• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. zaman, dengan demikian kearifan lokal selalu terkait dan berhubungan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. zaman, dengan demikian kearifan lokal selalu terkait dan berhubungan dengan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia, kearifan lokal mengandung nilai dan norma serta kepercayaan masyarakat setempat. “Kearifan lokal bersifat dinamis, terbuka dan mengikuti perkembangan zaman, dengan demikian kearifan lokal selalu terkait dan berhubungan dengan seluruh kehidupan manusia dan lingkungannya” (Nugraha, 2016: 20). Sejalan dengan pendapat Mungmachon (2012: 176), "local wisdom is the basic knowledge gained from living in harmony with nature. A very important characteristic of local wisdom comes from life experiences. experiences received by someone are integrated in the form of body, soul and environment" (kearifan lokal adalah pengetahuan dasar yang didapat dari hidup selaras dengan alam. Karakteristik yang sangat penting dari kearifan lokal berasal dari pengalaman kehidupan. Pengalaman yang diterima seseorang terintegrasi dalam bentuk tubuh, jiwa dan lingkungan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan suatu budaya yang sudah melekat dalam diri masyarakat setempat.

Kearifan lokal muncul karena adanya pengalaman dalam menghadapi kehidupan. Pengalaman seseorang tersebut dianggap benar sehingga menjadi kebiasaan yang terus dilakukan oleh masyarakat setempat. Selain uraian tersebut, terdapat Peraturan yang membahas mengenai kearifan lokal yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 menyatakan “kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata

(2)

kehidupan masyarakat setempat antara lain untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup dan sumber daya alam secara lestari”. Berdasarkan pemaparan tersebut kearifan lokal memiliki nilai-nilai yang dapat dijunjung dalam kehidupan termasuk juga dalam dunia pendidikan.

Pendidikan dan kebudayaan tentu berjalan secara selaras, saling berinteraksi dan saling mendukung. “Pendidikan sebagai proses sosialisasi dan pengenalan nilai-nilai budaya, agar dijadikan pembiasaan dan pedoman seorang individu untuk berkata, berfikir dan bertindak” (Sukarman, 2017: 23). Kearifan lokal sangat penting untuk dikenalkan kepada setiap individu agar menjadi individu yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai dalam kearifan lokal daerah setempat yang dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan. Selanjutnya Menurut Mungmachon (2012: 177), mengemukakan “a person who lives in the city with modern life must not forget the local wisdom he came from and also adjust to the local wisdom that is where he lives now” (seseorang yang tinggal di kota dengan kehidupan modern tidak boleh melupakan kearifan lokal asalnya dan juga menyesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di mana ia tinggal sekarang). Seseorang yang berpindah tempat tinggal tentu tidak boleh melupakan kearifan lokal daerah asalnya. Bahkan budaya lokalnya perlu diwariskan kepada keturunannya, agar keturunan selanjutnya dapat mengenali kearifan lokal orangtuanya. Sehingga selain pengetahuan dari orang tuanya, peserta didik mendapat pengetahuan mengenai kearifan lokal melalui pendidikan.

Seseorang dapat mengembangkan pengetahuan melalui pendidikan, nilai karakter, bahkan sebagai upaya untuk pewarisan kebudayaan. Sebaiknya pendidikan di Indonesia disesuaikan dengan lingkungan sekitar peserta didik.

(3)

“Pembelajaran di sekolah dasar dikembangkan secara tematik, yang diharapkan mampu mengembangkan sikap, keterampilan, pengetahuan bahkan mengapresiasi kebudayaan, seperti mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran” (Shufa, 2018: 48). Guru diharapkan mampu mengintegrasikan kearifan lokal kedalam pembelajaran sehingga peserta didik mampu menghadapi situasi konkrit dengan berpikir kritis. “sekolah berbasis kearifan lokal akan memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari budaya tempat tinggal” (Juliyanti, 2017: 3). Fasilitas yang dimaksud dalam bentuk ekstrakurikuler, dalam pelaksanaan sekolah berbasis kearifan lokal, sekolah tidak hanya mengenalkan tapi juga melestarikan kearifan lokal agar peserta didik mampu mengartikan dan memahami makna yang terkandung dalam kearifan lokal.

Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah nyata dalam pelestarian kearifan lokal disetiap daerah. Terbukti dengan dilaksanakan kurikulum 2013 dimulai sejak tahun ajaran 2014/2015. “Setiap daerah diberikan wewenang yang bebas untuk mengembangkan kearifan lokal sesuai dengan daerah setempat” (Juliyanti, 2017: 2). Sehingga setiap sekolah dapat mengembangkan kearifan lokal sesuai dengan daerah masing-masing. Pengembangan kurikulum terus disesuaikan dengan kearifan lokal, sehingga potensi kearifan lokal tidak akan hilang. “Pendidikan yang berorientasi terhadap kearifan lokal mampu memberikan makna bagi kehidupan” (Rosala, 2016: 20). Karena kearifan lokal sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari, bahkan kearifan lokal didapat dari pengalaman. Sehingga penting untuk mengkaitkan kearifan lokal dalam pembelajaran.

Kearifan lokal di Provinsi jambi tentu sangat beragam, salah satunya adalah tari Nek Pung yang berasal dar Kabupaten Tebo. Tari Nek Pung menjadi

(4)

salah satu kearifna lokal yang cocok jika dikaitkan dalam pembelajaran. Tari Nek Pung merupakan sebuah tarian yang memiliki nilai keindahan dan nilai luhur yang tinggi, makna dari tarian ini memiliki pesan yang baik jika tersampaikan kepada penikmatnya. Tari ini mengandung pesan bahwa tidaklah baik jika berlarut-larut dalam kesedihan. Sehingga harus tetap menjalani kehidupan meski dalam keadaan yang tidak baik. Jika dikaji lebih mendalam tarian Nek Pung dapat dikaitkan kedalam beberapa muatan pembelajaran.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara dengan tokoh adat tari Nek Pung bahwa tari Nek Pung memiliki nilai luhur yang baik untuk diperkenalkan kepada peserta didik. Tokoh adat sangat mengharapkan adanya tindakan dari pemerintah agar ada usaha mengembangkan tari Nek Pung agar tari Nek Pung tetap lestari. Sejalan dengan hal itu sangat selaras dengan hasil wawancara dengan dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Tebo bahwa sudah ada beberapa gugus yang menyelenggarakan KKG dengan mengintegrasikan kearifan lokal daerah setempat terhadap perancangan RPP.

Selanjutnya studi pendahuluan juga dilakukan dengan mewawancarai guru kelas IV A SD N 112/I Muara Bulian, dengan Ibu Luzmaidarti. Menurut beliau terdapat bahan ajar mengenai kearifan lokal berupa buku cetak dan beberapa buku yang terdapat dalam perpustakaan yang membahas mengenai kebudayaan daerah setempat, namun beberapa bahan ajar tersebut masih terbatas dan belum meluas, dan kurangnya penggunaan media pembelajaran kearifan lokal berbasis teknologi informasi dan komunikasi. bahkan pengenalan kearifan lokal daerah biasa dilakukan melalui metode menjelaskan kepada peserta didik.

(5)

Metode menjelaskan yang digunakan oleh guru terlihat ketika peneliti melakukan pengamatan dikelas pada saat pembelajaran. Pembelajaran hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar. dan penggunakan bahan ajar berupa HP, namun tidak sering. Penggunaan hp biasa digunakan untuk memperlihatkan materi yang berbentuk video maupun gambar yang menarik. Sehingga peserta didik antusias dalam pembelajaran. Namun meski demikian tetap perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai. Dalam pembelajaran terlihat guru memberikan materi kesenian daerah provinsi jambi dan beberapa daerah lain provinsi jambi, sehingga peserta didik dapat menambah wawasannya mengenai kearifan lokal budaya setempat.

Sarana dan prasarana kurang memadai dalam sekolah ini. Karena hanya ada satu buah infokus dan satu buah proyektor hal ini diketahu melalui wawancara denga peserta didik. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak pernah belajar menggunakan bahan ajar TIK berupa laptop dan proyektor karena fasilitas yang tidak memadai. Sehingga hanya bisa 1 kelas yag menggunakan proyektor dan harus bergantian dengan kelas yang lain, Sedangkan untuk pengetahuan peserta didik mengenai kearifan lokal sudah cukup bagus, peserta didik dapat menyebutkan beberapa kearifan lokal seperti tarian dan rumah adat .

Jika diamati dalam proses pembelajaran, siswa sangat antusia mengikuti materi apapun. Hanya saja pembelajaran keseringan menggunakan buku guru dan buku siswa saja, sehingga kurang terlihat variasi pengunaan bahan ajar dalam kelas ini. Meski begitu pada saat pembelejaran mengenai kesenian daerah terlihat peserta didi memiliki semangat dalam menjawab pertanyaan.

