan Angka Harapan Lama Sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas; standar hidup yang diukur dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita; nilai indeks ini berkisar antara 0-100.

Penyempurnaan terhadap metode IPM telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 2016 dengan merubah beberaa indikator dan metode yaitu, Angka

(33)

melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Sedangkan metode penghitungan dari metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik. Adapun kerangka pengukuran IPM sesuai dengan hasil penyempurnaan dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut:

Sumber: BPS, 2016.

Gambar 9. Kerangka Pengukuran IPM

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran dengan rumus sebagai berikut:

(34)

Dimensi Pendidikan

Dimensi Pengeluaran

Dari ke-3 dimensi tersebut, didapatkan Rumus IPM sebagai berikut:

3. Innovative Government Award (IGA)

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, banyak Pemerintah Daerah yang melakukan inovasi dalam rangka memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kementerian Dalam Negeri mencermati berbagai kreativitas dan inovasi Pemerintah Daerah tersebut, sehingga diapresiasi dan diberi penghargaan. Hal ini merupakan salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan di dalam ketentuan Pasal 219 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemberian penghargaan Pemerintah daerah Inovatif ini telah dilaksanakan mulai tahun 2007.

Filosofi penting dibalik penganugerahan ini adalah untuk memberikan apresiasi atau penghargaan bagi kepala daerah yang dipandang telah berhasil melakukan upaya-upaya strategik inovatif dalam kepemimpinan daerah yang bermanfaat bagi publik dan meningkatkan kemandirian daerah. Inovasi-inovasi Pemerintah Daerah ini merupakan upaya untuk mengatasi

(35)

permasalahan yang dihadapi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah. Program inovasi tersebut merupakan bukti kemampuan inovasi Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah harus mampu meningkatkan kemandiriannya melalui berbagai inovasi, karena tanpa inovasi, masyarakatnya akan tetap tertinggal dibandingkan kemajuan masyarakat daerah lain, serta memiliki daya saing yang rendah dalam percaturan regional dan global. Oleh karena itu, Kementerian Dalam Negeri senantiasa mendorong Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mengembangkan kemajuan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, namun harus tetap berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk memberikan penghargaan inovatif kepada Pemerintah Daerah, Kementerian Dalam Negeri melakukan kajian untuk menemukan berbagai inovasi yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam 4 (empat) kategori, yakni: (1) tata kelola pemerintahan daerah; (2) pelayanan publik; (3) pemberdayaan masyarakat; dan (4) peningkatan daya saing daerah. Berdasarkan 4 (empat) kategori tersebut, secara bertahap dilakukan penilaian untuk menetapkan Pemenang IGA Tahun 2011, dengan mekanisme pelaksanaan yang dilakukan oleh Tim Ahli IGA dan Kementerian Dalam Negeri sebagai berikut:

Gambar 10. Tahapan Penilaian IGA

Tahap 1

• Mengidentifikasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang melaksanakan program inovatif melalui pemberitaan media masaa (cetak dan elektronik), dan untuk Tahun 2011 diidentifikasi sebanyak 88 Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

• Mengelompokkan 88 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ke dalam 4 (empat) kategori program inovatif, yakni: (1) Tata Kelola Pemerintahan Daerah; (2) Pelayanan Publik; (3) Pemberdayaan Masyarakat; dan (4) Peningkatan Daya Saing Daerah.

Tahap 2

• Menetapkan “30 Nominator Terpilih” dari 88 Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, melalui penelaahan terhadap data dan informasi yang tersedia, serta melakukan penilaian dengan menggunakan 3 (tiga) indikator, yakni: (1) Inisiatif Program inovatif; (2) Sumber Pembiayaan Program Inovatif; dan (3) Replikasi Program Inovatif.

• Kepada 30 orang Bupati/Walikota selaku Nominator Terpilih, telah diberikan penghargaan IGA pada tanggal 24 Oktober 2011.

