• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL SILABUS MATA PELAJARAN

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP)

MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA, 2017

(2)

- i -

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN A. Rasional

B. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

C. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Pertama

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Sekolah Menengah Pertama

E. Pembelajaran dan Penilaian 1. Pembelajaran

2. Penilaian

F. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai Kondisi Lingkungan dan Siswa

II. KOMPETENSI DASAR, MATERI POKOK, DAN PEMBELAJARAN

A. Kelas VII B. Kelas VIII C. Kelas IX

III. MODEL SILABUS SATUAN PENDIDIKAN A. Kelas VII B. Kelas VIII C. Kelas IX i 1 2 3 4 7 12 15 17 19 21 24 25 26

(3)

- 1 -

I. PENDAHULUAN A. Rasional

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam rangka mewujudkan insan Indonesia tersebut, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam Agama Hindu, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir berkaitan dengan pola pembelajaran, yaitu: 1) berpusat pada siswa; 2) pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam sumber/media lainnya); 3) pembelajaran dirancang secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi, serta dapat diperoleh melalui internet); 4) pembelajaran bersifat aktif (siswa didorong untuk aktif mencari informasi melalui pendekatan saintifik); 5) belajar kelompok (berbasis tim); 6) pembelajaran berbasis multimedia; 7) pembelajaran berbasis pengguna (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap siswa; 8) pola pembelajaran menggunakan ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) pembelajaran yang mengembangkan berpikir kritis.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana, di mana siswa menerapkan apa yang dipelajari ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; 6) kompetensi inti menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi inti; 7) kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan karakter siswa lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan (verbal).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa: Pendidikan Agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama (Pasal 2 ayat (1). Selanjutnya, disebutkan

(4)

- 2 -

bahwa Pendidikan Agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal 2 ayat (2).

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sangat cepat menumbuhkan budaya-budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan yang pesat tersebut menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak baik yang mempengaruhi dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan agama merupakan pendidikan yang berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa. Pendidikan Agama Hindu memiliki berbagai konsep yang dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk mengendalikan diri dari pengaruh negatif perkembangan zaman.

Sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 1963, tersurat dan tersirat secara langsung maupun tidak langsung, mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di antaranya: 1. agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan harmonis

antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkungan);

2. agama Hindu selalu menekankan ajaran Tat Twam Asi (toleransi antar sesama) bahwa dalam diri manusia memiliki sumber hidup yang sama;

3. agama Hindu selalu menekankan persaudaraan pada semua makhluk (Vasudaiva Kutumbhakam);

4. agama Hindu selalu menjauhkan diri dari fanatisme sempit, perilaku radikalisme dan anarkisme yang menyimpang dari nilai-nilai Dharma; dan

5. agama Hindu selalu menekankan ajaran Suśīla, Dharma dan Satya.

Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh siswa (learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan siswa

Silabus ini merupakan acuan bagi guru dalam melakukan pembelajaran agar siswa mampu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai ajaran agama Hindu. Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan siswa.

B. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Pendidikan Dasar dan Menengah

(5)

- 3 -

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Jenjang Sikap Pengetahuan Ketrampilan

SD

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman

(Sraddha),

berakhlak mulia

(Susila), berilmu,

percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Memiliki pengetahuan faktual, dan konseptual tentang ajaran agama Hindu, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dalam wawasan kema-nusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif berdasarkan ajaran agama Hindu dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

SMP

Memiliki perilaku yang mencermin-kan sikap orang beriman (Sraddha), berakhlak mulia (Susila), berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang ajaran agama Hindu dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif berdasarkan ajaran agama Hindu dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

SMA/ SMK

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman

(Sraddha),

berakhlak mulia

(Susila), berilmu,

percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif tentang ajaran agama Hindu dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif berdasarkan ajaran agama Hindu dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

C. Kompetensi yang Diharapakan Setelah Siswa Mempelajari Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kompetensi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu siswa mampu:

(6)

- 4 -

Jenjang Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

SMP

memahami dan

menjabarkan kitab suci Weda, Avatara, Deva, dan Bhatara,

Karmaphala, Sad Atatayi, Kepemimpinan dan Pañca Yajñā

memahami, menguraikan dan mengetahui sifat-sifat Atman, Sapta Timira, Tri Guna, Panca

Mahabhuta, dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu

memahami dan menguraikan Parwa dalam Bhagawadgita, budaya hidup sehat, Asta Aiswarya, Panca Yama dan Nyama Bratha dan Dasa Mala.

D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Sekolah Menengah Pertama

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diberikan sejak SD sampai SMA/SMK sebagai mata pelajaran, dan nilai-nilainya terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai-nilai tersebut diperkuat melalui pengkodisian aktivitas siswa di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pada sekolah menengah pertama Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mengembangkan dasar-dasar agama dan budi pekerti secara rasional.

Kerangka Pengembangan Kurikulum Agama Hindu Dan Budi Pekerti Kelas VII sampai dengan Kelas IX mengikuti elemen pengorganisasi Kompetensi Dasar, yaitu Kompetensi Inti.

KOMPETENSI INTI Kompetensi

Inti

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

KI 1

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya KI 3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

Memahami dan menerapkan

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI 4

Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

(7)

- 5 -

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

Pengembangan Kompetensi Dasar (KD) tidak dibatasi oleh rumusan Kompetensi Inti (KI), tetapi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, kompetensi, lingkup materi dan psiko-pedagogi. Kompetensi sikap spiritual dan sosial dicapai melalui pembelajaran langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran langsung (direct teaching) artinya melalui proses atau kegiatan pembelajaran, sedangkan tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.

Ruang Lingkup Agama Hindu dan Budi Pekerti Pendidikan Dasar dan Menengah mengajarkan konsep-konsep yang dapat menumbuhkan keyakinan agama siswa Konsep-konsep tersebut yakni; Kitab Suci, Tattwa, Suśīla, Acara, dan Sejarah Agama Hindu.

Kelima lingkup materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2013 meliputi. 1. Pemahaman Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup, serta memahami

parwa-parwa dalam Kitab Mahābhārata, sehingga dalam menjalankan kehidupan menjadi lebih baik.

