• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-macam Kerusakan Beton

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Macam-macam Kerusakan Beton"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KERUSAKAN BETON

KERUSAKAN BETON

Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang umum digunakan untuk Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang umum digunakan untuk  bangunan

 bangunan gedung, gedung, jembatan, jembatan, jalan, jalan, dan dan lain-lain. lain-lain. Beton Beton dipilh dipilh karena karena sifatnyasifatnya  yang

 yang mampu mampu menahan menahan gaya gaya tekan tekan dengan dengan baik, baik, serta serta mempunyai mempunyai sifat sifat tahantahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Selain itu beton segar terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Selain itu beton segar atau beton yang baru dibuat dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan. atau beton yang baru dibuat dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan. Cetakannya dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis. Beton segar Cetakannya dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis. Beton segar ini dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak maupun dapat ini dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam pros

diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu juga dapat mudahes perbaikan. Selain itu juga dapat mudah dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit. Kelebihan lain dari beton adalah tahan aus dan tahan bakar, sehingga posisinya sulit. Kelebihan lain dari beton adalah tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.

perawatannya lebih murah.

Tetapi selain kelebihan-kelebihan yang disebutkan diatas, beton juga Tetapi selain kelebihan-kelebihan yang disebutkan diatas, beton juga mempunyai kekurangan-kekurangan yaitu beton dianggap tidak mampu menahan mempunyai kekurangan-kekurangan yaitu beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah retak, oleh karena itu perlu di beri baja tulangan sebagai gaya tarik, sehingga mudah retak, oleh karena itu perlu di beri baja tulangan sebagai penahan gaya tarik. Beton yang telah keras juga dapat menyusut dan mengembang penahan gaya tarik. Beton yang telah keras juga dapat menyusut dan mengembang  bila

 bila terjadi terjadi perubahan perubahan suhu suhu sehingga sehingga perlu perlu dibuat dibuat dilatasi dilatasi (expansion (expansion joint) joint) untukuntuk mencegah terjadinya retakan-retakan akibat terjadinya perubahan suhu dan mencegah terjadinya retakan-retakan akibat terjadinya perubahan suhu dan terakhir, beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti terakhir, beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail (liat atau alot), terutama pada struktur tahan gempa.

daktail (liat atau alot), terutama pada struktur tahan gempa.

Kerusakan pada beton dapat diakibatkan oleh

Kerusakan pada beton dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu :dua hal, yaitu :

1)

1) Kondisi Kondisi beton yang memburuk abeton yang memburuk atau berkurangnya tau berkurangnya mutu kekuatan bemutu kekuatan beton.ton. Berkurangnya kekuatan

Berkurangnya kekuatan beton dapat beton dapat diakibatkan oleh diakibatkan oleh material pembentukmaterial pembentuk  yang

 yang tidak tidak awet, awet, proses proses beku-cair beku-cair cs, cs, reaksi reaksi agregat agregat alkali alkali dan dan lain-lain.lain-lain. Kerusakan beton

Kerusakan beton juga bisa juga bisa diakibatkan diakibatkan oleh melengkung atau oleh melengkung atau tidak tepatidak tepatnyatnya kelurusan batang ruji

kelurusan batang ruji (dowel)(dowel) dan dan tegangan-tegangan tegangan-tegangan yang yang timbul timbul akibatakibat ekspansi dan penyusutan.

(2)

2) Kerusakan yang diakibatkan oleh lemahnya struktur beton, lapis pondasi  bawah (subbase), dan tanah-dasar.

Beton rusak oleh akibat beban yang berlebihan, pemompaan (pumping), pecahnya bagian pojok pelat, rusaknya sambungan dan lain-lain.

Kerusakan beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a.  Spalling

b. Deformasi (deformation) c. Retak (cracks)

d. Disintegrasi (disintegration).

