• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL TINGKAT RISIKO KONTRAK DESIGN BUILD INTERAKSI BUDAYA-PROFESIONALISME PADA PROYEK KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL TINGKAT RISIKO KONTRAK DESIGN BUILD INTERAKSI BUDAYA-PROFESIONALISME PADA PROYEK KONSTRUKSI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MRK - 1

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

MODEL TINGKAT RISIKO KONTRAK DESIGN–BUILD

INTERAKSI BUDAYA-PROFESIONALISME PADA PROYEK

KONSTRUKSI

Basyar Bustan1, Lawalenna Samang2, Chepy Vahlevy3 dan Sapri Pamulu4 1

Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanudin.Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10 Makassar, email:basyar_bm@yahoo.co.id

2

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin. Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10 Makassar , email: samang @ft.unhas.ac.id

3

Dosen Jurusan Ekonomil, Universitas Hasanuddin. Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10Makassar email: chepy pahlevy@yahoo.com

4

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin. Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10 Makassar , email: sapri pamulu@ymail.com

ABSTRAK

Anggaran pembangunan infrastruktur setiap tahun mengalami peningkatan. Sayangnya pembangunan infrastruktur selalu dibayangi oleh risiko kegagalan. Semakin besar proyek infrastruktur yang ditangani, semakin besar pula tantangan risikonya. Pelaksanaan proyek kegiatan pada industri jasa konstruksi selalu dihadapkan pada risiko. Kontrak Design build memiliki keuntungan dibandingkan dengan kontrak lain salah satu diantaranya adalah dapat mengurangi waktu dan biaya proyek. Namun pelaku industri jasa konstruksi belum melirik untuk mengimplementasikannya walaupun sudah diatur dalam regulasi. Banyak variabel yang sudah diteliti dalam implementasi proyek rancang bangun (design build) namun variabel dan indicator yang diduga sangat signifikan misalnya religiusitas, korupsi kolusi dan nepotisme, Ciri local, dan lainnya belum dibahas secara terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model manajemen risiko rancang bangun pada proyek konstruksi. Variabel dan indikatornya yang diduga mempengaruhi risiko proyek rancang-bangun kemudian dimodelkan dan diuji menggunakan metodologi SEM (Structural Equation Modeling) untuk mendeskripsikan, mengkuantifikasikan dan mendemonstrasikan pengaruh berbagai variabel terhadap risiko proyek rancang-bangun. Hasil dari pemodelan dan pengujian pengaruh interaksi berbagai faktor terhadap risiko proyek rancang-bangun adalah adanya faktor yang langsung mempengaruhi risiko proyek rancang-bangun dan ada yang berpengaruh tidak langsung, terdapat pula faktor yang dominan dan faktor yang kurang dominan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap variabel penentu risiko proyek rancang-bangun dan model hubungan antar variabel serta indikatornya.

Kata kunci: Risiko, ketidakpastian, design build, konstruksi,

1. PENDAHULUAN

Saat ini jumlah penduduk Indonesia telah mencapai ± 231,83 juta jiwa (BPS, Agustus 2009) dan terbesar nomor 4 di dunia. Jumlah tersebut, yang termasuk golongan angkatan kerja mencapai 113,89 juta orang atau berjumlah 49,13% dari seluruh populasi penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 104,87 juta orang atau berjumlah 45,24% dari seluruh populasi penduduk Indonesia. Sebagian besar pekerja di Indonesia bekerja di sektor informal yaitu 67,86 juta dan hanya 32, 14 juta yang bekerja di sektor formal. Melihat komposisi penduduk yang seperti ini, sangat jelas bahwa pekerja memegang peranan penting di dalam pengembangan perekonomian negara (Sedyaningsih, 2010).

Peran infrastruktur menjadi sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara. World Bank, menekankan pentingnya peran infrastruktur dalam pembangunan negara, dan bagaimana negara-negara di dunia melakukan investasi disektor tersebut. (Faye and Yeppes,2003).Anggaran pembangunan infrastruktur setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 pemerintah

(2)

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

TINGKAT KESIAPAN BANGUNAN GEDUNG HOTEL DI KOTA

BANDUNG DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN

Lukman Subangi1, Anton Soekiman2 1

Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Email : lukman.subangi@gmail.com

2

Staf Pengajar, Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Email : soekiman@unpar.ac.id

ABSTRAK

Hotel merupakan fasilitas umum (komersial) dimana salah satu unsur yang ikut menentukan citra produk pariwisata, maka perlindungan terhadap konsumen perlu di jaga atas keamanan dan keselamatan dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/jasa yang dikonsumsi atau digunakan karena mereka tidak menyadari akan timbulnya api kebakaran, tidak familier terhadap lingkungan, dan dalam kondisi tidur. Kebakaran bangunan gedung merupakan permasalahan yang muncul dalam sebuah kota besar yang padat, sehingga faktor keselamatan menjadi hal sangat penting oleh karena itu persyaratan teknis bangunan gedung dalam menghadapi kebakaran sangat diperlukan sebagai keandalan sehingga memiliki kesiapan untuk memberikan waktu evakuasi dan kedatangan mobil pemadam kebakaran. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kesiapan bangunan gedung hotel di Kota Bandung dalam menghadapi bahaya kebakaran, penelitian ini menggunakan deskriptif dengan metoda observasional dimana alat ukur penelitian berupa keandalan sistem proteksi kebakaran dengan membandingkan 3 (tiga) literatur penilaian keandalan proteksi kebakaran sehingga dapat diketahui nilai persentasi total tingkat kesiapan bangunan gedung hotel di Kota Bandung dari penjumlahan persentasi komponen keandalan proteksi kebakaran yang dimiliki. Dari hasil survey dapat diketahui peta nilai keandalan bangunan gedung hotel di Kota Bandung baik perwilayah pelayanan pemerintahan, antara hotel dengan hotel sehingga dapat memberikan perbaikan keandalan untuk mengurangi resiko bahaya kebakaran.

Kata kunci: Hotel, Kebakaran, Keandalan, Kesiapan, Proteksi Kebakaran.