2. Tattwa merupakan pemahaman tentang Sraddha, yakni pemahaman tentang widhi tattwa melalui pembelajaran Avatara, Deva, dan Bhatara, dan Asta Aiswarya, memahami Atman yang tertuang dalam kitab Bhagavadgita, Karmaphala sebagai hukum sebab akibat, sehingga keyakinan kita menjadi lebih percaya dan yakin akan agamanya.

3. Suśīla yang penekanannya pada ajaran pengendalian diri dari perilaku Sad Atatayi, Sapta Timira, Dasa Mala, serta melakukan upaya pengendalian diri dengan meningkatkan perilaku Panca Yama, dan Nyama Bratha untuk membentuk karakter, sehingga Tri Gunadalam diri menjadi seimbang.

4. Acara yang penekanannya pada pelaksanaan Pañca Yajñā dalam kehidupan, mampu memimpin, mengetahui Panca Mahabhuta, sehingga menciptkan budaya hidup sehat dalam kitab suci.

5. Sejarah Agama Hindu menekankan pada pengetahuan sejarah perkembangan Agama Hindu di Asia.

Peta Materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Kitab Suci Veda

 Veda sebagai ajaran utama umat Hindu  Nilai-nilai yang

terkandung dalam kitab suci Veda

Atman dalam kitab Bhagavadgita

 Atman sebagai sumber hidup seluruh makhluk  Sloka-sloka terkait

Atman

Parwa-parwa dalam kitab Mahābhārata

 Kedudukan Mahābhārata dalam Veda

 Parva dalam kitab Mahābhārata

(8)

- 6 -

 Metode mengajarkan kitab suci veda pada masyarakat

 Maharsi penyusun kitab Suci Veda

 Sifat-Sifat Atman

 Upaya-upaya mengenal atman sebagai sumber hidup

 Ceritera perjalanan pandawa ke surga

 Mahābhārata dalam kehidupan sehari-hari

Avatara, Deva, dan Bhatara

 Avatara, Deva, dan Bhatara sebagai bagian dari Sraddha  Hubungan Avatara,

Deva dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi

 Perbedaan Avatara, Deva dan Bhatara  Ceritera turunya dasa

Avatara ke dunia

Sapta Timira

 Sapta Timira dalam diri  Contoh perilaku Sapta

Timira

 Dampak perilaku Sapta Timira

 Ceritera-ceritera terkait Sapta Timira dalam kehidupan

 Upaya-upaya

menghindari Sapta Timira.

Budaya hidup sehat  Hidup sehat menurut

kitab suci Veda  Budaya hidup sehat

nenurut kitab suci Veda  Manfaat hidup Sehat

dalam kehidupan

 Penerapan hidup sehat dalam kehidupan

Karmaphala

 Karmaphala sebagai bagian dari Sraddha  Jenis-jenis Karmaphala  Ceritera-ceritera perilaku Karmaphala dalam kehidupan  Akibat perilaku-perilaku Karmaphala Tri Guna

 Tri Gunadalam diri  Ciri-ciri Tri Guna dalam

diri

 Pengaruh Tri Gunapada manusia  Ceritera-ceritera terkait Tri Gunadalam kehidupan  Upaya-upaya menyeimbangkan Tri Guna Asta Aiswarya  Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya  Sloka dan mantram

terkait Asta Aiswarya  Ceritera kemahakuasaan

Sang Hyang Widhi  Upaya menghayati

kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya Sad Atatayi

 Sad atatayi yang harus dikendalikan

 Ceritera-ceritera yang terkait Sad Atatayi  Upaya menghindarkan

diri dari akibat Sad Atatayi  Sloka-sloka kemahakusaan Sang Hyang Widhi Panca Mahabhuta  Pañca Mahābhūta

sebagai pembentuk alam semesta

 Contoh-contoh Pañca Mahābhūta pada alam semesta.

 Ceritera-ceritera terkait unsur-unsur pembentuk alam semesta

 Upaya-upaya

menyelaraskan diri dan alam

Panca Yama, dan Nyama Brata

 Pancā Yamā dan Nyamā Bratā sebagai pembentuk karakter

 Penerapan Pancā Yamā dan Nyamā Bratā dalam kehidupan untuk membentuk karakter  Contoh Pancā Yamā dan

Nyamā Bratā dalam masyarakat

 Ceritera-ceritera perilaku Pancā Yamā dan Nyamā Bratā

Kepemimpinan

 Kepemimpinan dalam ajaran Agama Hindu  Tipologi

kepemimpinan Hindu  Contoh-contoh

kepemimpinan Hindu  Tokoh-tokoh Hindu

yang dapat dijadikan teladan

Sejarah perkembangan agama Hindu di Asia  Ceritera singkat sejarah

agama Hindu di Asia  Perkembangan Agama

Hindu di Asia

 Peninggalan-Peninggalan Agama Hindu di Asia  Upaya melestarikan

peninggalan agama Hindu

Dasa Mala

 Perilaku Dasa Mala yang harus dihidari

 Sloka-sloka terkait Dasa Mala dalam Kitab Suci  Contoh perilaku Dasa

Mala yang harus dihindari dalam kehidupan

 Upaya menghindarkan diri dari pengaruh Dasa Mala

Pañca Yajñā  Landasan dasar

berYajňa dalam agama Hindu

(9)

- 7 -

 Syarat-syarat Yajňa yang Satwika dalam kitab suci

 Contoh-contoh pelaksanaan Yajňa dalam masyarakat

E. Pembelajaran dan Penilaian 1. Pembelajaran

Kerangka Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mengacu pada berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang tertuang dalam Kompetensi Inti 3 3) harus diimplementasikan dalam kompetensi Inti 4 (KI-4) disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan di setiap jenjang sesuai dengan silabus Kurikulum 2013.

Agar dapat mengaplikasikan nilai-nilai sikap yang tertuang dalam Kompetensi Inti 1 (KI-1) dan Kompetensi Inti 2 (KI-2) yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang diajarkan sesuai dengan tingkat satuan pendidikan dan jenjang masing-masing kelas, pendidik dapat menerapkan berbagai pendekatan dan model dalam proses pembelajaran, yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah

Aktivitas guru

Mengamati guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan dilingkungan sekitar sesuai materi pokok pembelajaran.

