• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Dosis Kascing dan Cara Pemberian Pupuk Organik Cair di Pre Nursery

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Dosis Kascing dan Cara Pemberian Pupuk Organik Cair di Pre Nursery"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berdasarkan Adi (2013) tanaman kelapa sawit termasuk kedalam Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Palmales, Famili Palmaceae; Genus Elaeis, Species Elaeis guinensis Jacq.

Akar kelapa sawit berasal dari pangkal batang dan terdiri dari 4 jenis akar. Akar primer memiliki diameter 8-10 mm panjangnya dapat mencapai 18 meter. Akar sekunder memiliki diameter 2-4 mm, akar tersier berdiameter 0,7-1,5 mm meiliki panjang sekitar 15 cm. Akar kwartier memiliki diameter 0,1-0,5 mm dengan panjang sekitar 1-4 mm. Akar primer dan sekunder secara umum berfungsi untuk menyerap air, sedangkan akar kwartier berfngsi untuk menyerap nutrisi. Sistem perakaran membentuk sudut siku-siku terhadap jenis akar berikutnya. Akar sekunder berasal dari akar primer dan tegak lurus terhadap akar sekunder. Akar tersier berasal dari akar sekunder dan tegak lurus terhadap akar sekunder, demikian juga dengan akar kwartier (Lubis dan Winarko, 2011).

(2)

sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bonggol batang. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa biasa (Adi, 2013).

Daun terdiri dari tangkai daun (petiole) yang kedua sisinya terdapat dua baris duri. Tangkai daun bersambungan langsung dengan tulang daun utama yang lebih panjang dari tangkai daun. Pada kiri dan kanan tulang daun terdapat anak daun (pinnae). Tiap anak daun terdapat tulang daun (lidi) yang menghubungkan anak daun dengan tulang daun utama. Pada tanaman kelapa sawit pembentukan daun membutuhkan waktu 4 tahun dari awal pembentukan daun hingga daun menjadi layu secara alami. pada saat kuncup daun telah mekar, daun kelapa sawit sudah berumur sekitar 2 tahun dari awal pembentukannya. Kelapa sawit dapat menghasilkan 1-3 daun setiap bulannya. Daun atau pelepah kelapa sawit merupakan dapur bagi tanaman, tempat untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tanaman (Lubis dan Winarko, 2011).

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Adi, 2013).

(3)

muncul dari tiap pelepah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Buah terdiri dari tiga lapisan yaitu eksokarp, mesokarp dan endoskarp. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman kemudian menjadi kuning muda dan setelah matang menjadi merah kuning ((Lubis dan Winarko, 2011).

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang yang berbeda. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman. Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahannya dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Adi, 2013).

Syarat Tumbuh

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah seperti podsolik cokelat, podsolik kuning, podsolik merah kuning, hidromorfik kelabu, alluvial regosol, gley humik, organosol (tanah gambut). Tanah podsolik merah kuning termasuk subur dan cocok untuk tanaman kelapa sawit dan banyak tersebar diseluruh indonesia. Bagi tanaman kelapa sawit sifat fisik tanah lebih penting daripada sifat kesuburan kimiawinya karena kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan (Risza, 2010).

(4)

produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber pH optimum 5,0-5,5. Kelapa sawit memang pada dasarnya bisa tumbuh diberbagai jenis tanah. Namun jika tumbuh di tanah yang kurang cocok walaupun bisa hidup

kelapa sawit tersebut kurang bisa tumbuh dan berkembang secara cepat (Adi, 2013).

Kedalaman air tanah merupakan faktor yang sangat penting karena berkaitan dengan kebutuhan air jika terjadi kemarau panjang. Kedalam air tanah tanaman kelapa sawit adalah 80- 150 cm dari permukaan. Jika kekurangan air, kelapa sawit akan mengalami stres, ditandai dengan meningkatnya jumlah bunga jantan dan menurunnya bunga betina yang dihasilkan. Sebaliknya, jika kedalaman air tanah terlalu dangkal, akar kelapa sawit akan selalu tergenang sehingga perkembangan akar dan aerasi menjadi buruk (Hadi, 2004).

Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit adalah antara 0 – 15°. Sedangkan diatas kemiringan 15° harus dibuat teras kontur. Pada topografi datar di daerah sumatera biasanya dijumpai tanah gley humik atau hidromorfik (Risza, 1994).

Iklim

Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2.500 – 3.000 mm per tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun, tidak

(5)

kering. Kelapa sawit juga dapat tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan diatas 3.000 mm pertahun, asal distribusinya tidak merata sepanjnag tahun karena curah hujan yang terlalu tinggi akan berpengaruh buruk terhadap proses penyerbukan (Hadi, 2004).

Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Kelapa sawit termasuk tanaman yang menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang kurang mendapat sinar matahari karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang (Adi, 2013).

Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27-32 °C. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari

permukaan air laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0 – 400 mdpl, karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27 – 32 °C. Kelapa sawit akan tumbuh optimal pada kelembaban udara 80 – 90% (Hadi, 2004).

(6)

Untuk meningkatkan produksi, kelapa sawit membutuhkan minimal 1.800 jam penyinaran per tahun atau rata – rata 4,5 jam per hari. Lama penyinaran matahari yang optimal untuk kelapa sawit adalah sekitar 2.200 jam per tahun atau 6-7 jam per hari (Hadi, 2004).

Kascing

Pupuk organik dihasilkan dari proses pengomposan atau perombakan bahan organik oleh sejumlah organisme pengurai. Salah satu organisme pengurai adalah cacing tanah. Produk yang dihasilkan dari hasil penguraian cacing tanah

tersebut adalah pupuk organik yang sering disebut pupuk Kascing (Bekas kotoran cacing) (Setiawan dan Widiyantono, 2012).

Vermicomposting adalah proses pengomposan limbah organik menjadi pupuk berkualitas tinggi dengan bantuan cacing tanah. Cacing tanah digunakan untuk mengubah bahan organik menjadi menjadi humus yang dikenal sebagai vermikompos atau pupuk kascing (kotoran cacing). Melalui vermicomposting terjadi proses reaksi fisika, kimia dan biologi yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam bahan organik tersebut (Rupani et al, 2010). Beberapa penelitian membuktikan potensi penggunaaan cacing tanah dalam meningkatkan unsur hara. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa vermicomposting merupakan solusi efektif dan ekonomis untuk menangani masalah pembuangan limbah organik (Rupani et al, 2012).

(7)

humat dalam jumlah yang signifikan yang bertindak sebagai regulator tanaman (Arancon et al, 2006).

Kascing sebagai pupuk organik memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur. Selain itu kascing juga meningkatkan permeabilitas, aerasi dan kapasitas mengikat air. Dengan semakin baiknya struktur tanah maka akan membantu mempermudah penetrasi akar kedalam tanah dan meningkatkan kemampuan akar dalam menyerap hara (Lestari et al, 2007).

Selain pupuk kascing merupakan bahan organik yang dapat meningkatkan produksi tanaman karena dapat menyediakan unsur hara untuk memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah, kascing juga mengandung zat kimia yang dapat mempengaruhi kondisi hormonal baik secara langsung atau tidak langsung, mekanismenya lebih bersifat fisiologis dan biokemis. Kascing kaya unsur hara dan dapat berfungsi sebagai bahan organik (amelioran), dapat digunakan meningkatkan status kesuburan tanahnya sehingga mampu mengabsorbsi unsur hara yang diberikan

melalui pemupukan dan menyediakan bagi akar tanaman (Nainggolan dan Samah, 2004).

(8)

karena menghidrolisis urea dan fosfat agar tersedia bagi tanaman (Sinha et al, 2010b).

Kascing memiliki kandungan nutrisi NPK yang tinggi (nitrogen 2-3%, kalium 1,85-2,25% dan fosfor 1,55-2,25%), mikronutrien,

mikroba tanah yang menguntungkan seperti bakteri pengikat nitrogen dan jamur mikoriza (Sinha, 2009). Selain itu Vermikompos mengandung berbagai unsur Ca, Mg, S. Fe, Mn, AI. Na, Cu. Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan (Balitbang, 2001). Kascing memiliki porositas, aerasi, drainase, dan daya ikat air yang tinggi sehingga aplikasinya pada tanah dapat mengurangi kebutuhan air untuk irigasi sebesar 30-40% (Sinha et al, 2010a).

Penggunaan pupuk kascing memiliki beberapa kelebihan yaitu memiliki kadar nutrisi tinggi yang tersedia bagi tanaman, kaya mikroorganisme tanah yang bermanfaat meningkatkan pertumbuhan tanaman, kaya hormon pertumbuhan, kaya akan asam humat, bebas patogen, bebas dari bahan kimia beracun, melindungi tanaman dari serangan hama penyakit, meningkatkan perlawanan biologis pada tumbuhan, mencegah hama dan menekan penyakit tanaman (Sinha, 2009).

(9)

Hasil penelitian Nahampun (2009) menyatakan bahwa pemberian pupuk kascing dengan dosis 300 g/polibeg memberikan hasil terbaik terhadap peningkatan berat basah bagian atas, berat basah bagian bawah dan berat kering atas tanaman kakao di pre nursery. Penelitian Novita et al (2014) juga menyebutkan bahwa pemberian pupuk kascing pada dosis 25, 50, dan 75 g/polibeg dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kakao dan pemberian pupuk kascing pada dosis 75 g/polibeg berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lilit batang, luas daun, rasio tajuk akar dan berat kering bibit kakao.

Penelitian Novriani (2015) juga menyebutkan bahwa Pemberian kascing dengan dosis 300 g/polibeg dapat meningkatkan pertumbuhan seledri sebesar 134,13 % dan mampu meningkatkan produksi seledri sebesar 53,90 % jika dibandingkan perlakuan tanpa pupuk kascing. Hasil penelitian Irwan et al (2005) juga menyatakan pemberian pupuk kascing dengan dosis 5 ton/ha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering pada tanaman sawi.

Penelitian Fatahillah (2014) menyebutkan bahwa Pemberian pupuk kascing dengan dosis 1kg dicampur dengan tanah 10 kg memberikan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan jumlah cabang cabai merah besar.

Pupuk Organik Cair

(10)

jika dibandingkan dengan pengplikasian pupuk organik padat, unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap tanaman, mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat, dan pencampuran pupuk cair organik dengan pupuk organik padat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut (Simamora, et al, 2005).

Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan dapat mempermudah tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya dibandingkan dengan pupuk lainnya yang berbentuk padat. Dalam pengaplikasiannya, selain diberikan melalui tanah yang kemudian diserap oleh akar tanaman, pupuk organik cair juga dapat diaplikasikan melalui daun tanaman guna mendukung penyerapan unsur hara secara optimal. Hal ini diharapkan dapat

memberikan pertumbuhan, hasil, dan mutu tanaman yang lebih baik (Leovini, 2012).

Pada umumnya produsen pupuk merekomendasikan pemberian pupuk cair dilakukan melalui daun. Padahal menurut Marschner (1986) unsur hara yang dapat diserap melalui stomata hanya yang dalam bentuk gas yaitu C02, H20, dan

sebagian kecil SO2, NH3, NO2. Sedangkan pupuk cair hanya dapat diserap oleh

epidermis atas melalui ectodesmata dengan syarat diameter molekul pupuk cair tersebur lebih kecil dari 1 nm.

(11)

jumlah hasil produksi serta kelestarian lingkungan, secara berangsur-angsur dapat memperbaiki kulaitas tanah, melarutkan sisa pemakaian pupuk kimia kedalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman, memberi unsur mikro dan makro secara lengkap, mengurangi penggunaan pupuk urea dan SP36 serta KCl, merangsang pertumbahan serta akar tanaman, membantu perkembangan mikroorganisme dalam tanah dan meningkatkan daya tahan tanaman dari gangguan hama dan penyakit. Setiap satu liter pupuk organik cair nasa mengandung fungsi unsur hara mikro yang setara dengan 1 ton pupuk kandang (PT. Natural Nusantara, 2012).

Pupuk organik cair NASA merupakan salah satu pupuk organik yang mengandung hara makro dan mikro seperti 2,6% N, 1,36% P205, 1,55% K20,

1,46% Ca, 1,43% S, 0,4% Mg, 1,27% Cl, 0,01% Mn, 0,18% Fe, Cu< 1,19 ppm, 0,02% Zn, 0,11% Na, 0,3% Si, 0,11% Al, 2,09% NaCl, 4,31% SO4, C/N 5,86, pH

8,0, 07% lemak, 16,69% protein, 1,01% karbohidrat, asam organik (humat 1,29%, vulvat dan lain-lain). Secara umum, konsentrasi pupuk organik cair NASA yang dianjurkan adalah 2 ml/liter air. Penggunaan pupuk organik memberikan keuntungan karena tidak meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak lebih baik dari pupuk anorganik, namun secara terus-menerus dalam

rentang waktu tertentu akan menghasilkan kualitas tanah lebih baik (Marliah et al, 2010).

(12)

Hasil penelitian Nurahmi et al (2011) menyatakan bahwa konsentrasi pupuk organik cair NASA berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 74 HST, luas daun, panjang akar, berat basah berangkasan, dan berat kering berangkasan pada bibit kakao. Dari berbagai konsentrasi yang dicobakan, pertumbuhan bibit terbaik dijumpai pada konsentrasi pupuk organik cair NASA 2,0 ml/l air. Hal ini diduga karena pada perlakukan tersebut unsur hara yang diberikan tersedia dalam jumlah yang optimal dan seimbang.

Referensi

Dokumen terkait

belajar siswa di SMA Negeri 1 Barru berada pada kategori “sangat baik” maka diharapkan dapat dipertahankan atau ditingkatkan menjadi lebih baik lagi yang dapat

100 % (seratus persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan bagi Analis Kepegawaian yang melaksanakan tugas satu tingkat di bawah jenjang  jabatannya (terampil

Pelatihan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 17 Agustus 2015 setelah diadakannya Upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70. Pelatihan diawali dengan mengulang

4) Guru bersama siswa membuat lagu modifikasi bersama, 5) Guru memberikan soal pengayaan tentang apa yang telah di pelajari bersama umtuk me- ngetahui seberapa faham

yang tidak dapat diingat lagi dengan pasti antara bulan Nopember 2016 sampai dengan Desember 2016 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yag telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Dalam hal terdapat perbedaan data antara Petikan DIPA dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Hubungan kerja yang terjadi merupakan perilaku muamalah dalam bab Ija@rah ‘ala al-asykhash yaitu sewa atas jasa, keahlian, atau pekerjaan orang, yang didalam