• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGKAPAN IKAN DI DAERAH PANTAI DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAMBO DAN PEMBERDAYAANNYA DI SELAT MAKASSAR SUDIRMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANGKAPAN IKAN DI DAERAH PANTAI DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAMBO DAN PEMBERDAYAANNYA DI SELAT MAKASSAR SUDIRMAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 Paper ini telah disajikan pada Konferensi Nasional (Konas) V 2006 Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil di Batam tgl 29-1 September 2006 dan telah dimuat dalam prosiding Konas V hal 537-544.

PENANGKAPAN IKAN DI DAERAH PANTAI DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAMBO DAN PEMBERDAYAANNYA DI SELAT MAKASSAR

SUDIRMAN

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar ABSTRACT

Bagan Rambo is a large type of lift net with fine meshed of box-shaped netting 0.5 cm mesh size, operated with electric mercury lamp for attracting pelagic species in coastal area. The number of mercury bulb used for the bagan rambo is up to 64 units for total light intensity of 14 – 20 kW. It is an original light fishing from South Sulawesi and recently has rapidly developed in numbers.

The several research was conducted to analysis of technology, capture process and catch pattern of bagan rambo in Makassar Strait through onboard observation during fishing operation was conducted from May to July 2002 and continuing from July to August 2005.

The research showed that bagan rambo was very efective to caught of pelagic species. There are 59 total species caught by bagan rambo and between that but 6 species are dominant catch. Acoording to the mechanical selection process, there are 2 species was escaped by bagan rambo net (Stolephorus sp and Rabdania sp). This indicate that selectivity approach bagan rambo friendly for the anchovy (Stolephorus sp) and rabdania sp. There are 2.18 % from the total catch of the bagan rambo to be discarded catch.. Some activities was conducted to improving the by catch with purpose to empowerment of the fisherman will be discussed.

Key word: Coastal Fishing; Bagan rambo; Makassar Strait. Pendahuluan

Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkapyang beroperasi di daerah pantai, menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dapat dikelompokkan kedalam jaring angkat (Von Brandt,1985). Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang.

Salah satu jenis bagan yang berkembang pesat saat ini adalah bagan perahu di perairan Sulawesi Selatan khusunya di perairan pantai Kabupaten Barru Selat Makassar. Konstruksi bagan ini dirancang secara khusus dengan menggunakan bahan-bahan pilihan yang kuat. Komponen dan peralatan bagan yang penting adalah perahu,

(2)

2 jaring, rangka bagan, lampu dan generator sebagai pembangkit listrik. Hal yang cukup menarik perhatian dari konstruksi bagan perahu adalah ukurannya yang lebih besar dan menggunakan lampu listrik dengan kapasitas daya yang besar. Bagan perahu yang demikian oleh masyarakat setempat disebut dengan “bagan rambo” (Nadir, 2000). Prinsip penangkapan ikan pada alat tangkap ini pada dasarnya memanfaatkan tingkah laku ikan, yaitu respon ikan terhadap cahaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil tangkapan, keramahan lingkungannya serta metode pemberdayaan nelayan bagan rambo. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat pada peningkatan efisiensi dalam pengoperasian bagan rambo, serta penyadaran masyarakat nelayan bagan rambo tentang aspek keramahan lingkungan.

2. METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kabupaten Barru - Selat Makassar. Penelitian ini dilakukan sebanyak 48 kali ulangan yang dilakukan antara bulan Maret sampai Juni 2002, Monitoring hasil tangkapan dilakukan kembali pada bulan April – Juli tahun 2005 . Lokasi penelitian terletak pada posisi 4 o 21‘ 00”- 4 o 32’00” LS dan 119 o 18‘ 00” - 119 o 32’ 00“ BT. Bagan rambo dioperasikan pada perairan yang mempunyai kedalaman 25 – 70 m.