Tahap 3

• Menetapkan “12 Nominator Unggulan” dari 30 Nominator Terpilih, melalui penelaahan terhadap data dan informasi yang tersedia, dan melakukan penilaian dengan menggunakan 4 (empat) indikator masing-masing untuk setiap kategori program inovatif (total 16 indikator penilaian).

Tahap 4

• Menetapkan “4 (empat) Pemenang IGA Tahun 2011 sesuai dengan 4 (empat) kategori program inovatif, dengan menggunakan 3 (tiga) indikator penilaian.

(36)

4. Survey Kepuasan Masyarakat (SKM)

Seiring kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat dalam hal pelayanan, unit penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk memenuhi harapan masyarakat dalam melakukan perbaikan pelayanan. Pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah saat ini belum memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media masa dan jaringan sosial, sehingga memberikan dampak buruk terhadap pelayanan pemerintah, yang menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik adalah melakukan Survei Kepuasan Masyarakat kepada pengguna layanan.

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam keputusan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggraan Pelayanan Publik Nomor 16 Tahun 2014 tanggal 2 Mei 2014. yang kemudian dikembangkan menjadi 9 unsur yang ”relevan, valid” dan reliabel” sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.

b. Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan.

c. Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan. d. Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara

yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara

penyelenggara dan masyarakat.

e. Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis pelayanan. f. Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman.

(37)

h. Maklumat Pelayanan adalah merupakan pernyataan kesanggupan dan kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.

i. Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

Survey dilakukan dengan metode kuantitatif untuk memperoleh informasi tentang kepuasan pengguna jasa yang akan digunakan sebagai bahan kajian, perencanaan, dan evaluasi dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Penentuan fokus survey merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan survey. Survey kepuasan dilakukan dengan penyebaran kuesioner/ kuesioner yang akan diarahkan berdasarkan beberapa aspek kepuasan dalam kaitannya dengan pelayanan Instansi di Surabaya. Adapun informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survey adalah karakteristik responden dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan.

Berdasarkan Permenpan RB Nomor 16 Tahun 2014 disebutkan bahwa teknik Survei Kepuasan Masyarakat dapat menggunakan teknik survei, antara lain:

a. Kuesioner dengan wawancara tatap muka;

b. Kuesioner melalui pengisian sendiri, termasuk yang dikirimkan melalui surat;

c. Kuesioner elektronik (internet/e-survey); d. Diskusi kelompok terfokus;

e. Wawancara tidak berstruktur melalui wawancara mendalam.

Pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengolahan dan penyajian hasil survei, yang mencakup langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Menyusun instrumen survei;

b. Menentukan besaran dan teknik penarikan sampel; c. Menentukan responden;

d. Melaksanakan survei; e. Mengolah hasil survei;

f. Menyajikan dan melaporkan hasil.

Hasil atas Survei Kepuasan Masyarakat tidak harus disajikan dalam bentuk skoring/angka absolut, tetapi dapat pula disajikan dalam bentuk kualitatif (baik atau buruk). Hal yang menjadi perhatian utama atas hasil survei tersebut, adalah harus ada saran perbaikan dari pemberi layanan yang disurvei

(38)

terhadap peningkatan kualitas layanan. Hasil Survei Kepuasan Masyarakat wajib diinformasikan kepada publik termasuk metode survei. Penyampaian hasil Survei Kepuasan Masyarakat dapat disampaikan melalui media massa, website dan media sosial.

A.4 Inovasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintah

Percepatan Reformasi Birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan perlu didukung berbagai terobosan, ide dan gagasan baru yang dapat memicu para birokrat untuk melakukan berbagai inovasi. Berbagai upaya pemerintah dalam mempercepat terwujudnya inovasi tersebut, telah dilakukan antara lain melalui Perpres Nomor 32 Tahun 2010 tentang pembentukan Komite Inovasi Nasional (KIN), program One Agency One Innovation oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Innovative Government Award (IGA) oleh Kementerian Dalam Negeri.