Menanya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami terkait materi pembelajaran yang sedang dibahas, maupun hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

Mengeksplor guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sesuai dengan materi pembelajaran.

Mengasosiasi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis materi pembelajaran yang sedang dibahas. Mengomunikasi

kan

siswa dapat menyampaikan hasil proses pembelajaran dari materi pembelajaran dalam tertulis maupun lisan.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah Aktivitas guru Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai, menekankan pentingnya topik, dan memotivasi siswa belajar.

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan Mengorganisasi

kan siswa ke

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara

(10)

- 8 -

dalam kelompok-kelompok belajar

agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil kerja siswa tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya Memberikan

penghargaan

Guru mecari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber: (Rusman: 2014:211)

c. Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Inquiry)

Langkah-langkah

Aktivitas guru Tahap 1

Orientasi

Guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa, menjelaskan pokok- pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

Tahap 2 Merumuskan masalah

Guru membimbing dan memfasilitasi siswa untuk merumuskan dan memahami masalah nyata yang telah disajikan.

Tahap 3 Merumuskan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis dengan cara

menyampaikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan

jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji. Tahap 4

Mengumpulka n data

Guru membimbing siswa dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

Tahap 5 Menguji hipotesis

Guru membimbing siswa dalam proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

Tahap 6 Merumuskan kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Sumber: Modul Pelatihan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;51) d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(11)

- 9 - Langkah-langkah Aktivitas guru Tahap 1 Orientasi terhadap masalah

Guru menyajikan masalah nyata kepada siswa.

Tahap 2 Organisasi belajar

Guru memfasilitasi siswa untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Siswa berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tahap 3 Penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membimbing siswa melakukan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.

Tahap 4 Pengembanga n dan penyajian hasil penyelesaian masalah

Guru membimbing siswa untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang siswa temukan. Siswa menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau

Power Point slides.

Tahap 5 Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah

Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

Sumber: Modul Pelatihan K13 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;49) e. Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Langkah-langkah

Aktivitas guru

Tahap 1 Persiapan

Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

Tahap 2 Stimulasi/pe mberian rangsangan

Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan

Tahap 3 Identifikasi masalah

Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

Tahap 4 Mengumpul kan data

Guru Membantu siswa mengumpulan dan mengeksplorasi data.

Tahap 5 Pengolahan data

Guru membimbing siswa dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya

Tahap 6 Pembuktian

Guru membimbing siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan

(12)

- 10 -

dengan hasil

Sumber: Modul Pelatihan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;52) f. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Langkah-langkah Aktivitas guru Tahap 1 Penentuan projek

Guru bersama dengan siswa menentukan tema/topik projek Tahap 2 Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek

Guru memfasilitasi Siswa untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya Tahap 3 Penyusunan jadwal pelaksanaan projek

Guru memberikan pendampingan kepada siswa melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya Tahap 4 Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru

Guru memfasilitasi dan memonitor siswa dalam melaksanakan rancangan projek yang telah dibuat

Tahap 5 Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil projek

Guru memfasilitasi Siswa untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil karya

Tahap 6 Evaluasi proses dan hasil projek

Guru dan siswa pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek

Sumber: Modul Pelatihan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Direktorat PSMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016;50) Abad 21 membawa kita pada perubahan yang signifikan maka diperlukan juga keterampilan yang memadai pada abad 21 (21st Century Skills) adalah (1) keterampilan hidup dan berkarir (life and career skills), (2) Keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills), dan (3) Keterampilan literasi informasi, media dan teknologi (Information media and technology skills).

Keterampilan hidup dan berkarir (life and career skills) meliputi (a) fleksibilitas dan adaptabilitas (flexibility and adaptability), (b) inisiatif dan mengatur diri sendiri (initiative and self-direction), (c) interaksi sosial dan budaya (social and crosscultural interaction), (d) produktivitas dan akuntabilitas (productivity and accountability).

Keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills) meliputi (a) berpikir kritis dan mengatasi masalah (critical thinking and problem solving), (b) komunikasi dan kolaborasi (communication and collaboration), (c) kreativitas dan inovasi (creativity and innovation).

Keterampilan literasi informasi, media dan teknologi (information media and technology skills) meliputi (a) literasi informasi (information literacy), (b) literasi medi (media literacy) dan (c) literasi ICT (information and communication technology literacy

(13)

- 11 -

Keterampilan Abad 21

No Keterampilan Abad 21 Deskripsi 1 Keterampilan hidup dan

berkarir

1. Fleksibilitas dan adaptabilitas: Siswa mampu mengadaptasi perubahan dan fleksibel dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok 2. Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri

sendiri: Siswa mampu mengelola tujuan dan waktu, bekerja secara independen dan menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri.

3. Interaksi sosial dan antar-budaya: Siswa mampu berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan kelompok yang beragam. 4. Produktivitas dan akuntabilitas: Siswa mampu

menglola projek dan menghasilkan produk. 5. Kepemimpinan dan tanggungjawab: Siswa

mampu memimpin teman-temannya dan bertanggungjawab kepada masyarakat luas 2 Keterampilan Belajar dan

Berinovasi

1. Berpikir kritis dan mengatasi masalah: siswa mampu mengunakan berbagai alasan (reason) seperti induktif atau deduktif untuk berbagai situasi; menggunaan cara berpikir sistem; membuat keputusan dan mengatasi masalah. 2. Komunikasi dan kolaborasi: siswa mampu

berkomunikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya.

3. Kreativitas dan inovasi: siswa mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif dan

menciptakan inovasi baru. 3 Keterampilan teknologi

dan media informasi

1. Literasi informasi: siswa mampu mengakses informasi secara efektif (sumber nformasi) dan efisien (waktunya);mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat dan efektf untuk mengatasi masalah.