(6)

Berdasarkan studi pendahulan yang telah dilakukan maka diperlukan adanya bahan ajar berbasis kearifan lokal yang menggunakan pemanfaatan TIK, seperti Modul Elektronik berbasis kearian lokal tari Nek Pung menggunakan aplikasi 3D Page Flip Professional pada kelas IV. Dengan adanya Modul Elektronik diharapkan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik dan pengetahuannya mengenai kearifan lokal daerah setempat, terlepas dari hal itu diharapkan melalui modul elektronik dapat menjadi jembatan agar kearifan lokal daerah setempat tetap lestari dan berkembang sehingga tidak berada diambang batas kepunahan.

Pada era 4.0 menuntut pendidikan Indonesia untuk mengikuti perkembangan zaman demi meningkatkan mutu pendidikan dan keberhasilan proses pembelajaran. “Teknologi informasi dan komunikasi adalah sarana dan prasarana (hardware dan software) yang digunakan untuk pemprosesan data yang bermakna” (Kwartolo, 2010: 18). Kemudian Budiman (2017:2), menyatakan bahwa “perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi sudah sangat pesat, tidak dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat berpengaruh dengan dunia pendidikan”. Mempelajari teknologi informasi dan komunikasi memang sangatlah penting untuk mengelola informasi agar informasi tersebut mudah didapat. Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki peranan di bidang pendidikan dapat dimanfaatkan dalam penyusunan atau pembuatan modul.

Modul merupakan salah satu contoh bahan ajar, “Modul adalah proses pembelajaran yang membahas satu pokok bahasan dan disusun secara sistematis dan terarah yang digunakan oleh siswa biasanya disertai cara penggunaannya”

(7)

(Anggreini, 2017: 84). Modul merupakan bahan cetak yang diharapkan mampu membuat peserta didiknya menjadi mandiri dalam mengerjakan tugas. Sejalan dengan hal itu Rufii (2015: 19) mengemukakan “Learning modules usually consist of material that will be useful for users or learners so that they are directly involved in the learning proces” (modul pembelajaran biasanya terdiri atas bahan yang akan bermanfaat bagi pengguna atau pembelajar agar mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran). Modul dalam bentuk lain yaitu Modul Elektronik, Modul Elektronik merupakan perangkat elektronik yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha dalam pembelajaran. Dalam pengembangannya Modul Elektronik dibuat menggunakan aplikasi 3D Pageflip professional.

Pembuatan Modul Elektronik menggunakan 3D Pageflip prpfessional lebih memiliki banyak keuntungan, karena bahan ajar yang dibuat dapat disisipkan gambar, animasi, video dan simulasi. “3D Pageflip Professional membutuhkan file dalam format pdf untuk dirubah menjadi multimedia”. (syahrowardi, 2016: 1). Sejalan dengan hal itu Raihan, dkk (2018: 8) mengemukakan “the 3D Pageflip application has the advantage of being able to display videos in three dimensions” (aplikasi 3D pageflip memiliki keuntungan yaitu mampu menampilkan video dalam bentuk tiga dimensi). Sehingga sangat cocok apabila digunakan untuk pembuatan dan penyusunan modul elektronik berbasis kearifan lokal.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Modul

(8)

Elektronik berbasis kearifan lokal Tari Nek Pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip professioal kelas IV Sekolah Dasar pada tema 1”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengembangkan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal menggunakan aplikasi 3D Pageflip profesional kelas IV Sekolah Dasar pada Tema 1 Indahnya Kebersamaan ?

2. Bagaimana kelayakan pengembangan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal menggunakan aplikasi 3D Pageflip kelas IV Sekolah Dasar pada Tema 1 Indahnya Kebersamaan pada aspek validitas dan kepraktisan ?

1.3 Tujuan Pengembangan

Setelah menguraikan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal menggunakan aplikasi 3D Pageflip professional kelas IV Sekolah Dasar pada Tema 1 Indahnya Kebersamaan.

2. Mengetahui kelayakan pengembangan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional kelas IV Sekolah Dasar pada Tema 1 Indahnya Kebersamaan pada aspek validitas dan kepraktisan.