 A. SPALLING

 Spalling adalah retak, pecah atau chipping pada joint atau pula retak pinggir. Biasanya terjadi 0,6 meter dari joint/retak pinggir.  Spalling dapat menyebabkan lepas berpuing pada beton, roughness, yang umumnya merupakan indikator kelanjutan kerusakan joint/retak.

Biasanya spalling disebabkan oleh terlampauinya tegangan pada  joint/retak yang disebabkan infiltrasi incompressible material dan kelanjutan

dari proses expansi. Disintergrasi beton dari freeze-thaw atau retak “d”.

Lemahnya beton pada joint kerena kurang padat. Missalignment atau dowel  berkarat dan juga beban lalu lintas yg berat atau berlebihan.

Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang terjadi. Ada 4 metode spalling, yaitu :

 1.  Patching

Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas, dapat digunakan metode patching. Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga  benar-benar didapatkan hasil yang padat.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang

(3)

dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.

 2. Grouting

Sedang pada spalling  yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting, yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink mortar. Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa.

Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekesting  yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi  yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu

menahan tekanan dari bahan grouting.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak susut. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.

3.  Shotcrete (Beton Tembak)

 Shotcrete merupakan metode ketiga, yaitu metode yang sebaiknya dilakukan apabila spalling terjadi pada area yang sangat luas. Pada metode ini tidak diperlukan bekesting lagi seperti halnya pengecoran pada umumnya. Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix  dan wet-mix .

Pada sistem dry-mix , campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga  yang memegang selang yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcrete-nya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’ .

Pada sistem wet-mix , campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’ .

Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat

(4)

pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan  jatuh (rebound ).

4. Grout Preplaced Aggregat  (Beton Prepack)

Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling  yang cukup dalam adalah dengan metode Grout Preplaced  Aggregat . Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam bekesting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout , kedalam bekesting.

Material grout  yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan tidak susut.

B. DEFORMASI

Deformasi adalah sembarang perubahan permukaan beton dan bentuk aslinya. Penyebab dari deformasinya beton adalah :

 Beban lalu lintas.

 Pengaruh lingkungan, atau pengaruh lain seperti : tanah pondasi mudah

mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah pondasi yang  berlebihan.

 Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat. Deformasi

mengurangi kualitas kenyamanan kendaraan dan dapat menimbulkan genangan air yang menambah kemungkinan air masuk ke celah beton. Genangan air ini juga dapat mengakibatkan kecelakaan.

Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari deformasi :

1. Pemompaan (Pumping)

Pemompaan adalah peristiwa terangkatnya campuran air, pasir, lempung di sepanjang sambungan transversal atau longitudinal. Tahap awal dari pemompaan lapis pondasi dari material granuler sama dengan pemompaan pada tanah berbutir halus. Suatu rongga terbentuk oleh beban  yang berulang-ulang pada material pondasi. Rongga-rongga ini awalnya

(5)

adalah akibat dari pemadatan lapis pondasi atau tanah dasar yang tidak  baik, atau dapat pula rongga berasal dari butiran halus yang terkumpul di dalam lapis pondasi akibat deformasi permanen yang berlebihan pada  bagian lapis pondasi sebelah atas. Kemudian air masuk ke dalam rongga. Jika material granuler gradasinya padat, maka material akan tetap di bawah pelat sampai terangkut oleh pengaruh defleksi pelat akibat beban berulang dari lalu lintas. Retak transversal dapat terjadi oleh akibat pemompaan. Retak ini diakibatkan oleh material berbutir halus yang terangkut ke atas dari tanah dasar, sehingga mengurangi cukungan tanah dasar pada pelat beton. Tipe kerusakan semacam ini tidak mudah untuk di identifikasi. Kemungkinan kerusakan dapat dikenali dengan sambungan atau retakan yang di sampingnya terdapat endapan material berbutir halus  yang terpompa.

Faktor penyebab kerusakan :

Seperti yang telah dijelaskan diatas adalah akibat terpompanya material  berbutir halus dari tanah-dasar atau lapis pondasi, ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara berulang-ulang, sehingga mengurangi dukungan tanah dasar pada pelat beton.