2. Literasi media: siswa mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan untuk berkomunikasi.

3. Literasi ICT: siswa mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan media yang sesuai untuk melakukan komunikasi

Selain pendekatan di atas, dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di SMP menggunakan metode 6 D. Adapun keenam metode tersebut antara lain.

a. Metode Dharma Wacana atau Metode Ceramah adalah metode mengajar dengan ceramah secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan menggunakan media visual. Pendidik berperan sebagai sumber pengetahuan utama atau dominan. Belajar dengan strategi Dharma Wacana dapat memperoleh ilmu agama. Metode Dharma Wacana termasuk dalam ranah pengetahuan dalam dimensi Kompetensi Inti 3.

b. Metode Dharma Gītā adalah metode mengajar dengan pola menyanyi atau melantunkan sloka, palawakya, dan tembang. Pendidik dalam proses pembelajaran melibatkan rasa seni yang dimiliki setiap siswa, terutama seni suara atau menyanyi, sehingga dapat menghaluskan budi pekerti dan dapat memahami ajaran Agama.

(14)

- 12 -

c. Metode Dharma Tula atau metode diskusi adalah metode mengajar dengan melibatkan dua atau lebih siswa, untuk berinteraksi, seperti saling bertukar pendapat dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan di antara mereka. Metode Dharma Tula digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Dengan menggunakan strategi Dharma Tula, siswa dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran.

d. Metode Dharma Yatra atau karya wisata adalah metode pembelajaran dengan mengajak siswa mengunjungi suatu tempat guna menambah wawasan peserta didik, kemudian membuat laporan dan membukukan hasil kunjungan tersebut dalam bentuk tugas. Mengunjungi tempat-tempat suci atau pergi ke tempat-tempat yang dianggap terkait perkembangan Agama Hindu. Strategi Dharma Yatra baik digunakan pada saat menjelaskan materi tempat suci, hari suci, budaya, dan sejarah perkembangan Agama Hindu.

e. Metode Dharma Shanti adalah metode pembelajaran untuk menanamkan sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh yang penuh dengan rasa toleransi. Metode Dharma Shanti dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa, untuk saling mengenali temannya, sehingga menumbuhkan rasa saling menyayangi.

f. Metode Dharma Sadhana adalah metode pembelajaran untuk menumbuhkan kepekaan sosial siswamelalui pemberian atau pertolongan yang tulus ikhlas dan mengembangkan sikap berbagi kepada sesamanya 2. Penilaian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, bahwa ruang lingkup penilaian mencangkup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Adapun penilaian-penilaian tersebut antara lain.

a. Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku siswa dalam proses pembelajaran kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yang meliputi sikap spiritual dan sosial.

1) Sikap spiritual

Penilaian sikap spiritual (KI-1) antara lain: (1) ketaatan melakukan sembahyang (puja Tri sandhya); (2) berperilaku sopan dan santun; (3) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan (makan, tidur, bepergian); dan (4) toleransi dalam beribadah; (5) konsentrasi/sadar penuh (duduk hening sebelum dan sesudah pembelajaran, serta konsentrasi saat proses pembelajaran).

2) Sikap Sosial

Penilaian sikap sosial (KI-2) meliputi: (1) jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; (2) disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; (3) tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku siswa untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa; (4) santun, yaitu perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang baik; (5) peduli, yaitu sikap dan

(15)

- 13 -

tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan; (6) menghargai, maksudnya menghargai pendapat orang lain dan berbagai perbedaan yang ada; (7) percaya diri, yaitu suatu keyakinan atas kemampuannya sendiri untuk melakukan kegiatan atau tindakan; (8) tekun, yaitu sikap dan perilaku siswa yang selalu berusaha melakukan tugas dengan sungguh-sungguh; (9) mandiri, yaitu perilaku yang dapat mengatur dirinya sendiri tanpa harus selalu diingatkan; dan (10) kerjasama, yaitu perilaku siswa yang memperlihatkan semangat kebersamaan.

Penilaian sikap menggunakan teknik observasi, penilaian diri dan penilaian antarteman. Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada ranah sikap meliputi sikap bersembahyang, perilaku toleran, jujur dalam berpikir, berkata, dan berbuat, menunjukkan ketaatan dalam menjalankan Yajňa, selalu mengucapkan syukur kehadapan Sang Hyang Widhi.

b. Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan (KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan siswa yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam berbagai tingkatan proses berpikir. Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi kesulitan belajar (assesment as learning), penilaian sebagai proses pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai alat untuk mengukur pencapaian dalam proses pembelajaran (assessment of learning). Melalui penilaian tersebut diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, digunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tulis, lisan, dan penugasan. Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan, dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil penilaian. Untuk mengetahui ketuntasan belajar (mastery learning), penilaian ditujukan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan (diagnostic) proses pembelajaran. Hasil tes diagnostic, ditindaklanjuti dengan pemberian umpan balik (feedback) kepada siswa, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Penilaian pengetahuan menggunakan angka dengan rentang capaian/nilai 0 sampai dengan 100 dan deskripsi. Deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya belum optimal. Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, lisan, dan penugasan.

Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) ranah kognitif meliputi aspek Kitab Suci, Tattva, Suśīla, Acara dan Sejarah, yang tertuang dalam pembelajaran Mahābhārata, Awatara, Dewa dan Bhatara, Asta Aiswarya, Atman, Karmaphala, Sad Atatayi, Sapta Timira, Tri Guna, Panca Yama, dan Nyama Bratha, Dasa Mala, Panca Yajňa, Panca Mahabhuta, dan Budaya Hidup Sehat dan Sejarah perkembangan Hindu di Asia.

c. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dilakukan dengan mengidentifikasi karateristik kompetensi dasar aspek keterampilan untuk menentukan teknik penilaian yang sesuai. Tidak semua kompetensi dasar dapat diukur dengan penilaian

(16)

- 14 -

kinerja, penilaian proyek, atau portofolio. Penentuan teknik penilaian didasarkan pada karakteristik kompetensi keterampilan yang hendak diukur. Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan pengetahuan siswadapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (dunia nyata). Penilaian keterampilan menggunakan angka dengan rentang skor 0 sampai dengan 100 dan deskripsi. Teknik penilaian yang digunakan sebagai berikut.

1) Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan mengaplikasikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Pada penilaian kinerja, penekanan penilaiannya dapat dilakukan pada proses atau produk. Penilaian kinerja yang menekankan pada produk disebut penilaian produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut penilaian praktik (praktik). Penilaian praktik, misalnya; memainkan alat musik, melakukan pengamatan suatu objek dengan menggunakan mikroskop, mekidung/menyanyi, bermain peran, menari, dan sebagainya. Penilaian produk, misalnya: poster, kerajinan, puisi, dan sebagainya.

2) Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode / waktu tertentu. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, penyajian data, dan pelaporan. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan pengumpulan data, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan inovasi dan kreativitas serta kemampuan menginformasikan siswa pada muatan tertentu secara jelas.

3) Penilaian Portofolio

Portofolio dapat berupa kumpulan dokumen dan teknik penilaian. Portofolio sebagai dokumen merupakan kumpulan dokumen yang berisi hasil penilaian prestasi belajar, penghargaan, karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif dalam kurun waktu tertentu. Pada akhir periode, portofolio tersebut diserahkan kepada guru pada kelas berikutnya dan orang tua sebagai bukti otentik perkembangan siswa.

Portofolio sebagai teknik penilaian dilakukan untuk menilai karya-karya siswa dan mengetahui perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa. Diakhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru bersama-sama dengan siswa. Berkaitan dengan tujuan penilaian portofolio, tiap item dalam portofolio harus memiliki suatu nilai atau kegunaan bagi siswadan bagi orang yang mengamatinya. Guru dan siswa harus sama-sama memahami maksud, mengapa suatu item (dokumen) dimasukkan ke koleksi portofolio. Selain itu, sangat diperlukan komentar dan refleksi dari guru atas karya yang dikoleksi.

Berdasarkan informasi perkembangan kemampuan siswa yang dibuat oleh guru bersama siswa yang bersangkutan, dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus. Dengan demikian portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya.

(17)

- 15 -

Penilaian keterampilan mencakup dua aspek yaitu keterampilan abstrak dan keterampilan konkret. Keterampilan abstrak adalah bentuk keterampilan belajar berupa kemampuan dalam hal mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/data, menalar/mengasosiasi, dan mengomuniksikan. Keterampilan konkret adalah kemampuan persepsi, dan gerak yang dapat diamati seperti: (1) memberi penghormatan (salam panganjali), (2) melakukan Puja Tri Sandhya (3) Dainika Upasana (menghafalkan mantra sehari-hari); Dharmagita (mekidung, bhajan, kirtan), (4) membuat puisi, (5) keterampilan bercerita, (6) menata sarana dan prasarana sembahyang, (7) melantunkan sloka-sloka, (8) berdarma wacana, dan (9) bermeditasi dan berjapa.

F. Kontekstualisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Sesuai Kondisi Lingkungan dan Siswa

Indonesia sebagai negara kesatuan yang terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, budaya, ras, dan kelas sosial merupakan kekayaan yang patut disyukuri dan dipelihara agar tetap menjadi sumber kekuatan. Jika tidak disikapi dengan bijak, keberagaman itu dapat menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, berbagai kearifan lokal yang telah mengakar di masyarakat harus dipelihara dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama Hindu, toleran, demokratis, multikultural, dan berwawasan kebangsaan.

Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sesuai ruang lingkup aspek materi yang diajarkan harus mampu menumbuhkan sikap nasionalisme, mampu berkomitmen, berkontribusi, dan mampu merancang cita-citanya sehingga berhasil dalam hidup berdasarkan Dharma Agama (aturan agama) dan Dharma Negara (aturan negara).

Kontekstualisasi pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sebagai berikut:

1. pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dilakukan dengan menyusun perencanaan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat media pembelajaran pendukung yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembelajaran, sehingga materi pelajaran dapat terserap dengan baik sesuai kompetensi dasar;

2. pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diharapkan dapat membangun sikap bangga terhadap agamanya, sehingga tumbuh sikap toleran, sehingga terhindar dari sikap fanatisme sempit dan radikalisme. Guna menumbuhkan sikap toleran (tat tvam Asi) melalui ruang lingkup materi Kitab Suci Veda, Tattva (filsafat), Suśīla (etika), Acara dan Sejarah. Pembelajaran yang dikembangkan dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme;

3. pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti selalu berkomitmen untuk menumbuhkan perilaku yang anti radikalisme yang meyimpang dari dharma, dengan memberikan porsi materi Suśīla atau etika sebesar 35% dari materi-materi yang lain. Dengan memberikan pembelajaran etika yang lebih banyak, dapat menumbuhkan sikap toleran dan bersikap sesuai norma-norma yang berlaku di masyarakat. Siswa yang memiliki etika yang bagus dapat menciptakan keharmonisan di masyarakat; dan

4. kontribusi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mampu memberikan sumbangsih yang positif terhadap agama, bangsa dan negara.

Sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21 yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

(18)

- 16 -

dalam Kurikulum 2103 juga memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media dan sumber belajar.

Pemanfaatan Teknologi, Imformasi dan komunikas (TIK) mendorong siswa dalam mengembangkan kreativitas dan berinovasi serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.

Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti buku teks yang tersedia dalam bentuk buku guru dan buku siswa. Sesuai dengan Karakteristik Kurikulum 2013, buku teks bukan satu-satunya sumber belajar. Guru dapat menggunakan buku pengayaan atau referensi lainnya dan mengembangkan bahan ajar sendiri seperti LKS (Lembar Kerja Siswa). Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, LKS bukan hanya kumpulan soal melainkan visualisasi pemahaman materi sesuai dengan Kompetensi Dasar.

Hal ini diharapkan secara khusus siswa meningkatkan keyakinan, mengenali peninggalan-peninggalan buddhis sehingga dapat melestarikannya. Secara umum siswa dapat lebih akrab dengan lingkungan alam (maritin, agraris, Niaga/jasa), sosial, dan budaya daerah tempat mereka berada, memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka sebagai habitat, sebagai sumber penghidupan dan kehidupan, sumber kesejahteraan dan kejayaan bangsa, serta menunjang pembangunan nasional.

(19)

- 17 -

II. KOMPETENSI DASAR, MATERI POKOK, DAN PEMBELAJARAN

A. Kelas VII

Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dam Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembebelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching) pada Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan dan kondisi siswa.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.

Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Siswa mampu:

1.1 menghayati ajaran Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup 2.1 memperilaku disiplin

dalam mengamalkan ajaran Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup 3.1 memahami Kitab Suci

Veda sebagai tuntunan hidup

4.1 mengkodifikasi Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup

Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup

 Membaca buku/artikel dari berbagai sumber tentang Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup

 Mencermati artikel-artikel tentang Veda sebagai ajaran utama umat Hindu.

 Mengamati dengan seksama nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Suci Veda

 Mencari tahu/informasi dengan mewawancarai beberapa narasumber di lingkungan sekolah berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci Veda

 Menyampaikan hasil telaah nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci Veda

 Menceritakan kembali Kitab Suci Veda sebagai tuntunan hidup Siswa mampu:

1.2 menghayati konsep Avatara, Deva, dan Bhatara dalam agama Hindu

2.2 menunjukkan ajaran Avatara, Deva, dan Bhatara dalam kehidupan sehari-hari 3.2 menjabarkan konsep

Avatara, Deva, dan Bhatara dalam agama Hindu

4.2 menyajikan ceritera-ceritera Avatara, Deva, Bhatara dalam agama Hindu Konsep Avatara, Deva, dan Bhatara dalam agama Hindu

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Konsep Avatara, Deva, dan Bhatara dalam agama Hindu

 Mendengarkan penjelasan guru tentang Konsep Avatara, Deva, dan Bhatara dalam agama Hindu  Mencari informasi dengan

mewawancarai beberapa narasumber di lingkungan sekolah terkait

perbedaan Avatara, Deva dan Bhatara, dalam pandangan agama Hindu.

 Menyimpulkan hasil diskusi terkait hubungan Avatara, Deva dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi

 Membuat laporan tertulis hasil telaah hubungan Avatara, Deva dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi

Siswa mampu:

1.3 meyakini konsep Konsep

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Konsep

(20)

- 18 -

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Karmaphala sebagai

hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

2.3 menunjukkan konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

3.3 menjabarkan konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

4.3 menyajikan konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu  Meyakini karmaphala sebagai hukum

sebab akibat untuk mencapai surga, neraka, dan atau Moksa

 Mengamati berbagai tindakan teman dilingkungan sekolah, rumah, dan mengamati tindakan keluarga yang dapat mengakibatkan Karmapala baik dan Karmapala buruk.

 Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas penuh dengan percaya diri

 Menceritakan kembali konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

Siswa mampu:

1.4 menghargai orang yang dapat menghindari ajaran Sad Atatayi dalam kehidupan sehari-hari

2.4 menghargai hak orang lain sebagai wujud pengendalian diri untuk menghindari perilaku Sad Atatayi

3.4 memahami Sad Atatayi sebagai perbuatan yang harus dihindari dalam kehidupan

4.4 menyajikan ceritera singkat perilaku terkait ajaran Sad Atatayi yang harus dihindari

Sad Atatayi sebagai perbuatan yang harus dihindari

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Sad Atatayi sebagai perbuatan yang harus dihindari

 Mengamati dan mengidentifikasi bagian-bagian Sad Atatayi

 Mencermati beberapa artikel yang berkaitan dengan cerita-cerita Sad Atatayi

 Menyaksikan tayangan video yang berkaitan dengan perilaku Sad Atatayi

 Mendiskusikan materi yang berkaitan dengan cara mengendalikan Sad Atatayi sebagai perilaku yang harus dikendalikan

 Melaporkan secara tertulis upaya-upaya mengendalikan diri dari perilaku Sad Atatayi

Siswa mampu: 1.5 menghayati

kepemimpinan dalam konsep agama Hindu 2.5 menghargai perilaku

pemimpin yang bertanggung jawab sesuai konsep agama Hindu 3.5 menjelaskan konsep kepemimpinan dalam agama Hindu 4.5 menyajikan tipologi kepemimpinan dalam konsep Hindu Konsep kepemimpina n dalam agama Hindu

 Menghargai perilaku pemimpin yang bertanggung jawab sesuai konsep agama Hindu

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Konsep

kepemimpinan dalam agama Hindu  Menyaksikan tayangan video yang

berkaitan dengan kepemimpinan Hindu

 Menyampaikan laporan secara tertulis tentang contoh-contoh kepemimpinan Hindu dalam

Siswa mampu:

1.6 menghayati ajaran Pañca Yajñā yang berkualitas dalam kehidupan sehari-hari

2.6 disiplin mengamalkan Pañca Yajñā yang berkualitas dalam

Kualitas Pañca Yajñā dalam kehidupan

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Kualitas Pañca Yajñā dalam kehidupan

 Mengamalkan Yajñā yang berkualitas dalam kehidupan sehari-hari

 Menyaksikan tayangan video salah satu contoh kegiatan pelaksanaan

(21)

- 19 -

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran kehidupan sehari-hari

3.6 memahami kualitas Pañca Yajñā dalam kehidupan

4.6 menyajikan contoh Panca Yajñā yang tergolong Tamasika, Rajasika, dan Sattwika

Yajňa di masyarakat

 Mencari tahu/informasi dengan mewawancarai beberapa narasumber di lingkungan sekolah yang berkaitan dengan landasan dan contoh

pelaksanaan Yajňa

 Menyapaikan hasil telaahnya secara lisan tentang Kualitas Pañca Yajñā dalam kehidupan

B. Kelas VIII

Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dam Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembebelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching) pada Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan dan kondisi siswa.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pembelajaran Siswa mampu:

1.1 menghayati sifat-sifat Atman yang tertuang dalam kitab Bhaga-vadgita

2.1 disiplin menghayati sifat-sifat Atman yang tertuang dalam kitab Bhagavadgita 3.1 memahami sifat-sifat

Atman yang tertuang dalam kitab Bhaga-vadgita

4.1 menggambarkan sifat-sifat Atman yang tertuang dalam kitab Bhaga-vadgita Sifat-sifat Atman yang tertuang dalam kitab Bhagavadgita

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang sifat-sifat Atman yang tertuang dalam kitab Bhagavadgita

 Menghargai perilaku rasa ingin tahu tentang sifat-sifat Atman yang tertuang dalam kitab Bhagavadgita  Mengamati tayangan video yang

berkaitan dengan pembacaan sloka-sloka dalam kitab Bhagadgita  Mengupulkan data dengan mencari

artikel-artikel tentang Atman sebagai sumber hidup, seluruh makhluk  Menyampaikan hasil telaahnya

secara lisan di depan kelas tentang Atman sebagai sumber hidup

Siswa mampu:

1.2 menghargai seseorang yang dapat

mengendalikan diri dari perilaku Sapta Timira

2.2 menghargai orang lain untuk

mengendalikan diri dari perilaku Sapta Timira

3.2 memahami Sapta Timira sebagai perilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan Sapta Timira sebagai perilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Sapta Timira sebagai perilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan  Menyimak penjelasan guru tentang

Sapta Timira sebagai perilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan  Menceritakan Sapta Timira sebagai

perilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan

(22)

- 20 -

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pembelajaran 4.2 menguraikan Sapta

Timira sebagai perilaku yang harus dikendalikan dalam kehidupan

Siswa mampu:

1.3 menghayati ajaran Tri Gunadalam

mengharmonisasi kehidupan beragama 2.3 menghargai

seseorang yang dapat mengharmoniskan diri dari ajaran Tri Guna 3.3 mengetahui konsep Tri Gunadalam kehidupan 4.3 menyajikan konsep Tri Gunadalam kehidupan Konsep Tri Guna dalam kehidupan

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan dengan konsep Tri Guna dalam kehidupan

 Menghargai seseorang yang dapat mengendalikan ajaran Tri Guna dalam menjalankan kehidupan beragama

 Mengamati dan mengidentifikasi bagian-bagian dan pengaruh Tri Guna dalam kehidupan

 Mencari tahu/informasi dengan mewawancarai beberapa narasumber di lingkungan sekolah terkait

pengaruh Tri Guna dalam kehidupan  Menyajikan hasil laporan di depan

kelas terkait konsep Tri Guna dalam kehidupan dengan penuh tanggung jawab Siswa mampu: 1.4 menghayati ajaran Panca Mahabhuta sebagai unsur pembentuk alam semesta 2.4 menghargai perilaku disiplin dalam melestarikan alam semesta yang terbentuk dari unsur Panca Mahabhuta 3.4 memahami ajaran Panca Mahabhuta sebagai unsur pembentuk alam semesta 4.4 menguraikan ajaran Panca Mahabhuta sebagai unsur-unsur pembentuk alam semesta Ajaran Panca Mahabhuta sebagai unsur pembentuk alam semesta

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan dengan Ajaran Panca Mahabhuta sebagai unsur pembentuk alam semesta

 Menghargai perilaku disiplin dalam melestarikan alam semesta yang terbentuk dari unsur-unsur Panca Mahabhuta

 Mengamati tentang contoh-contoh Pañca Mahābhūta pada alam semesta

 Membuat laporan/bahan paparan dari hasil kesimpulan diskusi  Mempresentasikan laporan/ bahan

paparan yang telah dibuat terkait ajaran Panca Mahabhuta sebagai unsur-unsur pembentuk alam semesta

Siswa mampu: 1.5 menghargai

perkembangan sejarah agama Hindu di Asia 2.5 menghargai peninggalan sejarah perkembangan agama Hindu di Asia 3.5 menguraikan sejarah perkembangan agama Hindu di Asia 4.5 menceriterakan secara singkat sejarah

Sejarah perkembangan agama Hindu di Asia

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang sejarah perkembangan agama Hindu di Asia  Mengamati

peninggalan-peninggalan agama Hindu di Asia melalui berbagai sumber

 Menyimak penjelasan guru tentang sejarah perkembangan agama Hindu di Asia

 Mengumpulkan data dengan wawancara beberapa narasumber tentang perkembangan Agama Hindu di Asia

(23)

- 21 -

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pembelajaran perkembangan agama

Hindu di Asia

tentang perkembangan Agama Hindu di Asia

 menceriterakan secara singkat sejarah perkembangan agama Hindu di Asia

C. Kelas IX

Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dam Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembebelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching) pada Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan dan kondisi siswa.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pembelajaran Siswa mampu: 1.1 menghayati ceritera Mahābhārata sebagai tuntunan hidup 2.1 disiplin dalam menghayati kitab Mahābhārata sebagai tuntunan hidup 3.1 menguraikan isi parwa-parwa dalam Kitab Mahābhārata 4.1 menyajikan ceritera singkat parwa-parwa dalam kitab Mahā-bhārata

Isi parwa-parwa dalam Kitab Mahābhārata

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan dengan Isi parwa-parwa dalam Kitab Mahābhārata  Mengumpulkan data/informasi

dengan mencari artikel tentang kedudukan Mahābhārata dalam Veda

 Mengumpulkan data lanjutan terkait dengan Isi parwa-parwa dalam Kitab Mahābhārata

 Menyajikan ceritera singkat parwa-parwa dalam kitab Mahā-bhārata

Siswa mampu:

1.2 menghargai budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari sesuai ajaran Kitab Suci Veda

2.2 berperilaku budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari sesuai ajaran Kitab Suci Veda

3.2 memahami budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Veda

4.2 menyajikan contoh budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Veda

Budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Veda

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Veda

 Menyimak penjelasan guru tentang budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Veda  Mengamati budaya hidup sehat

nenurut kitab suci Veda di lingkungan sekolah dan rumah  Mencari artikel berkaitan dengan

hidup sehat

 Menyampaikan hasil diskusinya tentang penerapan hidup sehat dalam kehidupan melalui laporan tertulis

Siswa mampu: 1.3 menghayati

kemahakuasaan Sang

Kemahakuasaa n Sang Hyang

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang

(24)

- 22 -

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pembelajaran Hyang Widhi sebagai

Asta Aiswarya 2.3 disiplin menghayati

kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya 3.3 memahami

kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya 4.3 menguraikan

kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya

Widhi sebagai Asta Aiswarya

Kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya

 Membiasakan berdisiplin diri untuk selalu bersyukur akan kemahakuasan Sang Hyang Widhi dalam konsep Asta Aiswarya

 Mencermati dengan mendengarkan sloka dan mantram terkait Asta Aiswarya

 Mengumpulkan data/informasi dengan mewawancarai beberapa narasumber di lingkungan sekolah berkaitan Asta Aiswarya

 Menyimpulkan hasil diskusi tentang Asta Aiswarya dan cerita

kemahakuasaan Sang Hyang Widhi  Mengomunikasikan ceritera

kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Asta Aiswarya

Siswa mampu:

1.4 menghayati ajaran Panca Yama, dan Nyama Bratha untuk membentuk karakter dalam rangka

pembentukan jati diri 2.4 berperilaku disiplin

dalam menjalankan ajaran Panca Yama, dan Nyama Bratha untuk membentuk karakter dalam rangka pembentukan jati diri

3.4 memahami ajaran Panca Yama, dan Nyama Bratha untuk membentuk karakter 4.4 menyajikan contoh

Panca Yama, dan Nyama Bratha untuk membentuk karakter dalam rangka

pembentukan jati diri

Ajaran Panca Yama, dan Nyama Brata untuk membentuk karakter

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang ajaran Panca Yama, dan Nyama Brata untuk membentuk karakter  Mengamati dan mengidentifikasi

bagian-bagian Panca Yama dan Panca Nyama Brata

 Mencari informasi dengan

mewawancarai beberapa narasumber di lingkungan sekolah yang

berkaitan dengan ajaran Panca Yama dan Nyama Brata

 Menyimpulkan data hasil diskusinya tentang contoh Pancā Yamā dan Nyamā Bratā dalam Masyarakat  Menyajikan contoh Panca Yama,

dan Nyama Bratha untuk

membentuk karakter dalam rangka pembentukan jati diri

Siswa mampu:

1.5 menghayati contoh perilaku Dasa Mala yang harus dihindari 2.5 berperilaku jujur

dalam berpikir, berkata, dan berbuat untuk menghindari perilaku Dasa Mala dalam kehidupan 3.5 mengurai-kan

perilaku Dasa Mala yang harus dihindari dalam kehidupan 4.5 menyajikan contoh Perilaku Dasa Mala yang harus dihindari dalam kehidupan

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Perilaku Dasa Mala yang harus dihindari dalam kehidupan

 Mengamati lingkungan sekolah dan keluarga tentang upaya

menghindarkan diri dari pengaruh Dasa Mala

 Mengumpulkan data tentang contoh perilaku Dasa Mala yang harus dihindari dalam kehidupan melalui gambar-gambar

 Menceritakan contoh perilaku Dasa Mala yang harus dihindari

(25)

- 23 -

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Pembelajaran perilaku Dasa Mala

(26)

- 24 -

III. MODEL SILABUS SATUAN PENDIDIKAN A. Kelas VII

Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Siswa mampu: 1.3 meyakini konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu 2.3 menunjukkan konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu 3.3 menjabarkan konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu 4.3 menguraikan konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu Konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu  Karmaphala sebagai bagian dari Sraddha  Jenis-jenis Karmaphala  Ceritera-ceritera perilaku Karmaphala dalam kehidupan  Akibat perilaku-perilaku Karmaphala

 Membaca buku teks atau sumber lain yang relevan tentang Konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

 Menyimak penjelasan guru melalui cerita tentang konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu dengan

menayangkan gambar terkait perbuatan baik dan perbuatan tidak baik  Mengamati berbagai tindakan teman dilingkungan sekolah, rumah, dan mengamati tindakan keluarga yang dapat mengakibatkan Karmapala baik dan Karmapala buruk.  Mengamati tayangan

video yang berkaitan dengan karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam

kehidupan sehari-hari  Secara berkelompok

membuat outline naskah cerita pendek  Menyimpulkan hasil diskusi terkait jenis-jenis Karmaphala dan Karmaphala sebagai hukum sebab akibat  Mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelas penuh dengan percaya diri  Menceritakan kembali

konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu

Sikap:

 Penilaian diri (self

assessment) dalam

mensyukuri anggota tubuhnya untuk mengamalkan konsep Karmapala sebagai hukum sebab akibat.  Mencatat

kejadian-kejadian yang terjadi terkait dengan Karmapala dalam kehidupan sehari-hari. (Penilaian jurnal /anecdotal record)  Penilaian teman sebaya

(peer assessment)  Observasi

Pengetahuan:

 Pendidik memberikan pertanyaan baik secara lisan dan tertulis tentang Pengertian Karmapala, jenis-jenis Karmapala dan contoh-contoh hasil Karmapala.

 Penugasan Keterampilan:

 Persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan pelaporan yang dibimbing pendidik tentang Pengertian Karmapala, jenis-jenis Karmapala dan contoh karmapala baik dan buruk.

 Siswa diminta mencatat perilaku-perilaku orang yang ada di lingkungan sekolah dan rumah terkait upaya meningkatkan keyakinan kepada Tuhan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh norma subjektif dan kewajiban moral, kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus, persepsi tentang pelaksanaan sanksi

Penerapan asuhan sayang ibu meliputi; dukungan bidan 100% memberikan dukungan dengan baik, tindakan bidan sebelum melakukan asuhan persalinan dilakukan dengan baik sebanyak 17

Melihat adanya teripang yang matang gonad pada tiap pengamatan serta pendeknya waktu pengamatan (Juni-Juli), maka penelitian ini belum bisa menyimpulkan bahwa teripang di

Syukur Alhamdulillah Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan perlindungan-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian mengenai perilaku pencarian pengobatan para tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja sebagai

Dengan adanya maklumat yang lengkap dan terkini tentang sokongan-sokongan yang disediakan oleh agensi kerajaan kepada usahawan, maka pelajar akan lebih cenderung untuk terlibat dalam

Madrasahs as educational institutions with Islamic heritage have not been able to escape from the pattern of relationships that create gender bias in education systems

Asas kepulauan itu mengikuti ketentuan Yurespundensi Mahkamah Internasional pada tahun 1951 ketika menyelesaikan kasus perbatasan antara Inggris dengan Norwegia. Dengan