2.2. Metode Penelitian dan Pemberdayaan

Data yang diamati jumlah dan komposisi hasil tangkapan utama, berdasarkan besarnya intensitas cahaya yang digunakan. Untuk mengetahui keramahan lingkungan alat tangkap bagan rambo maka dilakukan pengamatan terhadap tingkat selektivitasnya, tingkat kematangan gonad ikan yang tertangkap serta komposisi ukuran ikan yang tertangkap. Tingkat selektivitas dilakukan dengan menutupi waring bagan rambo dengan waring yang lebih kecil, sedangkan tingkat kematangan gonad digunakann dengan pengamatan secara visul dengan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Effedie (1997).

Pemberdayaan nelayan bagan rambo dilakukan dengan melakukan penyuluhan di atas kapal dan memberi keterampilan dengan cara memberikan pelatiham tentang teknik pengurangan discarded catch pada bagan rambo serta teknik meningkatkan keramahan lingkungan dari alat tangkap bagan rambo..

(3)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Tangkapan

Jumlah dan komposisi jenis hasil tangkapan selama penelitian (Gambar. 1) menunjukkan bahwa jenis ikan yang dominan tertangkap berturut-turut adalah teri (Stolephorus spp) 30,5 %, layang (Decapterus sp) 26,2 %, kembung (Rastrelliger sp) 18,1 %, selar (Selar spp) 7,2 %, tembang (Sardinella spp) 7,1 %, japuh (Dussumieria acuta) 3,1 % dan cumi-cumi (Loligo spp) 2,4 % (total tangkapan 56.152 kg).

Gambar 1. Komposisi jenis hasil tangkapan dominan selama penelitian berdasarkan total berat (kg).

Operasi penangkapan penangkapan ikan pada bagan rambo dilakukan tiga kali dalam satu malam, yaitu sebelum tengah malam (before midnight), tengah malam (around midnight) dan pada saat subuh hari (after midnight). Rata-rata jumlah tangkapan pada setiap waktu hauling seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Distribusi hasil tangkapan (rata-rata ± S.D.) pada bagan rambo (pada kekuatan cahaya 16.4 kW) berdasarkan waktu hauling selama penelitian. (Perbedaan label a, b menunjukkan berbeda nyata pada P= 0,05).

Dari hasil penelitian menunjukkan pula bahwa terdapat perbedaan jumlah tangkapan pada bulan terang dan bulan gelap pada 18 bagan rambo (Gambar 3). Pada tahun 2002 hasil

Teri 30.5% Kembung 18.1% Tembang 7.1% Layang 26.2% Selar 7.2% Japuh 3.1% Cumi-cumi 2.4% Lain-lain 5.3%

Komposisi Jenis Total Hasil Tangkapan Selama Penelitian

Hauling Time After midnight Around midnight Before midnight C at ch ( k g ) 1200 1000 800 600 400 200 0 a b a

(4)

tangkapan bagan rambo berkisar 550-800 kg/ malam. Intensitas cahaya optimum pada bagan rambo berada pada intensitas 16-18 kW.(Gambar 4)

Namun demikian pengamatan pada tahun 2005 hasil tangkapan cenderung menurung. Hal ini diduga akibat stock sumberdaya yng mulai menurun (Gambar 5).

Komposisi hasil tangkapan alat tangkap bagan rambo selama satu bulan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Komposisi Hasil Tangkapan Selama Satu Bulan

Berdasarkan gambar 6 dapat dijelaskan bahwa komposisi hasil tangkapan bervariasi antara bulan gelap, transisi, dan terang. Komposisi hasil tangkapan terbanyak pada periode bulan gelap sebanyak 388 kg dan hasil tangkapan terkecil pada periode bulan terang sebanyak 122,25 kg. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 300 550 800 1050 1300 1550 1800 2050 >2050 R e la ti v e fr e q u e n c y (% )

Berat hasil tangkapan (KG)

