BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Botani dan MorfologiTanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan telah ada di Indonesia sejak tahun 1848. Negara-negara produsen kelapa sawit adalah Indonesia dan Malaysia di kawasan Asia Tenggara, Columbia dan Ekuador di kawasan Amerika Latin, Nigeria dan Kamerun di kawasan Afrika. Negara-negara tersebut mempunyai kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit.Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009).
Divisi : Tracheophylita Subdivisi : Pteropisida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Family : Palmae Subfamily : Cocoideae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq Sumber : Lubis (2008)
1.1.1 Akar
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Akar tanaman kelapa sawit terdiri dari akar serabut primer yang tumbuh vertical kedalam tanah dan horizontal kesamping. Akar primer tumbuh ddari pangkal batang dan mempunyai diameter antara 8-10 mm serta panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dari akar primer dan mempunyai diameter antara
2-4 mm. Dari akar sekunder ttumbuh akar tersier dan mempunyai diameter 0.7-1.5 mm serta panjangnya sekitar 15 cm. Akar kuarter bberdiameter 0.1-0.5 mm tumbuh dari akar tersier dan panjangnya 1-4 mm. Akar tersier dan kuarter berjumlah sangat banyak membentuk masa yang sangat lebat dekat permukaan tanah. Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar kuarter (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
1.1.2 Batang
Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75 cm. Tinggi batang bertambah kira-kira 75 cm per tahun dan tinggi maksimal 24 m. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan
(Savitri, 2011). 1.1.3 Daun
Daun kelapa sawit membentuk susuan daun majemuk dan bersirip genap. Daun diproduksi membentuk garis spiral dari jaringan meristem. Satu daun muncul setiap bulan sampai bibit berusia 6 bulan. Jumlah daun yang dihasilkan meningkat 30-40 daun pertahunnya pada umur 5-6 tahun dan menurun pada umur18-25 tahun. Luas daun sawit dewasa sekitar 400 m² (Verheye, 2011).
1.1.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon, namun terletak pada tandan bunga yang berbeda dan keluar dari ketiak pelepah. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 2008).
1.1.5 Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah keras (drupe), menempel dan bbergelombol pada tandan buah. Jumlah buah pertandan dapat mencapai 1-600 buah, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah berkisar 2-5 cm dan beratnya sampai 30 gram. Buah kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk panen) sekitar 5-6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Warnah buah bergantung pada varietas dan umurnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
1.2 Definisi Pupuk
Pupuk merupakan bahan organik maupun anorganik yang diberikan kedalam tanah yang berfungsi untuk mengganti kehilangan suatu unsur hara didalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik (Mulyani dan Sutedjo, 1995)
Pupuk dalam arti luas merupakan bahan untuk mengubah sifat fisik, kimia maupun biologi tanah menjadi lebih baik lagi untuk pertumbuhan tanaman dan pupuk secara khusus dapat diartikan sebagai suatu bahan yang mengandung bahan satu bahkan lebih unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Rosmarkam, 2001) 1.3 Kotoran Kambing dan Manfaatnya
Menurut (Marsono dan Sigit 2001), bahwa pupuk kandang adalah campuran antara kotoran he wan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan. Campuran ini mengalami pembusukan sehingga tidak berbentuk seperti aslinya lagi dan memiliki kandungan hara yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Limbah ternak berpotensi sebagai sumber pupuk organik terutama pada kambing. Kotoran kambing memiliki struktur yang khas, yaitu berbentuk butiran-butiran, sehingga sedikit sulit untuk memecah fisiknya kecuali jika sudah melewati proses pengeringan dan penggilingan. Kotoran kambing terdiri dari 67% bahan padat
(faeces) dan 33% bahan cair (urine), komposisi unsur haranya yaitu 0,95% N, 0,35%P205, 1,00% K20. Kotoran kambing memiliki kadar N yang lebih tinggi dan kadar air yang lebih rendah dari pada kotoran sapi sehingga jasad renik lebih mudah melakukan perubahan-perubahan secara aktif sehingga dalam perubahan terjadi pembentukan panas sehingga kotoran kambing masuk kedalam golongan pupuk panas (Sutedjo, 1995).
Pupuk kandang kambing mempunyai sifat memperbaiki aerasi tanah, menambah kemampuan tanah menahan unsur hara, meningkatkan kapasitas menahan air, meningkatkan daya sangga tanah, sumber energy bagi mikroorganisme tanah dan sebagai sumber unsur hara. Pupuk kandang kambing mengandung unsur N yang dapat mendorong pertumbuhan organ-organ yyang berkaitan dengan fotosintesis yaitu daun. Kalium berperan sebagai activator berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Unsur P yang tinggi yang dapat menyusun aenosin triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman serta berperan dalam peningkatan komponen hasil
(Subhan etal, 2005 dan Rizwan, 2008).
1.4 Pupuk Organik Cair dan Manfaatnya
Pupuk organik cair adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Pupuk organik cair memiliki manfaat yang sama seperti pupuk organik padat yang telah dikenal selama ini. Fungsi utama pupuk organik cair adalah memberi nutrisi pada tanaman dan tanah sekaligus, nutrisi yang tersedia jumlahnya tidak banyak tapi mempunyai unsur hara yang lengkap, yaitu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman dan tanah yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro (Rikamonika, 2012).
Pupuk organik cair ramah akan lingkungan yang terbuat dari limbah rumah tangga, pasar atau kotoran ternak bisa memutus ketergantungan petani terhadap
pupuk kimia yang justru mencemari lingkungan. Kelebihan pupuk organik cair mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan pupuk organik padat. Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh. Mempunyai bau yang khas yang dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman (Edhi, 2012).
Menurut Lingga (1991), kotoran padat kambing sebelum dikomposkan mengandung bahan organik sebanyak 31% dengan rasio C/N 25-30% dan memiliki kandungan unsur hara yang terdiri dari 69% H2O, 0,95% N, 0,35% P, 1,00% K. Penambahan Effective Microorganism 4 (EM4) mampu meningkatkan kandungan unsur hara dalam POC kotoran kambing. Menurut Siswanti (2009),
Effective Microorganism 4 (EM4) merupakan suatu aktivator yang berperan dalam
mempercepat proses pengomposan dan bermanfaat untuk meningkatkan unsur hara POC.
Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N,P,K,S,Ca,B,Mo,Cu,Fe,Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Lestari, 2013).
1.5 Pupuk Majemuk dan Manfaatnya
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara dengan jumlah yang berbeda pada setiap kemasannya seperti misalnya NPK menunjukkan persentase kandungan N, P2O5, dan K berturut-turut (Taiz and Zeiger, 2002). Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang sering digunakan dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Unsur hara nitrogen bersama-sama P dan K sering juga disebuthara primer karena merupakan unsur yang paling sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman (Munawar, 2011). Interaksi
antara unsur N, P dan K sangat nyata berbeda dan bibit sangat peka terhadap perubahan perimbangan antara unsur-unsur hara (Lubis, 2008).
Pemupukan anorganik yang penting untuk tanaman adalah pemupukan dengan kombinasi tiga unsur hara utama yaitu Nitrogen, Fosfor dan Kalium (Wurts et al, 2005) atau sering disebut dengan pupuk majemuk NPK. Ketiga unsur hara tersebut sering juga unsur hara primer karena merupakan unsur yang sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaaman (Munawar, 2011).
Nitrogen adalah unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat dibutuhkan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetative tanaman, seperti daun, batang dan akar. Kegunaan unsur hara nitrogen bagi tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein (asam amino) dalam tubuh tanaman, meningkatkan berkembang biaknya mikroorganisme tanah, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun dan membuat daun lebih hijau (CFF, 2011).
Posfor memiliki banyak penting bagi tanaman, salah satu yang utama adalah menjadi sumber dan transfer energi dalam tanaman. ADP dan ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi yang mengontrol banyak reaksi didalam tanaman seperti fotosintesis, respirasi, sintesis protein dan asam amino serta transfor unsur hara melalui sel tanaman (Booroman dan Grough, 2012).
Kalium merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Unsur K mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses fisiologi tanaman seperti aktifitas enzim, pengaturan sel turgor, fotosintesis, transport hasil fotosintesis, transport hara dan air, serta metabolism pati dan protein. Disamping itu unsur K juga berfungsi dalam permeabilitas dinding sel tanaman. Apabila tanaman kekurangan unsur K akan dapat menurunkan kekuatan batang dan ketahanan tanaman terhadap terjangkitnya hama dan penyakit (Sanyal dan Dhar, 2006).
2.6 Tanah Ultisol
Menurut Notohadiprawiro (1986) tanah ultisol merupakan tanah mineral yang bereaksi masam, mengalami pencucian yang intensif, kejenuhan Al tinggi, daya semat terhadap fosfat kuat, kejenuhan basa rendah, permeabilitas rendah, stabilitas agregat rendah, bahan organik rendah.
Subsoil merupakan lapisan di bawah lapisan top soil, umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan top soil, baik dalam sifat fisik, kimia, ataupun biologi tanah, sehingga menjadi kurang baik untuk digunakan sebagai media pembibitan untuk tanaman perkebunan. Untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut maka subsoil ultisol dapat dicampur dengan kompos serta dengan volume penyiraman yang tepat (Winarna dan Sutarta , 2003).