• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu bergerak masif bahkan dapat menimbulkan perubahan terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terlalu bergerak masif bahkan dapat menimbulkan perubahan terhadap"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wilayah pantai dan pesisir maupun lautan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut meliputi berbagai sektor, antara lain perikanan, industri, maupun pemukiman. Potensi ini didukung dengan aspek geografis Indonesia yang memiliki 17.508 pulau dan garis pantai kurang dari 81.000 km (Mardianto, 2005). Sehingga tidak heran jika Indonesia bisa dikatakan unggul dalam pariwisata pesisirnya. Salah satu daerah yang menjadi motor kepariwisataan adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana pariwisata pesisir pantai di Kabupaten Gunungkidul yang menjadi fokus utama. Namun dibalik itu, ada ekspansi ekonomi yang terlalu bergerak masif bahkan dapat menimbulkan perubahan terhadap bentuk dan nilai fungsi dari pesisir serta masyarakat di dalamnya.

Seiring dengan perkembangan pariwisata di Gunungkidul yang semakin meningkat, harga tanah khususnya di pesisir pantai terus meroket. Beberapa tahun lalu harga tanah kurang dari Rp 200 ribu per meter persegi, saat ini sudah melambung hingga tembus Rp 1 -1,5 juta. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan yang dilakukan oleh investor yang melihat potensi wisata pantai di Gunungkidul yang semakin ramai wisatawan (Susmayanti, 2014).

(2)

2 Sejak beberapa tahun terakhir ini, tanah di kawasan obyek wisata pantai menjadi rebutan baik warga lokal maupun luar Gunungkidul. Potensi pariwisata yang terus berkembang menjadi daya tarik pelaku usaha untuk membuka usaha di sekitar kawasan obyek wisata. Banyaknya warga yang mencari tanah untuk membuka usaha ini menyebabkan harganya melambung tinggi. Penjualan tanah pesisir ini diakui masyarakat sekitar memang sudah lama terjadi. Pada awalnya masyarakat memutuskan untuk menjual tanah pesisir mereka dengan iming-iming tingginya harga yang ditawarkan oleh investor. Di samping itu, adanya pengaruh dari sejumlah oknum perangkat desa yang diduga juga telah membuat warga menjual tanahnya. Sehingga masyarakat senang dengan penawaran untuk menjual tanahnya, karena dengan harga yang tinggi mereka berharap bisa mendapatkan uang yang sebanding untuk kepentingan mereka (Jogja.co, 2014).

Meningkatnya penjualan tanah pesisir terjadi di hampir seluruh pantai di Gunungkidul. Salah satu pantai yang tidak luput dari fenomena penjualan tanah ini adalah Pantai Drini. Banyak tanah pesisir di pantai ini yang telah dijual oleh masyarakat kepada pihak lain. Masyarakat sendiri mengaku bahwa mereka sudah banyak yang tidak memiliki tanah lagi. Aktivitas jual beli yang dilakukan masyarakat dilakukan di hadapan para pejabat desa selaku yang mengurus administrasi dan pihak ketiga sebagai saksi. Akan tetapi, pemerintah desa mengelak bahwa mereka mengetahui tentang jual beli tanah di desa mereka. Padahal pemerintah desa terlibat dalam proses ini.

(3)

3 Selain itu bukti sertifikat dan administrasi yang tidak lengkap semakin mengakibatkan tidak ada laporan yang jelas berapa jumlah tanah yang telah terjual khususnya di Pantai Drini sendiri. Penjualan tanah pesisir Pantai Drini bisa terdengar sampai kepada masyarakat luar karena perbincangan dari warga ke warga.