14 kW 15 kW 15.5 kW

16.25 kW 18.25 kW 20 kW

Gambar 3. Hubungan antara kekuatan cahaya dan berat tangkapan yang diperoleh selama penelitian.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 T o ta l c a tc h ( d a y /K g ) Kekuatan cahaya (kW) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 R abiu l Tha ni 3 R abiu l Tha ni 5 R abiu l Tha ni 7 R abiu l Tha ni 9 R abiu l Tha ni 11 R abiu l Tha ni 13 R abiu l Tha ni 15 R abiu l Tha ni 17 R abiu l Tha ni 19 R abiu l Tha ni 21 R abiu l Tha ni 23 R abiu l Tha ni 25 R abiu l Tha ni 27 R abiu l Tha ni 29 R abiu l Tha ni Umur Bulan (1426 H) H a s il T a n g k a p a n ( k g )

Gambar 4. Hubungan antara kekuatan cahaya dan total tangkapan yang diperoleh selama penelitian.

(5)

Perbandingan nilai hasil tangkapan antara bulan gelap, transisi dan terang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Perbandingan Nilai Hasil Tangkapan Antara Bulan Gelap, Transisi dan Terang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji t student didapatkan bahwa nilai hasil tangkapan setiap periode bulan berbeda nyata. Dengan demikian pada bulan gelap penangkapan akan lebih efektif.

3.2 Selektivitas Bagan Rambo

Kebijakan atau pendekatan selektivitas alat tangkap dalam managemen sumberdaya perikanan adalah metode penangkapan ikan yang bertujuan untuk mencapai atau mempertahankan struktur umur yang paling produktif dari stock ikan (Nikijuluw,2002). Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan ini menjadi tujuan penangkapan dengan jalan memberi kesempatan pada ikan yang masih muda untuk tumbuh, bertambah nilai ekonominya, serta kemungkinan bereproduksi sebelum ikan tersebut ditangkap. Dengan kata lain penangkapan ikan dilakukan secara selektif hanya pada ikan yang tidak masuk dalam kategori ini. Dengan cara demikian penangkapan ikan dapat dilakukan secara kontinu karena ikan yang tidak ditangkap memilki kesempatan untuk bereproduksi dan menghasilkan ikan muda yang akan berkembang dan memiliki kemanpuan bereproduksi. Penangkapan ikan secara selektif berarti menjaga kontinyuitas kegiatan penangkapan ikan sehingga keberlanjutan sumberdaya ikan dapat terjamin (Nikijuluw, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan adanya spesies tertentu yang lolos dari mesh size jaring bagan rambo yang digunakan. Namun demikian yang lolos tersebut adalah umumnya bukan menjadi target penangkapan. Hanya ikan teri pada ukuran tertentu yang sebagai spesies target yang dapat lolos. Ikan target lainnya seperti layang, kembung, selar, tembang, japuh dan cumi-cumi semua tertangkap dengan bagan rambo.

3013.5 3865 4647.5 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 H a s il T a n g k a p a n ( k g )

Terang transisi gelap

(6)

6 Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa bagan rambo hanya selektif terhadap ikan teri dan tidak selektif terhadap ikan target lainnya. Dengan demikian maka dari segi seleksi secara mekanik (mechanical selection) seperti yang dikemukakan oleh Arimoto (2001) maka pada bagan rambo hanya terjadi pada ikan teri.

Dari segi tipe selektivitas seperti yang dikemukakan oleh He and Arimoto (2001) selektivitas spesies, selektivitas ukuran dan selektivitas jenis kelamin, maka pada bagan rambo selektivitas spesies terjadi hanya pada ikan-ikan yang tertarik oleh cahaya, walaupun dalam jumlah yang kecil tertangkap pula ikan yang tidak tertarik oleh cahaya. Dari segi ukuran hanya selektif terhadap ikan teri dan dari segi jenis kelamin maka bagan rambo tidak selektif terhadap jenis kelamin.