Cara perbaikan :

 Menutup retakan atau celah sambungan dengan material pengisi (joint sealing).

 Menyuntikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat yang retak (under seal).

2.  Blow-up/Buckling

 Blow-up/bucklings adalah rusaknya beton akibat tekuk (buckling) lokal dari beton. Biasanya terjadi pada retakan atau sambungan melintang  yang mengalami tegangan tekan yang tinggi, yaitu jika material keras mengisi sambungan, sehingga menghambat pemuaian pelat beton. Sebagai akibatnya ujung pelat beton terangkat secara lokal dan terjadi penekukan di dekat sambungannya.  Blow-up sering terjadi selama musim panas, di mana pelat memuai secara berlebihan.

(6)

Menghindari blow-up adalah dengan merawat sambungan secara reguler agar ruang ekspansi tersedia saat beton memuai. Untuk hal ini sambungan harus selalu dibersihkan.

Faktor penyebab kerusakan :

Sambungan pelat terisi dengan material keras (ex : pasir, kerikil) sehingga menghambat pemuaian pelat beton.

Cara perbaikan :

 Menambal di kedalaman parsial atau di seluruh kedalaman pelat.

 Penggantian pelat.

3.  Punch-out 

 Punch-out adalah kerusakan lokal pada beton yang pecah menjadi  beberapa bagian yang relative kecil. Sering di ikuti dengan tenggelamnya/tertimbunnya pecahan pelat. Punch-out mempunyai banyak perbedaan bentuk, biasanya didefinisikan dari retakan dan sambungan atau retak yang berjarak dekat (biasanya berjarak 1.5 m)

Faktor penyebab kerusakan :

 Pelat beton yang terlalu tipis.

 Pengecoran beton buruk.

Cara perbaikan :

 Retakan di isi.

 Penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah.

4.  Rocking

 Rocking adalah fenomena dinamik yang berupa gerakan vertikal pada sambungan atau retakan akibat beban lalu lintas. Biasanya, rocking terjadi akibat turunnya tanah dasar atau pemompaan (pumping) lapisan pendukung di bawah pelat, sehingga dukungan hilang yang dapat menimbulkan patah permanen.

(7)

Faktor penyebab kerusakan :

 Pemadatan yang buruk pada lapis pondasi bawah.

 Tanah dasar buruk.

 Terjadi beda penurunan pada tanah-dasar.

 Hilangnya butiran halus pada lapis pondasi bawah (subbase) atau tanah-dasar akibat pemompaan.

Cara perbaikan :

 Dilakukan penutupan retakan dengan bahan pengisi retakan (crack  filling).

 Dilakukan penutupan sambungan dengan pengisi sambungan (joint sealing).

 Jika mungkin, pelat yang patah diangkat ke posisi semula dan di ikuti dengan pengisian menggunakan bahan pengisi (ex: growing dengan semen).

C. RETAK (CRACKS)

Retak yang terjadi pada beton disebabkan oleh beberapa faktor dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-macam.

Retak susut terjadi akibat dari penyusutan betonnya sendiri. Retak ini sering terjadi selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek dengan jarak yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang. Semua  beton dengan semen portland akan mengalami retak susut, tapi bila

perancangan baik, retak ini bisa dikendalikan. Sehingga tidak merusak beton. Secara umum, retak pada beton dapat di akibatkan oleh banyak hal, seperti:

 Kekuatan (mutu bahan) dan tebal beton kurang.  Beban kendaraan berlebihan (overload).

 Kehilangan dukungan tanah-dasar yang diakibatkan oleh pemompaan

(pumping).

 Pasti lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar (sambungan terlalu

 jauh).

 Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur.  Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan sambungan.

(8)

 Sambungan tidak cukup dalam atau buruknya sambungan.