Pantai Drini sendiri terletak di pesisir selatan pulau Jawa dan termasuk wilayah Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari. Pantai Drini menjadi salah satu pantai istimewa di pesisir Gunungkidul karena sebuah pulau kecil di tengahnya, membagi pantai menjadi dua bagian. Pantai ini mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara pada tahun 2009. Hingga saat ini intensitas peningkatan kunjungan semakin tinggi. Bahkan tiap hari libur pantai ini akan dipadati oleh pengunjung dari berbagai daerah. Kondisi wilayah yang sangat strategis tersebut mengakibatkan banyak investor yang tertarik untuk mendirikan usahanya di sana. Masyarakat yang tinggal di sana mengakui bahwa tanah pesisir Pantai Drini telah banyak dijual oleh warganya. Sebenarnya masih ada tanah yang tetap dimiliki warganya, namun masyarakat di sana mengaku mendapatkan beberapa tawaran untuk menjual tanah tersebut.

Aktivitas penjualan tanah pesisir akan mempengaruhi bagaimana perkembangan pariwisata di Pantai Drini, terutama perilaku sosial masyarakatnya. Masyarakat menyadari daya tarik pesisir pantai yang indah memberikan nilai tersendiri untuk mendirikan sektor industri yang menunjang kebutuhan para wisatawan seperti rumah makan, hotel, hingga

(4)

4 tanah parkir. Fasilitas tersebut dalam jangka panjang akan dapat dirasakan oleh masyarakat hal ini dianggap mampu meningkatkan pelayanan di lokasi wisata pantai.

Jika tidak dikendalikan maka perkembangan pariwisata yang cepat ini membuat warga justru terpinggirkan. Upaya menahan warga agar tidak melepaskan tanah di pinggir pantai pun dilakukan pemerintah Kabupaten. Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan, tanah di sekitar pantai memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Apalagi dengan prospek wisata yang sudah di depan mata. Sangat disayangkan jika dengan begitu mudahnya dilepas oleh warga. Dia berharap warga mulai membuat kesepakatan dengan investor. Paling tidak, tanah yang ada tidak dijual tapi disewa. Karena resikonya masyarakat hanya akan menjadi penonton. Berbeda jika tanah itu disewakan, warga mendapatkan nilai tambah yang berarti. Jika masyarakat terlalu mudah menjual tanah untuk kepentingan pemodal, nantinya justru masyarakat tidak dapat terlibat jauh di tengah kemajuan pariwisata dan ekonomi (Kurniawan, 2014).

Ada permasalahan yang muncul ketika bagaimana masyarakat dengan mudah memutuskan untuk menjual tanah yang mereka miliki daripada mengolahnya sendiri. Karena pada dasarnya mereka dihadapkan pada dua situasi yang menjadi faktor pendorong untuk bertindak yakni growth (berkembang) dan survive (bertahan). Penjualan tanah pesisir telah memberikan perubahan di masyarakat, tidak hanya perubahan fisik tetapi juga perilaku masyarakat di sekitar lokasi pesisir baik dampak positif dan

(5)

5 juga dampak negatif. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas mengenai bentuk-bentuk perubahan dan bagaimana dampak sosial ekonomi yang muncul akibat dari tindakan masyarakat menjual tanah pesisir di Pantai Drini.

B. RUMUSAN MASALAH

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

Apa perubahan dan dampak sosial yang terjadi di masyarakat pasca penjualan tanah di pesisir Pantai Drini?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui alasan masyarakat menjual tanah di pesisir Pantai Drini 2. Mengetahui bagaimana proses tindakan sosial penjualan tanah di

pesisir Pantai Drini.

3. Mengetahui perubahan dan dampak sosial yang terjadi di masyarakat pasca penjualan tanah di pesisir Pantai Drini.

Sedangkan, manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mampu memberikan wawasan kepada masyarakat secara luas bahwa telah terjadi peningkatan penjualan tanah di pesisir Pantai Drini

2. Mampu memberikan refleksi perubahan yang terjadi akibat tindakan masyarakat yang menjual tanah pesisir

(6)