Pencatatan komposisi ukuran dan tingkat kematangan gonad (TKG) dihubungkan dengan waktu akan diperoleh data perkembangan gonad ikan tersebut. Persentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk menduga terjadinya pemijahan (Effendie, 1997). Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya akan ditandai dengan peningkatan persentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Bagi ikan-ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi TKG terdiri dari tingkat dengan persentase yang tidak sama. Persentase yang tinggi dari tingkat kematangan gonad yang besar merupakan puncak pemijahan walaupun pemijahannya sepanjang tahun (Effendie, 1997).

Hasil penelitian terhadap tangkapan utama pada bagan rambo menunjukkan bahwa adanya variasi ukuran dan TKG, namun umumnya pada 2 spesies utama layang dan kembung, jumlah ikan yang belum dewasa sangat menonjol.

Ikan teri (Stolephorus insularis) merupakan tangkapan utama pada bagan rambo, dengan ukuran yang bervariasi. Namun demikian kebanyakan ikan tersebut telah dewasa dan telah melakukan pemijahan (Gambar 7). Puncak pemijahan terjadi pada bulan Maret – Juni. Kenyataan menunjukkan bahwa puncak musim teri di perairan Barru Selat Makassar terjadi pada bulan tersebut.

Pada ukuran berapa sebenarnya ikan teri melakukan pemijahan di Selat Makassar, belum diperoleh informasi yang pasti, namun penelitian ditempat lain seperti di Selat Singapura yang dilaporkan oleh Tham (1965) bahwa Stolephorus heterolobus,

(7)

memijah pada panjang baku 50 mm. Tiews

Teluk Manila ikan teri memijah pada panjang 60 mm. Papua New gunea pada ukuran 45

S.insularis memijah pada panjang di atas 6,5 cm di Teluk Manila (Tiews

Jika dibandingkan dengan ukuran ikan teri dari hasil penelitian ini dengan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa 72,3% ukuran tersebut telah melakukan pemijahan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin (1994) yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% ikan teri yang tertangkap pada bagan rambo berada pada kisaran panjang 69,2

hanya 33% yang telah melakukan pemijahan.

Gambar 7. Persentase Rata Rambo

Dalam hubungannya dengan kelestarian sumberdaya ikan teri di Perairan Selat Makassar, maka aspek feku

yang dilakukan oleh Tiews

S.insularis berkisar 5416- 10033 butir. Dengan demikian potensi reproduksinya sangat besar.

Pada musim puncak

Makassar, harga ikan teri sangat turun sehingga jumlah tangkapan yang banyak tidak diimbangi dengan harga yang baik, menyebabkan penangkapan dihentikan untuk beberapa saat. Tindakan ini menguntung

Dari alasan-alasan tersebut di atas dapat katakan bahwa bagan rambo masih tergolong ramah terhadap penangkapan ikan teri.

memijah pada panjang baku 50 mm. Tiews et al (1970) mengemukakan bahwa di Teluk Manila ikan teri memijah pada panjang 60 mm. Stolephorus devisi

Papua New gunea pada ukuran 45 –50 mm, S.heterolubus 50 – 55 mm dan p memijah pada panjang di atas 6,5 cm di Teluk Manila (Tiews et al

Jika dibandingkan dengan ukuran ikan teri dari hasil penelitian ini dengan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa 72,3% ukuran tersebut telah melakukan pemijahan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin (1994) yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% ikan teri yang tertangkap pada bagan rambo berada pada kisaran panjang 69,2 – 97,9 mm. Namun dari hasil pembedahan

yang telah melakukan pemijahan.

. Persentase Rata-rata TKG ikan Teri (S. insularis) yang tertangkap Bagan

Dalam hubungannya dengan kelestarian sumberdaya ikan teri di Perairan Selat Makassar, maka aspek fekunditas dari ikan ini perlu dipertimbangkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiews et al. 1970 menunjukkan bahwa fekunditas ikan teri jenis 10033 butir. Dengan demikian potensi reproduksinya sangat

Pada musim puncak (Maret-Juni) penangkapan ikan teri di perairan Barru Selat Makassar, harga ikan teri sangat turun sehingga jumlah tangkapan yang banyak tidak diimbangi dengan harga yang baik, menyebabkan penangkapan dihentikan untuk beberapa saat. Tindakan ini menguntungkan dari sudut kelestarian sumberdaya teri. alasan tersebut di atas dapat katakan bahwa bagan rambo masih tergolong ramah terhadap penangkapan ikan teri.