Pada prinsipnya, bila tegangan pada beton terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan beton retak. Pecahnya struktur beton yang disebabkan oleh kelelahan atau beban yang berlebihan terjadi dalam bentuk pecahan di sudut, pecah ke arah memanjang, atau melintang. Retak yang banyak terjadi di dekat sambungan mungkin akibat pecah struktural, sedang pecah yang terjadi di pusat pelat beton adalah akibat tekukan atau kontraksi.

Retaknya pelat beton bisa berakibat pada:

 Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan (kegagalan fungsional).

 Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan began ke lapisan di

 bawahnya.

 Hilangnya keindahan permukaan jalan.  Korosi pada tulangan beton.

 Masuknya air ke lapisan lebih bawah, sehingga dukungan terbaclap pelat

melemah.

Untuk membuat retakan terlihat rapih, maka di permukaan beton dibarut atau dibuat alur yang lurus pada interval tertentu. Retak tambahan dapat terjadi akibat tegangan-tegangan yang disebabkan olek kontraksi atau melengkungnya pelat beton.

Bila beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan ditutup. Jika terdapat problem struktural, maka harus ditambal pada seluruh kedalamannya. Jika terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga harus ditutup dengan aspal atau  bahan lain. Seluruh sambungan dan retakan harus ditutup dengan bahan

perekat supaya masuknya air dan bahan asing yang lain dapat dicegah. Jika sambungan atau retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar akan terjadi kerusakan beton secara menyeluruh.

Tipe-tipe retak pada perkerasan beton menurut AUSTROADS (1987) adalah

 Retak memanjang (longitudinal cracks)  Retak melintang (transversal cracks)

(9)

 Retak diagonal (diagonal cracks)

 Retak berkelok-kelok (meandering cracks)

 Pecah sudut (corner breaks) retak sudut (corner cracks).

1. Retak Memanjang (Longitudinal Cracks)

Retak memanjang atau longitudinal cracks adalah retak individual atau tidak saling berhubungan antar retakan satu sama lain yang memanjang disepanjang beton. Retak ini bisa nampak sebagai individu maupun sekelompok retakan yang sejajar.

Faktor penyebab kerusakan :

 Beda penurunan pada tanah-dasar.

 Susut lateral, karena pelat terlalu lebar.

 Sambungan memanjang terlalu dekat dengan jalur iintasan lalu

 Sambungan memanjang terlalu dangkal.

 Pelat kurang tebal.

Cara perbaikan :

 Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm), maka dapat dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.

 Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.

 Penambalan di seluruh kedalaman.

2. Retak Melintang (Transversal Cracks)

Retak melintang atau transversal adalah retak individual atau tidak saling berhubungan antara retakan satu sama lain yang melintang sepanjang beton. Jika pelat yang panjang dibangun, retak melintang dapat timbul akibat pelengkungan atau kontraksi yang berlebihan dari pelat.

Beton dengan menggunakan semen portland yang tidak ditengkapi dengan tulangan baja, apabila ada perubahan temperatur akan Iebih  beresiko mempunyai retak melintang yang lebar. Jika retakan tidak

(10)

mendapat transfer beban pada tampang retakan, maka dapat dipastikan kerusakan tersebut akan berkelanjutan.

Faktor penyebab kerusakan :

 Penyusutan beton selama masa perawatan dan -felat beton terlalu panjang.

  Adanya rocking (gerakan vertikal pada sambungan atau retakan, oleh  beban dinamis lalu lintas).

 Pelat beton kurang tebal.

Cara perbaikan :

 Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.

 Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.

 Penambalan di seluruh kedalaman.

3. Retak Diagonal (Diagonal Cracks)

Retak diagonal adalah retak individual atau tidak saling berhubungan antara retakan satu sama lain yang menyilang secara diagonal pada permukaan beton. Penyebab kegagalan struktur semacam ini adalah kibat dari memadatnya tanah dasar berupa pasir halus, sehingga mengurangi kekuatanya dalam mendukung pelat. Kondisi ini mengakibatkan pecahnya pelat beton akibat tegangan yang berlebihan dalam pelat.