6 3. Mampu membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam pemanfaatan tanah dan pengembangan strategi pengelolaan sumber daya tanah pesisir pantai.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai perubahan sosial di masyarakat pesisir. Yang pertama adalah penelitian dari Eka Sriwardani (2005) yang berjudul “Dampak Sosial Kebijakan Pembangunan Kawasan Wisata (Studi di Objek Wisata Pantai Krakal Kabupaten Gunugkidul)”. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis dampak sosial yang ditimbulkan akibat kebijakan pembangunan kawasan objek wisata Pantai Krakal Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dampak sosial dari kebijakan pembangunan kawasan objek wisata pantai antara lain memberikan kesempatan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, mendorong pembangunan daerah, serta terjadi perubahan sikap, nilai dan persepsi terhadap lingkungan. Persamaan dengan penelitian adalah mengetahui bagaimana dampak atau perubahan yang terjadi di masyarakat pesisir. Perbedaannya terletak pada latar belakang terjadinya perubahan, dalam penelitian tersebut dampak sosial timbul akibat dari kebijakan pembangunan kawasan di Pantai Krakal, sedangkan dalam penelitian perubahan dan dampak sosial terjadi akibat oleh penjualan tanah di pesisir Pantai Drini.

(7)

7 Kedua, penelitian dari Yanuar Triaji (2013) dengan judul “Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terhadap Masyarakat Pesisir (Studi Kasus di Pantai Krakal, Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul)”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak PLTS terhadap masyarakat sekitar Pantai Krakal Desa Ngestirejo. Penelitian ini menyatakan bahwa meskipun PLTS berdampak positif seperti pertumbuhan ekonomi, meningkatkan asset dan aksesbilitas, namun ada pula dampak negatifnya, seperti meningkatkan angka kriminalitas di malam hari, perubahan kebudayaan serta adanya pemisahan kelas diantara masyarakat. Persamaan penelitian ini yakni bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakat pesisir. Perbedaannya yakni terletak pada latar belakang terjadinya perubahan dan dampak sosial. Dalam penelitian tersebut dampak sosial yang diakibatkan pembangunan PLTS di Pantai Krakal, sedang dalam penelitian perubahan dan dampak sosial yang terjadi diakibatkan oleh penjualan tanah pesisir Pantai Drini.

Ketiga, penelitian dari Amri, Resmiyati Yunus dan Sutrisno Mohamad (2013) dengan judul “Perubahan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kecamatan Bokan Kepulauan Kabupaten Banggai Laut”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat pesisir. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan, keadaan rumah penduduk serta peralihan penggunaan teknologi modern dalam penangkapan ikan merupakan wujuda dari perubahan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Bokan.

(8)

8 Persamaan penelitian ini yakni ingin menjelaskan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Perbedaannya terletak pada latar belakang terjadinya perubahan. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa perubahan sosial diakibatkan oleh perkembangan IPTEK, pendidikan, dan adanya peran serta pemerintah daerah melalui pemberian bantuan. Sedangkan dalam penelitian perubahan sosial yang terjadi di masyarakat diakibatkan oleh penjualan tanah pesisir Pantai Drini.

Adapula skripsi oleh Edy Andriyanto dengan judul “Perkembangan Kota, Alih Fungsi Tanah dan Respon Masyarakat Petani”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagimana respon masyarakat petani akibat adanya alih fungsi tanah pertanian. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terjadi perubahan penggunaan tanah dengan munculnya perumahan di Desa Sidoarum yang berdampak pada degradasi lingkungan dan perubahan sosial, ekonomi, budaya masyaraat antar lain menyangkut mata pencaharian, konsepsi, dan praktek idup bersama serta aspek sosio kultur lainnya. Hal ini tentunya memunculkan berbagai respon dari masyarakat terhadap kondisi riil yang ada, bahkan masyarakat petani memberikan protes terhadap pembangunan perumahan di Sidoarum. Secara umum posisi petani terdesak oleh gejala pemekaran kota sehingga mengharuskan petani utnuk mempunya strategi dalam menghadapi perubahan yang terjai baik di bidang sosial, ekonomi, dan budaya yakni mereka pergi meninggalkan tanah pertaniannya dan melakukan migrasi atau mobilitas kerja, beralih pekerjaan ke sector non pertanian serta tetap bertahan di sector pertanian. Persamaan

(9)

9 dari skripsi ini dengan penelitian yaitu sama-sama ingin melihat bahwa telah terjadi perubahan di masyarakat ketika dihadapkan pada alih kepemilikan tanah yang dipengaruhi oleh perkembangan suatu wilayah. Perbedaannya terletak pada latar belakang perubahan, pada penelitian ini perkembangan wilayah terjadi karena adanya pembangunan perumahan. Sedangkan pada penelitian ini perkembangan wilayah terjadi karena kegiatan pariwisata diikuti dengan maraknya penjualan tanah pesisir.

Penelitian yang diajukan berjudul “Perubahan dan Dampak Sosial Penjualan Tanah di Pantai Drini” ingin mengetahui bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakata akibat dari penjualan tanah. Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan perubahan sosial yang terjadi. Selain itu penelitian ini ingin mengetahui dampak-dampak sosial yang ditimbulkan pasca penjualan tanah pesisir.

E. KERANGKA KONSEPTUAL

Lingkungan alam sekitar akan membentuk sifat dan perilaku masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi mempengaruhi interaksi sosial, distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma sosial, sikap serta persepsi yang melembaga dalam masyarakat. Sehingga masyarakat pesisir mengalami perubahan seiring dengan berubahnya sikap dan tindakan terhadap lingkungan di sekitar. Dikatakannya pula perubahan lingkungan dapat merubah konsep keluarga. Nilai-nilai sosial yang berkembang dari

(10)

10 hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat memacu perubahan sosial (Usman, 2003).

Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat terjadi baik secara alami maupun karena rekayasa sosial. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antar-manusia, organisasi atau komunitas termasuk perubahan dalam hal budaya (Salim, 2002).

Perubahan sosial tidak hanya terbatas pada proses perubahannya, mekanisme perubahan, arah perubahan, melainkan sampai pada pembahasan mengenai dampak atau konsekuensi-konsekuensi dari perubahan sosial tersebut (Martono, 2012). Pengertian dampak secara umum adalah suatu akibat yang terjadi dari adanya suatu aktivitas atau perubahan. Dampak terhadap manusia merupakan akibat, pengaruh dan konsekuensi yang timbul dari suatu aktivitas atau kegiatan yang akan meningkatkan atau bahkan mungkin akan menurunkan kualitas hidup manusia. Dampak yang ditimbulkan akibat suatu perubahan bersifat positif yang menguntungkan manusia dan bersifa negatif yang merugikan manusia.

Menurut Sztompka (2011), masyarakat senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Perubahan sosial secara umum dapar diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat meliputi

(11)

11 pola pikir yang lebih inovatif, sikap serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Sztompka mengemukaan bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tidak terulang dari sistem soisal sebagai satu kesatuan. Menuju ke arah kemajuan, perubahan structural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat. Perubahan struktural adalah transformasi dalam organisasi dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat. Perubahan sosial dapat berupa beberapa hal:

1. Transformasi dalam organisasi masyarakat

2. Perubahan dalam pola pikir dan perilaku pada waktu tertentu 3. Variasi hubungan sosial

4. Lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Sztompka, 2011: 5).

Perubahan sosial dijelaskan melalui proses sosial yang dilakukan masyarakat. Proses sosial melukiskan proses perkembangan yang terkandung dalam sistem sosial dan juga menuju ke arah tertentu. Hasil dari proses sosial dilihat dalam dua hal, yang pertama arah/tujuannya sesuai dengan apa yang diinginkan, dan kedua arah/tujuan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Proses sosial pada tingkat makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan ditingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas dan organisasi dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi dan perilaku individu. Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik

(12)

12 (entity), tetapi seperangkat proses yang saling bertingkat ganda (Sztompka, 2011).

Faktor penyebab perubahan sosial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat (faktor internal) dan fakto yang berasal dari luar masyarakat (faktor eksternal). Faktor internal pendorong terjadinya perubahan sosial seperti bertambah-berkurangnya penduduk, struktur sosial, penemuan baru dan pertentangan (konflik). Sedangkan faktor eksternal berupa perubahan lingkungan hidup, peperangan, dan pengaruh kebudayan lain (Ranjabar, 2008).

Perubahan terjadi akibat dari proses jual beli tanah di pesisir Pantai Drini. Perubahan kepemilikan tanah pesisir mempengaruhi bagaimana wilayah tersebut akan dikembangkan. Tanpa disadari masyarakat, wilayah mereka tidak akan lagi tumbuh secara alami melainkan sudah diubah menjadi tanah-tanah terbangun. Perubahan yang terjadi saat ini memberikan dampak dan berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk perubahan lebih ditekankan pada perubahan sosial khususnya mereka yang telah menjual tanah pesisir yang merasakan bagaimana perubahan itu terjadi. Selain itu kondisi di sekitar pesisir akan ikut berubah dari kondisi semula. Perubahan mengakibatkan dampak positif dan negatif. Dimana dampak positif memberikan keuntungan bagi masyarakat sedangkan negatif memberikan kerugian bagi masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan masyarakat yang akhirnya memutuskan untuk menjual

(13)

13 tanah kepada pemilik modal. Kepentingan dari penjualan tanah juga beragam sebagai alasan dibalik tindakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Selaras dengan konsep di atas, bahwa tindakan sosial yang dilakukan masyarakat untuk menjual tanah pesisir memiliki faktor yang mempengaruhi tindakan tersebut, apakah faktor untuk growth, survive atau untuk keduanya. Dengan menganalisis tindakan tersebut, dapat terlihat alasan masyarakat menjual tanah dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian, menyelamatkan kondisi perekonomian, atau untuk mencapai keduanya. Berangkat dari analisis tersebut kemudian menunjukkan bagaimana proses tindakan sosial masyarakat dan perubahan sosial yang telah terjadi pasca penjualan tanah pesisir. Sehingga terlihat dampak yang ditimbulkan dari perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan Sosial Tindakan Sosial Penjualan Tanah Faktor-faktor yang mempengaruhi Dampak Proses tindakan sosial

(14)

14 F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pemilihan metodologi penelitian kualitatif dilakukan karena unit analisanya bukanlah dalam bentuk angka, melainkan mendeskripsikan suatu perilaku masyarakat tertentu. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Jenis penelitian deskriptif digunakan sebagai alat pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian seperti individu, lembaga, dan masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang nampak. Ciri-ciri pokok penelitian deskriptif yaitu: (1) Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual. (2) Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional (Nawawi, 1983: 63-64). Penelitian ditujukan untuk mengetahui aspek-aspek yang mencakup fenomena penjualan tanah di pesisir pantai oleh masyarakat dan penjelasan mengenai perubahan yang terjadi ini agar lebih jelas menggambarkan dan mendeskripsikan objek penelitian.

(15)

15 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Pantai Drini Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu wilayah yang tanah pesisirnya telah dijual oleh masyarakat. Tanah pesisir Pantai Drini terdiri dari bukit-bukit dan tanah datar. Selain itu, mudahnya peneliti untuk mengakses lokasi penelitian juga menjadi alasan pemilihan lokasi tersebut. Pantai Drini menjadi salah satu pantai yang berada di pesisir Gunungkidul yang sebagian besar tanahnya telah dibeli oleh para pemilik modal (berdasarkan wawancara dengan warga yang berada di lokasi Pantai Drini).

2. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari informan secara langsung terkait dalam penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan melihat keadaan yang terjadi di sekitar Desa Banjarejo khususnya di sekitar Pantai Drini serta data dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap masyarakat yang berhubungan langsung dengan fenomena penjualan tanah pesisir. Dari hasil wawancara tersebut peneliti memperoleh data siapa saja masyarakat yang menjual tanah,

(16)

16 berapa luas tanah yang telah dijual, serta bagaimana bentuk-bentuk perubahan yang dirasakan oleh masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapat dari pihak perangkat desa yang berkaitan dengan data monografi Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Selanjutnya data BPN Kabupaten Gunungkidul yang berkaitan dengan penjualan tanah, laporan penelitian, jurnal, dan online database yang berkaitan dengan perubahan sosial pasca penjualan tanah.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Teknik wawancara menggunakan teknik purposive. Proses wawancara diawali dengan menentukkan informan (key person) yaitu Kepala Desa Banjarejo yang menunjukkan warga mana yang telah menjual tanah pesisir yang mereka miliki. Kemudian peneliti mewawancarai satu per satu secara mendalam warga yang menjual tanahnya. Dari informan tersebut peneliti akan mengetahui bagaimana proses penjualan tanah itu terjadi. Selain itu juga mengetahui perubahan yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar pesisir Pantai Drini.

Untuk proses pemilihan informan, peneliti memfokuskan pada tiga kategori informan, yang pertama adalah institusi, organisasi dan pelaku penjualan tanah. Pengambilan informan

(17)

17 ini dilakukan dengan memanfaatkan seorang respon yang dianggap key person untuk mencari data atau informasi dari informan berikutnya hingga data diharapkan dapat diperoleh dan dianggap cukup (snowball).

b. Deskripsi Informan

Informan dari pihak instansi di tingkat Kabupaten Gunungkidul dan tingkat pemerintahan Desa Banjarejo:

1. Eli Martono

Informan berusia 51 tahun merupakan staf dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. Dari informan ini diperoleh informasi mengenai jumlah wisatawan yang datang ke lokasi-lokasi wisata di Gunungkidul, khususnya dalam penelitian ini adalah di Pantai Drini.

2. Nanang

Infoman berusia 35 tahun merupakan Kepala Bidang Sarana Pariwisata Disbudpar Kabupaten Gunungkidul. Dari informan ini diperoleh informasi tentang profil kawasan wisata di daerah Gunungkidul, khususnya di Pantai Drini.

3. Sumardi

Informan berusia 50 tahun merupakan Kepala Bagian Pemerintahan Desa Banjarejo. Dari informan ini

(18)

18 diperoleh informasi mengenai kondisi Desa Banjarejo secara keseluruhan, kondisi geografi dan demografi. Selain itu juga memberikan keterangan mengenai penjualan tanah yang melibatkan tanah di daerahnya.

Informan dari pihak organisasi lokal di Pantai Drini: 1. Marjoko

Informan berusia 32 tahun merupakan ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Drini dan ketua kelompok nelayan Mina Martani. Dari informan diperoleh informasi tentang perkembangan wisata Pantai Drini. Selain itu juga memberikan keterangan kaitannya dengan penjualan tanah di pesisir Pantai Drini, serta pengaruhnya bagi kawasan wisata.

2. Dwi Haryanto

Informan berusia 48 tahun merupakan pemilik warung makan di Pantai Drini. Dari informan ini diperoleh informasi mengenai deskripsi Pantai Drini. Selain itu juga memberikan pendapatnya mengenai penjualan tanah yang ada di sekitar pantai.

3. Suryanto

Informan berusia 50 tahun merupakan pemilik warung makan dan juga menjabat sebagai Sekretaris

(19)

19 Pokdarwis Pantai Drini. Selain itu informan juga merupakan juru parkir yang ada di sana. Dari informan diperoleh informasi mengenai kondisi sosial ekonomi warga yang bekerja di kawasan wisata Pantai Drini. Keterangan lain juga diberikan informan mengenai penjualan tanah yang terjadi dan bagaimana pengaruhnya bagi para pedagang sekitar.

Informan dari pihak pelaku penjualan tanah di Pantai Drini:

1. Mandung

Informan berusia 65 tahun merupakan pelaku penjualan tanah dan seorang landang atau makelar tanah di Pantai Drini. Dari informan diperoleh informasi mengenai proses penjualan tanah yang dilakukannya, serta menunjukkan dimana saja letak tanah yang dijual beserta pemiliknya. Tanah yan dijual seluas 5.000 meter2 dengan harga 650 juta pada tahun 2013. Penjualn ia lakukan bersama 4 saudaranya yang lain. Selain itu juga memberikan latar belakang dan perubahan yang dirasakan setelah menjual tanahnya.

2. Siswo Sumarto

Informan berusia 68 tahun merupakan pelaku penjualan tanah di Pantai Drini. Tanah yang telah dijual

(20)

20 seluas 9.000 meter dengan harga 35 juta pada tahun 2002. Dari informan diperoleh informasi mengenai proses penjualan tanah yang dilakukannya dan latar belakang serta perubahan yang dirasakan setelah menjual tanah. 3. Noto Sutar

Informan berusia 64 tahun merupakan pelaku penjualan tanah di Pantai Drini. Tanah yang dijual seluas 5.500 meter2 dengan harga 500 juta pada tahun 2014. Sutar memiliki seorang istri, bernama Bu Sutar berusia 60 tahun. Dari informan diperoleh informasi mengenai proses penjualan tanah yang dilakukannya dan latar belakang serta perubahan yang dirasakan setelah menjual tanah. 4. Samidi

Informan berusia 40 tahun merupakan pelaku penjualan tanah di Pantai Drini. Ia merupakan mantu dari Mandung yang ikut pula menjual tanahnya seluas 1.150 meter2 dengan harga 150 juta. Berbeda dengan saudara-saudara lainnya yang mendapat 125 juta. Dari informan diperoleh informasi mengenai proses penjualan tanah yang dilakukannya dan latar belakang serta perubahan yang dirasakan setelah menjual tanah.

(21)

21 5. Mardi

Informan berusia 57 tahun merupakan pelaku penjualan tanah di Pantai Drini. Tanah miliknya dijual pada tahun 2013 dengan luas 6835 meter2 seharga Rp 650.000.000,00 dan 445 meter2 seharga Rp 550.000.000,00. Total hasil penjualan tanahnya yakni 1,2 Milyar. Dari informan diperoleh informasi mengenai proses penjualan tanah yang dilakukannya dan latar belakang serta perubahan yang dirasakan setelah menjual tanah.

6. Tugi

Informan berusia 38 tahun merupakan pelaku penjualan tanah di Pantai Drini. Tanah yang telah dijual seluas 5.000 meter2 dengan harga 550 juta pada tahun

2013. Dari informan diperoleh informasi mengenai proses penjualan tanah yang dilakukannya dan latar belakang serta perubahan yang dirasakan setelah menjual tanah. c. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pengamatan keadaan yang terjadi di sekitar tanah pesisir Pantai Drini, khususnya tanah yang sudah dijual. Selain itu observasi juga dilakukan dengan mengamati secara dekat rutinitas masyarakat di sekitar pantai khususnya aktivitas

(22)

22 masyarakat yang berada di sekitar tanah yang telah dijual. Dari pengamatan tersebut terlihat bagaimana perubahan-perubahan yang muncul pasca penjualan tanah yang dilakukan masyarakat. d. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur sebagai referensi penelitian. Peneliti memilih studi pustaka yang berkaitan tentang konsep perubahan sosial pasca penjualan tanah yang terdiri dari penelitian terdahulu, buku referensi, e-book, dan jurnal.

4. Teknik Analisis Data

Metode kualitatif dalam penelitian ini mengkaji data berwujud narasi deskriptif, namun bukan berarti data yang bersifat kuantitatif ditolak. Tetapi menjadi sebuah referensi untuk memahami masalah yang diteliti secara lebih komperhensif. Analisis data kualitatif berusaha menunjukkan makna, mendeskripisikan serta menempatkan sesuai dengan konteksnya. Dalam reduksi data, display / penyajian data dan pengambilan kesimpulan meruapak suatu siklus yang interkatif dan prosesnya saling berhubungan, tidak dapat difregmentasikan (terpisah-pisah) (Faisal, 2003 : 255-256).

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara

(23)

23 mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri, dan orang lain (Sugiyono, 2008: 244). Di dalam penelitian kualitatif, analisis data yang dilakukan sejak awal. Sesegera mungkin data yang diperoleh dari lapangan diubah ke dalam tulisan dan dianalisis. Sehingga diperoleh pemahaman dan pengetahuan mengenai realitas.

Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan sesuai dengan sumber, metode dan instrument pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti mewawancarai informan yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu dilakukan observasi keadaan, serta aktivitas warga di sekitar pesisir Pantai Drini. Untuk melengkapi informasi data yang diperoleh, peneliti juga menghimpun, memeriksa, dan mencatat dokumentasi-dokumentasi yang menjadi sumber data penelitian (Faisal, 2010: 33).

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah yang dilakukan setelah pengumpulan data. Reduksi dilakukan dengan cara menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Setelah data terkumpul melalui wawancara, observasi dan

(24)

24 dokumentasi peneliti menyederhanakan hasil data tersebut menjadi data yang lebih sederhana dan sesuai dengan fokus penelitian. Data yang disederhanakan bertujuan untuk mempermudah penyajian informasi yang diperoleh di lapangan. c. Penyajian Data

Penyajian (display) data diartikan sebagai proses pengupulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan yang diperlukan. Penyajian data menampilkan data yang telah disederhanakan berupa kalimat, tabel dan foto yang diambil di lokasi penelitian.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari proses analisis data. Tahap ini merupakan pencarian arti, pola-pola, penjelasan, konfigurasi, alur sebab-akibat dan proposisi. Dari data-data tersebut kemudian melihat kesesuaian dengan teori yang sudah ditentukkan sebelumnya. Selanjutnya membuat kesimpulan dari data awal sampai data akhir dengan menggabungkan teori yang dipilih.

5. Informasi Dasar

Masyarakat yang tinggal di Desa Banjarejo sebagian besar memiliki tanah di sekitar pesisir Pantai Drini. Tanah tersebut berupa tanah landai atau masyarakat lokal menyebutnya dengan ngoro-oro

(25)

25 dan juga tanah berupa perbukitan. Tanah di sepanjang pesisir Pantai Baron hingga Pantai Drini seluruhnya telah dijual kepada pihak lain (hasil wawancara pada tanggal 10 September 2014 dengan sekretaris Desa Banjarejo).

Pemilik tanah sebelumnya mengaku bahwa proses penjualan tanah hanya dilakukan dengan pemilik tanah dengan pembeli dengan bantuan notaris yang ditunjuk. Sedangkan untuk pelaporan kepada aparat desa tidak ada secara resmi. Hal ini dikarenakan tidak ada sertifikat resmi yan dikeluarkan. Menurut warga pencatatan secara resmi hanya akan dikeluarkan saat pembebasan tanah terjadi, namun hingga saat ini belum dilakukan pembebasan tanah. Warga sekitar Pantai Drini mengaku mengalami banyak perubahan setelah semakin maraknya penjualan tanah pesisir tersebut. Mulai dari perubahan orientasi pekerjaan serta infrastuktur di sekitar lingkungan pantai (hasil wawancara pada tanggal 10 September 2014 dengan warga yang telah menjual tanah).

Referensi

Dokumen terkait

Brez dvoma je elaborat Komisije pri Izvršnem svetu LR Slovenije, ki je preu č evala socialno-ekonomski položaj in demografsko podobo italijanske manjšine na obmo č ju Okraja Koper,

Disamping itu pada kondisi pemeliharaan ayam buras saat ini dimana peternak sudah melaksanakan pemeliharaan di kandang batere untuk tujuan memproduksi telur konsumsi, maka dengan

Berdasarkan hal tersebut, terdapat 3 rumusan permasalahan pada sistem pemeliharaan Generator Gas Turbin PT XYZ, yaitu sistem pemeliharaan apa yang sesuai

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 36 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 32 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan

Konsentrasi K+ dlm larutan tanah merupakan indeks ketersediaan kalium, karena difusi K+ ke arah permukaan akar berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusi tgt pada

Pada bagian ini akan dilakukan pengumpulan data terkait dengan visi, misi, struktur organisasi, SWOT, kuisioner analisis jabatan.. Visi, misi, dan struktur

Kebijakan luar negeri adalah sikap dan langkah Pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi internasional, dan subyek