49.89%

17.2% 19.63%

13.27%

Immature Mature Half Spawning Post Spawning

(1970) mengemukakan bahwa di Stolephorus devisi di perairan 55 mm dan pada

et al. 1970).

Jika dibandingkan dengan ukuran ikan teri dari hasil penelitian ini dengan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa 72,3% ukuran tersebut telah melakukan pemijahan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin et al. (1994) yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% ikan teri yang tertangkap pada bagan 97,9 mm. Namun dari hasil pembedahan

) yang tertangkap Bagan

Dalam hubungannya dengan kelestarian sumberdaya ikan teri di Perairan Selat nditas dari ikan ini perlu dipertimbangkan. Hasil penelitian . 1970 menunjukkan bahwa fekunditas ikan teri jenis 10033 butir. Dengan demikian potensi reproduksinya sangat

Juni) penangkapan ikan teri di perairan Barru Selat Makassar, harga ikan teri sangat turun sehingga jumlah tangkapan yang banyak tidak diimbangi dengan harga yang baik, menyebabkan penangkapan dihentikan untuk kan dari sudut kelestarian sumberdaya teri. alasan tersebut di atas dapat katakan bahwa bagan rambo masih tergolong

(8)

Berbeda halnya dengan ikan layang (

(Rastralliger kanagurta). Umumnya yang tertangkap adalah ikan diduga belum pernah melakukan pemijahan

Gambar 8. Perkembasngan gonad ikan kembung( tertangkap

individuals).

Gambar 9. Rata-rata tingkat kematangan gonad pada ikan kembung kanagurta) yang tertangkap pada

Bulan Februar

Menurut Tiew et al

total 180 – 200 mm pada permulaan masa hidupnya. Jika hal ini dihubungkan dengan hasil penelitian maka dari sudut ukuran ha

Pada penelitian ini pada ukuran panjang total 15 cm sudah ada yang melakukan pemijahan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (1988), memperoleh ikan layang yang matang gonad p

P er ce n ta g e (% )

Berbeda halnya dengan ikan layang (Decapterus ruselli) dan ikan kembung ). Umumnya yang tertangkap adalah ikan-ikan muda yang diduga belum pernah melakukan pemijahan (Gambar 8 dan 9).

. Perkembasngan gonad ikan kembung(Rastralliger kanagurta) tertangkap bagan rambo Selat Makassar ( n = 2577

rata tingkat kematangan gonad pada ikan kembung (Rastralliger yang tertangkap pada bagan rambo di Selat Makassar February sampai August 2002 ( n = 2577 ekor).

et al. (1970) untuk ikan layang pertama kali memijah panjang 200 mm pada permulaan masa hidupnya. Jika hal ini dihubungkan dengan hasil penelitian maka dari sudut ukuran hanya 8,4% yang telah melakukan pemijahan. Pada penelitian ini pada ukuran panjang total 15 cm sudah ada yang melakukan pemijahan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (1988), memperoleh ikan layang yang matang gonad pertama kali pada ukuran

80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94% 96% 98% 100% Sampling Time

Immature Mature Half Mature Post Mature

96% 2% 1%1%

Immature Mature Half Spawning Post Spawning

) dan ikan kembung ikan muda yang

) yang = 2577

Rastralliger di Selat Makassar dari = 2577 ekor).

. (1970) untuk ikan layang pertama kali memijah panjang 200 mm pada permulaan masa hidupnya. Jika hal ini dihubungkan dengan nya 8,4% yang telah melakukan pemijahan. Pada penelitian ini pada ukuran panjang total 15 cm sudah ada yang melakukan pemijahan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh ertama kali pada ukuran

(9)

9 panjang 155,3 mm dan pemijahannya terjadi beberapa kali dalam setahun. Hal ini berarti sekitar 15 % ikan tersebut telah melakukan pemijahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya persentase ikan layang dan kembung yang telah memijah menunjukkan ketidakramahan alat tangkap bagan rambo terhadap ikan layang dan kembung.

Terhadap ikan selar (Selar crumenopthalmus) yang tertangkap pada bagan rambo 35,06% merupakan ikan yang sudah dewasa dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Ukuran ikan ini telah memijah pada ukuran panjang total 16,5 cm. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Krissanuri dan Hariati (1994) yang dilakukan di Perairan Utara Rembang memperoleh ikan selar memijah pada panjang cagak 15,3 – 16,9 cm untuk betina dan 18,3-20,0 cm untuk jantan. Namun demikian banyak ukuran yang lebih besar dan yang di duga sudah melakukan pemijahan posisinya berada di luar lingkup tangkapan bagan rambo, sehingga penangkapan bagan ini terhadap ikan selar tidak menunjukkan suatu permasalahan lingkungan. Dengan kata lain bagan rambo masih tergolong ramah terhadap ikan selar. Ikan selar mempunyai mata yang besar, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2002) menunjukkan bahwa ikan ini sel konnya terdiri dari sel kon tunggal dan sel kon ganda (double cone cell) membentuk susunan mosaik dengan konfigurasi satu sel kon tunggal dikelilingi oleh empat sel kon ganda yang mengindikasikan bahwa ikan ini memiliki sensitifitas dan adaptasi yang tinggi terhadap cahaya.

Kecenderungan lain terlihat pada hasil tangkapan bagan rambo adalah pada akhir bulan Juli tangkapan utama sudah mulai bergeser ke ikan japuh (Dussumeria acuta). Ikan-ikan ini tertangkap pada ukuran yang dewasa. Sehingga sangat baik untuk mengamati pula variasi ukuran ikan ini pada saat musim ikan japuh sehingga akan melengkapi data yang telah diperoleh.

Setelah mengetahui kondisi keramahan lingkungan tersebut maka pemberdayaan nelayan dilakukan. Materi yang diberikan adalah pemahaman tentang keramahan lingkungan dan bagaimana teknik meningkatkan keramahannya. Hasil pemberdayaan yang telah dihasilkan sebanyak 38 orang nelayan bagan rambo yang telah dilatih dalam kegiatan tersebut melalui bantuan biaya Program Mitra Bahari. Diharapkan pengetahuan dan ketrampilan tersebut dapat ditularkan kepada nelayan

(10)

10 lainnya. Namun demikian karena jumlahnya banyak maka pemberdayaan ini perlu dilanjutkan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Bagan rambo sangat efektif menangkap ikan pelagis kecil, namum demikian akhir-akhir ini jumlah tangkapannya mulai menurun karena stock sumberdaya di Selat Makassar mulai menurun. Sebagian besar dari jenis ikan kembung dan layang yang tertangkap pada bagan rambo adalah ikan-ikan yang belum memijah sehingga alat tangkap ini akan mempengaruhi stock sumberdaya. Jumlah by catch pada bagan rambo tergolong rendah, namum demikian peranannya dalam ekosistem sangat penting sehingga jumlah by catch perlu dikurangi. Terdapat perbedaan jumlah hasil tangkapan bagan rambo pada tahun 2002 dan 2005. Pada Tahun 2005 jumlah tangkapan mulai menurun. Pemberdayaan nelayan bagan rambo melalui pelatihan untuk mengetahui dan menyadarkan tingkat keramahan bagan rambo terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Arimoto, T. 2001. Technical Approach to Minimize Fishing Impacts Toward Sustainable Fisheries. in Solving By-catch: Considerations for Today and Tomorrow. Published by University of Alaska. P 13-28.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.

Fitri, A.D. P. 2002. Ketajaman Penglihatan ikan juwi (Anodontostoma chucunda) dan Aplikasinya pada penangkapan pukat cincing Mini. Master Tesis. Program Pascasarjana .IPB. 91 hal.

He, P. and T. Arimoto. 2001. System Approach to Reducing Unaccounted Fishing Mortalities. In Proceeding of the Satellite Workshop on fishing Impacts- Evaluation, Solution and Policy. Tokyo University of Fisheries. P:44-53.

Krissunari, D., dan T. Hariati,. 1994. Pendugaan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Beberapa Ikan Pelagis Kecil di Perairan Utara Rembang. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.85; 48-53.

Nadir, M., 2000. Teknologi Light Fishing di Perairan Barru Selat Makassar: Deskripsi, Sebaran Cahaya dan Hasil Tangkapan (Tidak dipublikasikan). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 87 hal.

Najamuddin, M. N. Nessa., M. Palo, M.Yusran, Metusalach dan A. Assir., 1 994. Studi Penggunaan Lampu Neon Dalam Air Dengan Warna Yang berbeda Pada Perikanan Purse seine di Laut Flores Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu

(11)

11 Peternakan dan Perikanan Volume II (7). Fakultas Peternakan dan

Perikanan. Universitas Hasanuddin.

Nikijuluw, V. P. H.2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Penerbit P.T. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 254.hal.

Tham, A. K., 1965. Notes on the Biology of the Anchovy, Stolephorus pseudoheterolobus Handerberg. Bull. Nat. Mus. Singapura 33 (4):23-26.

Tiews, K. I.A.Ronquillo and L.M.Santos, 1970. On the Biology of Anchovies (Stolephorus Lacepede) in Philippines waters. Proc.Indo.Indo.Facific. Fish.Counc,12(2):1-25

Widodo, J. 1988. Population Dynamics and Management of “Ikan Layang” , Scad Mackerel Decapterus spp (Pisces:Carangidae) In the Java sea. Dissertation of Philosophy. University of Washington. 150p.

Gambar

Gambar 1. Komposisi  jenis hasil  tangkapan  dominan  selama  penelitian  berdasarkan                     total berat (kg)
Gambar 3.   Hubungan antara  kekuatan cahaya  dan berat tangkapan yang diperoleh selama penelitian
Gambar 6.  Perbandingan Nilai Hasil Tangkapan Antara Bulan Gelap, Transisi dan  Terang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian setiap perbedaan yang ada di dunia hendaknya dijadikan alat pemersatu, karena dalam konsep Hindu, segala bentuk perbedaan adalah berasal dari

Dampak dari tingkat naungan yang berbeda terhadap kandungan klorofil a, b, a/b, tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, umur berbunga, jumlah anakan produktif,

Akan tetapi jika melihat asumsi data riil yang digunakan, prosentasi sebesar lebih dari 50% merupakan indikasi baik bahwasannya pemodelan yang dilakukan telah cukup sesuai jika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih antara harapan dan kinerja bermakna negatif ditandai dengan nilai gap reliability-0,53, responsiveness-0,77, assurance-0,91,

Makalah ini menyoroti proses partisipasi yang telah dilakukan petani dalam Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) di Dusun Dungwot dan Dusun Tawing, Desa Ngadipiro,

Hasil dari NPM variabel tenaga kerja menunjukkan masih perlu ditambah setidaknya untuk tenaga kerja yang dapat digantikan dengan teknologi atau upah yang dikeluarkan dikurangi

Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia patut mendapat apresiasi. Perubahan dan perkembangan baru dalam sistem perbankan di Indonesia telah menemukan konsep

Skala perkembangan kanak-kanak barat seringkali digunakan di Malaysia sebagai panduan utama ibu bapa dan golongan profesional dalam memantau perkembangan kanak-kanak kerana