• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN BAHAN AJAR BERBASIS KARAKTER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTRUCTIVE CONTROVERSY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 6 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN BAHAN AJAR BERBASIS KARAKTER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTRUCTIVE CONTROVERSY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 6 PADANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 5. April 2015, 25-32

25

PENGARUH PENERAPAN BAHAN AJAR BERBASIS KARAKTER MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN CONTRUCTIVE CONTROVERSY TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 6 PADANG

Nadya Yunestika,

1)

Yenni Darvina,

2)

Masril

2)

1)

Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang

2)

Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang

nadyayunestika@gmail.com

ABSTRACT

The results of student learning in physics have not achieved well. Caused less motivated students in learning, teaching models and instructional materials used are less varied yet contain character values. Researchers apply a character-based teaching materials with learning model contructive controversy. The goal is to investigate the effect of the application of character-based teaching materials through learning model contructive controversy to the learning outcomes of students of class XI SMAN 6 Padang. The research is a Quasi-Experiment Research with Randomized Control Group Only Design. The study population was a class XI student of SMAN 6 Padang listed in the Academic Year 2014/2015. The research data include student achievement on the competence of knowledge, attitudes, and skills were analyzed using t-test. Average values obtained for the third class of experiments on competence higher than the control class. Thus an acceptable working hypothesis at the 95% confidence level.

Keywords : Character Based Teaching Materials, Constructive Controversy, Result of Learning Student PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses inter-aksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dangan siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.[1] Disamping itu pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa dan antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[2]

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan siswa yang yang didampingi oleh gurunya yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya untuk mencapai suatu target yang sudah ditetapkan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa ke arah yang lebih baik.

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Penge-tahuan Alam (IPA) yang merupakan usaha sistematis dalam rangka membangun dan mengorganisasikan pengetahuan dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang dapat diuji dan mampu memprediksi gejala alam. [3] Dalam memprediksi gejala alam diperlukan kemampuan pengamatan yang dilanjutkan dengan penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis melalui kegiatan metode ilmiah, dan suatu kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan juga harus valid. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika merupakan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan gejala dan fenomena alam,

kegiatannya dilalui dengan proses ilmiah sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa dan terjadi perubahan tingkah laku terhadap gejala alam.

Mengingat pentingnya pembelajaran fisika, sudah seharusnya siswa menyukai pelajaran fisika dan meningkatkan hasil kompetensinya pada pelajaran fisika. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan hasil pembelajaran demi meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Saat ini upaya yang terus ditingkatkan adalah dengan mengadakan pelatihan fisika dan pemberian sertifikasi guru. Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dilakukan seperti memperbaiki gedung sekolah. Pemerintah juga sudah menyem-purnakan kurikulum sebelumnya menjadi kurikulum 2013, yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa secara seimbang sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Kompetensi tersebut adalah kompetensi pengetahuan mengharapkan lahirnya siswa yang mampu merumuskan pemecahan masalah, kompeten-si kompeten-sikap bertujuan membentuk kompeten-siswa yang berkarakter dan kompetensi keterampilan menuntut siswa untuk produktif. Di samping itu peranan guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan melatih siswa sehingga dapat membuat siswa menjadi aktif dan mandiri untuk membangun pemahamannya sendiri tanpa ber-gantung kepada guru.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di SMAN 6 Padang, terlihat karakter siswa yang belum nampak terlihat contohnya: siswa banyak

(2)

26

yang membuang sampah tidak pada tempatnya, sedikitnya kesadaran siswa untuk melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah, terlambat datang ke sekolah maupun memasuki kelas setelah jam istirahat habis, serta belum terlaksananya pembelajaran fisika menurut kurikulum 2013. Dalam proses pem-belajaran pada saat diskusi, siswa banyak yang kurang aktif, kurang bersemangat mengikuti diskusi, terlihat sedikitnya yang mau bertanya, menjawab pertanyaan, maupun memberikan pendapat.

Akibatnya, dalam pencapaian hasil belajar siswa masih rendah. Sekolah telah menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam mata pelajaran fisika yaitu 78, akan tetapi ditemukan hasil belajar semua kelas XI masih dibawah KKM. Rendahnya hasil belajar siswa. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata UH pada kelas XI MIA1 (61,93), XI MIA 2 (61,75), XI MIA 3 (62,09), XI MIA 4 (60,31) dan XI MIA 5 (61,55).

