• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Pendekatan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Pendekatan Konseling"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

S

S U

UM

MB E

B E R B

R B E

E L A J

L A J A

AR P

R P E

E N

NU

UN

NJJ A

AN

NG P

G P L P

L P G 2

G 20

01

16

6

M

MATA P

ATA P E

E LL AJ

AJ A

AR

R AN

AN//P

P A

AK

K E

E T

T K

K E

E A

AHL

HL IIAN

AN

B

B IIM

MB

B IING

NG AN

AN DAN

DAN K

K ONS

ONS E

E LL IING

NG

BAB IV

BAB IV

P E N D E K A T A N K O N S E L I N G

P E N D E K A T A N K O N S E L I N G

M

M. R

. R amli

amli

Nur Hidayah

Nur Hidayah

E

E lllla F

a F ari

aridat

dati Ze

i Ze n

n

E

E li

lia F

a F llurent

urentin

in

B

B llas

as iius B

us B ol

oli

i LL as

as an

an

Im

Imam H

am H ambali

ambali

KE

KE M

ME

E NTE

NTE R

R IIAN

AN P

P E

E NDI

NDIDI

DIKAN

KAN DAN

DAN KE

KE BUDAYAAN

BUDAYAAN

D I

D IR

R E

E K T O R A

K T O R AT J

T J E

E N

ND

DE

E R A L G

R A L G U

DA

DAN TE

UR

R U

N TE NA

U

NAG

G A KE

A KE P

P E

E ND

NDIIDI

DIKAN

KAN

 

2016

(2)
(3)

D A

D AF T A R

F T A R IIS

S II

Halaman Halaman K O M K O MP EP E T E N ST E N S I I IIN T I N T I 33 K O M K O MP EP E T E N ST E N S I D A S A RI D A S A R 33 U R A I A N U R A I A N MMA T EA T E RR I I P EP E MMB EB E L A JL A J A RA R A NA N A

A.. PP siksikoanoanalaliisis sis 33

B

B .. KK onselionseling ng BB erpuerpuss at at PP rribibadi adi 77 C

C .. KK ononseliseling ng BehaviBehavior or 1010 D

D .. KonselingKonselingRR asas ioional Enal E motmotif if BB ehaviorehavior 1414 E

E .. KK oonnselseliinng g RR ealealiittas as 2020 F

F .. KK oonnselseliinng g TrTraiait t & & FF actactoor r 3333

D A F T A R

(4)

BAB BABIVIV P E N D E K A T A N K O N S E L I N G P E N D E K A T A N K O N S E L I N G KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI

Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling K O M

K O MP EP E T ET E N SN S I I D AD ASS A RA R

Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

bimbingan dan konseling.

UR

UR AIAIAN AN MMATEATE RR I I PP EE MB E L A J A R A NB E L A J A R A NM T

T erdapat erdapat berbagberbag ai ai pendekapendeka ttan an konskons elineling g yang yang dapat dapat didigunaguna kan kan konskons elor elor dalamdalam memberikan layanan konseling individua

memberikan layanan konseling individual dan kelompok kepada konselil dan kelompok kepada konseli. Pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain psikoanalisis, konseling berpusat pribadi, konseling be

tersebut antara lain psikoanalisis, konseling berpusat pribadi, konseling be havior,havior, konsel

konseling rasionaling rasional-emotif behavior, konseling realitas, dan konseling ringkas be-emotif behavior, konseling realitas, dan konseling ringkas be rfokusrfokus solusi, dan konseling trait & factor.

solusi, dan konseling trait & factor. A.

A. PsikoanalisisPsikoanalisis

Psikoanalisis merupakan ancangan konseling yang d

Psikoanalisis merupakan ancangan konseling yang diikembangkakembangka n n SS iigmund gmund FF rreudeud ss ejak ejak akhir abaakhir aba d ked ke-19 s-19 s ampampai deai de kaka de de awaawa l abal aba d kd ke-e-20. P20. P endekaendeka ttan ini an ini merupakan dasmerupakan das arar dari

dari konskons elineling g dan psdan ps ikotikoterapi merapi modern. Kodern. K onseonse liling ini ng ini berkembang berkembang dari dari hashas il il penelitpenelitianian F

F rreud tereud terhadahada p konflp konflik yang ik yang didiaa lami selami se ndirndiri, ini, intterakseraks i dengai denga n orang tuanya, n orang tuanya, dan konfldan konflikik yang dialami para pasien yang dibantunya. Pa

yang dialami para pasien yang dibantunya. Pada umumnya, pendekatan konseling yangda umumnya, pendekatan konseling yang muncul setelah psikoanalisis adalah pengembangan pendekatan tersebut atau modifikasi muncul setelah psikoanalisis adalah pengembangan pendekatan tersebut atau modifikasi konsep dan prosedur psikoanalisis atau penentangan terhadap pendekatan tersebut konsep dan prosedur psikoanalisis atau penentangan terhadap pendekatan tersebut (C

(C ororey, 2013).ey, 2013). 1.

1. HHakikat Makikat Manusanus iaia

Pada dasarnya manusia

Pada dasarnya manusiaditentukan oleh energi psikis dan pengalaman awditentukan oleh energi psikis dan pengalaman awaall kehidupannya, terutama masa lima atau enam

kehidupannya, terutama masa lima atau enamtahun pertama dalam kehidupan. Motif tahun pertama dalam kehidupan. Motif  --motif dan konflik yang tidak disadarinya memiliki peran utama dalam perilaku individu motif dan konflik yang tidak disadarinya memiliki peran utama dalam perilaku individu

(5)

saat ini. Kekuatan irasional sangat kuat

saat ini. Kekuatan irasional sangat kuatdan individu diarahkan oleh dorongandan individu diarahkan oleh dorongan-dorongan-dorongan

ss ekseks ual dan agual dan ag rreses iiff. P. P engaenga llaman aman awal kehiawal kehidupdupan memilan memiliiki perki peran yaan ya ng ng ss angaanga t t menentmenentukanukan karena masalah

karena masalah-masalah kepribadian selanjutnya berakar pada konflik-masalah kepribadian selanjutnya berakar pada konflik-konflik masa-konflik masa kana

kana kk-kanak y-kanak y ang ang didittekaeka n ke an ke a lam tlam tididak ak ss adaadar r (C(C ororey, 2013)ey, 2013).. 2.

2. SS ttruktruktur kepribadianur kepribadian S

S ttrruktuktur kepriur kepribadian terdbadian terdiriri ati atas as id, egid, eg o, dan o, dan ss uperegouperego(C(C ororey, 2013)ey, 2013). Id adalah. Id adalah

komponen biologis kepribadian yang merupakan sumber energi psikis dan tempat instink. komponen biologis kepribadian yang merupakan sumber energi psikis dan tempat instink. Id memili

Id memiliki fungsi primer yang dalam bekerjanya menki fungsi primer yang dalam bekerjanya menggunakan prinsip kepuasan.ggunakan prinsip kepuasan. K

K eses eluelurruhan aspek id buhan aspek id berada dalerada dalam lapiam lapiss an ketan ketidaksaidaksa dardaran. an. EE go mergo merupakan kompoupakan komponennen ps

ps ikolikologis inogis individividu du yang berfyang berfungsungs i i ss ebaeba gaga i i ekseks ekutekutif if keprikepribadian badian dengdeng an an mengmeng gg unakaunaka nn pr

prininss ip realiip realittas as dalam bedalam be kerjkerjanyaanya . E. E go go merupakan merupakan ttempat inempat inttelegensi dan aspekgensi dan aspekele

rrasas ioionalinalittasas . . SS ebagebag iian ban beses ar ar asas pek pek egeg o o berberada dalam ada dalam llapisaapisa n n keskes adaran. adaran. SS uperuperegeg o o adalahadalah komponen sosial yang berfungsi sebagai hakim kepribadian yang merupakan

komponen sosial yang berfungsi sebagai hakim kepribadian yang merupakan tempattempat kode-kode moral sosial masyarakat dengan menggunakan prinsip kesempurnaa

kode-kode moral sosial masyarakat dengan menggunakan prinsip kesempurnaa ndalamdalamn ker

kerjjanya. Sanya. S ebagian besar asebagian besar as pek superpek superego berada dalam lapisan ketidakgo berada dalam lapisan ketidake sadaran.sadaran. 3.

3. KK ecemasecemas an dan Man dan Mekaniekanisme Psme P ererttahanan Eahanan E gogo

Kecemasan merupakan perasaan takut yang berasal dari perasaan, ke

Kecemasan merupakan perasaan takut yang berasal dari perasaan, ke nangan,nangan, keinginan, dan pengalaman yang ditekan, tetapi muncul dalam

keinginan, dan pengalaman yang ditekan, tetapi muncul dalamalam kealam ke ss adaada ranranCC ororey,ey, 2013

2013 )). K. K ecec emaema ss an muncul sebaan muncul seba gg ai akibat ai akibat perebutperebutan energi psikis aan energi psikis a ntntara id, ara id, egeg o, dano, dan superego. Kecemasan demikian berfungsi sebagai peringatan adanya bahaya yang superego. Kecemasan demikian berfungsi sebagai peringatan adanya bahaya yang mengancam individu. Kecemasan terdiri dari kecemasan realitas, kecemasan n

mengancam individu. Kecemasan terdiri dari kecemasan realitas, kecemasan neurotik,eurotik, dan kecema

dan kecema ss an moran moral.al.