1. PENDAHULUAN

Kota Bandung merupakan salah satu Kota Metropolitan di Indonesia yang memiliki berbagai peran sangat strategis, hal ini bisa dilihat dari akselerasi pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta perekonomian yang cukup pesat. Kota Bandung dikenal dengan pusat pendidikan, pemerintahan, kuliner, serta berbagai jasa lainnya sehingga menjadi salah satu tujuan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, terlebih didukung oleh infrastruktur memadai dimana pembangunan tol Cipularang dapat mempersingkat perjalanan ke Kota Bandung dari Ibu Kota Jakarta, serta dibukanya penerbangan langsung dari Bandara Husein Sastranegara menuju Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Apalagi jika akses tol Cisumdawu sudah berjalan maka pengunjung dari luar Jawa Barat dapat mudah mengakses ke Kota Bandung.

Dalam setiap tahun wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung semakin meningkat baik domestik maupun mancanegara hal ini bisa dilihat di gambar 1, bahkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bandung Herry M Djauhari dalam Bisnis-Jabar.com menargetkan tahun 2014 pengunjung domestik maupun mancanegara bisa mencapai 7,5 juta. Angka pertumbuhan wisatawan semakin meningkat tiap tahunnya hingga Kota Bandung masuk kedalam urutan no. 6 di Indonesia sebagai kota yang paling banyak di kunjungi dapat di lihat di gambar 2.

Dengan semakin berkembangnya Kota Bandung sebagai kota tujuan wisata maka tempat penginapanpun semakin berkembang, mulai dari bangunan sederhana dengan bertaraf kelas melati sampai bangunan tinggi dengan memiliki kelas berbintang. Hotel adalah salah satu unsur yang ikut menentukan citra produk

(3)

MRK - 21

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

PENGARUH KEMAMPUAN TENAGA KERJA LEPAS TERHADAP

KINERJA MUTU DAN WAKTU DALAM LINGKUP PEKERJAAN

RE-ENGINEERING BASEFRAME TOWER BTS

Mukhsin Amril1, Dwi Dinariana2, dan Hari Agus Rahardjo3 1

Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Persada Indonesia-YAI, Jakarta, Email : mukhsin_amril@yahoo.com 2

Staff Pengajar, Program Studi Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Persada Indonesia-YAI, Jakarta, Email : dwidinariana@yahoo.com 3

Staff Pengajar, Program Studi Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Proyek Konstruksi, Universitas Persada Indonesia-YAI, Jakarta, Email : rahardjo30@yahoo.com

ABSTRAK

Pekerjaan re-engineering baseframe tower BTS merupakan sebuah pekerjaan yang spesifik dan persyaratan teknis yang ketat. Oleh karena spesifik dan ketatnya persyaratan pekerjaan tersebut maka harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang tepat untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai kualitas hasil pekerjaan yang baik dan sesuai waktu yang direncanakan sangat dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu dan kualitas tenaga kerja. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu dan kemampuan tenaga kerja lepas terhadap kinerja mutu dan waktu dalam lingkup pelaksanaan pekerjaan re-engineering baseframe tower BTS dan mengetahui karakter dan kualitas tenaga kerja lepas yang tepat untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden. Variabel - variabel pertanyaan kuesioner berdasarkan faktor karakteristik individu dan kemampuan tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kinerja mutu dan waktu dalam lingkup pekerjaan re-engineering baseframe tower BTS. Data-data hasil kuesioner dan wawancara dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS sesuai kaidah - kaidah pengujian dan analisis data yang berlaku. Dari hasil analisis diperoleh faktor tenaga kerja lepas yang berpengaruh terhadap kinerja mutu hasil pekerjaan yaitu faktor pengaruh umur dan jumlah tangungan tenaga kerja dan yang berpengaruh terhadap kinerja waktu penyelesaian pekerjaan yaitu faktor pengaruh klasifikasi tenaga kerja.

Kata kunci : mutu, waktu, tenaga kerja, re-engineering, baseframe.

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri telekomunikasi seluler di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat baik dari sisi teknologi, variasi layanan maupun jumlah pelanggannya. Saat ini tidak kurang ada 11 operator telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia. Seiring dengan hal tersebut kebutuhan akan infrastruktur berupa menara telekomunikasi yang berupa bangunan khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan telekomunikasikhususnya untuk keperluan Base Transceiver Station (BTS) milik operator, selanjutnya disebut “Tower BTS” juga meningkat dengan pesat.

Adanya perkembangan teknologi tersebut perlu didukung dengan penambahan atau peningkatan kapasitas konstruksi tower yang sudah ada ataupun dengan konstruksi tower baru. Sesuai dengan Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika dana Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal nomor 18 tahun 2009, nomor 07/PRT/M/2009, nomor 19/PER/M.KOMINFO/ 03/2009 dan nomor 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi.

(4)

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

MANAJEMEN RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK

PENINGKATAN JALAN

Candra Yuliana1, Prima Widya N.D.2

1

Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Email: candrayuliana@ymail.com,

2

Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Setiap proyek konstruksi, khususnya proyek peningkatan jalan, memiliki risiko yang harus dihadapi selama pelaksanaannya. Hal ini yang masih belum dapat dilakukan secara sistematik oleh para kontraktor yang ada, karena belum ada pengelolaan risiko pada proyek peningkatan jalan di kabupaten tersebut. Penelitian ini dimaksud untuk menyusun model manajemen risiko yang tepat dalam pekerjaan peningkatan jalan sedangkan tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis risiko dan dampak yang berpotensi terjadi pada pelaksanaan konstruksi jalan serta penanganannya. Untuk mendapatkan tujuan tersebut maka dilakukan penyebaran kuesioner kepada beberapa kontraktor, konsultan dan pejabat pelaksana teknis. Risiko yang paling sering terjadi pada pekerjaan peningkatan jalan adalah risiko fluktuasi pedoman harga material/peralatan di lokasi setempat, yang berdampak pada kualitas pekerjaan buruk, kegagalan konstruksi, akan tetapi tingkat kerugian finansial masih dalam kategori kerugian sedang dan penanganan yang dianjurkan yaitu dengan adendum. Berdasarkan penanganannya pekerjaan peningkatan jalan terdapat pada risiko kurangnya kemampuan dan kecakapan dalam menangani proyek, serta risiko kegagalan keuangan pihak kontraktor, di mana kedua risiko tersebut dianjurkan pada penanganan dengan join dan sub-kontrak. Kata kunci: manajemen risiko, dampak serta penanganan risiko