Dalam konteks inovasi tersebut, beberapa instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah telah mengambil ide dan gagasan untuk memperbaiki sistem dan mekanisme kerja yang mengarah pada upaya efisiensi dan efektivitas melalui berbagai inovasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.

Sebagai implementasi program One Agency One Innovation Kementerian PAN-RB telah melakukan kompetisi inovasi dengan penetapan Top 99, Top 33 dan 5 finalis terbaik yang akan dikompetisikan pada badan PBB yaitu United Nation Public Service Award (UNPSA). Disamping itu, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) juga telah melakukan pendokumentasian sebagian inovasi yang telah diterapkan di beberapa daerah.

Lembaga Administrasi Negara melalui Kedeputian bidang Inovasi Administrasi Negara mendorong pengembangan inovasi daerah melalui program Laboratorium Inovasi yang dimulai pada tahun 2015. Pada tahun 2015, tercatat 3 (tiga) daerah yang telah melaksanakan laboratorium inovasi yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Majalengka.

(39)

Gambar 11. Hasil Laboratorium Inovasi 2015-2016 (Sumber: Tri Widodo W. Utomo, November 2016)

Kemudian, pada tahun 2016 tercatat sebanyak 11 kabupaten kota yang melaksanakan program laboratorium inovasi yaitu Kabupaten Kupang, Kota Tarakan, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Kudus, Kabupaten Karo, Kota Pontianak, Kota Samarinda, dan Kabupaten Bau-bau yang menghasilkan 1969 inovasi. Tahun 2017 diharapkan semakin banyak kabupaten kota yang melaksanakan program laboratorium inovasi.

Pusat Inovasi Pelayanan Publik LAN juga melakukan pendokumentasian inovasi melalui kegiatan Direktori Inovasi Administrasi Negara. Pada tahun 2014, Direktori untuk inovasi di Pemerintah Daerah. Tahun 2015, pengembangan direktori Inovasi Administrasi Negara seri Pemimpin Perubahan peserta diklatpim Tk. I – Tk. II predikat 5 (lima) besar tahun 2013 – 2014). Kemudian, tahun 2016, Pengembangan Direktori Inovasi Administrasi Negara Bidang Pelayanan Publik yang menyangkut aspek inovasi di BUMN/BUMD. Selain itu, dalam rangka penyebaran inovasi dalam bentuk lain juga telah dilaunching Majalah Inovasi Administrasi Negara (Inagara Magz).

B.

KERANGKA REGULASI

Pengembangan dan pembangunan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah telah memiliki landasan kebijakan yang kuat yaitu dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana dalam Pasal 386 disebutkan bahwa (1) Dalam

(40)

rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi. Dan inovasi dimaksud adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Selanjutnya Pasal 387 menyebutkan bahwa dalam merumuskan kebijakan inovasi, Pemerintahan Daerah mengacu pada prinsip: (a) peningkatan efisiensi; (b) perbaikan efektivitas; (c) perbaikan kualitas pelayanan; (d) tidak ada konflik kepentingan; (e) berorientasi kepada kepentingan umum; (f) dilakukan secara

terbuka; (g) memenuhi nilai-nilai kepatutan; dan (h) dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

Lebih lanjut dalam Pasal 388 disebutkan bahwa: (1) Inisiatif inovasi dapat berasal dari Kepala Daerah, anggota DPRD, Aparatur Sipil Negara, Perangkat Daerah, dan anggota masyarakat; (2) Usulan inovasi yang berasal dari anggota DPRD ditetapkan dalam rapat paripurna (3) Usulan inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada kepala daerah untuk ditetapkan dalam Perkada sebagai inovasi Daerah (4) Usulan inovasi yang berasal dari aparatur sipil Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperoleh izin tertulis dari pimpinan Perangkat Daerah dan menjadi inovasi Perangkat Daerah. (5) Usulan inovasi yang berasal dari anggota masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD dan/atau kepada Pemerintah Daerah. (6) Jenis, prosedur dan metode penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang bersifat inovatif ditetapkan dengan Perkada. (7) Kepala daerah melaporkan inovasi Daerah yang akan dilaksanakan kepada Menteri. (8) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) paling sedikit meliputi cara melakukan inovasi, dokumentasi bentuk inovasi, dan hasil inovasi yang akan dicapai. (9) Pemerintah Pusat melakukan penilaian terhadap inovasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (10) Dalam melakukan penilaian terhadap inovasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (9) Pemerintah Pusat memanfaatkan lembaga yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan. (11) Pemerintah Pusat memberikan penghargaan dan/atau insentif kepada Pemerintah Daerah yang berhasil melaksanakan inovasi. (12) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan dan/atau insentif kepada individu atau Perangkat Daerah yang melakukan inovasi.

Sebagai jaminan dari pemerintah dalam mendorong percepatan inovasi pemerintah daerah, maka dalam Undang-undang ini juga disebutkan mengenai ketentuan adanya pembebasan dari tuntutan pidana terhadap kegagalan dalam melakukan inovasi. Hal tersebut dinyatakan pada Pasal 389 yang berbunyi “dalam hal pelaksanaan inovasi yang telah menjadi kebijakan Pemerintah Daerah

(41)

dan inovasi tersebut tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan, aparatur sipil negara tidak dapat dipidana.”

Selanjutnya dalam rangka mendorong tumbuhkembangnya inovasi daerah telah dilakukan beberapa upaya antara lain:

1. Kompetisi inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh Kementerian PAN RB dan kebijakan one agency one innovation;

2. Pengembangan Sistem Inovasi Pemerintah Daerah (SIDa) oleh BPPT; 3. Innovative Government Award (IGA) oleh Kementerian Dalam Negeri; 4. Komisi Inovasi Nasional (KIN);

5. Laboratorium Inovasi oleh Lembaga Administrasi Negara.

Gambar 12. Pendorong Inovasi

C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN INOVASI DAERAH

Strategi dan arah kebijakan inovasi administrasi negara dalam penyelenggaraan pemerintahan ke depan telah termuat dalam Roadmap Inovasi Administrasi Negara yang telah disusun oleh Kedeputian Inovasi Administrasi Negara LAN sebagaimana dalam Gambar 13 sebagai berikut:

Gambar 13. Roadmap Inovasi Administrasi Negara Pendorong Inovasi Sinovik SIDa IGA KIN Lab. Inovasi

(42)

Salah satu strategi percepatan inovasi pemerintahan adalah melalui penyusunan Pedoman Pengembangan Kapasitas Inovasi dan Pembentukan Hub-Hub Inovasi di seluruh Indonesia. Dalam hal pengembangan kapasitas inovasi tersebut, antara lain mencakup: (a) inovasi sumberdaya manusia (individu); (b) kapasitas organisasi; dan (c) kapasitas sistem yang mengatur proses kerja di dalamnya.

a. Pengembangan Kapasitas Individu

Pemahaman dari pengembangan kapasitas individu ASN adalah peningkatan penerapan pengetahuan dan wawasan, pengalaman, keterampilan dan keahlian, serta pembentukan sikap dan perilaku kerja serta motivasi penyelenggara pemerintah dalam menunjang pelaksanaan kinerja organisasi dan penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pengembangan kapasitas individu dapat dilaksanakan dengan proses pembelajaran, berbagi pengetahuan dan pengalaman, penyelenggaraan pendidikan formal, pelatihan dan kursus, seminar, magang, mentoring, champion of Innovation untuk pengelolaan Laboratorium INAGARA, pembinaan, pendampingan serta coaching clinic yang mendukung tugas dan fungsi.

b. Pengembangan Kapasitas Organisasi

Pemahaman dari kapasitas organisasi adalah peningkatan kapasitas struktur organisasi yang efisien dan proporsional dalam menunjang pelaksanaan kinerja; Pelaksanaan proses pengambilan keputusan yang melibatkan partisipasi setiap elemen dalam organisasi; Penerapan Standard Operating Procedures (SOP) dan mekanisme kerja sebagai panduan dalam melaksanakan tugas dan fungsi; Peningkatan kapasitas dan pengaturan sarana dan prasarana yang memadai serta sesuai dengan kebutuhan kerja; Peningkatan hubungan dan jaringan kerja dalam organisasi; Peningkatan budaya kerja organisasi yang inovatif serta menjunjung nilai-nilai ASN. Pengembangan kapasitas organisasi dilaksanakan dengan cara: Penataan struktur organisasi yang dilakukan dengan mengevaluasi kelembagaan organisasi saat ini dan menyesuaikan dengan tugas dan fungsi yang dilakukan; Pembenahan pola dan metode pelibatan dan partisipasi pegawai dalam pengambilan keputusan organisasi; Penetapan Standard Operating Procedures (SOP) dan mekanisme kerja sehingga dapat dijadikan panduan dalam melaksanakan pekerjaan; Penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan; Perbaikan mekanisme hubungan dan jaringan kerja yang mendukung tercapainya tujuan organisasi;

(43)

Internalisasi nilai-nilai ASN dalam pembangunan budaya kerja organisasi yang inovatif.

c. Pengembangan Kapasitas Sistem

Pemahaman dari kapasitas sistem adalah peningkatan kapasitas dengan menyiapkan kerangka kerja lingkungan strategis yang berhubungan dengan aturan, kebijakan dan kepentingan stakeholders; Penyusunan aturan dan kebijakan berdasarkan prinsip-prinsip good governance dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Peningkatan peran serta stakeholders dalam setiap penentuan arah kebijakan.

Pengembangan Kapasitas Lingkungan Strategis dilaksanakan dengan cara penyusunan kerangka kerja yang berhubungan dengan aturan, kebijakan dan partisipasi stakeholders; Perbaikan metode dan mekanisme penyusunan aturan dan kebijakan; Pembenahan mekanisme pelibatan partisipasi stakeholders dalam penyusunan setiap aturan dan kebijakan.

Dalam praktiknya pengembangan kapasitas INAGARA tidak bisa dilakukan secara terpisah karena ketiganya saling terkait menjadi satu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan agar individu, organisasi maupun juga sistem yang ada dapat dipergunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dari individu maupun organisasi untuk menciptakan tata kepemerintahan yang baik dan mampu menjawab persoalan-persoalan dunia saat ini (birokasi kelas dunia).

Strategi lain yang dipandang sangat penting dalam upaya percepatan pengembangan inovasi di berbagai daerah adalah perlunya pembentukan hub-hub Inovasi di seluruh Indonesia. Sentral inovasi pemerintah (public sector innovation hub) diartikan sebagai pusat penciptaan dan pengembangan inovasi jajaran pemerintah pusat dan daerah di seluruh Indonesia yang dilakukan secara berjenjang dan terkoneksi antara hub dalam rangka percepatan pengembangan inovasi.

(44)

Strategi pengembangan inovasi pemerintah juga dilakukan secara bertahap dan bergerak berdasarkan level pemerintahannya (pusat, provinsi, dan kab/kota). Pengembangan inovasi pemerintah (public sector innovation development) terkait dengan innovation hub diartikan sebagai penciptaan dan pengembangan inovasi jajaran pemerintah pusat dan daerah di seluruh Indonesia dalam rangka mewujudkan kinerja tinggi dan mendorong daya saing di tingkat lokal maupun nasional. Agenda tersebut terdiri atas 3 (tiga) komponen utama, yaitu: Actor, Content, dan Infrastructure.

a. Actor meliputi 3 (tiga) subkomponen, yaitu 1) SDM yang memiliki kompetensi di bidang inovasi (resourceful actors), 2) SDM yang melakukan fasilitasi atau mediasi inovasi (fasilitator/mediator), dan 3) SDM yang menjadi calon innovator (aspirant actors).