(9)

1.4 Spesifikasi Pengembangan

1. Menghasilkan Modul Elektronik berbasis kearifan lokal menggunakan aplikasi 3D pageflip Professional pada kelas IV Sekolah Dasar tema 1 Indahnya Kebersamaan, modul tersebut dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Modul Elektronik berbasis kearifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional pada kelas IV Sekolah Dasar Tema 1, Mengandung suatu ciri khas yaitu memperkenalkan kearifan lokal dari kabupaten Tebo yang akan ditampilkan dalam bentuk kecanggihan Teknologi yang menarik

1.5 Pentingnya Pengembangan

Pengembangan modul ini digunakan agar peserta didik lebih mudah dalam memahami materi dalam pembelajaran, selain hal itu, modul juga dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Yang lebih penting pengembangan ini ditargetkan mampu menambah pengetahuan peserta didik mengenai kearifan lokal daerah setempat. Pengembangan ini dianggap penting karena dari aspek keparktisan, lebih praktis sehingga memudahkan peserta didik dan guru dalam penggunaan dan penyimpanan serta mudah dibwa keman-mana.

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.6.1 Asumsi pengembangan

Ada beberapa asumsi yang menjadi titik ukur dalam pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal kabupaten Tebo menggunakan 3D

(10)

Pageflip professional pada kelas IV Sekolah Dasar Tema 1 Indahnya Kebersamaan.

1. Guru mampu mengoperasikan Modul Elektronik berbasis kerifan lokal kabupaten Tebo menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional pada kelas IV Sekolah Dasar Tema 1 Indahnya Kebersamaan.

2. Belum adanya Modul eleketronik berbasis kearifan lokal kabupaten Tebo menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional pada kelas IV Sekolah Dasar Tema 1 Indahnya Kebersamaan. .

1.6.2 Keterbatasan Pengembangan

Adapaun keterbatasan pengembangan pada penelitian ini adalah :

1. Modul Elektronik dapat digunakan pada Sekolah Dasar yang memiliki sarana dan prasarana teknologi yang lengkap.

2. Modul Elektronik dapat digunakan pada kelas IV tema 1 Indahnya Kebersamaan. Pada subtema 1 Keberagaman Budaya Bangsaku, pada pembelajaran 1 yang mengandung muatan IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia

3. Modul Elektronik hanya terbatas pada penggunaan aplikasi 3D Pageflip Professional

1.7 Definisi Operasional

1. Pengembangan adalah suatu kegiatan mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan suatu produk yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Modul Elektronik yaitu kegiatan program belajar mengajar meliputi,

perencanaan, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, penyediaan materi pembelajaran, alat yang dibuthkan dan alat evaluasi.

(11)

3. Kearifan lokal yaitu suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat melalui pengalaman dalam menghadapai kehidupan kemudian dintegrasikan dengan pemahaman budaya lalu diwariskan secara turun temurun

4. Tari Nek Pung adalah salah satu kearifan lokal yang ada di kabupaten Tebo, tari ini menggambarkan kesedihan seorang gadis yang kemudian dihibur oleh ibu dan para dayang. Nilai-nilai luhur yang terkandung adalah agar tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.

5. 3D Pageflip Professional adalah salah satu aplikasi yang mampu membuat produk non cetak atau produk elektronik. Aplikasi ini mampu menyisipkan gambar, video, audio, dan gambar.

Referensi

Dokumen terkait

Kearifan lokal apakah yang mempengaruhi sikap etnis Nias dalam menghadapi. para pendatang di

Budaya sasi yang masih terpelihara hingga saat ini adalah salah satu wujud nyata kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam berbasis

Media yang digunakan guru belum berbasis pada literasi Islam dan belum menggunakan aplikasi 3d pageflip professional , padahal sudah tersedia sarana dan prasarana yang lengkap

Manfaat lain yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah Dengan diketahinya pemahaman masyarakat tentang penerapan kearifan lokal songu lara mombangu

Perancangan sebuah karakter untuk setiap jajanan tradisional khas surabaya diharapkan dapat menarik minat anak-anak pada produk lokal, karena diusianya yang

Muatan lokal merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas madrasah dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak

Dalam menjaga kearifan lokal serta keberlanjutan lingkungan tentunya manusia dan kebudayaannya berperan aktif didalamnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nasruddin

Peranan dalam tarian itulah yang membuat masyarakat dikenali sebagai ciri khas daerah, apalagi sebagai media komunikasi budaya sudah pasti tari tradisional Serampang dua