1. PENDAHULUAN

Latar belakang

Masalah yang dapat terjadi pada tahap pelaksanaan proyek peningkatan jalan yaitu terjadinya keterlambatan penyediaan material sehubungan dengan letak Kabupaten Pulang Pisau yang cukup jauh dari pusat perdagangan, sehingga material harus dipasok dari daerah lain seperti Palangka Raya, Banjarmasin, Jawa maupun Sulawesi. Selain itu, sarana transportasi yang digunakan umumnya berupa kapal tongkang ataupun kapal barang, angkutan darat hanya difungsikan dalam volume yang terbatas karena kapasitas angkut yang kecil. Ini berarti kelancaran pasokan material sebagian besar berpengaruh pada kondisi musim. Jika cuaca buruk, pasokan material dapat tertunda akibat gelombang besar, sedangkan pada musim kemarau, dangkalnya air sungai juga dapat menyebabkan terhambatnya angkutan pasokan material. Semua ini dapat bermuara pada terlambatnya penyelesaian proyek. Berdasarkan hal tersebut, merupakan hal yang penting untuk meneliti kemungkinan penggunaan suatu model manajemen risiko secara formal untuk proyek peningkatan jalan di Kabupaten Pulang Pisau.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksud untuk menyusun model manajemen risiko yang tepat dalam pekerjaan peningkatan jalan di Kabupaten Pulang Pisau, sedangkan tujuan penelitian ini adalah

1. Mempelajari risiko yang terjadi pada pelaksanaan proyek peningkatan jalan di Kabupaten Pulang Pisau. 2. Mengetahui dampak yang terjadi pada pelaksanaan proyek peningkatan jalan di Kabupaten Pulang Pisau. 3. Mengetahui respon yang dilakukan pada pelaksanaan proyek peningkatan jalan di Kabupaten Pulang

Pisau.

2. TINJAUAN

PUSTAKA

Definisi Risiko

Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan

(5)

MRK - 41

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

KONSEP PENGARUH KOMUNIKASI TIM KERJA TERHADAP

KEBERHASILAN KOLABORASI DESAIN PADA KONSULTAN

ENJINIRING DI JAWA TENGAH

Raflis1, Christiono Utomo1, Yani Rahmawati1, Yuni Ulfiyati1. 1

Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan , Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Email: raf_les@ymail.com

ABSTRAK

Penerapan konsep bangunan berkelanjutan atau sustainable development pada industri konstruksi menjadikan desain bangunan berkembang menjadi rumit dan kompleks, memerlukan pengembangan konsep kolaborasi dalam desain untuk mencapai hasil desain terbaik dengan melibatkan beberapa pihak atau partisipan dengan latarbelakang keahlian, keilmuan, dan pengalaman profesional yang berbeda-beda. Dengan komunikasi yang baik proses kolaborasi desain akan berjalan dengan efektif, dimana komunikasi berperan dalam mengintegrasikan objek desain dalam tim kerja konsultan pada proses kolaborasi desain melalui pengelolaan pekerjaan dan diskusi desain, faktor ini akan mendukung keberhasilan kolaborasi desain. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan peran penting komunikasi dan tim kerja pada kolaborasi desain dan merumuskan model konseptual komunikasi pendukung pencapaian kolaborasi desain. Metode yang digunakan studi literatur dan analisa SEM (Structural Equation Modeling), metode studi literatur dipergunakan untuk membangun model konseptual sedangkan teknik analisa SEM diperlukan untuk mengkonfirmasi model konseptual penelitian. Paper ini menyajikan hasil studi pendahuluan untuk model konseptual penelitian SEM. Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan metode kajian pustaka dan survey dengan kuesioner. Kuesioner disebarkan pada beberapa pelaku kolaborasi desain pada konsultan di Jawa Tengah yang berpengalaman di dalam perencanaan bangunan properti komersial. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu model konseptual komunikasi dalam kolaborasi desain.

Kata kunci :Komunikasi, Tim Kerja Konsultan, Kolaborasi Desain, Manajemen Proyek Konstruksi

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri konstruksi merupakan salah satu sektor yang berperan dalam pembangunan ekonomi nasional akan tetapi adanya kecenderungan peningkatan nilai konstruksi berpotensi menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat pada masa mendatang diperlukan pola perencanaan pembangunan yang lebih terarah, berkelanjutan dan terkendali, di dukung oleh semakin tingginya kepadatan penduduk di Indonesia menjadikan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan mutlak diperlukan untuk mengantisipasi penurunan cadangan sumber daya alam di masa mendatang. Permasalahannya penerapan konsep bangunan berkelanjutan atau sustainable development pada industri konstruksi menjadikan desain bangunan berkembang menjadi rumit dan kompleks (Rahmawati et al, 2014).

Dalam menyelesaikan desain bangunan konstruksi yang rumit dan kompleks tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja (Ren et al, 2011). Maka diperlukan pengembangan konsep kolaborasi dalam proses desain untuk mencapai hasil desain terbaik (Lu et al, 2007). Diperkuat oleh pernyataan Rahmawati et al (2012)

(6)

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

ANALISIS PEMILIHAN MATERIAL BETON DAN MATERIAL

BAJA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL PENGGANTI KAYU

UNTUK KOLOM/TIANG

Retna Hapsari Kartadipura1, Hargatin2 1

Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Lambung Mangkurat, Email: arikartadipura@yahoo.com

2

Alumni Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat , Email: -

ABSTRAK

Kelangkaan kayu ulin saat ini dihadapi oleh industri konstruksi khususnya di Kalimantan. Kayu Ulin adalah salah satu vegetasi asli yang dikenal sebagai Kayu Besi Kalimantan. Kendala yang dihadapi saat ini selain langka kayu ulin harganya pun kian hari mengalami kenaikan yang cukup tinggi akibat kelangkaannya. Permasalahan ini membuat kita harus mencari alternatif material lain yang tentunya dapat berfungsi sesuai spesifikasi teknis yang diinginkan. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor menggunakan Metode Zero-one. Pemilihan variabel dikemukakan untuk menentukan alternatif pemilihan material beton dan baja. Masing-masing faktor memiliki variabel yang spesifik berkaitan dengan material beton dan baja. Penilaian faktor sebagai dasar pengukuran untuk menentukan alternatif penilaian menunjukan bahwa untuk faktor pengadaan beton dan baja sama sama memiliki nilai 139.70, untuk faktor teknis bahan beton memiliki nilai 360.29 dan baja memiliki nilai 485.29. Sedangkan untuk faktor finansial/ekonomi beton memiliki nilai 175 dan baja memiliki nilai 125.

Kata Kunci : kelangkaan kayu ulin, alternatif material pengganti

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini untuk memperoleh jenis kayu yang umum digunakan untuk bangunan seperti, ulin, kamper, kruing, merbau, meranti, dan lain-lain sudah mulai sulit dan harganya sangat tinggi .Keberadaannya kayu ulin saat ini cukup kritis, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan konstruksi kayu khususnya untuk konstruksi rangka badan atau kolom. Bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan alternatif adalah baja dan beton. Pertimbangan penggunaan beton dan baja sebagai pengganti kayu, adalah didasarkan pada pertimbangan kemudahan dalam proses pengerjaan konstruksi, segi ketahanan material secara fisik , segi biaya,dan pertimbangan lain nya. Untuk itu perlu kiranya memperhitungkan faktor faktor yang akan mempengaruhi memilihan alternatif pengganti material kayu ulin tersebut.

Perumusan masalahnya adalah bagaimana penilaian pemilihan alternatif material beton dan material baja sebagai alternatif material pengganti kayu ulin . Penelitian ini bertujuan untuk menilai pemilihan beton dan baja sebagai alternatif material pengganti kayu ulin. Penilaian dilakukan pada faktor pengadaannya, faktor teknis bahan dan faktor finansial/ekonomi nya

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada proyek pemerintah untuk bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan sarana kesehatan (SARKES). Objek penelitian adalah kelayakan alternatif pemakaian bahan konstruksi (selain kayu) pada proyek pembangunan tersebut ditinjau dari pertimbangan teknis, ekonomi serta lingkungan. Populasi data dari penelitian ini adalah sebagian dari praktisi (kontraktor), tenaga ahli (konsultan), birokrat di bidang konstruksi (pimpinan proyek aktif dan mantan pimpinan proyek), serta para

(7)

MRK - 57

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

PERAN SISTEM MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN

KINERJA

KUALITAS

PROYEK

BANGUNAN

BERTINGKAT

RENDAH DI DKI JAKARTA

Manlian Ronald A. Simanjuntak1, dan Ananto Pratama2

1Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan,

Email:manlian.adventus@uph.edu

2Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pelita

Harapan, Email:ananto8197@hotmail.com

ABSTRAK

Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan yang dilakukan di Indonesia di dalam lima tahun terakhir membuat persaingan di dalam industri konstruksi menjadi semakin ketat. Hal in ditandai dengan semakin banyak pembangunan yang dilakukan saat ini. Menurut data yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi pada tahun 2008 telah terdapat 152,110 kontraktor. Dimulai dari perusahaan konstruksi kecil hingga besar ikut bersaing dengan sangat ketat. Namun semakin banyaknya jumlah kontraktor berbanding terbalik dengan jumlah proyek yang ada. Kondisi ini menjadi pemicu persaingan yang ketat di antara perusahaan konstruksi dalam mempertahankan keberlangsungan usaha mereka. Kualitas menjadi suatu hal yang begitu penting dalam persaingan yang begitu ketat. Ditandai dengan semakin tingginya tuntutan kualitas yang diinginkan oleh klien/ pelanggan terutama bagi perusahaan jasa. Kualitas mencakup berbagai macam aspek seperti ketepatan waktu, harga yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan efisiensi proses itu sendiri. Jelas bahwa tantangan yang dihadapi bagi perusahaan konstruksi sebagai perusahaan jasa cukup menantang dalam pengukuran kualitas. Hal ini yang mendorong penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada lima perusahaan konstruksi berskala menengah yang sudah menerapkan sistem manajemen mutu dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Di mana ada 55 variabel independen yang diuji untuk melihat peran sistem manajemen mutu dalam meningkatkan kinerja kualitas proyek bangunan bertingkat. Dari 55 variabel yang diuji dalam hal perannya dalam meningkatkan kinerja kualitas proyek, diperoleh dua variabel dominan yaitu komunikasi dan interaksi yang baik di dalam perusahaan. Secara keseluruhan terdapat peran sistem manajemen mutu dalam meningkatkan kinerja kualiatas proyek bangunan bertingkat rendah di DKI Jakarta. Di luar dari peran sistem manajemen mutu, ada faktor-faktor lain yang berperan dalam meningkatkan kinerja kualitas proyek.

Kata kunci: Sistem manajemen mutu, Kualitas, kinerja, Proyek, Konstruksi.

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan yang dilakukan di Indonesia di dalam lima tahun terakhir membuat persaingan di dalam industri konstruksi menjadi semakin ketat. Hal ini ditandai dengan semakin banyak pembangunan yang dilakukan saat ini. Menurut data yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi pada tahun 2008 telah terdapat 152,110 kontraktor. Dimulai dari perusahaan konstruksi kecil hingga besar ikut bersaing dengan sangat ketat. Namun semakin banyaknya jumlah kontraktor berbanding terbalik dengan jumlah proyek yang ada. Kondisi ini menjadi pemicu persaingan yang ketat di antara perusahaan konstruksi dalam mempertahankan keberlangsungan usaha mereka. Kualitas menjadi suatu hal yang begitu penting dalam persaingan yang begitu ketat. Ditandai dengan semakin tingginya tuntutan kualitas yang diinginkan oleh klien/ pelanggan terutama bagi perusahaan jasa. Di mana dalam persaingan global yang tajam saat ini, banyak perusahaan kontraktor berbicara mengenai peningkatan kualitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang menghasilkan output.

(8)

FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN PRESLAB

PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

DITINJAU DARI SISI KONTRAKTOR

Yusak Sabdono Mulyo1, Dwi Dinariana2, dan Hary Agus Rahardjo3

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Proyek

Konstruksi, Universitas Persada Indonesia-YAI, Jakarta, Email:ysk_sm@yahoo.com

2Staf Pengajar, Program Studi Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Proyek

Konstruksi, Universitas Persada Indonesia-YAI, Jakarta, Email:dwidinariana@yahoo.com

3Staf Pengajar, Program Studi Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Proyek

Konstruksi, Universitas Persada Indonesia-YAI, Jakarta, Email:rahardjo30@yahoo.com

ABSTRAK

Metode precast half slab, atau secara singkat disebut metode preslab, merupakan terobosan metode pelaksanaan pengecoran plat lantai beton. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dipaparkan hasil analisis bahwa metode preslab merupakan cara alternatif dalam pengecoran plat beton yang lebih cepat, lebih efisien dan ramah lingkungan; terutama bila diterapkan pada bangunan gedung bertingkat tinggi dengan bentuk denah yang tipikal. Namun demikian para pelaku/pelaksana konstruksi bangunan tinggi belum begitu antusias untuk memanfaatkan alternatif metode yang relatif masih baru ini, mereka masih lebih suka melakukan pengecoran dengan bekisting penuh pada seluruh permukaan plat beton (metode konvensional). Survey dan penelitian ini ditujukan kepada sample pelaku konstruksi level Manajerial, level Enjinir/Supervisor, dan level Pekerja dan dimaksudkan untuk mendapatkan faktor-faktor penghambat kecenderungan/minat kontraktor untuk menerapkan metode preslab secara berkelanjutan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden. Variabel-variabel pertanyaan kuesioner dipilih dan ditetapkan berdasarkan faktor-faktor yang menguntungkan dari metode preslab. Analisis statistik yang diterapkan adalah korelasi Rank Spearman/Kendalls Tau, diagram radar, dan korelasi regresi berganda. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program SPSS dan Microsoft Excel. Hasil analisis data responden didapatkan beberapa variabel tertentu yang mendapatkan jawaban relatif mirip atau hampir sama dan berkorelasi positif menunjang minat penerapan preslab. Kecuali itu diperoleh juga jawaban beberapa variabel yang tidak menunjukkan kecenderungan atau tidak memiliki korelasi positif mendukung minat penerapan metode preslab secara signifikan; antara lain yaitu variabel efisiensi penggunaan Tower Crane, kesulitan pemasangan preslab, dan mengurangi porsi pengelolaan keuangan otoritas internal proyek. Variabel-variabel tersebut dikategorikan sebagai faktor-faktor yang masih menjadi penghambat atau mengurangi minat pelaku konstruksi untuk menerapkan metode preslab. Kata kunci: penghambat, penerapan, preslab, bangunan, tinggi.

1.

PENDAHULUAN

Sebagian besar pembangunan gedung bertingkat tinggi umumnya menggunakan struktur beton bertulang. Penggunaan struktur beton bertulang pada awalnya banyak dilakukan dengan cara konvensional, namun akhir-akhir ini sudah cukup banyak mulai bergeser ke sistim pracetak atau precast. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kelemahan dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama, banyak sampah, keseragaman kualitas yang sulit dijamin serta bahan-bahan baku bekisting atau cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan dinilai tidak ramah lingkungan. Metode preslab merupakan salah satu terobosan sistim pracetak yang dikhususkan untuk pelaksanaan pekerjaan pengecoran plat beton. Berdasarkan penelitian sebelumnya metode ini sangat efisien, lebih cepat, dan ramah lingkungan, akan tetapi pada kenyataannya metode ini masih belum banyak digunakan bahkan masih menjadi alternatif cadangan yang hanya diterapkan bilamana diperlukan schedule pelaksanaan yang lebih cepat.

(9)

MRK - 79

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAGAL

LELANG PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI INSTANSI

PEMERINTAH

Riza Susanti1, Bambang Pudjianto2, M. Agung Wibowo3dan Rudi Yuniarto Adi4

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:

rizasusantii@gmail.com

2Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:b.pudji@undip.ac.id

3Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:agung_wibowo8314423@yahoo.co.uk

4Staf Pengajar, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:rudi_ya@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pengadaan barang/ jasa dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tidak terkecuali pada instansi pemerintah. Proses pengadaan barang/jasa awalnya dilakukan secara manual namun sejak dikeluarkannya kepres No. 80 tahun 2003 beberapa instansi pemerintah mulai melakukan pengadaan barang/jasa secara elektronik atau E-procurement. Sekarang ini pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah diatur dalam Perpres RI No.54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Perpres RI No. 70 tahun 2012 yang didalamnya mengatur prinsip pengadaan di mana semua proses pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan secara efisien dan efektif. Pelaksanaan pengadaan barang/ jasa untuk suatu paket pekerjaan tidak selalu berjalan lancar, masalah yang kerap kali dihadapi adalah terjadinya gagal lelang. Suatu paket pekerjaan dikatakan mengalami gagal lelang jika jumlah penawar kurang dari 3 (tiga), tidak ada penawar yang lulus evaluasi, adanya sanggahan banding yang dinyatakan benar atau calon pemenang mengundurkan diri. Gagal lelang menyebabkan tidak terpenuhinya 2 (dua) dari 7 (tujuh) prinsip pengadaan yaitu efektif dan efisian serta kemungkinan tidak terpenuhinya kebutuhan barang/jasa tepat waktu yang dapat menghambat kinerja suatu instansi. Gagal lelang juga menghabiskan waktu dan tenaga pokja pengadaan karena harus mengevaluasi ulang mengapa suatu paket pekerjaan mengalami kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan paling berpengaruh sebagai penyebab terjadinya gagal lelang. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling dengan

purposive sampling dari jumlah paket yang mengalami gagal lelang pada beberapa instansi

pemerintah di kota Semarang selama kurun waktu 2010-2013. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara sementara analisis data dilakukan dengan analisis faktor. Penelitian ini merupakan on going research di mana pilot project sedang dilakukan di Universitas Diponegoro. Harapan dari penelitian ini adalah keluaran penelitian berupa ranking faktor penyebab gagal lelang nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam mengevaluasi paket-paket pekerjaan yang mengalami gagal lelang.

Kata kunci: Pengadaan, Gagal Lelang, E-procurement

1. PENDAHULUAN

Proses pengadaan barang/jasa di Instansi pemerintah awalnya dilakukan secara manual dan baru mulai dilakukan secara elektronik sejak dikeluarkannya kepres No. 80 tahun 2003. Sekarang ini pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah diatur dalam Perpres RI No.54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Perpres RI No. 70 tahun 2012 yang didalamnya mengatur prinsip pengadaan di mana semua proses pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Pelaksanaan pengadaan barang/ jasa untuk suatu paket pekerjaan

(10)

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

PENERAPAN KONSEP VALUE-AT-RISK SEBAGAI METODE

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR PADA

KASUS PROYEK PELABUHAN SUPPLY BASE

Akuntino Mandhany1, Andreas Franskie Van Roy2

1Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Email :

akuntino@gmail.com

2Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Email :

andrevan@unpar.ac.id

ABSTRAK

Salah satu pendekatan umum penilaian kelayakan proyek adalah melalui analisis estimasi arus kas proyek yang mempertimbangkan konsep time value of money. Kelayakan diukur dengan beberapa parameter seperti NPV, IRR dan Discounted Payback Period. Konsep tersebut menghasilkan satu nilai tunggal untuk tiap parameternya. Konsep ini bersifat deterministik sebab mengasumsikan arus kas bersifat pasti. Pada kenyataannya arus kas dapat bervariasi akibat dari variabilitas faktor pemengaruhnya. Kondisi ini menggambarkan ketidakpastian yang menjadikan kelayakan proyek pada kondisi yang berisiko.

Tujuan penelitian ini untuk memberikan kajian penilaian kelayakan proyek dengan pendekatan Value-at-Risk (VaR) yang memperhitungkan risiko melalui pendekatan stokastik/probabilistik. Konsep VaR merangkum kerugian maksimum yang mungkin terjadi dengan tingkat kepercayaan tertentu. Dengan kata lain, VaR menggambarkan sebuah keadaan dimana arus kas proyek menerima risiko terberat sesuai dengan risiko yang didefinisikan. Pada penelitian ini, Capital Asset Pricing Model (CAPM) digunakan untuk menentukan Cost of Equity, sedangkan tingkat diskonto menggunakan Weighted Average

Cost of Capital. Selain arus kas, WACC juga dihitung menggunakan analisis stokastik.

Variabel risiko disimulasi dengan metode Monte Carlo sesuai distribusi probabilitas masing-masing variabel risiko. Konsep perhitungan stokastik juga pernah dikembangkan oleh Ye dan Tiong (2000) dan Heni Fitriani (2006) melalui NPV-at-risk dengan nilai tunggal pada tingkat diskontonya.

Dari hasil simulasi menunjukan bahwa pelabuhan supply base yang dijadikan objek penelitian layak secara investasi karena memiliki parameter melebihi batasan-batasan kelayakan. Berdasarkan tiga kali simulasi dengan masing-masing 10.000 iterasi, didapat rata-rata NPV proyek pada tingkat keyakinan 95% terhitung Rp19,8 miliar. Rata-rata-rata IRR proyek 13,4% lebih besar dari mean WACC hasil simulasi 11,06%. Sementara perhitungan NPV dan IRR deterministik berturut-turut adalah Rp 352,8 miliar dan 18,01%. Dengan konsep VaR dapat ditunjukkan bahwa dengan mengadopsi konsep risiko terdapat rentang selisih yang lebar antara nilai parameter kelayakan. Artinya konsep VaR akan memberikan gambaran yang lebih konservatif kepada pemangku kepentingan untuk memperkirakan dampak risiko yang harus ditangung proyek.

Kata kunci: Kelayakan Investasi, Value-at-Risk, WACC, Monte Carlo, CAPM

1.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau kecil lain. Posisi Indonesia sebagai negara maritim memberikan tantangan yang cukup besar terutama dalam hal penyediaan infrastruktur untuk mendukung konektivitas antar wilayah. Salah satu infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang konektivitas di Indonesia adalah pelabuhan. Ketersediaan pelabuhan yang baik menjadi salah satu isu yang sangat vital mengingat status Indonesia yang merupakan negara maritim. Pemerintah dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 –

(11)

MRK - 100

STUDI UPAH DAN BEBAN BIAYA PEKERJA KONSTRUKSI

DI INDONESIA

Srie Heruyani Stevia Lukmanasari1

1Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Bandung, Email: stevialukmanasari@gmail.com

ABSTRAK

Industri konstruksi di Indonesia mengalami pertumbuhan tiap tahunnya. Pertumbuhan ini ditunjukkan salah satunya dengan nilai konstruksi yang diselesaikan yang juga terus meningkat. Upah pekerja konstruksi merupakan komponen yang cukup besar porsinya (sekitar 30%) di dalam nilai konstruksi tersebut dan biaya ini tidak bisa dikembalikan ke kas perusahaan. Oleh karena itu, biaya ini perlu mendapat perhatian yang serius dari perusahaan. Namun sayangnya, dari data yang ada, upah pekerja konstruksi di Indonesia hanya berupa upah harian (untuk pekerja lepas) dan upah bulanan (untuk pekerja tetap), sementara informasi mengenai beban biaya pekerja tidak tersedia. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen dan struktur kompensasi pekerja konstruksi di Indonesia. Metodologi penelitian yang akan digunakan berupa metode empiris dan induktif. Setelah data dari survey lapangan terkumpul, disusun suatu deskripsi yang memodelkan kompensasi pekerja konstruksi menjadi komponen-komponennya. Selain itu, dianalisa pula hubungan antarvariabel yang diteliti. Dari hasil survey pendahuluan, diperoleh gambaran mengenai hasil penelitian ini, di mana gaji pekerja tetap dan upah pekerja lepas memiliki struktur yang berbeda. Selain struktur upah yang berbeda untuk masing-masing jenis pekerja, besaran yang diterima masing-masing individu pun berbeda.

Kata kunci: pekerja konstruksi, upah pekerja konstruksi, beban biaya pekerja konstruksi

1.

PENDAHULUAN

Industri konstruksi merupakan salah satu industri besar di Indonesia yang laju pertumbuhannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, industri konstruksi merupakan sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi ketiga di Indonesia, yaitu sebesar 6,57 % (sumber : Badan Pusat Statistik). Salah satu indikator yang dapat menunjukkan pertumbuhan sektor industri konstruksi tersebut adalah peningkatan nilai konstruksi yang diselesaikan. Untuk tahun 2008-2012, nilai konstruksi yang diselesaikan di Indonesia adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai Konstruksi yang diselesaikan Tahun 2008-2012 (dalam juta rupiah)

Jenis Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata Pertumbuhan Konstruksi Gedung 70,591,453 72,886,927 95,397,270 108,768,763 128,551,604 14,490,038 Pertumbuhan - 3% 31% 14% 18% 17% Konstruksi Bangunan Sipil 86,517,919 141,112,869 169,975,358 202,325,448 237,019,258 37,625,335 Pertumbuhan - 63% 20% 19% 17% 30% Konstruksi Khusus 52,988,853 47,108,970 54,876,925 65,029,137 75,782,311 5,698,365 Pertumbuhan - -11% 16% 18% 17% 10% Jumlah 210,098,225 261,108,766 320,249,553 376,123,348 441,353,173 57,813,737 Pertumbuhan - 24.28% 22.65% 17.45% 17.34% 20.43% (sumber : Data Runtun Benchmark oleh Badan Pusat Statistik)

(12)

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

PEMODELAN MEKANISME FAKTOR PENYEBAB KERENTANAN

PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP KECELAKAAN JATUH

Yusuf Latief1, Akhmad Suraji2, Yulianto S., Nugroho3, dan Rosmariani Arifuddin4

1Professor, Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Email:latief73@eng.ui.ac.id

2Staff Pengajar, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, Email :akhmadsuraji@yahoo.co.uk

3Professor, Departemen Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Email:yulianto.nugroho@ui.ac.id

4Alumni Program Doktoral Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Email:

rosmariani_ar@yahoo.com

ABSTRAK

Data statistik di beberapa negara menunjukkan bahwa kecelakaan kerja di industri konstruksi sangat tinggi dibandingkan industri lainnya. Proyek konstruksi masih merupakan lokasi yang sangat rentan terhadap kecelakaan jatuh (fall accident), sehingga upaya pencegahan kecelakaan jatuh menjadi prioritas utama. Untuk merekomendasikan strategi pencegahan kecelakaan jatuh yang efektif diperlukan pengetahuan yang komprehensif tentang faktor penyebab kerentanan proyek konstruksi terhadapa kecelakaan jatuh. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model mekanisme faktor penyebab (causal mechanism) kerentanan terhadap kecelakaan jatuh di proyek konstruksi. Penelitian ini merupakan kajian komprehensif melalui studi pustaka dan survei persepsi para pakar melalui focus group

discussion (FGD). Hasil FGD selanjutnya diolah dengan menggunakan analisa statistik dan

analisa Fuzzy Multy Expert Decision Making (FMEDM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model mekanisme faktor penyebab kerentanan proyek konstruksi terhadap kecelakaan jatuh ditentukan oleh interaksi secara konvergen yang terdiri dari: i) faktor manusia, ii) faktor peralatan, iii) faktor organisasi, iv) faktor manajemen dan v) faktor lingkungan. Faktor manusia terdiri dari interaksi sebab akibat variabel “Rendahnya kesadaran pekerja untuk bekerja dengan selamat”, “Kurangnya pengalaman dalam bekerja”, “Rendahnya tingkat

pengetahuan dan keterampilan pekerja”, “Ketidasesuaian usia pekerja,” serta “Bekerja dalam

kondisi fisik dan mental yang buruk”. Sementara variabel “Perilaku pekerja yang tidak

selamat” disebabkan oleh “Rendahnya kesadaran pekerja akan keselamatan kerja”.

Kerentanan untuk faktor peralatan terdiri dari interaksi sebab akibat variabel “Kondisi fisik dan spesifikasi peralatan kerja yang tidak sesuai dengan standar keselamatan” disebabkan

“Kurangnya pemeriksaan dan pemeliharaan dari peralatan kerja” serta “Peralatan kerja tidak

sesuai dengan jenis pekerjaan”. Kerentanan proyek terhadap faktor organisasi terdiri dari

interaksi sebab akibat dari variabel “Kurangnya komitmen pimpinan akan keselamatan kerja” disebabkan oleh “Tidak adanya pemberian hukuman/penalty jika terjadi pelanggaran”.

Mekanisme penyebab kerentanan faktor manajemen terdiri dari interaksi variabel “Tidak ada/ kurangnya pedoman/ manual keselamatan kerja” dipengaruhi oleh variabel “Tidak adanya sistem pengawasan terhadap keselamatan kerja”, “Minimnya ketersedian sumber daya keselamatan kerja”, “Tidak ada/ kurangnya training keselamatan kerja”, “Tekanan pihak manajemen” serta “Tidak adanya kontrak keselamatan kerja”. Untuk faktor lingkungan,

terdiri dari interaksi variabel “Kondisi permukaan tempat bekerja tidak sesuai standar

keselamatan” dipengaruhi variabel “Pengaturan dan penempatan material/peralatan kerja yang tidak teratur” serta “Kondisi cuaca yang buruk”.

Kata kunci: mekanime faktor penyebab, kerentanan, kecelakaan jatuh dan proyek konstruksi.

1.

PENDAHULUAN

Data statistik di beberapa negara menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan kerja di industri konstruksi jauh lebih tinggi dibandingkan industri lainnya (Taiwan Labors Safety and Health Act, 2006, ASCC, 2006; NSC,

(13)

MRK - 119

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

IDENTIFIKASI KERENTANAN BANGUNAN CONFINED DAN

UNCONFINED MASONRY DI DAERAH RAWAN GEMPA,

PROVINSI ACEH

M. Heri Zulfiar1,Rizal Z. Tamin2, Krishna S. Pribadi3, Iswandi Imran.4

1Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil ITB dan Staff Pengajar Tek Sipil UMY, Email:

zulfiarheri@yahoo.com

2Guru Besar & Pengajar KK-MRK, Program Doktor Teknik Sipil ITB, Email:rzt@bdg.centrin.net.id

3Staf Pengajar KK-MRK, Program Doktor Teknik Sipil ITB, Email:ksuryanto@si.itb.ac.id

4Guru Besar & Pengajar KK-RS, Program Doktor Teknik Sipil ITB, Email:iswandiimran@gmail.com

ABSTRAK

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki risiko kegempaan yang tinggi. Data-data kebencanaan dalam decade terakhir menunjukkan banyaknya kejadian gempa di Provinsi Aceh yang menimbulkan kerusakan bangunan dalam jumlah besar dan berulang khususnya bangunan perumahan. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan di wilayah Aceh memang rentan terhadap gempa. Salah satu penyebab utama kerentanan bangunan adalah penyelenggaraan konstruksi yang tidak sesuai dengan persyaratan yang diperlukan, baik peraturan perundang-undangan yang belum sempurna, maupun pelaksanaan pembangunan yang tidak tepat. Praktek-praktek membangun yang salah, baik dari segi perencanaan dan perancangan, pelaksanaan dan pengawasannya, maupun dari segi pemanfaatan dan perawatannya, dapat menghasilkan bangunan dan infrastruktur yang rentan terhadap bencana. Bila terjadi suatu bencana, maka produk sektor konstruksi menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menyebabkan korban jiwa ketika bencana terjadi, atau menimbulkan kerugian yang besar, karena hancurnya bangunan atau infrastruktur lainnya. Sehubungan dengan banyaknya bangunan rumah penduduk mengalami kerusakan akibat gempa, perlu dilakukan penelitian kerentanan bangunan yaitu dengan melakukan identifikasi kerentanan bangunan confined dan un-confined masonry di daerah rawan bencana di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Nagan, Blangpidie, Tapak Tuan, dan Simeulue. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pusat Statistik (BPS), dan mengamati karakteristik bangunan dan praktek-praktek membangun, serta melakukan wawancara pada beberapa pemangku kepentingan di daerah rawan bencana tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 45,9% bangunan yang berada pada kondisi kurang atau tidak terawat. Ditinjau dari bentuk bangunan, terdapat14,1% yang tidak memenuhi syarat bangunan tahan gempa yaitu mempunyai keteraturan bentuk vertikal dan horizontal Berdasarkan karakteristik struktur bangunan terdapat 20,3% yang mempunyai sistem struktur rentan terhadap gempa yaitu menggunakan kolom dan balok praktis yang tidak sesuai ketentuan.

(14)

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2014, 6 November 2014, ISSN 2407-1021

PENGEMBANGAN MODEL PROSES PRODUKSI

TIANG PANCANG DALAM MENDUKUNG KUALITAS PRODUKSI

Suradi1, Hammada Abbas2, M. Wihardi Tjaronge2, dan Victor Sampebulu4

1Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin

Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp 085340570417, Email:suradi@yahoo.co.id

2Promotor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan, Km. 10

3Kopromotor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan, Km. 10, Telp

0411-587636, Email:tjaronge@yahoo.co.jp

4Kopromotor, Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan KM-10, Telp

0411-587636, Email:vicsam_ars@yahoo.com

ABSTRAK

Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti jembatan, gedung bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga, bangunan mesin-mesin berat, dan lain sebagainya dimana semuanya merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan menerima beban yang relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi biasanya bertitik tolak pada beberapa hal mendasar seperti anggapan adanya beban yang besar sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis lagi untuk dipergunakan. Banyaknya kegiatan proyek yang menggunakan produk tiang pancang namun persediaan produk tidak dapat memenuhi dengan jumlah yang tersedia. Dalam penelitian akan mengadakan model proses produksi menurut fungsi waktu dan peralatan yang dapat menggambarkan kinerja manusia dalam penerapan alokasi beban kerja dan mengevaluasi dampak positif dari pemanfaatan model proses produksi tersebut terhadap kinerja sistem produksi secara berkesinambungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menganalisa model proses produksi menurut fungsi waktu, peralatan, dan kinerja manusia, dan Menghasilkan rancangan model proses produksi terhadap kinerja sistem produksi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung pada proses produksi, kemudian dianalisis dengan mengenai waktu, peralatan/mesin dan manusia. Kemudian hasil yang diharapkan adalah model proses produksi menurut fungsi waktu, peralatan, dan kinerja manusia. sehingga menghasilkan rancangan model proses produksi terhadap kinerja sistem produksi.

Kata kunci : waktu, peralatan, manusia

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri dewasa ini berada pada masa transformasi akibat tuntutan perkembangan zaman, daya saing dan teknologi. Dalam bidang industri konstruksi beton, proses produksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan produktivitas industri tersebut agar menghasilkan kualitas beton yang sesuai standar dan jadwal yang telah direncanakan. Untuk menjaga agar produktivitas tetap stabil dan meningkatkan sumber daya untuk mendukungnya, maka diperlukan suatu suatu sistem untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi tersebut. Pengukuran proses produksi banyak sekali mengalami kesulitan karena pada proses produksi tidak bisa diukur secara akurat melainkan hanya bisa melalui suatu pendekatan, karena ada banyak faktor yang mempengaruhi proses produksi. Diharapkan dengan pengukuran proses produksi ini dapat diperoleh sebuah gambaran trend produktivitas saat diukur, dan dapat dijadikan patokan untuk memperbaiki nilai produktivitas untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan. Salah satu usaha yang harus dilakukan oleh perusahaan di bidang produksi yaitu proses produksi harus didesain seefisien dan seefektif mungkin. Untuk itu dalam pelaksanaan proses produksi perlu adanya perencanaan dan pengawasan produksi yang baik agar proses produksi dapat berjalan dengan baik sehingga nantinya dapat meningkatkan jumlah produk yang berkualitas. Banyak perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi yang produksinya bersifat pesanan. Sehingga sangatlah penting adanya ketepatan waktu pesanan dengan ketepatan penyelesaian produk yang dipesan (just in time). Banyaknya kegiatan proyek yang

Gambar

Tabel 1. Nilai Konstruksi yang diselesaikan Tahun 2008-2012 (dalam juta rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen tes yang digunakan yaitu soal tes formatif atau ulangan harian mata pelajaran biologi yang dipakai oleh guru selama satu semester, sebagai alat untuk

Terlaksananya pengelolaan administrasi pelatihan manajemen dan kepemimpinan Terwujudnya administrasi rumah tangga dan perlengkapan yang tertib dan akuntabel. Terwujudnya

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

Obat yang potensinya rendah dalam menghambat COX-1, yang berarti memiliki rasio aktivitas COX-2/ COX-1 lebih rendah, akan mempunyai efek sebagai anti inflamasi dengan efek

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan mempelajari bukan hanya sebatas teori, melainkan ilmu aplikatif dan bukan

[r]

Semasa pemain daripada pasukan lawan yang dibenarkan berada dalam kawasan itu membuat hantaran percuma, bola tidak boleh dibaling melebihi kawasan gelanggang

Infrastruktur yang ada pada organisasi/perusahaan, telah mencakup lapisan transport yang merupakan lapisan yang menyediakan kemampuan jaringan/networking dan