Faktor penyebab kerusakan :

 Susutnya beton selama masa perawatan dan panjang pelat yang  berlebihan.

 Penurunan tanah dasar dan beton.

 Pelat beton kurang tebal.

 Pelat mengalami rocking.

(11)

 Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm), maka dilakukan pcngisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah beton.

 Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.

 Penambalan di seluruh kedalaman.

4. Retak Berkelok-kelok (Meandering Cracks)

Retak berkelok-kelok adalah retak berkelok-kelok tidak beraturan  yang bersifat individual atau tidak saling berhubungan antara satu sama

lain.

Faktor penyebab kerusakan :

 Penyusutan pelat sclama masa pengeringan beton dengan panjang pelat  yang berlebihan.

 Pelat beton kurang tebal.

 Pelat mengalami rocking.

 Penurunan beton dan tanah dasar.

Cara perbaikan :

 Untuk celah yang kecil (misalnya kurang dari 5 mm), maka dilakukan pengisian celah dengan aspal. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan.

 Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mn), maka dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal.

 Penambalan di seluruh kedalaman.

5. Pecah Sudut/Retak Sudut (Corner Breaks/Corner Cracks)

Pecah sudut atau retak sudut adalah retakan atau pecahan yang terjadi di sudut pelat beton, dengan bentuk pecahan berupa segitiga. Pecahan  beton memotong sambungan pada jarak kurang atau sama dengan setengah dari panjang pelat di kedua sisi panjang dan lebarnya yang diukur dari sudut pelat. Pecah sudut berbeda dengan gompal sudut, di mana pecah sudut berkembang memotong keseluruhan pelat secara vertikal, sedang

(12)

gompal di sudut adalah gompal yang memotong sambungan dengan sudut tertentu.

Faktor penyebab kerusakan :

 Beban lalu lintas berulang yang berlebilian dan kurangnya dukungan tanah dasar. Kurangnya dukungan tanah dasar diakibatkan oleh pemompaan, atau hilangnya transfer beban pada sambungan memanjang dan melintang.

 Pelat beton kurang tebal.

Cara perbaikan :

 Pengisian retak dengan aspal untuk retakan melebihi 3 mm. Retakan dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam celah  beton.

 Penambalan di seluruh kedalaman.

 Untuk celah yang lebih lebar (misalnya lebih dari 5 mm), maka dapat dilakukan pembangunan pelat kembali secara lokal.

6. Retak Susut (Shrinkage Cracks)

Retak susut adalah retak rambut yang biasanya hanya beberapa meter dan tidak berkembang memotong seluruh pelat. Retak ini terjadi saat waktu perawatan beton dan biasanya tidak sampai memotong ke seluruh kedalaman tebal pelat.

Faktor penyebab kerusakan :

Penyusutan beton pada waktu masa perawatan.

Cara perbaikan :

Tidak perlu diperperbaiki.

7. Retak Bersilangan Pelat Pecah (Shattered Slab Intersecting Cracks)

Retak bersilangan adalah retak yang memecahkan pelat beton menjadi 4 atau lebih kepingan, yang diakibat dari beban lalu lintas berlebihan.

(13)

Faktor penyebab kerusakan :

 Beban berlebihan dan kurangnya dukungan lapis pondasi bawah dan tanah dasar.

 Kelelahan pelat beton atau pecahnya pelat beton.

 Pelat beton kurang tebal.

Cara perbaikan :

 Pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal.

 Jika problemnya melebar, pembangunan kembali kekerasan dengan lapisan tambahan (overlay) aspal.

8. Pelat Terbagi (Divided Slab)

Pelat terbagi adalah retakan yang membagi pelat menjadi empat atau Iebih bagian pecahan yang diakibatkan oleh beban berlebihan atau oleh  buruknya dukungan pelat. Jika seluruh pecahan atau retakan berada di dalam kerusakan pecah sudut, maka kategori kerusakan dianggap sebagai pecah sudut yang parah.