Resourceful actors berasal dari SDM Lembaga Administrasi Negara dan pihak-pihak lain yang dipandang memiliki kompetensi memadai untuk melakukan transfer pengetahuan dan penciptaan inovasi, dan juga memiliki pengalaman berinovasi. Adapun Fasilitator/Mediator Inovasi adalah SDM dari lingkungan LAN dan instansi pemerintah lainnya yang telah dilatih dan diasistensi oleh resourceful actors serta telah dinyatakan mampu melakukan fasilitasi dan mediasi inovasi di jajaran instansi pemerintah. Resourceful actors dan fasilitator/ mediator memiliki fungsi untuk melakukan replikasi tim champion of innovation sehingga akan tumbuh dan berkembang champion of innovation yang baru di seluruh Kementerian dan Lembaga, terutama di tingkat Provinsi.  Sementara itu, aspirant actors adalah calon-calon inovator dari

berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah yang akan melakukan praktik inovasi di lingkungan kerjanya berdasarkan transfer pengetahuan yang sudah diterima dari resourceful actors atau fasilitator/mediator.

b. Content, meliputi 2 (dua) subkomponen, yaitu 1) pengetahuan, ketrampilan dan sikap tentang bagaimana berinovasi (knowledge, skills & attitude), dan 2) Praktik atau pengalaman berinovasi (practices/ experiment).

Penciptaan dan sharing pengetahuan, ketrampilan dan sikap mengenai bagaimana berinovasi dilakukan oleh seluruh actors

(45)

(resourceful actors, fasilitator/mediator, dan aspirant actors) berdasarkan peran masing-masing.

 Praktik/pengalaman berinovasi dilakukan oleh para fasilitator/ mediator sebelum diberi sertifikasi untuk melakukan fasilitasi dan mediasi berinovasi. Selain para fasilitator/mediator, praktik/ pengalaman berinovasi juga harus dilakukan oleh para aspirant actor dari beragam instansi pemerintah.

c. Infrastructure, meliputi 3 (tiga) subkomponen, yaitu 1) program untuk berinovasi, 2) media penciptaan dan sharing inovasi, dan 3) Proses penciptaan dan sharing inovasi.

Program yang terkait dengan penciptaan dan sharing pengetahuan, diantaranya yaitu bimbingan teknis dan workshop inovasi. Adapun program yang terkait dengan praktik/pengalaman berinovasi, meliputi inno lab, replikasi inovasi, dan benchmark.

 Media yang digunakan dalam penciptaan dan sharing inovasi maupun praktik/pengalaman inovasi yaitu website, on-line training, dan modular.

Proses penciptaan dan sharing inovasi maupun praktik/pengalaman inovasi dalam konteks ini meliputi start up, incubation, disemination, implementation, dan impact assessment.

(46)
(47)

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut tertuang dalam Pasal 389 yang menegaskan bahwa “Dalam hal pelaksanaan inovasi yang telah menjadi kebijakan Pemerintah Daerah dan inovasi tersebut tidak mencapai

(3) Koordinator Penguatan SIDa Kota Batam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rangka mendukung keberhasilan SIDa melakukan pembentukan Forum Inovasi Daerah Kota

Ekosistem Inovasi Kapasitas Inovasi Interaksi dan Keberagaman Keberadaan dan pengembangan klaster inovasi berbasis Produk Unggulan Daerah (PUD) sebagai bentuk interaksi dan

Atas dasar tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau harus segera melakukan pendataan bangunan gedung, terutama bangunan gedung di Lingkungan Pemerintah

Tujuan mendasar dalam penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan inovasi e-government yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan studi dalam rangka melakukan inovasi kelembagaan pembangunan dan pengelolaan kawasan industri khususnya pada kawasan industri

Pemerintah Kabupaten/kota dapat memberikan subsidi kepada pihak yang telah melakukan inovasi teknologi dan inovasi produk dengan melalui tender publik sehingga diketahui oleh sang

Inovasi Daerah yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram Inovasi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Perangkat Daerah Pelayanan Perijinan one day service atau Sehari Pasti Jadi