Mekanisme pertahanan ego/diri membantu individu mengatasi kecemasan dan Mekanisme pertahanan ego/diri membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah ego dari kewalahan/kekalahan secara psikologis

mencegah ego dari kewalahan/kekalahan secara psikologis(C(C ororey, 2013)ey, 2013). Mekanisme ini. Mekanisme ini normal selama tidak menjadi gaya hidup yang membuat individu menghind normal selama tidak menjadi gaya hidup yang membuat individu menghindar dariar dari menghadapi kenyat

menghadapi kenyataan. aan. CC ara kerjara kerja a mekanisme pertmekanisme pertahanan ahanan egeg o ialo ialah menolak atauah menolak atau mengaburkan kenyataan dan terjadinya tidak disadari oleh individu. Mekanisme mengaburkan kenyataan dan terjadinya tidak disadari oleh individu. Mekanisme pertahanan diri terdiri dari represi, penolakan, pembentukan reaksi, proyeksi, pertahanan diri terdiri dari represi, penolakan, pembentukan reaksi, proyeksi,

displacement 

(6)

4. Perkembangan Kepribadian

Individu berkembang melalui tahap oral (lahir   18 bulan), anal (18 bulan   36 bulan), fallis (3 tahun   6 tahun), latensi (6 tahun   12 tahun), dan genital (12 tahun ke atas).

Tahap oral merupakan tahapan perkembangan di mana mulut merupakan daerah utama pemuas an kebutuhan. P emenuha n kebutuhan das ar pada taha p in diperoleh da ri menghisap dan mengigit. Pada tahap anal, daerah anus merupakan daerah utama pemenuhan k ebutuhan. P emenuha n kebutuhan da s ar pada taha p ini diperoleh me lalui menahan atau membuang fes es . P ada tahap fallis, orga n kelamin merupakan daerah utama pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan dasar pada tahap ini diperoleh melalui fantasi seksual dan manipulasi organ kelamin. Tahap latensi merupakan tahap di mana energi psikis diarahkan untuk aktivitas sebaya dan peningkatan kompetensi diri dalam bidang fisik dan kognitif. Pada tahap genital, individu melanjutkan perkembangan tahap fallis dan pembentukan pola interaks i yang s ehat dengn lawan jenis(C orey, 2013).

Perkembangan normal kepribadian berdasarkan penyelesaian dan integras i tahap perkembangan, sedangkan perkembangan kepribadian salah suai merupakan   akibat penyelesaian beberapa tahap rkembanga n pe yang tidak memadai. K ece masan merupakan akibat represi konflik dasar dan proses yang tidak disadari berkait an erat deng an perilaku s aa t ini apaka h s eha t maupun malas uai. K arakteris tik pribadi s ehat: eg o berfungsi efektif sebagai pelaksana kepribadian, da n pengg unaan mekanisme pertahanan diri secara proporsional, sedangkan karakteristik pribadi salah suai: ego tidak berfungsi efektif sebagai pelaksana kepribadian, dan penggunaan mekanisme pertahanan diri secara berlebihan sebagai gaya hidup(C orey, 20 13).

5. ProsesKonseling

K onseling pada das arnya adalah prose s rekonstruks i kepribadian konseli dengan tujuan membantu konseli menjadikan materi yang tidak disadari menjadi disadari,

memfungsikan ego secara efektif, menghidupkan kembali pengalaman awaldan

menangani konflik yang direpresi, dan mencapai kesadaran intelektual dan emosional (C orey, 2013).

Pencapaian tujuan konseling dicapai melalui tahap pembukaan, pengembangan transferensi, tahap penanganan, dan resolusi transferensi(G illiland, J ames , &Bowman,

(7)

1989 ). T aha p pembukaa n merupaka n taha p penentuan kelaya kan ma s alah kons eli untuk ditangani psikoanalisis. Tahap pengembangan transferensi adalah tahap untuk mengembangkan dan menganalisis hubungan konseling yang menyadarkan perilaku masa lalu kons eli yang mempeng aruhi perilakunya s aa t ini se hingg a ia mampu membuat keputusan yang lebih layak. Tahap penanganan (working through) adalah proses pemecahan konflik-konflik dasar yang termanisfestasi dalam hubungan konseli dengan kons elor melalui peng ulang aninterpretas i dan eks ploras i bentuk-bentuk resistensi

konseli. T aha p R es olusi T rans ferensi yaitu tahap y ang dimaks udkan untuk menga tas i ketergantungan konseli kepada konselor setelah konflik utama terselesaikan dalam konseling. J ika konse li s iap menghada pikenya taan, maka kons eling diak hiri.

D alam proses konseling, konselor anonym dan konseli mengembang kan proyeks i terhadap konselor; fokus konseling ialah mengurangi resistensi yang berkembang dalam penanganan transferensi dan kendali yang lebih rasional; konseli menjalani konseling

 jangka panjang , melak s ana ka n as os ias i beba s untuk me ng ung ka p konflik-konflik da n memperoleh tilikan (insight ) melalui pembicaraan; dan konselor membuat interpretasi untuk mengajar konseli tentang arti perilaku saat ini sebagaimana terkait dengan ma s a lalunya (C orey, 2013).

6. T eknik-Teknik K onseling

T eknik-teknik kons eling diranc ang untuk memba ntu kons eli memperoleh aks es terhada p konflik-konflik yang tidak dis ada ri ya ng dapa t meng has ilkan tilikan dan a s imilas i materi-materi baru oleh ego. Teknik-teknik pokok yang digunakan psikoanalisis adalah interpretasi, asosiasi bebas, analisis mimpi,analisis resistensi,dan analisis transferensi (C orey, 2013).

Interpretasi adalah penjelasan dan bahkan pembelajaran kepada konseli tentang makna perilaku yang ditampakkan dalam mimpi, as osias i bebas , res is tens i, dan trans ferens i. As os ias i bebas ada lah teknik yang digunak an untuk mendorong konse li ag ar melaporkansemua yang terjadi padany a tanpa penilaian da n s ens or. A nalisis mimpi ada lah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan materi dan simbol -simbol mimpi konseli. Analisis transferensi adalah teknik yang digunakan untuk membantu konseli menyadari motif, penyebab, dan dinamika hubungan konseling dengan mengungkapkan dan menjelaskan manifes tas i interaks i kons eli deng an konselor

(8)

dalam relasi konseling. Analisis resistensi adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan alasan-alas an res is tens i kons eli s ehingg a menyadarinya dan mampu menanga ninya.

B . Konseling Berpusat Pribadi

P endekatan konse ling ini didirikan dan dikembang kan oleh C arl R ans om R ogers pada tahun 1940-an. E mpat periode perkembanga n pe rson-centered couns eling

(konseling berpusat pribadi), yaitu periode pertama: tahun 1940-an. P ada pe riode ini pende katan ini be rnama kons eling nondirektif: a lternatif bag i pendeka tan direktif dan interpretif. P endeka tan ini lebih meneka nkan pe nciptaa n s uas ana permis if dan nondirektif dalam proses konseling.Periode kedua: Tahun 1950-an, pendekatan ini bernamaC lien t-C en ter ed Therapy yang Merefleksikan penekanan pada konseli daripada metode nondirektif. P ada periode ini, R og ers meneka nkan perubahan  dari klarifikasi/refleksi perasaan ke penekanan pada dunia fenomenologi konseli.Periode

K etig a: 1950-an s .d 1970-an, pende ka tan ini menek ank an pa da k ondisi-kondisi konseling yang diperlukan dan mencukupi bagi perubahan konseli.Periode keempat: 1980-an da n 1990-an merupakan peng embang an pendeka tan ini s ec ara meluas dalam bidang pendidikan, industri, kelompok, resolusi konflik, dan pencarian perdamaian dunia. P endeka tan ini memiliki peng aruh/aplikas i yang s ang at luas da lam berbag ai bidang kehidupan. Maka pendek atan ini menjadiP ers on-C entered App roach(C orey, 2013).

1. Hakikat Manus ia

Pendekatan konseling berpusat pribadi (KBP) didasarkan pada pandangan bahwa manus ia adalah makhluk ya ng baik dan dapat dipercaya , lebih bijak dari inteleknya , makhluk yang mengalami, makhluk yang bersifat subjektif, dan manusia memiliki doronga n ke arah a ktualis as i diri(B urk & S tefflre, 1979 ).

2. K arakteristik K B P

K B P memiliki karakteristik: (1) memusa tkan pada tangg ung jawab dan kemampuan konseli untuk menemukan cara-cara yang lebih tepat dalam menghadapi kenyataan, (2) Menekankan pada dunia pengalaman atau dunia subjektif konseli, (3)

(9)

menerapkan prinsip-prinsip yang sama pada semua pribadinormal, neurotik, dan

psikotik, (3) konseling dan psikoterapi hanyalah salah satu contoh hubungan yang konstruktif, dan (4) sikap-sikap konselorgenuineness, nonpossessive acceptance, dan accurate empathy    merupakan kondisi ya ng mutlak diperlukan da n mencukupi bag i efektivitas kons eling, (5) teori K B P berkembang melalui penelitian tentang pros es dan hasil konseling, dan (6) menekankan pada kekuatan dari dalam diri individu dan dampak revolusioner dari kekuatan tersebut.

3. S truktur dan P erkembang an K epribadian

K epribadian terdiri atas org anisme , medan fenomena , dan s elf. O rga nis me merupakan suatu kebulatan diri: Pikiran, perasaan, tingkahlah laku, wadah fisik baik disadari maupun tidak, mereaksi sebagai kebulatan terhadap medan fenomena untuk

memuaskan kebutuhannya, dan dalam menghadapi pengalaman, organisme mungkin melambangkan dalam kesadaran, menolak atau mengabaikannya(Ha nse n, S tefic, &

Warner, 1982).

Medan fenomena adalah semua yang dialami individu yang disebut duniapribadi

dan menjadi sumber kerangka acuan internal dalam memandang kehidupan, da n dunia pengalaman individu tersebut terus berubah baik internal maupun eksterna l, dan beberapa peris tiwa a da ya ng diamati sec ara s adar dan a da y ang tidak.

S elf(Diri) adalah kons ep paling penting dalam teori kepribadian R oge rs. D iri merupakan bagian terdeferensiasi dari medan fenomena yang terdiri dari serangkaian persepsi dan nilai-nilai yang berkaitan dengan diri.S elf tersebut selalu dalam proses yang terus be rubah da n berkembang karena interaksi dengan dunia pengalaman.

R ogers tidak menge mukakan tahap-tahap perkembangan secara rinci, namun ia menekankan pentingnya penilaian orang lain terhadap anak dalam proses perkembang annya . J ika penilaian orang lain s ema ta-mata pos itif terhada p ana k, maka kesenjangan antara organisme danself tidak aka n terjadi. J ika individu hanya menerima penghargaan positif tanpa syarat, makaconditions ofworth  tidak akan berkembang sehinggaself regard menjadi tidak bersyarat, kebutuhan terhadap pos itive s elfregard

tidak akan berbeda denganorganismic eva luationsehingga individu berkembang menjadi

(10)

bersyarat, makaconditions of worthakan berkembang sehinggaself regard   menjadi bersyarat, kebutuhan terhadap positive s elfreg ard akan berbeda denganorganismic evaluationsehingga individu berkembang menjadiindividu malasua isecara psikologis.

4. ProsesKonseling

Konseling pada dasarnya bertujuan mereorganisasi konsepdiri konseli melalui fasilitasi sikapgenuineness, emphaty, dan unconditional positive regard . Konseling akan efektif jika K onse li (1) berada da lam kea ada n ps yc hological maladjus tme nt,(2) sukarela untuk memperoleh layanan konseling, (3) mampu mengungkapkan kondisi ps yc hological maladjustment, (4)bebas dari ketidakstabilan organis yang parah, (5) mempunyai tingkat intelegensi yang memadai, dan (6) mengalami kondisi fasilitatif walaupun taraf minimal, dan (7) aktif mengeksplorasi dirinya. Tujuan konselingtercapai yang ditandai dengan kondisi hubungan konseling yang fasilitatif: konselor dan konseli berada dalam kontak psikologis, konseli berada dalam ketidakserasian, konselor berada dalam keadaan keserasian, konselor memberikan penghargaan positif tanpa syarat, konselor memaha mi

dunia internal kons eli dan meng komunikas ikannnya kepa da kons eli, dan konseli menyadari kongruensi, penerimaan, dan empati konselor walau pada tingkat minimal (C orey, 2013).

K onseling berlangs ung melalui (1) penc iptaan hubungan baik: Penciptaanrapport , bersikap permissive, bebas ancaman, adanyacore condition: congruence, emphatic understanding, unconditional positive regard; (2)pembebasan ungkapan: terdiri dari penciptaan suasana rileks, memperhatikan respons emosional, menanggapi perasaan

negatif, menanggapi perasaan ambivalen, dan memandang sikap konseli sebagai tanggapan terhadap proses konseling; (3) tercapainya Insight yang merupakan tercapainya pemahama n spontan tentang mas alah dan penyebabnya s erta ca ra-cara pemecahannya;dan (4) P enga khiran merupakan penangana n ambivalensi peras aa n konseli, pemberian keyakinan bahwa konseli mampu mengahadapi kehidupan, dan pemberian kebebasan sepenuhnya untuk mengarahkan jalan hidupnya(Dahlan, 1985).

5. T eknik-teknik K ons eling

P endekatan KB P lebih meneka nkan pentingny a s ikap dan filos ofi konselor daripada penggunaan teknik-teknik dalam proses konseling. Dalam proses konseling,

(11)

konselor mendengarkan secara aktif ungkapan konseli baik yang tersurat maupun yang tersirat melalui pemantulan perasaan dan klarifikasi ungkapan tersebut, hadir bersama konseli dalam proses konseling, dan memusatkan pada pengalaman menit-ke-menit konseli. Konselor tidak menggunakan teknik prob ing, tes diagnostik, interpretasi, dan nasihat dalam pelayanan konseling(C orey, 2013).

C . Konseling Behavior

Konseling behavior dikembangkan sejak 1950-an dan 1960-an. K onse ling terse but

merupakan pemisahan yang radikal dari psikoanalisis yang berlaku saat itu. Disamping itu, konseling ini banyak beda dari konseling lain karena penggunaan pembiasaan klasik dan pembiasaan operan terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah(C orey. 2013).

K onse ling be havior saa t ini dapat dipaha mi denga n memperhatikan empat bidang pokok perkembangan:classical conditioning, operant conditioning,social learning theor y , dan cognitive behavior counseling(C orey, 2013). K ondis ioning klas ik S utu jenis belajar dimana stimulus netral dikemukakan secara berulang dengan stimulus yang   dapat menimbulkan respons tertentu s ec ara na luriah s ehingg a s timulus ne tral tersebut akhirnya

menimbulkan respons yang diharapkan (respondent conditioning).Tokoh kondisioning klasik adalah Ivan Pavlov yang mengilustrasikanclassical conditioningmelalui percobaan dengan anjing.Operant conditioningadalah J enis belajar dimana perilaku s emata-mata

dipengaruhi oleh akibat yang menyertainya. T okohnya a dalah B. F . S kinner. K edua jenis belajar tersebut tidak memasukkan konsep-konsep mediasi (proses berpikir, sikap, dan nilai).

P endeka tan belajar s os ial dikembangk an B andura bersifat interaksional, interdes ipliner, dan multimodal. P erilak u dipeng aruhi oleh pe ris tiwa-peristiwa stimulus,

pengaruh eksternal, dan proses mediasi kognitif. Konseling kognitif behavior bersama

social -learning theory mewakili arus utama konseling perilaku kontemporer. S ejak tahun 1970-an gerakan behavior meyakini peran pikiran, bahkan menempatkan faktor kognitif sebagai peran pokok dalam memahami dan menangani masalah-masalah emosional dan perilaku. S ec ara umum, konse ling beha vior meng ac u pada praktik yang didas arkan utamanya pada teorisocial cognitivedan mengakomodasi seperangkat prinsip dan

(12)

pros edur kognitif. K onse ling behav ior s aa t ini cenderung terpadu deng an kons eling kognitif dan disebut konseling kognitif behavior (cognitive behavior counseling).

1. Hakikat Manus ia

Manusia adalah penghasil dan sekaligus hasil dari lingkungannya(C orey, 2013).

Tingkah laku manusia merupakan hasil belajar baik tingkah laku yang baik maunpun yang tidak baik. Manus ia tidak dikataka n baik atau buruk, tetapi netral.

2. K arakteristik Da s ar K onseling B havior

C orey (2013) mengemukaka n karakteris tik dasa r konseling behavior s ebag ai berikut.

a. K onseling behavior (K B ) didas arkan pada prinsip-prinsip dan prosedur metode ilmiah. b. Perilkau tidak terbatas pada tindakan terbuka yang dilakukan individu yang dapat

diama ti tetapi juga menca kup prose s internal s eperti kognis i, imajinas i, keya kinan, dan emosi.

c. Konseling behavior menangani masalah-masalah konseli saat ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai lawan dari analisis penentu historis.

d. Konseli yang terlibat dalam konseling behavior diharapkan untuk berperan aktif  dalam melaks anaka n tindakan s pes ifik untuk menang ani mas alah-mas alah mereka.

e. Konseling behaviormengasumsikan bahwa perubahan dapat terjadi tanpa adanya tilikan terhadap dinamika ya ng mendas arinya dan pe maha man penye bab ma s alah yang dialminya.

f. Asesmen merupakan proses observasi dan swapantau yang terus menerus belangsung yang memusatkan pada penentu perilaku saat ini, termasuk mengenali masalah dan menilai perubahan kons eli.

g . Intervensi K onseling behavior dis es uaikan dengan mas alah s pesifik konseli se cara individual.

(13)

3. Teori Kepribadian

a. KB tidak mengembangkan teori kepribadian.

b. Tingkah laku itu merupakan hasil belajar baik tingkah laku yang normal maupun tingka h laku yang malasuai.

c. Tingkah laku normal berkembang karena dalam interaksinya dengan lingkungan mendapatkan penguatan.

d. Tingkah laku malasuai berkembang karena dalam interaksinya dengan lingkungan mendapatkan penguatan.

4. ProsesKonseling

S eca ra umum, konseling behav ior membantu konseli menghilangkan perilaku malas uai dan mempelajari tingk ah laku ya ng lebih efektif. T ujuan khus us ialah memba ntu konseli mempelajari tingkah laku spesifik sesuai dengan keunikan konseli. Dalam proses konseling, konselor berfungsi sebagai guru/pelatih yang aktif dan direktif dala m

membantu konseli belajar tingkah laku yang lebih efektif, sedangkan konseli akti f dalam proses mempelajari tingkah laku yang baru dan aktif pula menetapkan tujuan ko nseling dan mengevaluasi ketercapaian tujuannya. Adapun hubungan konselor dan konseli penting tetapi tidak mencukupi bagi terjadinya perubahan tingkah laku k onseli. P erubahan ting kah laku terse but memerlukan peng guna an teknik-teknik konseling.

P ros es kons eling berlang s ung melalui taha pan s ebag ai berikut: (1) pembinaan

hubungan konseling: konselor membina hubungan baik dengan konseli melalui penerimaan kondisi konseli apa adanya sebagai individu berharga, penampilan diri konselor secara tulus di hadapan konseli, dan memahami kondisi konseli secara empatik; (2) penetapa n ma s alah da n pe netapa n tujuan kons eling: me ngg ali informas i tentang mas alah konseli dan menentukan hakikat mas alah konseli, yang ke mudian menentukan data das ar mas alah konse ling: frekuens i, lamanya, intens itas nya. B erdas arkan data das ar terse but kons elor bersa ma kons eli menetapka n tujuan k onse ling s ec ara s pes ifik; (3) pemilihan teknik konseling: konselor menentukan teknik yang sesuai dengan tujuan dan masalah yang dialami konseli; (4) penilaian keberhasilan: pembandingan antara perilaku setelah konseling dengan data dasar sebelum konseling; dan (5) pengakhiran dan tindak

(14)

lanjut: jika tujuan konseling tercapai maka layanan konseling diakhiri dan kemudian diikuti perkemba ng anny a(B urks & S tefs lre, 1 979).

5. T eknik-Teknik K onseling

Ada banyak teknik konseling yang telah berkembangpada konseling behavior. B eberapa diantaranya a dalah s ebag ai berikut(C orey, 2013).

a. D es ens itisas i sistematis

Teknik spesifik yang digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks saat berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah s eca ra bertahap.

b. Teknik relaksasi

Teknik yang digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental dengan latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rileks baik fisik maupun mentalnya.

c. Teknik Flooding

T eknik ya ng digunaka n kons elor untuk membantu kons eli meng atas i kec emasan dan ketakutan terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut  dengan s ituas i/objek y ang menimbulkan ke ce mas an ters ebut s ec ara berulang-ulang sehingga

berkurang kec ema s annya terhadap s ituas i/objek terse but.

d. R einforcem ent tec hnique

T eknik ya ng diguna kan kons elor untuk membantu meningkatkan perilaku ya ng dikehendaki dengan c ara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut.

e. Modeling

T eknik untuk memfas ilitas i perubahan ting kah laku kons eli deng an meng guna kan model.

 f.  As s ertive training

T eknik membantu kons eli meng eks pres ikan peras aa n dan pikiran yang diteka n terhadap orang lain seca ra lugas tanpa ag res if.

(15)

Teknik yang dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilakunya sendiri melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri.

h. B ehavioral rehearsal 

T eknik pengg unaan pengulanga n atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar keterampilan antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak.

i. Kontrak

S uatu kes epa katan tertulis atau lisa n antara kons elor dan kons eli s ebag ai teknik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan,

motivasi, insentif bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan bagi konseli untuk dilaks ana kan antarpertemuan kons eling.

 j. P ekerjaan R umah

Teknik yang digunakan dengan cara memberikan tugas/aktivitas yang dirancang agar dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru, meniru perilaku tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.

D . K onseling R as ional E motif Behavior

P endeka tan ini dikemba ngka n Albert E llis tahun 1955 deng an nama R ational

Therapy karena ke tidakpuas an E llis terhadap efektivitas ps ikoanalis is. Awa lnya E llis mengembangkan pendekatannya dengan mengabungkan konseling humanistik, filosofis, dan behavior.Pada tahun1961, E llis mengubah nama pendekatannya menjadiRational

E motive T herapy (R E T)dan tahun 1993 mengubah nama R E T me njadiR ational E motive Behavior Therapy ( R E B T ) .P endeka tan ini ba nyak dipeng aruhi oleh fils afat Y unani kuno,

                                     an oleh peristiwa yang dihadapi, melainkan oleh pandangan yang dimiliki berkaitan dengan

         Di samping itu, pendekatan tersebut dipengaruhi oleh Adler yang         

berpandangan bahwa reaksi emosi dan gaya hidup manusia berkaitan dengan keyakinan dasar karena itu bersifat kognitif.

(16)

1. Hakikat Manusia

P endeka tan konse ling ras ional emotif behav ior didas arkan pada panda nga n bahwa manusia adalah (1) makhluk yang memiliki potensi berpikir rasional dan irrasional, dan (2) makhluk yang memiliki kecenderungan mengembangkan dan sekaligus menghambat diri.

2. Teori Kepribadian

 T eori AB C tentang kepribadian s ang at pokok dalam teori dan praktik kons eling

rasional emotif behavior.

 A (ac tivating e ven t ): adanya fakta, peristiwa, atau tingkah laku/sikap individu.

 B (belief ): keyakinan seseorang tentang peristiwa yang dialami. Keyakinan/pandangan

dapat ras ional atau iras ional.

 C (emotional and behavioral consequence): konsekuensi emosi dan tingkah laku atau

reaks i individu. R ea ks i terse but dapat se hat dan tidak s ehat.

 A tidak menyebabkan C , melainkan B ya ng merupakan keyakinan ses eorang  tentang

A ya ng menyebabkan timbulnya C (emotional reaction).

 S eca ra s kematis hubungan ketiga as pek teori AB C adalah se baga i berikut:

A B C

 Pada dasarnya penyebab gangguan emosional dan perilaku berasal dari dalam diri

individu karena itu ia bertanggung jawab atas gangguan dan reaksi emosi dan perilakunya.

3. Perkembangan Kepribadian

S etiap orang normal berkemba ng berdas arkan keinginan, harapan, dan pilihannya, demikian pula setiap orang normal berkembang berdasarkan tahap-tahap perkembangan

secara regular. Adapun perilaku malasuai merupakan akibat dari sejumlah pandangan yang tidak rasional yang didapat manusia dari proses perkembangannya. P andangan yang tidak rasional tersebut terus-menerus dipropagandakan orang tersebut terhadap dirinya melalui kalima t/ka ta-kata ya ng merus ak dirinya .

(17)

Pandangan irasional yang merupakan sumber perilaku dan emosi irasional adalah sebagai berikut;(a) orang harus selalu dicintai dan diterima oleh setiap orang di lingkungannya agar berharga, (b) Orang harus memiliki kemampuan sempurna dalam segala hal agar berharga, (c) Orang yang jahat, keji, dan kejam harus dicela dan dihukum s ebe rat-beratnya , (c)S uatu benca na be s ar bila s uatu peristiwa terjadi tidak s epe rti yang dikehendaki s es eorang, (d) K etidakbaha giaa n itu beras al dari luar diri individu karena itu individu tersebut tidak punya kemampuan untuk mengendalikan ketidakbahagiaan ters ebut, (e) orangharus terus-menerus me ngeluhka n dan me mikirka n peristiwa yang berbahya atau merugikan, ebih mudah menghindari kesulitan dan tanggung jawab daripada menghadapinya, (f) orang perlu bergantung pada orang lain yang lebih kuat daripada dirinya, (g) masa lalu seseorang menentukan perilaku saat ini dan tidak dapat diubah, (h) orang harus prihatin dan gelisah dengan masalah dan kondisi orang lain, dan (i) hanya ada satu jawaban yang sempurna untuk setiap masalah, dan bencana besar jika  jawaban tersebut tidak ditemukan.

Pada dasarnya penyebab gangguan perilaku dan emosi tersebut dapat dikelompokka n me njadi tigakey ak inan iras ional,      ay a ha rus be rkaryadeng an    

baik dan kinerja saya harus diterimaorang lain. J ika tidak, maka s aya bukanlah orang

     (2)Orang lain harus memperlakukan saya dengan adil dan baik sebagaima naya ng

s ay a kehenda ki. J ika tidak, mereka tidak baik dan pantas un          dan    

(3)  aya harus mendapatkan apa yang sayainginkan saat menginginkannya dan saya tidak ha rus mendapa tkan apa ya ng tidak s ay ainginkan.J ika s aya tidak mendapatkan apa saya inginkan maka hal tersebut mengerikan, saya tidak tahan, dan hidup tidak baik

                                   

4. ProsesKonseling

K onseling pada dasarnya merupakan proses reorganisasi/restrukturisasi pemikiran Konseli, yaitu membantu konseli mengubah pikiran yang irasional kearah yang rasional sehingga tindakan dan emosi konseli menjadi rasional. Teori A-B-C-D-E-F merupa kan teori

yang dapat digunakan untuk menjelasakan proses konseling rasional emotif behavior sebagaimana diagram berikut.

(18)

A (ac tiviting even ts)

B (belief) C (emotional and behavioral cons equenc es)

D (disputing) E (effect ) F (new fee ling)

K onse ling berada pa da titik D. K ons elor membantu kons eli untuk mengubah pikiran/keyakinan yang irasionalnya deng an teknik kog nitif, a fektif, da n behav ioris tk. J ika konseling berhasil, maka efeknya konseli memiliki pikiran yang rasional/postif sehing ga tindaka n dan perasa annya juga ras ional/pos itif.

Tugas Konselor: (a) menjelaskan bahwa konseli mengadopsi pikiran irasional, (b)

menyadarkan konseli bahwa ia memelihara gangguan emosi secara aktif dengan terus mene rus berpikir s ec ara tidak log is da n tidak rea lis tis, (c) me nya darka n kons eli ba hwa ia bertanggung jawab terhadap gangguan emosi yang dialami, (d) membantu konseli mengubah pikiran irrasional dan mengganti pikiran tersebut dengan yang rasional, dan (e)membantu konseli untuk mengembangkan falsafah hidup rasional sehingga pada masa depan ia dapat menghindari menjadi korban pikiran irrasional.

T uga s K onse li : (a) A ktif terlibat dalam kons eling dalam mene mukan pikiran tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran rasional , (b) Aktif di luar kons eling dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan rumah bagi pemecahan masalah dan perubahan emosi dan perilaku yang merusak diri.

Hubungan konseling yang ditandai ketulusa n, pemahaman, dan penghargaa n positif penting bagi pencapaian tujuan konseling tetapi tidak mencukupi bagi terjadinya perubahan tingkah laku bagi konseling. Dalam hal ini diperlukan teknik-teknik konseling

(19)

untuk membantu konseli mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan yang merusak diri dengan pikiran, perasaan, dan tindakan yang produktif bagi pengembangan dirinya secara optimal.

P rose s K onseling berlang s ung melalui tahapan berikut: (a) P embinaan hubunga n konseling. Pada tahap ini, konselor menciptakan suasana kondusif bagi konseling yang ditandai adanya penerimaan, pemahaman, dan ketulusan sehingga timbul rasa percaya konseli kepada konselor, (b) pengungkapan masalah: tahap ini terdiri atas kegiatan pengungkapan gangguan emosional, dan penjelasan hubungan pikiran dan gangguan emosional konseli, (c) penetapan pikiran irasional: pada tahap ini konselor membantu konseli menidentifikasi pikiran irasional dan menyadarkannya tentang tanggung jawab bahwa karena masalah disebabkan oleh pikiran irasional konseli maka tanggung jawab dalam mengubahnya adalah ada konseling dengan dampingan konselor, (d) reorganisasi pikiran irrasional: pada tahap reorientasi pikiran irasional terdiri atas penentangan/pengubahan pikiran irasional dengan teknik kognitif, emotif, dan behavioral, dan Penguatan pikiran rasional dengan teknik kognitif, emotif, dan behavioral

 jug a, dan da n (e ) pe ng akhiran: pada taha p pe ng akhiran, kons elor memba ntu konseli melakukan penyimpulan kemajuan konseli serta memberikan dorongan pengem bangan pikiran dan falsafah hidup rasional untuk pengembangan optimal dirinya .

5. T eknik-Teknik Kons eling

T eknik-teknik kons elingras ional emotif behaviordapa t dikelompokka n ke da lam teknik-tek nik kog nitif, teknik-teknik behavioristik, da n teknik-teknik emotif sebagai berikut (C orey, 2 013).

a. T eknik-Te knik K ognitif

T eknik-teknik kog nitif ada lah ke lompok teknik ya ng diguna ka n untuk

mengubah/menggempur pikiran/keyakinan irasional/tidak logis/negatif konseli agar berkembang ke arah pikiran/keya kinan ras ional/logis /pos itif. T eknik-teknik tersebut : dis kusi: menjelajah dan membahasmasalah untuk membongkar keyakinan irasional;

tuga s-tuga s pekerjaan rumah: membias aka n dan meng internalis as ikan pola pikir ras ional dalam kehidupan s ehari-hari di luar konseling; bacaan terarah: membongkar keyakinan irasional dengan memberikan bacaan terpilih ses uai permas alahan konse li; pengubahan pernyataan konseli: mengubah pernyataan konseli yang irasional dengan pernyataan

(20)

yang lebih rasional; penentangan pragmatis: mengubah pikiranirasional dengan

membandingkanny adeng an ke nyataan y ang ras ional; cog nitive res tructuring: teknik ya ng menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak rasional menjadi rasional dan logis.

b. T eknik-Te knik E motif

T eknik-teknik emotif ada lah kelompok teknik yang diguna kan untuk meng ubah perasaan yang irasional/tidak logis/negative/merusak diri konseli agar berkembang ke arah peras aa n ras ional/logis/pos itif/produktif. T eknik-teknik terse but: P embay ang an emosi rasional: membayangkan sesuatu terburuk yang mungkin terjadi pada diri konseli kemudian diminta mengembangkan perasaan yang lebih rasional tentang peristiwa tersebut; Permainan peran: pemeranan karakter di luar dirinya dengan tujuan untuk mema hami diri dan hubungan deng an orang lain; S os iodrama : meng ungka pkan berbaga i perasaan dalam kaitan dengan oranglain s ehingg a memaha mi dan me mperjelas fa

ktor-faktor sosial ya ng mempe ngaruhi perilak u. c. T eknik-Tek nik B ehav ioral

T eknik-teknik be havioral ada lah k elompok teknik ya ng diguna kan untuk mengubah tindakan irasional/tidak logis/negative/tidakproduktif/merusak diri sendiri konseli agar berkembang ke arah tindakan/perilaku rasional/logis/positif/produktif . T eknik-teknik terse butada lahpe ngua tan: peng uatan perilaku ya ng dikehenda ki deng an memberikan ganjaran yang memuaskan; desensitisasi sistematik : mengurangi kepekaan

konseli kepada stimulus yang tidak menyenangkan setahap demi setahap memaparkan dengan stimulus yang menyenangkan; relaksasi: mengurangi ketegangan fisik dan psikologis konselimelalui pelemasan otot-ototnya dalam suasana menyenangkan; Pemberian model: membentuk perilaku dengan cara memberikancontoh; P elatihan

keterampilan: melatih dan membiasakan konseli dengan keterampilan yang diperlukan; P elatihan as ertivitas : melatih dan membias aka n kons eli untuk berperilku sebagaimana diinginkantanpa agresif.

(21)

E . K O N S E L I N G R E A L I T A S

P endeka tan kons eling realitas dikembangk an terutama oleh William G las s er dengan namaR eality T herapy (terapi realitas) sejak tahun 1950-an da n 60-an (G las s er, 1984a, Nelson-J ones , 2001). Anc anga n ini berkembang ka rena ketidakpuasa n G lasser terhadap pelaksanaan praktik ancangan tradisional yang berlaku saat itu, terutama ancangan Psikoanalisis. Berdasarkan pengalaman praktik dengan para konselinya, Glasser menemukan bahwa ancangan Psikoanalisis kurang efisien dan kurang efektif dalam membantu konse li menca pai peubahan y ang diinginkan. K arena itulah ia mengembangkan ancangan baru yang lebih efektif dan efisien dalam membantu konseli mengubah perilakunya sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara bertang gung jawab (Burks & S tefflre, 1979; P arrot, 2003; S harf, 2004).

D alam pengg unaannya, ancang an konseling R ealitas dapat digunkan untuk membantu konseli dengan beragam masalah psikologis. Dari masalah emosional yang sifatnya ringan hingga masalah emosional yang berat. Demikian pulaancangan tersebut

berguna bagi penanganan gangguan perilaku pada orang-orang yang sudah lanjut u sia dan ana k-anak, dan ma s alah-masalah yang berhubungan dengan kecanduan alkohol dan obat-obatan (G las s er, 1984b; C orey, 19 96).

1. Hakikat Manus ia

P ada dasa rnya,Glasser memiliki pandangan yang positif dan dinamis tentang hakikat manusia. Ia berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan dan mengarahkan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mendasarkan diri pada keputusan-keputusan yang dibuatnya, manusia memilih perilaku untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup bertanggung jawab, berhasil, dan memuaskan daripada bergantung pada situasi dan lingkungannya (Burks & S tefflre, 197 9; Nels on-J ones , 2001).

2. T eori P ilihantentang P erilaku

P ada tahun 1996 G lass er mengubah nama teori ya ng mendas ari konseling realitas dari teori kendali (control theory ) ke teori pilihan (choice theory ). Glasser sangat

menekankankan pentingnya perbedaan antara psikologi kendali luar yang merusak

(22)

teori pilihan yang me mberikan kebe bas an pada individu untuk melangg eng kan hubungan yang sehat dan mengarahkan kepada kehidupan yang prdoduktif (Nelson-J ones , 2001).

T eori pilihan menjelas kan bahwa s eg ala s es uatu yang kita lakukan ada lah pilihan kita. Apa yang kita lakukan adalah kita yang memilihnya/memutuskannya untuk melakuka n hal terse but (G lass er, 2000). S etiap perilaku kita me rupaka n upaya terbaik untuk mencapai apayang ding inkan untuk memua s kan ke butuhan kita. S etiap pe rilaku utuh (total beha vior ) kita terdiri dari empat komponen yang tidak dapat dipisahkan tetapi berbeda yaitu   bertindah (acting), berpikir (thinking), merasakan ( fee ling), fisiologi ( phys iolog y ) yang diperlukan untuk menyertai semua tindakan, pikiran, dan perasaan kita. P erilaku itu bertujuan ka rena pe rilaku terse but diranc a ng untuk menutup kes enjanga n antara apa y ang k ita inginkan dan apa y ang kita perse ps i kita dapa ti. P erilaku kita berasal daridalam diri kita dan dengan demikian maka kita memilih arah hidup kita (C orey, 2005).

B erdas arkan penjelas an di atas , maka s etiap perilaku bahka n termas uk perilaku yang sangat malasuai pun adalah sebuah pilihan. Karena itu maka Glasser b ersikeras bahwa kons eli mengung kapka n g ejala-gejala perilaku bermasalahnya dalam bentuk aktif.

Mis alnya, alih-                                         -                                  

untuk marah.                              

perilaku yang menyakitkan karena itulah perilaku terbaik yang dapat dia gunakan saat itu dan perilaku ters ebut seringka li membuat dia me mperoleh a pa y ang diinginkan (S ciarra, 2004; C orey, 2004).

Pandangan bahwa suatu perilaku bagaimanapun patologisnyaselalu

merupakan pilihan adalah suatu penolakan yang mendasar terhadap model medis. Hal ini  jug a menunjukkan ba hwa individu da pat me milih untuk meng uba h s ua tu perilaku

bermas alah (C orey, 2001).Agar perubahan terjadi maka dua syarat harus ada. Pertama, individu harus menyadari bahwa perilakunya saat ini tidak efektif untuk memenuhi kebeutuhan dasarnya, dan kedua ia harus yakin bahwa ia mampu memilih perilaku lain ya ng lebih e fektif untuk me muas kan kebutuhan das arnya (S ciarra, 2004).

(23)

3. K arakteristik K onseling R ea litas

Dalam proses konseling, konselor tidak menggunakan waktu yang lama untuk mendengarkan dan memperhatikan keluhan, cacian, dan kritikan karena hal tersebut merupakan perilaku yang paling tidak efektif dalam khasanah perilaku manusia. Oleh karena konselor realitas memberikan perhatian yang sangat sedikit terhadap perilaku yang merusak diri tersebut maka perilaku tersebut cenderung menghilang dari konseling. Lalu apa yang menjadi fokusK onse ling R ea litas ? B erikut beberapa ka rakteris tik ya ng mendas ari K onse ling R ealitas (C orey, 2005).

Konseling realitas: (a)menekanakan pada pilihan dan tanggung jawab, (b) mengadakan penolakan terhadap transferensi, (c) menekanka n pentingnya konsep ba hwa konseling terjadi pada saat sekarang, (d) menghindarkan diri dari pemusatan pada gejala -gejala perilaku bermasalah, (e) menentang pandangan tradisional tentang penyakit mental.

4. Kebutuhan Dasar dan Identitas

P ada awalnya, G las s er berkeyakinan bahwa s etiap inidividu memiliki dua kebutuhan das ar psikologis, ya itu kebutuhan aka n rasa kas ih saya ng (the need to love a nd to be loved)dan kebutuhan akan rasa berharga (the need to be worthwhile) (Glasser & Zunnin, 1973). Kebutuhan akan rasa kasih sayang merupakan kebutuhan individu untuk

mengasihsayangi dan dikasihsayangi orang lain. Adapun kebutuhan akan rasa berharga merupakan kebutuhan individu untuk memperoleh ras a keberhargaa n diri s eba ga i manusia baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

P ada perkembangan selanjutnya, (Glasser,1984a & 1985a; Nelson-J ones , 2001)

G las s er memperluas uraian tentang kebutuhan das ar manusia. D alam hal ini G las s er berpandangan bahwa manusia selalu berupaya mengendalikan dunia dan dirinya untuk memuaskan kebutuhan dasarnya. K ebutuhan da s ar terse but ada lah kebutuhan untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan (the need to survive and reproduce), kebutuhan untuk memiliki (the need to belong), kebutuhan untuk memperoleh kekuasaan (the need for power ), kebutuhan untuk memperoleh kebebasan (the need for freedom), dan kebutuhan untuk memperoleh kesenangan (the need for fun).

(24)

P emenuha n (terpenuhi dan tidaknya ) kebutuhan da s ar terse but mempeng aruhi kondisi identitas seseorang individu. Individu yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya akan memiliki identitas sukses (success identity ). Identitas sukses merupakan citra diri positif (Gray & Gerrard, 1977). Orang demikian akan bertingkah laku yang bertanggung  jawab (me menuhi ke butuha n da s ar tanpa meng gangg u orang-orang lain dalam

memenuhi kebutuhan das ar mereka), realis tis (ke s ediaan meng hadapi kenya taa n dan menerima konsekuensi logis dari pilihannya), dan layak secara moral (standar nilai-nilai dan norma yang berlaku) sehingga ia merasa mampu, optimistis, berhubungan dengan orang lain s ec ara s ehat, mampu mempe nga ruhi lingkung an, da n dapa t membuat keputusa n untuk mas a depannya. S ebaliknya, individu ya ng ga ga l memenuhi kebutuhan dasarnya akan mengalami identitas gagal ( failure ide ntity ). Identitas gagal merupakan

citra diri negatif. Individu demikian akan bertingkah laku yang tidak bertanggung jawab, tidak realistis, dan tidak layak secara moral sehingga ia merasa kurang mampu, pesimes, kurang terlibat deng an orang lain, berg antung pada ora ng lain, dan me ras a tidak b erharga se bagai manusia(G las s er & Zunnin, 1973; G ray & G errard, 1977; B urks & S tefflre, 1 979).

Individu yang beridentitas ga ga l merupakan individu yang bermas alah (Glasser, 1965; 1969a; 1969b). Hal yang demikian dapat dialami siswa di sekolah (Gray & Gerrard, 1977). Oleh karena itu merupakan tanggung jawab konselor dan staf sekolah ya ng lain untuk mencegah siswa-siswa mereka mengembangkan identitas gagal dengan cara membantu siswa-siswa tersebut merasa diperhatikan dan disayangi melalui keterlibatannya dengan mereka. Disampingitu, konselor dan seluruh staf sekolah yang lain bertanggung jawab membantu para siswa mencapai rasa berharga sebagai manusia melalui pemberian kesempatan kepada mereka belajar berpikir dan memecahkan masalah, memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sertamemperoleh kepercayaan kepada ke mampuan yang dimilikinya (G las s er, 1969a; G ray & G errard, 1977).

Mesk ipun kons elor dan komunitas s ekolah ya ng lain telah berupay a mence g ah terjadinya siswa bermasalah atau mengembangkan identitas gagal di sekolah, namun

dalam kenyataanmungkin ada dan bahkan banyak siswa-siswa mereka yang bermasalah. Lalu bagaimana cara memberikan bantuan terhadap siswa-siswa tersebut? Untuk itu di bawah ini dikemukakan prinsip-prinsip dan tahap-tahap pemberian bantuan

(25)

kepada siswa-sis wa yang meng alami mas alah ag ar mereka dapa t meng atas inya s ec ara bertanggung jawab, realistis, dan layak secara moral.

5. P roses K onseling

Menurut ancang an K onseling R ealitas , konseling pada das arnya merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional antara konselor dan konseli dengan tujuan agar konseli mau memikul tanggung jawab bagi dirinya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (B urks & S tefflre, 1 979). Individu yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya akan mengembangkan identitas sukses (success identity ) dan sebaliknya individu yang gagal dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan mengembangkan identitas gagal ( failure identity ).

Dalam proses konseling, konselor aktif secara verbal, yakni aktif mengajukan pertany aa n-pertany aa n meng ena i kehidupan kons eli s aa t ini, sehingga konseli tersebut bertambah sadar akan tingkah lakunya dan mau membuat penilaian tentang ketidake fektifan tingk ah laku ters ebut se rta meng embang kan tindaka n ya ng berta nggung  jawab untuk me ng uba h ting ka h laku ya ng kura ng efektif dalam penc apa iankeinginan bagi

pemuas an kebutuhan das arnya.

Agar proses konseling berlangsung secara efektif dan efisien maka konsel or perlu berpedoman pada prinsip-prinsip pelaksa naan lay anan K onseling R ealitas (G las s er, 1984a; G las s er & G lass er, 1985b; Gilliland, J ames, & Browman, 1989). Prinsip-prinsip tersebut

adalah sebagai berikut. 1. Keterlibatan (involvement )

Glasser menkankan pentingnya konselor untuk mengkomunikasikan perhatian kepada konseli. Perhatian tersebut diwujudkan dalam bentuk kehangatan hubungan, penerimaa n, pengha ya tan, dan pema hama n terhadap kons eli. S alah s atu ca ra terbaik untuk menunjukkan pe rhatian kons elor terhadap kons eli ialah tingk ah laku kons elor yang mau mendengarkan ungkapan konseli tersebut sepenuh hati.

2. Pemusatan pada tingkah laku saat sekarang, bukan pada perasaan ( foc us on pre sent behavior rather than on feeling)

P emus atan pada tingkah laku s aa t s eka rang bertujuan untuk membantu kons eli agar sadar terhadap apa yang dilakukan yang menjadikannya mengalami perasaan atau

(26)

masalaah seperti yang diras akan a tau dialami sa at s ekarang. G las se r menyadari bahwa tingkah laku manusia itu terdiri atas apa yang ia lakukan, pikirkan, rasakan, dan alami s eca ra fis iologis. K eempatnya berkaitan, namun G las s er lebih menekankan pada apa y ang dilakukan dandipikirkan individu daripada apa yang dirasakan dan dialami secara fisiologis. Hal ini terjadi karena sukar bagi kita untuk mengubah perasaan dan pengalaman fisiologis seseorang tanpa mengubah apa yang dilakukan dan dipikirkan terlebih da hulu.

3. P ertimbang an nilai (Value J udgement )

K onse li perlu dibantu menilai kualitas apa yang dilakuka nnya da n menentukan apakah tingkah laku tersebut bertanggung jawab atau tidak. Maksudnya, setelah konseli menyadari tingkah lakunya yang menyebabkan ia mengalami masalahseperti yang

dihadapinya sekarang, kemudian ia hendaknya dibantu oleh konselor untuk menilai apakah yang dilakukan itu dapat mencapai tujuan hidupnya dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Tanpa adanya kesadaran konseli mengenai ketidakefektifan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan hidupnya maka tidak mungkin ada perubahan pada diri konseli tersebut.

4. P erencanaan tingkah laku bertangg ung jawab (P lanning res ponsible behavior )

Konselor bersama-sama dengan konseli membuat rencana tindakan efektif   yang aka n meng ubah tingk ah laku ya ng tidak bertang gung jawab ke arah tingkah laku ya ng bertanggung jawab sehingga konseli tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. R enca na tindakan ya ng efektif berupa renc ana y ang s ederhana, da pat dicapa i, terukur, segera, dan terkendalikan oleh konseli.

5. Pembuatan komitmen (C ommitment )

Glasser yakin bahwa suatu rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen khusus untuk melaksanakan rencana yang telah disusunnya atau dibuatnya. K omitmen ters ebut dapa t dibuat se ca ralisan dan/atau secara tertulis.

6. Tidak menerima alasan-alas an kegag alan (No excuses)

Karena tidak semua rencana dapat berhasil, maka konselor tidak perlu mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam melakukan rencana yang dibuatnya . Alih-alih, konselor memus atkan perhatian pa da peng emba ng an renca na baru yang lebih cocok pada konseli untuk mencapai tujuan.

(27)

7. Peniadaan hukuman (eliminate punishme nt )

K onse lor ya ng berorientas i K onse ling R ea litas tidak akan memberikan hukuman pada konseli yanggagal melaksanakan rencananya sebab hukuman tidak akan mengubah tingk ah laku melainkan aka n memperkuat identitas g ag al konse li. S ebag ai ga nti hukuman, G las s er menekankan pentingnya konselor memberikan kes empatan ba gi kons eli untuk mengalami konsekuensi alamiah atau akibat logis dari keg ag alannya (C ooper, 1977). Untuk itu, konselor mendorong konseli untuk bertanggung jawab atas rencananya sendiri (G eorge & C ristiani, 1990).

8. Pantang menyerah (Never give up)

Konselor yang menggunakan konseling realitas tidak pernah berputus asa. Ia adalah konselor yang ulet dan terus-menerus berupaya mencari cara atau rencana yang lebih baik dan lebih efektif dalam membantu konselinya mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, konselor tetap berkeyakinan bahwa konselimemiliki kemampua n

untuk berubah, apapun keadaannya. Intinya konselor yang bertanggung jawab   adalah konselor yang pantang menyerah dalam memberikan bantuan kepada konselin ya.B ila satu cara gagal, cari cara berikutnya yang lebih efektif. Mungkin cara tersebut pun masih gagal, coba cari cara yang lain lagi atau evaluasi cara-cara yang gagal tersebut untuk menemukan penyelesaiannya.

Berdasrkan prinsip-prins ip ters ebut, Wubbolding(C orey, 2013 ) meng emba ngkan praktik konseling sebagai suatu siklus konseling yang terdiri atas (1) lingkungan konseling: s uas ana hubungan kons eling dan keterlibatan kons elor dan kons eli dan (2) pros edur konselingspesifikyang berisi strategiWDEP: Wants , D oing andD irec tion, S elf -E valuation,

P lanning (s amic= simple, attainable, measurable, immediate, consistent). W   berarti keinginan, kebutuhan, dan persepsi konseli. Pada tahapW , konselor mengidentifikasi apa

                                                       rga, teman-tema n, dan lain-lain).             D berarti apa    

ya ng dilakuka n konse li dan a rah yang d ipilih dalam hidupnya . P ada tahap terse but, konselor membantu konseli mengidentifikasi apa yang dilakukannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengajukan perta                                                      

(28)

            E  berarti melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukan akhir-akhir ini.

P ada taha p ini, kons elor memba ntu kons eli mela kukan penilaian diri untuk mene ntukan keefektivan apa yang dilakukan bagi pencapaian kebutuhannya.P  berarti membuat

rencana perubahan perilaku. P ada taha p ini, kons elor membantu konseli merencanakan

pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab bagi pencapaian kebutuhannya. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil evaluasi perilaku pada tahap sebelumnya harus s ederhana, muda h dica pai, terukur, s eg era, da n k onsis tendengan keinginan konseli.

Berdasarkan prinsip-prins ip dan s iklus kons elingdi atas , maka disus unlah tahap -tahap atau urut-urutan kegiatanpraktis ya ng aka n dilakuka n kons elor dalam me mbantu konseli memecahkan masalah yang dihadapinya. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1. P enciptaa n hubungan baik

P ada taha p ini kons elor membina hubunga n ps ikologis bag i terciptanya s uas ana

rapport   dengan cara mengkomunikasikan perhatian, penerimaan, pengahyata n dan pemahaman terhadap konseli. Hal ini semua dilakukan secara tulus oleh konse lor s ehingg a ke tulus an terse but teramati oleh konse li.

2. Identifikas i keinginan s aa t ini

P ada taha p ini, kons elor membantu kons eli menjelajah keinginan dan pers epsinya dalam hidupnya. Apa yang diinginkannya dari keluarganya, sekolahnya, masyarakatanya, tema n-tema nnya, dan be lajarnya. K einginan terse but s eba ga i tujuan ya ng a kan dicapa inya dalam upaya pemuas an kebutuhan das arnya.

3. Identifikasi tingkah laku saat ini

P ada taha p ini, kons elor membantu kons eli meng enali ting kah lakunya saat sekarangapa yang dilakukan dan dipikirkan akhir-akhir ini berkaitan dengan masalah yang dihadapinyadengan c ara ya ng tidak mengukum.

4. Penilaian tingkah laku saat ini

S etelah kons eli menya dari apa ya ng dilakukan akhir-akhir ini kemudian konselor membantu konseli tersebut untuk menilai apakah tingkah lakunya itu efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

(29)

Berdasarkan penilaian konseli terhadap tingkah lakunya, kemudian konselor membantu konseli tersebut mengidentifikasi dan memilih alternatif tindakan/rencana yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

6. Komitmen

P ada taha p ini, kons elor membantu kons eli membuat komitmen atas rencana tindakan yang telah dipilihnya dengan cara membuat perjanjian secara lisan dengan berjabat tangan dan/atau tertulis dalam wujud kontrak.

7. Terminasi

Hubung an kons eling memiliki batasa n-batasan, oleh karena itu jika komitmen telah terpenuhi berarti proses bantuan telah berakhir. Namun, seorang konselor harus terus memantau perkembangan konseli yang dibantunya.

6. T eknik-T eknik Kons eling

K onselor yang berorientas i K onseling R ealitas cenderung eklektik dalam menggunakan teknik-teknik konseling. Namun, ada beberapa teknik yang acapkali

digunakan konselor tersebut untuk membantu konseli dalam proses konseling. Teknik -teknik tersebut adalah (1) melakukan permainan peran dengan konseli, (2) mengg unakan humor, (3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (4) tidak menerima alasan-alas an tingka h

laku yang tidak bertanggung jawab, (5) berperan sebagai model dan gu ru, (6) menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan konseling, (7) melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup yang lebih efektif, (8) mengkonfrontasikan tingk ah laku kons eli ya ng tidak realis tis, (9) memberikan pekerjaan rumah untuk dilaksanakan konseli pada waktu antara pertemuan satu dengan lainnya, (10), meminta konseli membaca artikel/bacaan tertentu yang relevan dengan masalah yang dihadapinya, (11) membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor dan konseli, (12) memberikan tekanan tentang pentingnya tanggung jawab konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai keinginannya, (13) debat konstruktif, (14) dukungan terhadap pelaksa naan renca na konseli,dan (15) pe ngungka pan diri konselor dalam pros es konseling, (C orey, 1986; Nelson-J ones , 1995; Nelson-J ones , 2001; P arrot III, 2003; S harf, 2004).

(30)

F . K onseling R ingkas B erfokus S olusi

K onseling ringka s berfokus solusi (K R B S ) berasa l dariS olution-foc us ed b r ief

counseling(S F B C ) yang merupakan salah satu model konseling postmodernyang paling penting (C orey, 2013). Model ini didirikan da n dikembang kan terutama oleh S teve de S hazer dan Insoo K im B erg sejakdekade 1980-an di Brief F amily T herapy C enter di Milwaukee Wisc onsin Amerika S erikat(C apuzz i& Gross, 2009;de S hazer, S . & Dolan, Y. 2007; S harf, 2004). Dalam perkembanga nnya, S F B C dipengaruhi model-model pemberian bantuan ya ng telah be rkembang s aa t itu, diantaranyabrief the rapy yangdikembangkan Milton E ricks on (G ladding, 2009) , model perilaku, modelkognitif-perilaku, dan sistem

 family therapy (S eligman, 2006).

Model K R B S tersebut banyak dibutuhkan pada e ra para kons eli dan lembaga -lembaga pemberian bantuan psikologis menuntut layanan konseling yang singkat dan

efektif. D emikian pula, keterampilan konse ling s ingkat diperlukan kons elor yang bekerja dalam latar pemberian bantuan yang diharapkan memberikan layanan yang lebih b anyak dengan waktu yang lebih singkat (Gladding, 2009).

1. Hakikat Manus ia

Pada dasarnya, K R B S didas arkan pada pandangan ya ng positif dan optimis tik tentang hakikat manus ia (C orey, 201 3; G ladding, 2009). Manus ia adalah makhluk yang s ehat dan kompeten. S F B C merupakan model konse ling ya ng nonpatologis ya ng

menekankan pentingnya kompetensimanusiadaripada kekurangmampuan, dan kekuatan daripada kelemahannya. D isamping itu, Manusia ma mpu membangun s olusi ya ng dapat meningkatkan kehidupannya. Manusia memiliki kemampuan menyelesaikan tantangan dalam hidupnya. Bagaimanapun pengaruh lingkungan terhadap manusia, konselor

meyakini bahwa saat dalam layanan konseling, konseli mampu mengonstruksi

(membangun) solusi terhadap mas alah yang dihadapinya. K arena itu, konseli juga mampu mengonstruksi solusi terhadap masalah-mas alah yang dihadapinya.

2. T eori K epribadian

Dalam pelaksanaan bantuan terhadap konseli,  S F B C tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang berkembang saat ini.K onselor S F BC berkeyakinan bahwa kita tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu.Oleh

(31)

lebih baik dan lebih s ehat, yaitu tujuan yang lebih ba ik dan lebih s ehat.Individu tidak bisa mengubah masa lalu tetapi ia dapat mengubah tujuannya.Tujuan yang lebih baik dapat meng atas i mas alah dan me nga ntarkan ke mas a depa n yang lebih produktif.Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif: positif, proses, saat sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli, bahasa konseli.S ebag ai ganti teori

kepribadian dan ps ikopatologi, mas alah dan masa lalu, K R B S berpokus pada s aat seka rang yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli yang berada di bawah kendalinya ( P rochas ka & Norcross , 2007).

3. As umsi dan Aturan D asar

P elayanan K R B S didas ari oleh as umsi dan aturan das ar s ebag ai berikut. Ada empat asumsi dasar yang penting diperhatikan konselor, yaitu (a) konseling hendaknya memusatkan pada solusi daripada masalah bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat, (b) s uatu s trategi kons eling yang efektif ialah menemuka n da n me nguba h eksepsi/pengecualian (saat-sa at individu bebas da ri belitan mas alah) menjadi solusi, (c) perubahan kecil mengarahkan pada perubahan yang lebih besar, (d) konseli memiliki s umber-sumber yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, (e) konselor hend aknya memusatkan pada pengembangan tujuan bermakna yang dibangun konselor dan   konseli dengan tekanan pada apa yang diharapkan konseli daripada ide/pendapat k onselor (C harles worth, J .R . & J acks on, 2004).

Adapun aturan dasar sebagai pengarah konselor dalam melaksanakan konseling, yaitu konselor hendaknya (a) menghindari penjelajahan/ekplorasi masalah, (b) efisien dalam pelayanan konseling, yaitu konselor hendaknya mencapai tujuan secara optimal dengan jumlah pertemuan intervensi yang paling sedikit, (c) menyadari bahwa tilikan/pemahaman masalah dan penyebabnya tidak memberikan solusi karena itu konselor hendaknya memusatkan pada tindakan daripada pembahasan masalah yang dialami konseli, dan (d) memusatkan pada s aat s ekarang dan mendatang. J ika konse li menyadari bahwa saat ini solusi itu sudah ada pada dirinya maka dapat meningkatkan rasa percaya dirinya . J ika kons eli berpikir tentang apa y ang aka n terjadi di mas a depa n dan sadar bahwa solusi tersedia maka dapat membangun keyakinan bahwa segala sesuatu akan lebih baik(C harles worth & J acks on, 2004).

(32)

4. ProsesKonseling

Dalam prosesnya, konseling berfokuspadasolution talk daripada proble m talk . Proses konseling diorientasikan bagi peningkatan kesadaran eksepsiterhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan secara sadar.Peningkatan kes adaran eks epsi terhadap pola mas alahnya dapat menciptakan s olusi.Pemilihan proses perubahan dapat menentukan masa depan kehidupan konseli. Beberapa petunjuk pilihan

                                            little, choose to build on it, (3) if nothing seems to be working, choose to experiment,

including imagining miracles, dan (4) choose to approach each session as if it were the last. C hange starts now, not nex t week  de S haz er & D olan, 2007;P rochaska & Norcross , 2007).

Hubung an K onse ling memiliki peran penting dalam konse ling berfokus s olus i. H ubungan kons eling merupakanK olaboras i antara kons elor dankonseli dalam

membangun solusi bersama.Kolaborasi menekankan solusi masalah konseli dan teknik konseling yang digunakan konselor.Konselor sebagai ahli tentang proses dan struktur konseling yang membantu konseli membangun tujuannya menuju solusi yang b erhas il. Konseli sebagai ahli mengenai diri dan tujuan yang ingin dibangun.K onse lor aktif dalam memindahkan fokus secepat mungkin dari masalah pada solusi.Konselor mengarahka n konseli mengeksplorasi kelebihan dan membangun solusi.Konselor mendorong inisiatif

konseli dan membantu melihat dan menggunakan tanggung jawabnya dengan lebih baik (Prochaska & Norcross, 2007).

P ros es kons eling terdiri atastaha pan pembinaan hubunga n ba ik, penetapa n tujuan, penetapan dan pelaks anaa n s olusi, dan peng akhiran s ebag ai berikut.

a. Pembinaan Hubungan

P ada taha p ini kons elor melakukan a ktivitas s ebag ai berikut: (a) penc iptaa n kondis i fas ilitatif, (b) pe mbicaraan topik netral, dan (c ) penjelas an p ros es kons eling.

b. Penetapan Tujuan

P ada taha p ini dilakukan a ktivitas s ebag ai berikut: (a) penentuan tujuan konseling, (b) pengajuan pertanyaan keajaiban yang diikuti dengan pertanyaan penanda keajaiban dan kemudian dise rtai pertanya an res iprokal berka itan denga n penanda kea jaiban

Referensi

Dokumen terkait

Penarikan iuran anggota dimaksudkan untuk menimbulkan rasa memiliki, kesadaran, ketaatan, kedisiplinan dan tanggung jawab anggota terhadap pengembangan Organisasi

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencemaran saluran drainase di lingkungan permukiman sekitar Kawasan Pasar Kahayan terjadi akibat limbah

Jika auditor selalu ditekan dengan adanya anggaran waktu yang cepat maka auditor akan bertindak terburu-buru dan tidak hati-hati atas pemeriksaan bukti-bukti yang

Peneliti akan membahas perkembangan bauran pemasaran di pasar tradisional kota Surakarta sebagai sampel yang diteliti adalah Pasar Legi pada era modern ini,

Besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang memungkinkan air tinggal

Pada cara basah ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi, sehingga terjadi pemisahan skim dari krim.. Selanjutnya krim dipanaskan untuk menggumpalkan

Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan penukar kalor Joule-Thomson dengan campuran campuran baru pada refrigerant, yaitu metana, propane, iso-butana dan

Laju pertumbuhan tubuh ikan yang dibudidayakan bergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu