• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstrak makalah scaffolding konseptual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "abstrak makalah scaffolding konseptual"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

PENGARUHSCAFFOLDINGSCAFFOLDING KONSEPTUAL BERBASIS STAD KONSEPTUAL BERBASIS STAD TERHADAPTERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIAKAN MASALAH SINTESIS FISIKA DITINJAU KEMAMPUAN MENYELESAIAKAN MASALAH SINTESIS FISIKA DITINJAU

DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Umy H. Rasyidah, S.Pd Umy H. Rasyidah, S.Pd

Program Pasca Sarjana, Program Studi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana, Program Studi Pendidikan Fisika

Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5, Malang 65145 Jl. Semarang 5, Malang 65145

Telp / Fax :

Telp / Fax : (0341) 551312(0341) 551312 E-mail :

E-mail : umy.rasyidah@gmail.com umy.rasyidah@gmail.com ABSTRAK

ABSTRAK Kata Kunci:

Kata Kunci: s scaffolding caffolding  konseptual, menyelesaikan masalah sintesis, berpikir kritis konseptual, menyelesaikan masalah sintesis, berpikir kritis

Belajar fisika juga merupakan kaitan dari pemahaman terhadap sebuah jaringan Belajar fisika juga merupakan kaitan dari pemahaman terhadap sebuah jaringan  beberapa konsep dasar yang saling berhub

 beberapa konsep dasar yang saling berhubungan. Kita juga menyadari bahwa dalamungan. Kita juga menyadari bahwa dalam memahami fisika tidak dapat dilakukan dengan pemahaman konsep yang teraglomerasi. memahami fisika tidak dapat dilakukan dengan pemahaman konsep yang teraglomerasi. Permasalahan fisik 

Permasalahan fisik a sering kali berupa permasahan “sintesia sering kali berupa permasahan “sintesis” yaitu permasalahan yang terdiris” yaitu permasalahan yang terdiri atas beberapa konsep-konsep fisika yang saling berkaitan. Kemampuan dalam menyelesaikan atas beberapa konsep-konsep fisika yang saling berkaitan. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah menjadi fokus penting dalam belajar fisika, karena t

masalah menjadi fokus penting dalam belajar fisika, karena t ujuan utama dari pembelajaranujuan utama dari pembelajaran fisika adalah untuk melatih siswa menjadi pemeca

fisika adalah untuk melatih siswa menjadi pemecah masalah yang handal. Selain itu beberapah masalah yang handal. Selain itu beberapa  penelitian pendidikan fisika menunjukkan

 penelitian pendidikan fisika menunjukkan bahwa pembentukan lingkubahwa pembentukan lingkungan secara interaktifngan secara interaktif dan kemampuan berpikir kritis siswa mempengaruhi kemampuan siswa dalam

dan kemampuan berpikir kritis siswa mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaiakan masalah. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya bantuan (

menyelesaiakan masalah. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya bantuan ( scaffolding  scaffolding )) yang mampu melatihkan siswa mengenali

yang mampu melatihkan siswa mengenali konsep yang terkandung dalam permasalahankonsep yang terkandung dalam permasalahan sistesis, yang disebut dengan

sistesis, yang disebut dengan scaffolding scaffolding konseptual.konseptual. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasiquasi

 – 

 – 

 experimentation. Rancangan experimentation. Rancangan  penelitian yang dipilih adalah rancangan faktorial dua fakto

 penelitian yang dipilih adalah rancangan faktorial dua faktor. Kelompok pertama diberikanr. Kelompok pertama diberikan  pembelajaran scaffolding konseptual berbasis STAD dan kelompo

 pembelajaran scaffolding konseptual berbasis STAD dan kelompok kedua diberikank kedua diberikan  pembelajaran STAD. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA  pembelajaran STAD. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA  Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 201

 Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah 2 ke3/2014. Sampel penelitian ini adalah 2 kelas dari kelas XIlas dari kelas XI SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran

SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2013/2014. Instrumen penelitian yang telah dikembangkan2013/2014. Instrumen penelitian yang telah dikembangkan terdiri atas: (1) tes kemampuan berpikir kritis, (2) tes kemampuan menyelesaikan masalah terdiri atas: (1) tes kemampuan berpikir kritis, (2) tes kemampuan menyelesaikan masalah sintesis, (3) lembar kerja

sintesis, (3) lembar kerja scaffolding  scaffolding  konseptual, dan (4) instrumen pelaksanaan konseptual, dan (4) instrumen pelaksanaan  pembelajaran.

 pembelajaran.

Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian, paparan data, temuan penelitian, dan Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian, paparan data, temuan penelitian, dan  pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan (1) ada perbedaan antara

 pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan (1) ada perbedaan antara kelompok siswa yang diajar melalui pembelajaran

kelompok siswa yang diajar melalui pembelajaran scaffolding  scaffolding  konseptual berbasis STAD dan konseptual berbasis STAD dan STAD terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika, (2) ada terdapat

STAD terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika, (2) ada terdapat  perbedaan antara kelompok siswa dengan k

 perbedaan antara kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendahemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadapat

terhadapat kemampuan menykemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa, (3) elesaikan masalah sintesis fisika siswa, (3) terdapat pengaruhterdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran (

interaksi antara pembelajaran ( scaffolding  scaffolding  koseptual berbasis STAD dan STAD)  koseptual berbasis STAD dan STAD) dandan

kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa. kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa.

(2)

PENDAHULUAN

Belajar fisika juga merupakan kaitan dari pemahaman terhadap sebuah jaringan  beberapa konsep dasar yang saling berhubungan dan menjadi mahir dalam aplikasi konsep

tersebut (Lindstrom, 2009). Kita juga menyadari bahwa dalam memahami fisika ti dak dapat dilakukan dengan mamahaman konsep yang teraglomerasi ( Linuwih, 2010) dan tidak

 berkaitan satu sama lain. Permasalahan fisika sering kali berupa permasahan “sintesis” yaitu  permasalahan yang terdiri atas beberapa konsep-konsep fisika yang saling berkaitan (Lin,

2011). Kemampuan dalam menyelesaikan masalah menjadi fokus penting dalam belajar fisika (Lin, 2011), karena tujuan utama dari pembelajaran fisika adalah untuk melatih siswa menjadi pemecah masalah yang handal.

Selain melihat data mengenai kempuan siswa secara luas, penanan guru di kelas dalam menyampaikan pembelajaran juga dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam  belajar. Guru harus mampu untuk memahami keadaan siswa, sehingga mampu untuk

mengetahui bagaimana siswa mereka belajar terhadap konten yang disampaikan (Thompson, 2009). Tugas dari seorang guru adalah menyediakan kondisi atau jalan bagi siswa untuk mencapai tujuannya (Roehler, 1997). Tetapi terkadang kodisi yang telah diciptakan guru tidak dapat mengakomodasi sebagian besar siswa dalam kelas. Hal ini dapat diakibatkan oleh  perbedaan zone of proximal development  (ZPD) setiap siswa. Berdasarkan beberapa

 permasalahan tersebut perlu adanya beberapa metode yang harus diubah dalam cara kita mengajarkan fisika, sehingga siswa dapat terbantu dalam mengembangkan kemampuan analitik mereka terutama dalam menyelesaikan masalah fisika.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya bantuan ( scaffolding ) yang mampu melatihkan siswa mengenali konsep yang terkandung dalam permasalahan. Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan untuk membantu siswa men yelesaikan masalah

(Santrock, 2011), seperti mengingatkan, pemberian petunjuk, dan dorongan kepada siswa. Dalam belajar mengembangkan kemampuan siswa menyelesaikan masalah, siswa  perlu dikondisikan dalam lingkungan belajar yang sesuai. Beberapa penelitian pendidikan

fisika menunjukkan bahwa pembentukan lingkungan secara interaktif dan bermakna harus difasilitasi untuk terbentuknya pembelajaran. Hasil penelitian dari Lindstrom (2009 : 10) menyatakan bahwa lingkungan belajar konstruktivis yaitu mengkondisikan siswa untuk  belajar dalam kelompok dapat memfasilitasi siswa dalam belajar fisika. Selain dapat

memfasilitasi siswa, lingkungan belajar juga mampu membantu guru dalam melakukan setiap kegiatan belajar.

(3)

Salah satu bentuk lingkungan belajar konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif, dimana siswa diajak untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu masalah atau mencapai tujuan belajar (Miller, 2013). Lingkungan  belajar konstruktivis yang diusulkan Vygotsky (1978) dapat membantu siswa dalam

membangun kompetensinya. Siswa dapat belajar dengan teman sebayanya dalam kerja

 berkelompok, sehingga dapat membantu guru dalam mengakomodasi perbedaan ZPD siswa. Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan cooperative learning  (Arends, 2009 : 368). Sejumlah

 penelitian telah menguji keberhasilan model STAD dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit (Ibraheem, 2011). Sesuai dengan paparan di atas, penelitian ini akan menggunakan pembelajaran kooperatif STAD yang di dalam langkah pembelajarannya diterapkan scaffolding  konseptual.

Selaian dipengaruhi oleh lingkungan belajar, kemampuan siswa dalam menyelesaiakan masalah juga akan dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi ( expert ) dimungkinkan dengan mudah dapat menyelesaikan permasalahan sintesis. Sedangkan siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah dimana siswa dalam kelompok ini digolongkan siswa novis akan menggukan cara  penyelesaiakan tanpa menganalisis konsep terlebuh dahulu, seperti yang dijelaskan pada  paragraf sebelumnya. Penelitian ini akan melihat bagaimana siswa menyelesaikan masalahan

sintesis dilihat dari kemampuan berpikir kritis mereka.

Berdasarkan penjelasan permasalahan di atas, penelitian ini bekerja dengan judul “Pengaruh Scaffolding   Konseptual berbasis STAD terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Sintesis Fisika Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis”.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan maka penelitian ini memiliki rumusan masalah adalah (1) Apakah terdapat perbedaan antara kelompok siswa yang diajar melalui pembelajaran scaffolding konseptual berbasis STAD dan STAD terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika; (2) Apakah terdapat perbedaan antara kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa; dan (3) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran ( scaffolding   koseptual berbasis STAD dan STAD) dan kemampuan  berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa.

(4)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi

 – 

  experimentation, sehingga  prosedur dan langkah-langkah pelaksanaan penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang  berlaku dalam penelitian eksperimen murni. Alasan menggunakan desain ini adalah karena cara pengambilan sampel yang berbeda dengan desain eksperimen murni yang tidak memungkinkan mengacak sampel pada lapangan. Rancangan penelitian yang dipilih adalah rancangan faktorial dua faktor dengan pola sebagai berikut (Cohen, 2007).

Variabel bebas penelitian ini adalah pembelajaran  scaffolding konseptual berbasis STAD. Variabel bebas ini divariasi sejumlah 2 perlakuan pembelajaran yang berbeda untuk menguji pengaruh  scaffolding   konseptual berbasis STAD, yaitu pembelajaran scaffolding konseptual berbasis STAD dan pembelajaran STAD tanpa scaffolding. Variabel terikat  penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan masalah sintesis yang diukur dengan hasil

tes prestasi belajar fisika.

Dalam penelitian ini kedua kelompok menggunakan pembelajaran yang berbeda. Kelompok pertama diberikan pembelajaran scaffolding konseptual berbasis STAD dan kelompok kedua diberikan pembelajaran STAD.

Variabel moderator merupakan variabel yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel moderator ini adalah tingkat kemampuan  berpikir kritis, yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah. Variabel lain yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar fisika adalah motivasi siswa dan kompetensi guru. Variabel  –   variabel tersebut dikontrol dengan sistem pemilihan sampel secara acak.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah 2 kelas dari kelas XI SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2013/2014. Instrumen penelitian yang telah dikembangkan terdiri atas: (1) tes kemampuan berpikir kritis, (2) tes kemampuan menyelesaikan masalah sintesis, (3) lembar kerja scaffolding  konseptual, dan (4) instrumen pelaksanaan pembelajaran.

Kegiatan pengumpulan data terdiri atas dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap  pelaksanaan eksperimen. Tahap persiapan meniputi kegiatan seperti menyiapkan perangkat  pembelajaran dan instrumen penelitian dan uji coba instrumen penelitian. Perangkat  pembelajaran yang telah dipersiapkan yaitu bahan ajar, lembar kerja scaffolding konseptual, dan instrumen pelaksanan perkuliahan. Bahan ajar diambil dari buku wajib yang biasa digunakan di dalam kelas sampel. Materi yang diambil sebagai materi penelitian ini adalah materi kinematika gerak.

(5)

Lembar kerja siswa disusun berdasarkan  scaffolding   konseptual yang diterapkan. Secara umum, prinsip lembar kerja siswa tersebut memuat permasalahan sintesis yang berisi hubungan konsep-konsep fisika, tetapi masih dalam ruang lingkup materi persaman gerak tingkat SMA kelas XI. Permasalahan sintesis disertai dengan  scaffolding konseptual berupa sub –  sub permasalahan rincian konsep –  konsep yang tergabung dalam permasalahan sintesis utama. Lembar kerja tersebut berisi permasalahan sintesis mencakup 2 konsep, siswa akan mengerjakan 2 permasalahan  scaffolding   konseptual yang mencakup setiap konsep tersebut sebelum mengerjakan permasalahan sintesis. Penggunaan lembar kerja tersebut sesuai dengan  petunjuk guru selama pembelajaran berlangsung yang didasarkan atas pedoman pelaksanaan  pembelajaran dan diamati menggunakan instrument pelaksanaan pembelajaran.

Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa langkah. (1) untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis, akan dilakukan  pretest   kemampuan berpikir kritis sebelum  pemberian perlakuan. (2) Eksperimen akan dilaksanakan pada saat materi kinematika gerak disampaikan. (3)  Posttest   kemampuan menyelesaian masalah sintesis akan dilaksanakan setelah materi kinematika gerak selesai disampaikan.

Untuk menguji hipotesis penelitian maka diperlukan suatu analisis, dengan adanya analisis data maka akan diperoleh kesimpulan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data. Uji  prasyarat analisis data meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat akan mengarahkan uji hipotesis kepada uji data melalui statistik parametrik ataukah non- parametrik. Uji hipotesis parametric menggunakan anava dua jalur sedangkan uji hipotesis

nonparametric menggunakan friedman test.

Apabila perbedaan, untuk mengetahui siapa diantara ketiga kelompok tersebut yang lebih tinggi secara signifikan dapat diuji menggunakan uji Tukey atau uji Scheffe. Uji Tukey hanya berlaku apabila dua kelompok memiliki data yang sama banyak. Uji Scheffe dapat digunakan untuk dua kelompok atau gabungan kelompok yang memiliki data yang tidak sama jumlah datanya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari penelitian adalah data kemampuan menyelesaikan masalah dan data kemampuan berpikir kritis untuk kelas eksperimen dan kelas pembanding. Berikut hasil penelitian yang telah diperoleh.

(6)

Statistik Tes Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen Kelas Pembanding Kelas Eksperimen Kelas Pembanding  Nilai Rata-rata 78 53 58 57

Skor Maksimum Ideal 100 100 100 100

Skor Maksimum Tercapai 92 73 78 75

Skor Minimum Tercapai 58 35 47 44

Hasil uji homogenitas data menggunakan SPSS 16.0. Data tes kemampuan menyelesaikan masalah tidak homogen karena  p-value  = 0.025 < 0.05 sedangkan data tes kemampuan berpikir kritis homogen karena p-value = 0 .487 > 0.05.

Hasil uji normalitas data menggunakan uji liliefors. Uji normalitas tes kemampuan menyelesaikan masalah kelas eksperimen manual diperoleh hasil Lo (0.5126) > LT (0.1566),

maka Ho ditolak sehingga data tidak normal. Uji normalitas tes kemampuan menyelesaikan masalah kelas kontrol manual diperoleh hasil Lo (0.2387) > LT  (0.1591), maka Ho ditolak

sehingga data tidak normal. Uji normalitas tes kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen manual diperoleh hasil Lo (0.  6454) > LT (0.1591), maka Ho ditolak sehingga data tidak

normal. Uji normalitas tes kemampuan berpikir kritis kelas kontrol manual diperoleh hasil Lo

(0.6755) > LT(0.1618), maka Ho ditolak sehingga data tidak normal.

Dari hasil uji prasyarat ternyata data yang diperoleh tidak homogen dan tidak normal maka uji hipotesis menggunakan statistik nonparametrik friedman test. Hasil uji hipotesis diolah menggunakan SPSS 16.0 diperoleh bahwa ada perbedaan antara kelompok siswa yang diajar melalui pembelajaran  scaffolding   konseptual berbasis STAD dan STAD terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika serta ada terdapat perbedaan antara kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadapat kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa.

Dari hasil uji hipotesis terlihat bahwa terdapat perbedaan antara kelompok siswa yang diajar menggunakan  scaffolding  konseptual dan tidak menggunakan  scaffolding  konseptual, serta terdapat perbedaan antara kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadapat kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa. Oleh karena itu  perlu di uji lebih lanjut kelas mana yang berbeda secara signifikan menggunakan uji lanjut

scheffe.

(7)

Multiple Comparisons Kemampuan_Sintesis

Scheffe

(I) Kritis (J) Kritis

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kritis tinggi kelompok eks Kritis rendah kelompok kontrol 4.80 3.934 .686 -6.53 16.14

kritis tinggi kelompok eks 25.26 3.934 .000 13.93 36.60

kritis rendah kelompok kontrol 29.05 3.655 .000 18.52 39.58

Kritis rendah kelompok kontrol Kritis tinggi kelompok eks -4.80 3.934 .686 -16.14 6.53

kritis tinggi kelompok eks 20.46 4.239 .000 8.25 32.67

kritis rendah kelompok kontrol 24.25 3.982 .000 12.78 35.72

kritis tinggi kelompok eks Kritis tinggi kelompok eks -25.26 3.934 .000 -36.60 -13.93

Kritis rendah kelompok kontrol -20.46 4.239 .000 -32.67 -8.25

kritis rendah kelompok kontrol 3.79 3.982 .824 -7.68 15.26

kritis rendah kelompok kontrol Kritis tinggi kelompok eks -29.05 3.655 .000 -39.58 -18.52

Kritis rendah kelompok kontrol -24.25 3.982 .000 -35.72 -12.78

kritis tinggi kelompok eks -3.79 3.982 .824 -15.26 7.68

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 116.793. *. The mean difference is significant at the .05 level.

Berdasarkan analisis di atas terbukti bahwa kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika dipengaruhi secara signifikan oleh kemampuan berpikir kritis.

(8)

Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal (1) pembelajaran  scaffolding   konseptual STAD dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih sering latihan mengerjakan permasalahan sistesis fisika, (2) siswa yang memiliki kemampuan kritis tinggi lebih cepat dalam memahami dan mengenali konsep  –   konsep dalam permasalahan sistesis.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian, paparan data, temuan penelitian, dan  pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan (1) ada perbedaan antara kelompok siswa yang diajar melalui pembelajaran scaffolding  konseptual berbasis STAD dan STAD terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika, (2) ada terdapat  perbedaan antara kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadapat kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa, (3) terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran ( scaffolding   koseptual berbasis STAD dan STAD) dan kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan masalah sintesis fisika siswa. Saran dan komentar yang diperoleh dari hasil penelitian adalah (1) pengenalan  permasalahan sintesis sebaiknya secara rutin dilatihkan kepada siswa, selain untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi permaslaahan sintesis juga baik untuk melatih daya nalar dan kritis siswa, (2) Pemilihan materi hendaknya memiliki yang tingkat kesulitannya setara, dan (3) Data dan teknik analisis data perlu dibuat secara komperhensif dan sistematis.

DAFTAR PUSTAKA

Arend, R. I. 2009. Learning to Teach. New York, America : Mc Graw-Hill.

Cohen, E.G., Lotan, R.A., Whitcomb, J.A., Balderrama, M.V., Cosse y, R., dan Swanson, P.E. 1995. Complex Instruction: High Order Thinking in Heterogeneous Classroom.

Westport Ct: Greenwood Press.

Ibraheem, T. L. 2011. Effects of Two Modes of Student Teams-Achievement Division Strategies on Senior Secondary School Students' Learning Outcomes in Chemical Kinetics. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching , v12 n2. (Online), (http://www.ied.edu.hk/apfslt/ download/v12_issue2_files/ibraheem.pdf), diakses tanggal 28 Maret 2013.

Lin, D., Reay, N., dan Bao, L. 2011. Exploring The Role of Conceptual Scaffolding in Solving Synthesis Problems.  Physical Review Special Topics

 – 

  Physics Education  Research. 7, 020109 (Online)

(9)

Lindstrom, C., and D. Sharma, M. 2009. Link Map and Map Meeting: Scaffolding Student Learning. Physical Review Special Topics

 – 

 Physics Education Research 5, 010102, (Online).

Linuwih, S., dan Setiawan, A. 2010. Latar Belakang Konsepsi Paralel Mahasiswa Pendidikan Fisika dalam Materi Dinamika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 6 (2010) 69-73 (online).

Miller, K., and Peterson, L. 2013. Creating a Positive Climate Cooperative Learning .

(Online),(www.indiana.edu/~safeschl/cooperative_learning.pdf), diakses tanggal 28 Maret 2012.

Roehler, L. R., dan Cantlon, D. J. 1997. Scaffolding : A Powerful Tool in Social Constructivist Classroom. Dalam K. Hogan dan M. Pressley (ed.), Scaffolding Student  Learning  (hal. 6-42). Cambridge, Massachusetts : Brookline Books.

Santrock, J.W. 2011. Educational Psychology Fifth Edition. New York : Mc Graw Hill. Thompson, J.R, Christensen, W.M, dan Wittmann, M.C. 2009. Preparing f uture teachers to

anticipate student difficulties in physics in a graduate-level course in physics,  pedagogy, and education research. Physical Review Special Topics

 – 

 Physics  Education Research. 7, 010108 (Online)

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab berkurangnya produksi cabai di Jawa Timur selain karena semakin sedikitnya petani yang menanam cabai karena beralih menanam komoditas lain yang

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan

Jl. Jawa Tengah Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Perencanaan Dan Pengawasan Jalan Dan Jembatan Jawa Tengah, DitJen. Bina Marga, Dep. Pekerjaan Umum.. Jl.

tahun 1996 mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam

Gambar 4 adalah tampilan rancangan antarmuka laman home non member, pada sistem ini non member bisa melakukan beberapa aktivitas meliputi lihat testimoni, lihat katalog produk

Kondisi yang menyebabkan zona tersebut merupakan zona paling nyaman disebabkan tidak banyak area dinding yang terekspos dengan radiasi matahari.. Hanya satu bagian dinding zone_2

Variabel B t hitung Sign. Nilai R Square di atas dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 55,2%, sedangkan sisanya 44,8%

Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Pendapatan Bersih Pada Brokoli, Caisin, Sawi Putih dan