Faktor penyebab kerusakan :

Beban kendaraan berlebihan atau dukungan di bawah pelat buruk.

Cara perbaikan :

 Retak ditutup jika lebarnya lebih dari 1/8 inch.

 Penggantian pelat.

9. Retak Daya Tahan (Durability "D" Cracking)

Retak daya tahan atau retak "D" disebabkan oleh ekspansi, yaitu akibat proses beku-cair dan agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara  berangsur-angsur yang memecahkan beton. Kerusakan ini nampak berupa retakan-retakan yang berada di dekat sambungan atau retakan. Oleh akibat  beton retak-retak didekat sambungan atau retakan, endapan berwarna gelap sering dijumpai di sekitar retak "D" ini. Tipe kerusakan ini kadang-kadang dapat mengakibatkan disintegrasi pelat secara keseluruhan.

(14)

Faktor penyebab kerusakan :

Ekspansi yang timbul akibat proses beku-cair dari agregat besar yang dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur akan memecahkan  beton.

Cara perbaikan :

 PenambaIan di seltirtili kedalarnan

 SamIningan direkomtruksi

 Penggatitian pt lal beton.

D. DISINTEGRASI

Disitegrasi adalah terurainya pelat beton kedalam bagian kecil-kecil. Kerusakan ini apabila tidak dicegah secepatnya maka harus dilakukan perbaikan total.

Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari disintegrasi :

1.  Scaling/Map Cracking/Crazing

 Map cracking atau crazing menunjukkan suatu bentuk jaringan retak dangkal, halus atau retak rambut yang berkembang hanya di permukaan beton. Retakan cenderung bersudut 1200.  Map cracking atau

crazing  biasanya disebabkan oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (overfinishing) dan mungkin berakibat scaling  yang memecahkan permukaan beton pada kedalaman sampai 1/4 - 1/2 in (6--13 mm). Scaling merupakan pengelupasan permukaan beton semen portland secara  berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti dengan hilangnya agregat, atau hilangnya agregat oleh akibat gangguan, yang diikuti dengan hilangnya mortar. Dalam kerusakan yang sudah parah, pengelupasan permukaan beton bisa berlanjut sampai kedalaman yang dalam.  Scaling mudah sekali dikenali dan merupakan kerusakan yang umum terjadi pada  beton. Ditinjau dari kekuatan struktur, kerusakan semacam ini tidak  berakibat serius.

(15)

Faktor penyebab kerusakan :

 Pencampuran adukan beton buruk.

  Agregate kotor yang menyebabkan lumpur dan lempung mengalir ke permukaan saat proses penyelesaian.

 Perawatan/pengeringan beton kurang baik.

 Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es.

Cara perbaikan :

 Pelat diganti.

 Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman

 Pada area rusak dengan kedalaman sekitar 10 mm atau kurang, perbaikan sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penutup larutan emulsi aspal.

 Jika kerusakan beton dalam, beton hares (hull) dengan beton aspal sebagai lapisan tambahan (overlay)

2. Gompal (Spoiling)

Gompal pada sambungan dan sudut adalah pecan atau disintegrasi dari beton pada bagian pinggir perkerasan, sambungan atau retakan pada arah memanjang atau melintang. Gompal tidak meluas ke seluruh pelat, tapi hanya memotong sebagian sambungan atau retakan di sudut.

Faktor penyebab kerusakan :

  Akibat dari penutupan sambungan atau retakan yang buruk, sehingga memungkinkan material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau retakan.

 Bentuk sambungan buruk. Gompal terjadi oleh akibat panas yang menyebabkan pelat memuai. Pemuaian ini memecahkan beton pada sambungan atau retakan yang terisi oleh material keras, karena pemuaian pelat menjadi tertahan.

  Dowel yang digunakan untuk alat transfer beban memotong sambungan ekspansi, tidak diletakkan dalam posisi sejajar dengan sumbu dan permukaan beton.

(16)

Cara perbaikan

 Penambalan pada sebagian kedalaman, untuk kedalaman gompal lebih  besar dari 50 mm.

 Pelapisan tambahan tipis, untuk kedalaman gompal kurang dari 50 mm.

3.  Agregat Licin (Polished Aggregate)

 Agregat licin adalah tergosoknya partikelagregat di permukaan beton, sehingga permukaannya menjadi licin karena aus. Kadang-kadang, permukaan beton menjadi licin dan mengkilat.

Faktor penyebab kerusakan :

 Kualitas agregat campuran beton tidak bagus, sehingga akibat dari  beban lalu lintas, permukaan beton menjadi aus dan licin terutama saat  basah atau hujan. Beberapa kerikil secara alami permukaannya halus. Bila agregrat ini tidak dipecah saat digunakan dalam campuran beton maka akan mengurangi kekesatan permukaan.

 Kualitas mortar pada permukaan tidak baik.

 Pengcoran beton kurang baik sehingga mengakibatkan naiknya air semen ke permukaan.

Cara perbaikan :

 Permukaan beton ditutup dengan astral yang tahan aus.

 Dibuat alur-alur kecil untuk mengkasarkan permukaan.

4.  Popouts

 Popouts adalah pecahan kecil-kecil beton akibat aksi kombinasi beku-cair dan ekspansi agregat yang menyebabkan material beton lepas dan menyebar dipermukaan. Popouts biasanya berdiameter antara 25-100 mm dengan kedalaman 13 - 50 mm.

Faktor penyebab kerusakan :

 Aksi kombinasi beku-cair dan ekspansi agregrat yang menyebabkan material lepas dan menyebar dipermukaan.

(17)

Cara perbaikan : Tidak perlu diperbaiki.

5. Tambalan dan Galian Utilitas (Patching and Utility Cuts)

Tambalan adalah area beton asli yang telah dibongkar dan diganti dengan material pengisi. Penambalan sering dilakukan dalam area beton guna perbaikan beton, di mana di bawah beton ada parit atau lubang yang harus diperbaiki. Oleh kurangnya pemadatan, maka di area tambalan ini terjadi penurunan yang merusak tambalan.

Faktor penyebab kerusakan :

 Pemadatan tambalan kurang.

 Cara penambalan tidak benar.

Cara perbaikan :

 Tambalan dibongkar dan lapis pondasi bawah dipadatkan lagi, lalu ditambal.

 Perbaikan sementara dapat dilakukan dengan menambal beton yang rusak di permukaan.

6. Lubang (Pothole)

Lubang adalah kerusakan berbentuk cekungan akibat penurunan permukaan beton, dengan tidak memperlihatkan pecahan-pecahan  bersudut seperti gompal. Pada kerusakan lubang, beton pecah dan ambles. Kedalaman lubang dapat bertambah oleh pengaruh air. Lubang ini terjadi akibat retak dan disintegrasi dari pelat beton.

Faktor penyebab kerusakan :

 Retak lokal didalam tulangan yang terbuka

  Aksi pembekuan

 Penempatan dowel terlalu dekat dengan permukaan

 Retakan atau kerusakan lain yang tidak segera ditutup

(18)

 Penambalan beton yang rusak dipermukaan untuk perbaikan sementara

 Penambalan di seluruh kedalaman untuk perbaikan permanen

7. Kerusakan Penutup Sambungan (Joint Seal Damage)

Kerusakan penutup sambungan adalah sembarang kondisi yang memungkinkan tanah atau batuan berkumpul pada sambungan, atau sembarang kondisi yang memungkinkan infiltasi air yang berlebihan masuk ke dalam sambungan. Hilangnya penutup sambungan menimbulkan tanggul-tanggul kecil pada sambungan. Kerusakan bahan pengisi sambungan juga dapat menyebabkan masuknya material keras ke dalamnya, sehingga dapat menghalangi pemuaian arah horisontal. Kondisi ini mengakibatkan tegangan berlebihan pada sambungan, sehingga dapat mengakibatkan gompal. Selain itu, masuknya air dapat mengakibatkan pemompaan.

Faktor penyebab kerusakan :

  Aus dan lapuknya bahan penutup sambungan.

 Persiapan pemasangan penutup sambungan buruk.

 Kualitas bahan penutup sambungan rendah.

 Kurangnya adhesi bahan penutup terhadap dinding sambungan.

 Balm penutup sambungan kurang, atau terlalu banyak di dalam sambungan.

 Bentuk penutup sambungan tidak bagus.

 Pemompaan dan rocking pada pelat.

Cara perbaikan :

Penggantian bahan penutup sambungan.

8. Batang Dowel Macet (Frozen Dowel Bars)

Tegangan kekang dapat timbul ketika dowel tidak lurus atau tidak licin, sehingga pelat beton menjadi tidak bebas memuai dan menyusut.

Faktor penyebab kerusakan : Dowel tidak lurus dan licin.

(19)

Cara perbaikan :

 Dowel diberi pelicin/diberi minyak

 Bila pelat telah mengalami gompal, maka dilakukan penambalan pada dowel yang macet

9. Persilangan jalan rel (Railroad Crossing) Faktor penyebab kerusakan :

  Amblasnya perkerasan sehinggga menimbulkan beda elevasi antara permukaan perkerasan dengan permukaan rel

 Pelaksanaan pemasangan rel yang buruk

Cara perbaikan :

 Penambalan parsial

 Pekonstruksi persilangan jalan

10. Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi

Gerakan pondasi di bawah timbunan jalan akan menyebabkan gerakan lereng secara perlahan dan dapat menyebabkan kerusakan beton yang relatif meluas. Gerakan lereng ini umumnya akan menyebabkan beton  bergerak ke bawah dan sering diikuti dengan retakan-retakan.

Untuk jenis kerusakan yang sama seperti ini, kerusakan dapat diperbaiki dengan meletakkan lapisan perata, sehingga kualitas kerataan perkerasan dapat dikembalikan ke kondisinya semula.

Namun perlu diingat bahwa menambahkan material di atas beton akan menambah beban timbunan, sehingga bila penurunan konsolidasi yang terjadi diikuti dengan gerakan lereng timbunan ke arah bawah, maka penambahan lapis perata atau material lain di atas beton akan menambah  beban timbunan yang akan semakin menambah resiko terjadinya longsoran pada lereng timbunaan oleh karena itu bila gerakan lereng semakin besar maka lebih baik dilakukan perbaikan lereng.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya beban aksial pada kolom beton bertulang yang mengalami beban lateral bolak balik akan menambah kapasitas geser kolom yaitu 31,851 KN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penggunaan geogrid sebagai bahan perkuatan campuran beton aspal dalam menahan beban kendaraan dan pengaruh cuaca

Metode perbaikan yang dilakukan pada kerusakan struktur beton bertujuan untuk meningkatkan kapasitas beban yang biasanya dengan menambah tulangan atau bahan

Beton, mortar atau grout yang dimodifikasi dengan menambahkan polimer, polimer ditambahkan sebagai matrik memiliki beberapa keuntungan bagi pekerjaan perbaikan,

a) Perilaku beban vs penurunan pelat beton di atas tanah gambut dengan variasi tebal pelat berdasarkan hasil uji pembebanan tidak memperlihatkan peningkatan beban ultimit

Hasil pemodelan struktur melalui program SAP2000 menyimpulkan bahwa penurunan kuat tekan beton akibat beban suhu tinggi kebakaran berpengaruh secara tidak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa stabilitas timbunan tanah akibat beban yang terjadi jika digunakan bantalan beton bekas sebagai pengganti gabion, juga

Variasi Komposisi Blowing Agent terhadap Kekuatan Material Beton Ringan ( Concrete Matrix ) Yang diperkuat Serat Tandan Kosong.. Kelapa Sawit (TKKS) Akibat