Selain itu bahan ajar atau sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran juga kurang bervariasi, sebagian besar sumber belajar belum sesuai dengan tuntutan kurikulum yang dapat mengembangkan nilai- nilai karakter kepada siswa. Bahan ajar yang digunakan sebagian besar belum ada yang memuat atau mengintegrasikan nilai- nilai karakter dari materi yang dipelajari, termasuk pada mata pelajaran fisika. Model pembelajaran yang digunakan di sekolahpun juga kurang bervariatif dimana masih dominan pada metode ceramah, sehingga minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi kurang semangat dan tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Kurang bervariasinya model pembelajaran serta bahan ajar yang digunakan oleh guru, akan berdampak pada hasil belajar siswa dalam hal ini khususnya pada mata pelajaran fisika masih rendah. Pernyataan di atas terlihat bahwa pendidikan berkarakter telah diterapkan oleh pemerintah, namun belum ditunjang oleh ketersediaan bahan ajar yang bermuatan nilai-nilai karakter. Oleh karena itu, dibuatlah suatu bahan ajar bermuatan nilai-nilai karakter, dimana karakter yang dimuat pada bahan ajar digali dari materi pelajaran yang dipelajari. Selain pengunaan bahan ajar, guru harus mampu menerapkan model pembelajaran. Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat digunakan adalah

constructive controversy.

Model pembelajaran constructive controversy adalah prosedur instruksional di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil, untuk mengembangkan laporan tentang topik yang ditugaskan, misalnya dengan konflik intelektual terstruktur (siswa berpendapat ada pada posisi pro dan kontra dalam sebuah masalah dalam rangka untuk merangsang pemecahan masalah)[4]. Constructive controversy digunakan sebagai cara untuk membagi siswa secara aktif terlibat dalam mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang suatu topik, dan biasanya

digunakan untuk mengeksplorasi topik apapun yang ada ke beberapa perspektif biasanya pro dan kontra.

Langkah-langkah constructive controversy adalah : 1) Siswa ditugaskan untuk berkelompok masing-masing empat orang dan membentuk pasang-an dua orpasang-ang. Masing-masing kelompok ada satu pasang yang posisi pro dan dua pasangan lainnya pada posisi kontra, 2) Setiap kelompok diberi tugas berupa dialog umum, presentasi kelas dan laporan diskusi tentang suatu topik masalah yang nantinya akan diselesaikan secara bersama-sama. Setiap kelompok diwajibkan untuk mencapai kesimpulan yang disetujui secara bersama yang nantinya akan menjadi ringkasan dari argumen yang terbaik, 3) Setiap sepasang siswa meneliti suatu topik masalah dan mempersiapkan argumen untuk posisi mereka masing-masing.

Setiap pasangan kelompok terlibat dengan pasangan kelompok lain dalam menyajikan hasil dari argumen kelompok mereka masing-masing dan setiap pasangan kelompok ada yang membela dan ada yang menyangkal dari argumen yang datang dari kelompok lain terhadap kelompoknya, 4) Setiap pasangan kelompok terus terlibat dengan pasangan kelompok lain pada topik masalah yang telah ditugaskan, 5) Bersama pasangan masing-masing kelompok, mensintesis argumen dan mencapai solusi umum dari diskusi yang dilakukan, 6) Guru memantau siswa yang aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok serta proses jalannya diskusi kelompok.[4]

Contructive controversy ini bertujuan agar

siswa berhasil menavigasi perbedaan pendapat dan konflik dalam kelompok. Ini merupakan ke-terampilan siswa dapat belajar melalui partisipasi dan belajar terampil. Model pembelajaran constructive

controversy mengarah ke prestasi yang lebih tinggi,

penalaran tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas yang diukur dengan peningkatan kualitas, kuantitas dan jangkauan ide seseorang dan menimbulkan rasa ingin tahu.[4]

Di dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan yaitu constructive controversy merupakan bahagian dari model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL), karena kedua model

tersebut sama-sama berbasis masalah yang sesuai dengan kurikulum 2013, yang mana syntak yang digunakan yaitu syntak model pembelajaran

constructive controversy dalam menyelesaikan

masalah dan menemukan solusi dari masalah yang ditemukan tersebut. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (bersifat kontekstual) sehingga merangsang siswa untuk belajar.[3]

Langkah-langkah dari model pembelajaran

Problem Based Learning Orientasi siswa kepada

masalah : 1) Mengorganisasikan siswa untuk belajar, 2) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok, 3) Mengembangkan dan menyajikan hasil

(3)

27

karya, 4) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.[3] Dari kedua model pem-belajaran ini dapat diambil kesimpulan yaitu, keduanya sama-sama mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, siswa belajar secara aktif dan mandiri dengan materi yang terintegrasi yaitu berbasis karakter, relevan dengan kenyataan yang sebenarnya, pembelajaran berpusat pada siswa, dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan mendorong kerjasama, serta mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok untuk menyelesaikan tugas memecahkan masalah dalam mencari solusi dari masalah tersebut.

Selain menggunakan model pembelajaran, guru juga harus mampu membuat suatu bahan ajar yang dapat membuat siswa aktif dengan menggunakan bahan ajar yang bermuatan nilai-nilai karakter. Bahan ajar merupakan bentuk segala bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Bahan dimaksud itu, dapat berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.[5] Dari hal tersebut bahwa dengan adanya bahan ajar, guru ataupun siswa mendapat kemudahan dalam belajar. Dari suatu bahan ajar paling tidak mencakup antara lain : 1) Petunjuk Belajar (Siswa/Guru), 2) Kompetensi yang Dicapai, 3) Content atau Isi Materi Pembelajaran, 4) Informasi Pendukung, 5) Latihan-latihan, 6) Lembar Kerja (LK), 7) Evaluasi, 8) Respon Atau Balikan Terhadap Hasil Evaluasi[5].

Dari uraian yang disampaikan di atas, bahwa suatu bahan ajar harus memiliki komponen-komponen tersebut, akan tetapi antara bahan ajar yang satu dengan yang lainnya memiliki struktur dan komponen yang berbeda. Empat kategori bahan ajar yaitu:bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar multimedia interaktif. Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk berupa: handout, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.[5]

Dari berbagai macam bahan ajar cetak tersebut, maka dipilih suatu bahan ajar yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan menambah motivasi siswa dalam pembelajaran fisika. Bahan ajar tersebut berupa buku ajar. Buku merupakan bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan, buah pikiran dari pengarangnya.[5] Buku ajar berisi suatu ilmu pengetahuan berupa hasil analisis terhadap kurikulum yang dibuat dalam bentuk tertulis.

Dalam penelitian ini bahan ajar yang digunakan yaitu bahan ajar yang berupa buku berbasis karakter yang didalamnya terdapat nilai-nilai karakter dari materi pelajaran, yang nilai karakternya ada yang digali dan perlu dilatihkan. Dengan adanya bahan ajar berbasis karakter ini diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar, baik dalam diskusi kelompok, kegiatan praktikum, maupun belajar sendiri di rumah dan nilai-nilai karakternya dapat

diterapkan langsung dalam kehidupannya. Tujuan disusunnya bahan ajar: 1) Menyediakan bahan ajar, yang sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum mempertimbangkannya dengan kebutuhan siswa, 2) Siswa terbantu dalam memperoleh alternatif suatu bahan ajar di samping buku-buku teks terkadang sulit diperoleh, 3) Membuat guru mudah dalam me-laksanakan proses pembelajaran.[5] Berdasarkan pernyataan di atas bahwa tujuan dari bahan ajar sangatlah banyak. Selain dapat memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bahan ajar juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tersedianya bahan ajar yang bervariasi bagi siswa akan mendapat manfaat seperti: kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih menarik, banyak yang mendapat kesempatan belajar secara mandiri dan mengurangi tergantungnya siswa terhadap ke-hadiran guru serta siswa juga akan mendapat kemudahan dalam menguasai dan mempelajari setiap kompetensi.[5] Jadi, bahan ajar dapat digunakan oleh siswa untuk belajar mandiri dan juga me-ngembangkan potensi untuk menjadi pelajar yang aktif, bekerja sama, bekerja keras, serta dapat membangun karakter dari dalam diri siswa.

Di dalam membuat bahan ajar dengan nilai-nilai karakter diharapkan siswa dapat menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dengan baik. Dimana pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).[6] Hal ini berarti pendidikan budi pekerti tidak dipisahkan dari proses pembelajaran.

Nilai-nilai karakter dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu : 1) Karakter lemah, dapat di-temukan seperti penakut, tidak berani mengambil resiko, pemalas, cepat kalah, dan beberapa jenis lainnya, 2) Karakter kuat, dapat ditemukan seperti tangguh, ulet, mempunyai daya juang yang kuat serta pantang mengalah/ menyerah, 3) Karakter jelek misalnya licik, egois, serakah, sombong, tinggi hati, snoobish, pamer, atau suka ambil muka, dan sebagainya, 4) Karakter baik, misalnya jujur, ter-percaya, rendah hati, amanah dan sebagainya.[7]

Penggunaa bahan ajar bermuatan nilai-nilai karakter di harapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar, baik dalam kelompoknya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain hasil belajar fisika adalah prestasi yang telah dicapai dan dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan perilaku berupa pengetahuan, ke-terampilan, sikap, informasi, atau strategi kognitif yang baru diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran. Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan maupun dalam bentuk sikap dan nilai positif.[8]

(4)

28

Fungsi dari penilaian hasil belajar oleh pendidik yaitu untuk melihat kemajuan belajar siswa dan memperbaiki hasil belajar siswa. Lingkup penilaian hasil belajar mencakup kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Penilaian kompetensi pengetahuan memilki 3 bentuk penilaian yaitu: tes tertulis, lisan, dan penugasan, untuk penilaian kompetensi sikap, memiliki 4 bentuk penilaian berupa observasi, penilaian diri, teman sejawat, dan jurnal, dan penilaian kompetensi keterampilan memiliki 3 bentuk penilaian yakni: tes praktek, proyek, dan portofolio.[3] Dari ketiga bentuk penilaian yang dilakukan, untuk penilaian kompetensi pengetahuan dengan tes tertulis, kompetensi sikap dengan observasi, dan kompetensi keterampilan dilakukan dengan tes praktek, dimana ketiganya untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

“Penilaian hasil belajar dilakukan terhadap penguasaan tingkat kompetensi siswa sebagai capaian pembelajaran yang merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan”.[3] Pada kompetensi sikap dinyatakan berdasarkan modus, skor rerata untuk kompetensi pengetahuan ke-mampuan berpikir pada berbagai tingkat penge-tahuan, dan deskripsi kemahiran berdasarkan rerata dari capaian optimum untuk kompetensi ke-terampilan. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul pengaruh penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran constructive

controversy terhadap hasil belajar siswa kelas XI

SMAN 6 Padang.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai maka jenis penelitian ini adalah

Quasi Eksperiment Research (eksperimen semu).

Eksperimen semu tujuannya adalah untuk memperoleh informasi yang sebagai perkiraan bagi informasi tersebut dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk memanipulasi atau mengontrol semua variabel yang relevan.[9] Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Randomized Control Group

Only Design. Penelitian ini menggunakan 2 kelas

sampel yaitu pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan bahan ajar berbasis karakter dengan model pembelajaran contructive

controversy dan kelas kontrol menggunakan model

pembelajaran contructive controversy. Diakhir penelitian kedua kelas diberi tes akhir untuk melihat hasil belajarnya.

Variabel dalam penelitian ini adalah: variabel bebas yang dilakukan adalah pengaruh penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive controversy. Bahan ajar berbasis karakter yaitu bahan ajar yang di

dalamnya terdapat nilai-nilai karakter dari materi pelajaran, nilai-nilai karakter yang digali dan perlu dilatihkan, variabel terikat dalam penelitian yakni hasil belajar siswa, variabel kontrol dalam penelitian yaitu: Materi yang digunakan sama, sesuai dengan kurikulum 2013, guru yang mengajar kedua kelas sama, jumlah jam pelajaran yang digunakan sama, dan penilaian yang digunakan untuk ketiga kompetensi sama.

Populasi dari penelitian yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMAN 6 Padang yang terdaftar pada semester 1 Tahun Ajaran 2014/2015. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Peng-ambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Pengambilan sampel secara purposive

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.[10] Penulis mengambil sampel berdasarkan kelas yang diajarkan oleh guru yang sama, dan kesamaan jam belajar fisika dalam satu minggu.

Data yang digunakan pada penelitian adalah data yang langsung diperoleh dari hasil belajar fisika yaitu hasil Ulangan Harian I siswa kelas XI MIA SMAN 6 Padang. Dalam hal ini, untuk menilai kompetensi pengetahuan dinilai melalui tes akhir dalam bentuk pilihan ganda, untuk menilai kompetensi sikap digunakan lembar observasi, dan penilaian kompetensi keterampilan melalui rubrik penskoran. Instrumen merupakan salah satu alat pengumpul data dengan prosedur yang sistematik dengan memperhatikan aturan yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen untuk masing-masing teknik penilaian yang digunakan. Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran siswa.[11]

Dimana teknik penilaian harus disesuaikan dengan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan karakteristik indikator yang diajarkan oleh guru. Teknik penilaian yang digunakan dalam penelitian adalah teknik penilaian tertulis pada kompetensi pengetahuan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda, pada kompetensi sikap dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan sikap, dan kompetensi keterampilan menggunakan rubrik penskoran. Itu artinya, instrumen dalam penelitian mencakup tiga kompetensi yaitu kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan.

Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data kuantitatif. Didapat setelah berakhirnya perlakuan yaitu dengan memberikan tes akhir. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Data hasil belajar siswa pada kompetensi pengetahuan diambil dalam bentuk ujian tertulis di akhir pembelajaran,

(5)

29

data untuk kompetensi sikap diambil melalui lembar observasi penilaian sikap selama pembelajaran berlangsung. Data untuk kompetensi keterampilan diambil selama proses percobaan berlangsung melalui rubrik penskoran unjuk kerja praktikum. Prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesai-an.[12] Tujuan dari analisis data adalah untuk menguji apakah hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian diterima atau ditolak.

Teknik analisis data hasil belajar pada masing-masing kompetensi. Untuk menguji suatu sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normalkah atau tidak dilakukan dengan uji t. Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan hasil kedua kelas sampel terdistribusi normal dan homogen. Maka uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian adalah uji mengenai kesamaan dua rata-rata antara nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah melakukan uji homogenitas baru dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Dimana kriteria penerimaan Ho jika tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, pada taraf signifikan 0,05 atau nilai thitung < ttabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam penelitian yang telah peneliti lakukan berupa pencapaian hasil belajar siswa kelas XI SMAN 6 Padang. Data hasil belajar siswa pada kompetensi pengetahuan diperoleh melalui tes tertulis di akhir kegiatan penelitian. Data hasil belajar kompetensi sikap diperoleh selama proses pembelajaran melalui lembar observasi dan data hasil belajar kompetensi keterampilan diperoleh selama proses kegiatan praktikum melalui rubrik penskoran/unjuk kerja.

Data penilaian hasil belajar siswa pada kompetensi pengetahuan didapatkan dari tes akhir berupa teknik tes tertulis sebanyak 40 buah soal berbentuk soal objektif diberikan pada akhir kegiatan penelitian dikedua kelas sampel. Soal-soal tes berpedoman pada kompetensi dasar, dan indikator. Dari hasil perhitungan secara statistik, diperoleh nilai rata-rata (

x

) kelas ekperimen (85,40) sedangkan kelas kontrol (80,65), simpangan baku (S) kelas ekperimen (16,29) sedagkan kelas kontrol (19,99), dan varians kelas ekperimen (4,04) dan kelas kontrol (4,47). Dapat diambil suatu kesimpulan, nilai rata-rata hasil belajar siswa di kompetensi pengetahuan kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan kelas control, dan ilai simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai simpangan baku kelas kontrol.

Dengan kata lain hasil belajar siswa pada

kompetensi pengetahuan kelas eksperimen lebih merata dibandingkan kelas kontrol. Nilai varians kelas eksperimen lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai varians kelas kontrol, artinya hasil

belajar kompetensi pengetahuan kelas kontrol lebih

beragam dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Data hasil belajar siswa pada kompetensi sikap diperoleh selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Data ini diambil dengan menggunakan lembar observasi, dan dibantu oleh dua orang observer. Penilaian kompetensi sikap dilakukan terhadap enam indikator penilaian yang terdapat pada bahan ajar berbasis karakter yang nilai karakter-nya yaitu religius, rasa ingin tahu, komunikatif, kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan materi dan kemampuan siswa. Perolehan nilai kedua kelas sampel didapatkan nilai rata-rata kelas ekperimen (82,39), S2 (15,61) dan S (3,95) sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol (80,085) S2 (23,705) dan S (4,87). Dari uraian diatas didapatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kompetensi sikap, kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.

Data penelitian hasil belajar siswa pada kompetensi keterampilan diperoleh melalui hasil pengamatan selama kegiatan praktikum. Sama dengan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan, dari data hasil belajar pada kompetensi keterampilan didapatkan nilai rata-rata kelas ekperimen (82,20) sedangkan kelas kontrol (79,90), simpangan baku (S) pada kelas ekperimen( 21,19) dan kelas kontrol (18,46), varians (S2) pada kelas ekperimen (4,60) dan kelas kontrol (4,30). Dari uraian diatas didapatkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar pada kompetensi keterampilan kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol.

Analisis data dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata kedua kelas sampel berarti atau tidak. Sebelum menarik kesimpulan dari hasil penelitian, dilakukan analisis data melalui uji hipotesis secara statistik. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji hipotesis adalah melalui uji normalitas dan uji homogenitas kedua kelas sampel terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji hipotesis.

Analisis data hasil belajar siswa pada

kompetensi pengetahuan dilakukan terlebih dahulu uji normalitas tes akhir, untuk melihat apakah data pada kedua sampel kelas terdistribusi normal atau tidak digunakan uji Lilliefors. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan maka didapat harga Lo dan

Ltabel dengan taraf nyata 0,05, didapatkan bahwa nilai

L0 kelas eksperimen (0,1204) dan Lt (0,159)

sedang-kan untuk nilai kelas kontrol didaptsedang-kan L0 = 0,1150

dan Lt = 0,159. Dari uraian data diatas, dapat

disimpulkan bahwa dikedua kelas sampel memiliki nilai Lo < Lt pada taraf nyata 0,05.

Itu berarti, data hasil tes akhir terdistribusi normal dikedua kelas sampel. Setelah melakukan uji normalitas tes akhir dilakukan uji homogenitas tes akhir, uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Pada uji

(6)

30

homogenitas digunakan uji F. Setelah dilakukan perhitungan pada kedua kelas sampel diperoleh hasil pada kelas ekperimen S2 (16,29) dan nilai S2 (19,99),

hasil uji homogenitas varians yang telah dilakukan terhadap tes data akhir di kedua kelas sampel diperoleh Fhitung=1,23 dan Ftabel =1,84 pada tarafnyata

α=0,05 pada dkpembilang 30 dan dkpenyebut 30 adalah

1,84. Hasil menunjukkan Fh < F(0,05);(30,30), hal ini

berarti data kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen.

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan yaitu uji kesamaan dua rata-rata terhadap tes akhir. Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan homogenitas, terhadap tes data akhir kedua kelas sampel, dan diperoleh data kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen dan terdistribusi normal. Untuk menguji hipotesis penelitian di-gunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel. Nilai pada thitung = 4,4 sedangkan ttabel = 2,00.

Hal ini terlihat bahwa thitung > ttabel berarti

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan, hipotesis kerja diterima sehingga terdapat pengaruh penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive

controversy terhadap hasil belajar siswa kelas XI

SMAN 6 Padang. Analisis data hasil belajar siswa pada kompetensi sikap, rata-rata hasil pencapaian hasil hasil belajar siswa pada kompetensi sikap, dapat dilihat pada grafik perbandingan kompetensi sikap siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berikut.

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Sikap di Kedua Kelas Sampel

Data dan grafik rata-rata hasil penilaian enam pertemuan tersebut memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa pada kompetensi sikap kelas eksperimen memiliki hasil yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hasil belajar untuk sikap yaitu pada KI-1 dan KI-2 ditetapkan dengan predikat Baik (B). Maka, untuk melihat keberartian hasil belajar siswa atau tidak, dilakukan uji t yang lebih dahulu dilakukan uji normalitas selanjutnya uji homogenitas.

Uji normalitas hasil belajar siswa pada kompetensi sikap dimulai dengan uji normalitas yang dilakukan, apakah sampel tersebut berasal dari populasi terdistribusi normal atau tidak maka

di-lakukan uji Lilliefors. Didapatkan hasil uji normalitas yang dilakukan harga Lo (0,1093) dan Ltabel (0,159)

dengan taraf nyata 0,05. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt dengan taraf nyata 0,05,

berarti data hasil belajar pada kompetensi sikap kedua kelas sampel terdistribusi normal.

Uji homogenitas hasil belajar siswa pada kompetensi sikap, untuk mengetahui kedua kelas sampel homogen atau tidak, dilakukan dengan uji homogenitas. Pada uji homogenitas digunakan uji F. Setelah dilakukan perhitungan dikedua kelas sampel pada kelas ekperimen diperoleh hasil S2=26,03 sedangkan pada kelas kontrol S2=28,136, uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap data hasil belajar pada kompetensi sikap kelas eksperimen dan kontrol diperoleh Fhitung= 1,52 dengan taraf nyata

α=0,05 pada dkpembilang 30 dan dkpenyebut 30 adalah

1,84. Hasil menunjukkan Fh < F(0,05);(30,30), hal ini

berarti data kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen.

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data hasil belajar siswa pada kompetensi sikap dikedua kelas sampel, dilakukan uji hipotesis yaitu uji kesamaan dua rata-rata,yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, diperoleh sampel homogen dan berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa thitung = 2.048 sedangkan ttabel =

2,00. Hal ini terlihat bahwa thitung > ttabel berarti

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Perbedaan ini disebabkan karena semua variabel dikontrol (seperti: materi, guru, jumlah jam pelajaran, dan penilaian yang digunakan dikedua kelas sampel sama), berarti perbedaan ini disebabkan oleh perlakuan yang diberikan yaitu penerapan bahan ajar berbasis karakter. Dengan demikian dapat dikatakan, hipotesis kerja diterima sehingga terdapat pengaruh penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive controversy terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMAN 6 Padang. Analisis data hasil belajar siswa pada kompetensi keterampilan sama dengan kompetensi pengetahuan dan sikap, yang juga didahulukan dengan uji normalitas data terhadap keterampilan.

Apakah suatu sampel yang diambil berasal dari populasi terdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan uji Lilliefors. Didapatkan dari hasil uji normalitas nilai Lo < Lt , pada taraf nyata 0,05,

berarti data hasil tes akhir dikedua kelas sampel terdistribusi normal. Setelah uji normalitas di-dapatkan pada data keterampilan, selanjutnya uji homogenitas kompetensi keterampilan, untuk mengetahui homogennya kedua kelas sampel atau tidak, dilakukan dengan uji homogenitas.

Setelah dilakukan perhitungan pada kedua kelas sampel diperoleh hasil S2 pada kelas eksperimen (21,1941) dan kelas kontrol S2 (18,4561).

(7)

31

Uji varians homogenitas yang dilakukan terhadap data tes akhir dikedua kelas sampel, diperoleh Fhitung

=1,148 dan Ftabel=1,84 pada taraf nyata α = 0,05 pada

dkpembilang 30, dkpenyebut 30 adalah 1,59. Ini

menunjuk-kan Fh < F(0,05);(30,30), berarti data kelompok

mem-punyai varians yang homogen.

Uji hipotesis dalam penelitian yang di-lakukan yaitu uji kesamaan dua rata-rata, jika uji normalitas, dan homogenitas terhadap tes data akhir telah dilakukan. Dari hasil yang diperoleh, kedua sampel kelas berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan varians yang homogen. Hasil uji t dikedua sampel didapatkan nilai thitung=2,035

sedangkan ttabel = 2,00, hal ini terlihat bahwa thitung >

ttabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara

kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan, hipotesis kerja diterima, yang berbunyi terdapat pengaruh penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran

contructive controversy terhadap hasil belajar siswa

kelas XI SMAN 6 Padang.

PEMBAHASAN

Penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive controversy terhadap hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga kompetensi, yaitu kompetensi penge-tahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi ke-terampilan yang saling berkaitan dan saling men-dukung satu sama lainnya terhadap pencapaian hasil belajar. Untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal, sebelum guru membuat program kegiatan pembelajaran, maka terlebih dahulu bisa membuat siswa aktif selama proses pembelajaran, mampu membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa, serta guru harus mampu membuat siswa bisa me-nemukan sendiri konsep-konsep yang akan dipelajari.

Tercapainya hasil belajar fisika siswa pada kompetensi pengetahuan menunjukkan nilai rata- rata kedua kelas sampel meningkat, diperoleh rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar (85,40) dan rata-rata nilai kelas kontrol (80,65) artinya kelas eksperimen nilai rata-ratanya lebih tinggi dari kelas kontrol. Baiknya hasil belajar fisika siswa terlihat dari banyaknya siswa kelas eksperimen yang hasil belajarnya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.

Pada hasil belajar siswa pada kompetensi sikap diperoleh dari rata-rata penilaian sikap selama proses pembelajaran melalui lembar observasi. Nilai rata-rata sikap kelas eksperimen adalah (82,39) sedangkan untuk kelas kontrol nilainya adalah (80,08) . Dengan adanya bahan ajar berbasis karakter ini, siswa menjadi termotivasi dalam belajar dan lebih bersemangat, terlebihnya karena karakter yang ada pada bahan ajar itu digali dari materi itu sendiri dan dapat langsung diterapkan oleh siswa dalam

proses pembelajaran. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang berarti penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive

controversy terhadap hasil belajar siswa kelas XI

SMAN 6 Padang pada kompetensi sikap diterima. Hal ini berarti nilai-nilai karakter yang diintegrasikan didalam bahan ajar dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa selama kegiatan berlangsung khususnya dikelas ekeperimen.

Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa selalu berdo’a sebelum memulai pembelajaran, mau bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang dipahami. Dalam diskusi kelompok, selama diskusi siswa banyak yang aktif baik dalam memberikan jawaban dan pertanyaan, selalu berusaha memecahkan suatu permasalahan yang dirasa cukup sulit secara bersama- sama, mau bekerja keras mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan, dan komunikatif mau menyimpulkan hasil diskusi yang diperoleh di depan kelas. Dalam me-lakukan praktikum, siswa terlihat kompak dan saling bekerja sama dan tingkat kedisiplinan dan tanggung jawab siswa sudah mulai meningkat itu tampak pada siswa yang sudah tidak lagi masuk terlambat.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, aktivitas siswa di kelas eksperimen terlihat meningkat dibandingkan dengan aktivitas siswa di kelas kontrol. Di kelas eksperimen hampir semua siswa menampilkan kenyamanan dalam belajar, tampak dari wajah mereka yang semangat ketika mengikuti pelajaran. Ketika ada siswa yang bertanya maupun menjawab pertanyaan guru, siswa tidak lagi mengejek temannya, namun mendengar dan memperhatikan teman yang sedang bertanya maupun memberikan tanggapan.

Begitu juga saat guru menerangkan siswa sudah mulai memperhatikan dengan fokus pada apa yang disampaikan, rasa ingin tahu terhadap materi sudah meningkat. Pada penilaian untuk kompetensi keterampilan diperoleh dari hasil pengamatan selama praktikum dimana didapatkan rata-rata kelas eksperimen juga lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal itu terlihat pada saat kegiatan praktikum berlangsung, siswa di kelas eksperimen lebih banyak aktif terlibat dalam kegiatan praktikum, semua siswa dalam kelompok praktikum ikut serta dalam menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan pembagian tugas yang telah diberikan sebelumnya.

Dibandingkan kelas kontrol siswa banyak yang kurang aktif dalam kegiatan praktikum, siswa hanya mengandalkan temannya yang pintar saja untuk mengerjakan kegiatan praktikum, walaupun tugasnya masing-masing telah diberikan seperti dalam merangkai alat dan maupun menyimpulkan data. Berdasarkan analisis hasil pengamatan selama kegiatan praktikum tersebut dapat dikatakan bahwa

(8)

32

“terdapat pengaruh yang berarti penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran

contructive controversy terhadap hasil belajar siswa

kelas XI SMAN 6 Padang” pada kompetensi keterampilan diterima.

Dengan menerapkan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive

controversy siswa lebih tertantang untuk

me-nemukan sendiri dan memecahkan masalah-masalah tentang konsep-konsep yang dipelajari, siswa dapat mengetahui nilai-nilai karakter apa saja yang dapat di ambil dari materi pembelajaran dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga keberhasilan pencapaian hasil belajarpun meningkat seperti yang diharapkan, sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa.

Meningkatnya hasil belajar siswa ketiga kompetensi tersebut dengan menggunakan model pembelajaran contructive controversy. Contructive

controversy mengarah ke prestasi yang lebih tinggi,

penalaran tingkat tinggi , meningkatkan kreativitas yang diukur dengan peningkatan kualitas, kuantitas dan jangkauan ide seseorang dan menimbulkan rasa ingin tahu.[4] Pada model pembelajaran contructive

controversy ini, pada kelas eksperimen digunakan

bahan ajar berbasis karakter yang di dalamnya terdapat Lembar Kerja (LK) yang telah disesuaikan dengan KD pembelajaran dan materi, untuk kelas eksperimen dan untuk kelas kontrol digunakan LK yang dibuat oleh peneliti.

Penggunaan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive controversy ini selain memberikan pengaruh terhadap pembelajaran siswa yaitu meningkatnya hasil belajar fisika siswa, bagi guru juga dapat belajar bagaimana membuat keadaan saat pembelajaran yang baik di kelas, agar lebih menyenangkan bagi siswanya, bebas mengeluarkan gagasan atau pendapatnya tanpa ada rasa malu ditertawakan oleh temannya, sehingga siswa menjadi lebih aktif lagi, bekerja keras dalam menyelesaikan soal-soal latihan dan tugas yang diberikan dan memecahkan suatu permasalahan, tanggung jawab dalam kelompok diskusi, selain itu siswa semakin berani tampil baik dalam me-ngeluarkan jawaban, pertanyaan, pendapat, saran baik kepada guru maupun teman dan menyimpulkan hasil diskusi di depan kelas. Dengan demikian, diperoleh suatu kesimpulan bahwa penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui pembelajaran

contructive controversy dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang berarti penerapan bahan ajar berbasis karakter melalui model pembelajaran contructive

controversy terhadap hasil belajar siswa kelas XI

SMAN 6 Padang pada kompetensi pengetahuan,

kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa dan perubahan sikap ke yang baik, serta keterampilan siswa dalam proses pembelajaran pada tingkat kepercayaan 95%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Ramadansyah, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 6 Padang, yang yang telah memberikan izin kepada ananda untuk melaksanakan penelitian di sekolah, dan mem-bimbing ananda, Ibu Dra. Yenny selaku guru fisika, yang telah mencurahkan ilmu, serta dosen-dosen fisika yang turut membantu ananda sehingga artikel ini menjadi lebih baik lagi. Artikel ini masih memerlukan penyempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan demi penyempurnaan artikel ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti. Amin ya robbal’alamin.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Trianto. 2009. Mendesain Model

Pem-belajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

[2] Permendikbud Nomor 103. 2014.

Pem-belajaran Pada Pendidikan Dasar. Jakarta.

Mendikbud

[3] Permendikbud Nomor 59. 2014. Rencana

Pe-laksanaan Pembelajaran. Jakarta. Mendikbud

[4] Matusovich, Holly and Karl Smith. 2009.

Constructive Academic Controversy.Jurnal.

San Antonio. ASEE/IEE Frontiers in Education Conference. (http:// Constructive

Academic Controversy.Pdf) Di akses tanggal

08 April 2014.

[5] Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan

Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah [6] Muslich, Manur. 2011. Pendidikan Karakter.

Jakarta: Bumi Aksara.

[7] Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter

Kerangka, Metode, dan Aplikasi untuk Pendidik dan Profesional. Jakarta : Baduose

Media.

[8] Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda

Karya

[9] Suryabrata, Sumaidi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gravindo Persada

[10] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantatif

dan R & D. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

[11] Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

[12] Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada  Kompetensi Sikap di Kedua Kelas Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pengembangan kompetensi bagi guru SMP Abulyatama Aceh Besar, kepala sekolah tentu banyak memiliki kendala atau permasalahn terumata dalam memposisikan dirinya

Untuk mengetahui apakah ada keinginan untuk menambah ruangan belajar di PAUD Assalaam maka peneliti melakukan wawancara kepada responden pertama yaitu ibu Wulan

Sebandingkah hasil yang diperoleh dari usaha tumbuhan Arecaceae (Palem- paleman) tersebut dengan biaya pengeluaran yang digunakan untuk pembuatan tumbuhan

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala desa Teluk Bogam, 1 tokoh masyarakat, ketua kelompok nelayan dan anggota yang berjumlah 4, teknik pengumpulan data yaitu

RM bagi pasien merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai dasar apakah tindakan medis tertentu yang dilakukan dokter terhadap pasien telah sesuai dengan standar

Kajian oleh Wallace (1990) juga mendapati bahawa, guru-guru Matematik yang berpengalaman telah menunjukkan perkaitan yang amat rapat antara pengetahuan isi.. kandungan yang

Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (BBP-PPA) diperuntukkan kepada mahasiswa yang kurang mampu dengan memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan,