• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODE PENELITIAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

42

4.1 Umum

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukuan selama penelitian tentang “Perbandingan Karakteristik AC-WC Bergradasi Rapat dan Senjang Dengan Bahan Ikat Aspal Retona Blend E-55 dan Starbit E-55” . Metodologi ini merupakan kerangka acuan selama melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data. Data yang diperoleh tersebut diolah dan dianalisis sesuai dengan syarat - syarat ketentuan Bina Marga Divisi VI, 2010 yang ada. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu dengan mengindentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, serta menganalisis permasalahan berdasarkan acuan, pustaka dan data pendukung lainnya.

Metode yang digunakan pada penelitian ini, metode pengujian eksperimen kausal. Jenis penelitian kausal ini adalah metode penelitian sebab akibat, yaitu mempersoalkan adanya variabel, dimana variabel bebas dan variabel terikat menjadi dua komponen penting. Variabel bebas yang dimaksud adalah Aspal Starbit E-55, sedangkan variabel terikatnya adalah karateritik Marshall, Immerson, tipe gradasi dan Indirect Tensile Strength.

Penelitian ini berdasarkan pada pedoman perencanaan campuran beraspal panas dengan spesifikasi umum Bina Marga tahun 2010. Pengujian-pengujian yang dilakukan meliputi :

(2)

a. Pengujian agregat meliputi : Berat jenis dan penyerapan agregat, kelekatan agregat terhadap aspal, keausan agregat (Los Angeles Abrasion), analisa saringan, dan Sand Equivalent.

b. Pengujian aspal meliputi : Berat jenis, penetrasi, daktilitas, kelarutan, titik lembek, pengujian titik nyala dan titik bakar.

c. Mempersiapkan bahan, yaitu menyaring agregat untuk kebutuhan perencanaan campuran rencana (Job Mix Formula).

d. Membuat benda uji Marshall Test.

e. Pengujian benda uji Marshall dengan tujuan mendapatkan sifat-sifat seperti : Stabilitas, Flow, VITM (Void In The Mix), VFWA (Void Filled With Asphalt), VMA (Void Mix Aggregate) dan Marshall Quotient (MQ).

f. Memperoleh kadar aspal optimum dan selanjutnya

g. Membuat benda uji Immersion Test. Selanjutnya diuji untuk mendapatkan indeks ketahanan pada air, suhu dan cuaca.

h. Membuat benda uji Indirect Tensile Strength. Selanjutnya diuji untuk mendapatkan nilai kuat tarik.

i. Menganalisis dan membahas semua hasil uji tes.

j. Membuat saran dan kesimpulan.

Bagan alur metodologi penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 sebagai berikut ini.

(3)

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian (1 dari 3) Persiapan Bahan

&Alat

Pengujian Bahan Studi Pustaka

Spesifikasi Bahan Bina Marga Divisi VI 2010 Aspal Retona Blend E-55 1. Berat Jenis 2. Penetrasi 3. Daktilitas 4. Kelarutan 5. Titik Lembek 6. Titik Nyala dan

Titik Bakar

Agregat Halus 1. Berat Jenis dan

Penyerapan Air 2. Sand Equivalent 3. Analisa Saringan Agregat Kasar 1. Berat Jenis dan

Penyerapan Air 2. Kelekatan Agregat

Terhadap Aspal 3. Keausan Agregat 4. Analisa Saringan Aspal Starbit E-55

1. Berat Jenis 2. Penetrasi 3. Daktilitas 4. Kelarutan 5. Titik Lembek 6. Titik Nyala dan

Titik Bakar

Perancangan gradasi agregat gabungan sesuai spesifikasi agregat Laston WC

2 Mulai tidak Pusta Ganti Bahan Uji Marshall

Spesifikasi Campuran Bina Marga Divisi VI 2010

(4)

Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian (2 dari 3) Campuran A,

Pencampuran agregat dengan Aspal Retona Blend E-55

Menentukan kadar aspal rencana (Pb)

Pengujian Marshall untuk Mencari Kadar Aspal Optimum

Campuran B, Pencampuran agregat dengan Aspal Starbit E-55

Campuran A1,

Gradasi senjang : Membuat benda uji dengan 5 kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5% jumlah tiap kadar aspal masing-masing 3benda uji.

Total benda uji = 15

Campura A2 Gradasi

rapat :

Membuat benda uji dengan 5 kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5% jumlah tiap kadar aspal masing-masing 3benda uji. Total benda uji = 15

Campuran B1,

Gradasi senjang : Membuat benda uji dengan 5 kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5% jumlah tiap kadar aspal masing-masing 3benda uji. Total benda uji = 15

Campuran B2,

Gradasi rapat : Membuat benda uji dengan 5 kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5% jumlah tiap kadar aspal masing-masing 3benda uji. Total benda uji = 15

Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Pembuatan benda uji untuk uji Marshall, Immersion, Indirect Tensile

Strength dengan variasi gradasi senjang dan rapat, campuran pada

Kadar Aspal Optimum KAO A1 3 Sampel x 3 Pengujian = 9 Sampel KAO B1 3 Sampel x 3 Pengujian = 9 Sampel KAO A2 3 Sampel x 3 Pengujian = 9 Sampel KAO B2 3 Sampel x 3 Pengujian = 9 Sampel 3

(5)

Selesai Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian (3 dari 3)

4.2 METODE PENGAMBILAN DATA

Data merupakan salah satu komponen penelitian. Data dalam penelitian harus valid atau benar. Oleh sebab itu, untuk mengumpulkan data sampel penelitian dilakukan dengan metode tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh dapat diambil dari beberapa sumber. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut ini.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan, yaitu dengan cara experiment langsung dilakukan baik pengukuran atau pengamatan di lokasi penelitian. Langkah yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

a. Melakukan pemeriksaan bahan. b. Mencari Kadar Aspal Optimum. c. Melakukan pengujian Marshall Test. d. Melakukan pengujian Immersion Test.

e. Melakukan pengujian Indirect Tensile Strength Test.

Uji Marshall dengan Lama Perendaman Standar 30 Menit Uji Immersion dengan Lama

Perendaman 24 Jam

Uji Indirect Tensile

Strength

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan 3

(6)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari sumber data. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan pengamatan yang dilakukan. Data sekunder ini berfungsi sebagai pendukung dari data primer.

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

4.2.2 Bahan Penelitian

Bahan dan material yang dipergunakan penelitian ini antara lain :

a. Aspal modifikasi Retona Blend E-55 produksi dari PT. Olah Bumi Mandiri, Jakarta.

b. Aspal modifkasi berbasis elastomer Starbit E-55 produk dari PT. Bintang Jaya, Semarang.

c. Agregat kasar, agregat halus dan filler berasal dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo.

4.2.3 Acuan Normatif

SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian anlisis saringan agregat kasar dan halus

SNI 03-1969-1990 : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar

SNI 03-1970-1990 : Metode pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus.

SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles.

SNI 03-2432-1991 : Metode pengujian daktilitas aspal.

SNI 03-2433-1991 : Metode pengujian titik nyala dan titik bakar aspal. SNI 03-2434-1991 : Metode pengujian titik lembek aspal dan ter.

(7)

SNI 03-2441-1991 : Metode pengujian berat jenis aspal padat.

SNI 03-2456-1991 : Metode pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen. SNI 06-2489-1991 : Metode pengujian campuran beraspal dengan alat

Marshall.

SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200 (0,075mm).

SNI 03-4428-1997 : Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir. SNI 03-4804-1998 : Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam

agregat.

SNI 03-6723-2002 : Spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal. SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal. SNI 03-6757-2002 : Metode pengujian berat jenis nyata campuran

beraspal padat menggunakan benda uji kering permukaan jenuh.

4.2.4 Pemeriksaan Bahan

Pemeriksaan bahan yang dilakukan pada agregat, filler, dan aspal. Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut ini.

1. Pemeriksaan Agregat

Pemeriksaan agregat diperlukan untuk mengetahui karateristik fisik dan mekanik agregat sebelum digunakan sebagai bahan campuran aspal. Daya dukung dan keawetan suatu perkerasan ditentukan salah satunya dari mutu agregat yang digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis permukaan, berat jenis semu, serta besarnya

(8)

angka penyerapan. Alat dan proedur pengujian disesuaikan dengan SNI 03-1969-1990.

b. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis permukaan, berat jenis semu, serta besarnya angka penyerapan. Alat dan prosedur pengujian disesuaikan dengan SNI 03-1970-1990.

c. Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan angka persen kelekatan agregat tehadap aspal. Kelekatan agregat terhadap aspal dinyatakan dengan perkiraan persen luas permukaan yang masih terselimuti aspal. Alat dan prosedur penelitian disesuaikan dengan SNI 03-2439-1991.

d. Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan agregat terhadap pengausan/abrasi. Dalam uji dengan mesin Los Angeles ini agregat dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan gradasi akibat benturan bola-bola baja yang berada di dalam mesin Los Angeles. Hal ini dilakukan untuk menyesuainkan mekanisme gaya-gaya yang terjadi di lapangan pada saat proses pencampuran, penghamparan, pemadatan, dan beban lalu-lintas. Keausan agregat dinyatakan sebagai presentase berat bahan yang lolos saringan 1,70 mm (No. 12) terhadap berat awal contoh. Alat dan prosedur pengujian disesuaikan dengan SNI 03-2417-1991.

e. Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar

Tujuan utama dari pekerjaan analisa saringan ukuran butiran agregat ini adalah untuk pengontrolan gradasi agar diperoleh

(9)

konstruksi campuran yang bermutu tinggi. Alat dan prosedur pengujian disesuaikan dengan SNI 03-1968-1990.

f. Pengujian Sand Equivalent

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan nilai perbandingan antara pembacaan skala pasir terhadap skala pembacaan lumpur pada alat uji setara pasir yang dinyatakan dalam persen. Alat dan prosedur pengujian disesuaikan dengan SNI 03-4428-1997.

2. Pemeriksaan Aspal

Pada penelitian ini pengujian aspal meliputi pengujian aspal Pertamina Pen 60/70 dan Aspal Starbit E-55. Bertujuan untuk mengetahui kelayakan aspal sebagai bahan ikat sesuai standar yang telah ditentukan.

a. Pengujian Berat Jenis Aspal Padat

Bertujuan untuk mendapatkan nilai berat jenis aspal padat dengan menggunakan rumus berat jenis hasil pengujian. Peralatan dan cara pengujian untuk menentukan berat jenis aspal padat dan ter dengan menggunakan picnometer sesuai SNI 06-2441-1991.

b. Pengujian Penetrasi

Pengujian ini merupakan pengukuran secara empiris terhadap konsistensi aspal. Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi ukuran tertentu, beban tertentu, dan waktu tertentu ke dalam aspal pada temperatur tertentu. Acuan normatif sesuai dengan SNI 06-2456-1991.

c. Pengujian Daktilitas

Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras

(10)

yang ditarik sebelum putus pada temperatur 25 dan dengan kecepatan 50 mm/menit. Peralatan dan cara pengujian daktilitas bahan aspal sesuai SNI 06-2432-1991.

d. Pengujian Kelarutan

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan jumlah aspal yang larut dalam TCE. Prosedur pengujian berdasarkan SNI 06-2438-1991.

e. Pengujian Titik Lembek Aspal

Bertujuan untuk mendapatkan besaran titik lembek aspal dan ter yang berkisar 30 C sampai 200 C dengan cara ring and ball sesuai dengan SNI 06-2434-1991.

f. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup

Bertujuan untuk mendapatkan besaran temperatur dimana terlihat nyala singkat < 5 detik (titik nyala) dan terlihat nyala minimal 5 detik (titik bakar) diatas permukaan aspal dengan menggunakan alat Cleveland Open Cup sesuai dengan SNI 06-2433-1991. Titik nyala adalah temperatur pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal. Titik bakar adalah temperatur pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal.

4.2.5 Peralatan Penelitian

Pada penelitian ini peralatan yang digunakan terdapat di Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia,Yogyakarta adalah sebagai berikut ini.

1. Alat uji pengujian fisik agregat yang meliputi mesin Los Angeles, saringan standar, tabung Sand Equivalent.

(11)

2. Aat uji pengujian fisik aspal yang meliputi alat ukur penetrasi aspal, daktilitas aspal, kelarutan aspal, titik lembek aspal, titik nyala, dan titik bakar aspal.

3. Mesin uji Marshall yang meliputi alat tekan yang terdiri dari ring penekan (Proving Ring) berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12,5 kg, arloji pengukur stabilitas, arloji pengukur kelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm, serta dilengkapi dengan alat penunjang seperti kompor pemanas, penumbuk (compactor) dengan berat 10 pound (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm), cetakan benda uji berbentuk selinder berdiameter 10 cm, spatula, bak perendam (water bath), oven.

4. Seperangkat alat uji Immersion Test yang meliputi alat tekan yang terdiri dari Proving Ring berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12,5 kg, arloji pengukur stabilitas, arloji pengukur kelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm, serta dilengkapi dengan alat penunjang seperti kompor pemanas, penumbuk (compactor) dengan berat 10 pound (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm), cetakan benda uji berbentuk silinder berdiameter 10cm, spatula, bak perendaman (water bath), oven.

5. Seperangkat alat uji Indirect Tensile Strength Test, yang meliputi alat Marshall yang ring penekannya (Proving Ring) sudah diganti dengan alat penekan berupa plat besi (Strip Loading) yang dipasang sejajar pada sampel beton aspal selebar 0,5 inch, arloji pengukur stabilitas, arloji pengukur kelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm, serta dilengkapi dengan alat penunjang seperti kompor pemanas, penumbuk (compactor) dengan berat 10 pound (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm), cetakan benda uji berbentuk silinder berdiameter 10 cm, spatula, bak perendaman (water bath), oven.

(12)

4.2.6 Gradasi Agregat untuk Campuran AC-WC berdasarkan Nilai Tengah Spesifikasi

Dalam penelitian ini gradasi yang digunakan dalam campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) adalah jenis Laston dengan ukuran butir maksimum ¾ inchi atau 19 mm. Jenis gradasi yang diterapkan dalam penelitian adalah gradasi rapat dan gradasi senjang. Gradasi agregat mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap beton aspal yang dihasilkan, teorinya gradasi campuran yang bergradasi rapat mempunyai sifat volume rongganya lebih sedikit dibanding dengan gradasi senjang (gap graded). Sifat yang demikian ini menjadikan beton aspal lebih peka terhadap variasi kadar aspal dalam suatu proporsi campuran, oleh karena itu dilakukan perbandingan dari kedua jenis gradasi tersebut dengan pencampuran terhadap dua jenis aspal yang berbeda. Untuk Laston Gradasi Rapat dapat dilihat pada Tabel 5.5 untuk kadar aspal 4,5%, Tabel 5.6 untuk kadar aspal 5,0%, Tabel 5.7 untuk kadar aspal 5,5%, Tabel 5.8 untuk kadar aspal 6,0%, Tabel 5.9 untuk kadar aspal 6,5% dibawah ini. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 10.

Tabel 4.1 Gradasi Rapat dengan Kadar Aspal 4,5%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 57,30 57,30 3/8 " 9,5 mm 72 90 81 19 160,44 217,74 No. 4 4,75 mm 54 69 61,50 38,50 223,47 441,21 No. 8 2,36 mm 39,10 53 46,05 53,95 177,06 618,27 No. 16 1,18 mm 31,60 40 35,80 64,20 117,47 735,73 No. 30 0,600 mm 23,10 30 26,55 73,45 106,01 841,74 No. 50 0,300 mm 15,50 22 18,75 81,25 89,39 931,13 No. 100 0,150 mm 9 15 12 88 77,36 1008,48 No. 200 0,075 mm 4 10 7 93 57,30 1065,78 Pan 0 0 0 100 80,22 1146

(13)

Tabel 4.2 Gradasi Rapat dengan Kadar Aspal 5,0%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 57 57 3/8 " 9,5 mm 72 90 81 19 159,60 216,60 No. 4 4,75 mm 54 69 61,50 38,50 222,30 438,90 No. 8 2,36 mm 39,10 53 46,05 53,95 176,13 615,03 No. 16 1,18 mm 31,60 40 35,80 64,20 116,85 731,88 No. 30 0,600 mm 23,10 30 26,55 73,45 105,45 837,33 No. 50 0,300 mm 15,50 22 18,75 81,25 88,92 926,25 No. 100 0,150 mm 9 15 12 88 76,95 1003,20 No. 200 0,075 mm 4 10 7 93 57,00 1060,20 Pan 0 0 0 100 79,80 1140

Tabel 4.3 Gradasi Rapat dengan Kadar Aspal 5,5%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 56,70 56,70 3/8 " 9,5 mm 72 90 81 19 158,76 215,46 No. 4 4,75 mm 54 69 61,50 38,50 221,13 436,59 No. 8 2,36 mm 39,10 53 46,05 53,95 175,20 611,79 No. 16 1,18 mm 31,60 40 35,80 64,20 116,24 728,03 No. 30 0,600 mm 23,10 30 26,55 73,45 104,90 832,92 No. 50 0,300 mm 15,50 22 18,75 81,25 88,45 921,38 No. 100 0,150 mm 9 15 12 88 76,55 997,92 No. 200 0,075 mm 4 10 7 93 56,70 1054,62 Pan 0 0 0 100 79,38 1134

(14)

Tabel 4.4 Gradasi Rapat dengan Kadar Aspal 6,0%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 56,40 56,40 3/8 " 9,5 mm 72 90 81 19 157,92 214,32 No. 4 4,75 mm 54 69 61,50 38,50 219,96 434,28 No. 8 2,36 mm 39,10 53 46,05 53,95 174,28 608,56 No. 16 1,18 mm 31,60 40 35,80 64,20 115,62 724,18 No. 30 0,600 mm 23,10 30 26,55 73,45 104,34 828,52 No. 50 0,300 mm 15,50 22 18,75 81,25 87,98 916,50 No. 100 0,150 mm 9 15 12 88 76,14 992,64 No. 200 0,075 mm 4 10 7 93 56,40 1049,04 Pan 0 0 0 100 78,96 1128

Tabel 4.5 Gradasi Rapat dengan Kadar Aspal 6,5%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 56,10 56,10 3/8 " 9,5 mm 72 90 81 19 157,08 213,18 No. 4 4,75 mm 54 69 61,50 38,50 218,79 431,97 No. 8 2,36 mm 39,10 53 46,05 53,95 173,35 605,32 No. 16 1,18 mm 31,60 40 35,80 64,20 115,01 720,32 No. 30 0,600 mm 23,10 30 26,55 73,45 103,79 824,11 No. 50 0,300 mm 15,50 22 18,75 81,25 87,52 911,63 No. 100 0,150 mm 9 15 12 88 75,74 987,36 No. 200 0,075 mm 4 10 7 93 56,10 1043,46 Pan 0 0 0 100 78,54 1122

(15)

Tabel 4.6 Gradasi Senjang dengan Kadar Aspal 4,5%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 57,30 57,30 3/8 " 9,5 mm 75 85 80 20 171,90 229,20 No. 4 4,75 mm 0 0 0 0 0 0 No. 8 2,36 mm 50 72 61 39 217,74 446,94 No. 16 1,18 mm 0 0 0 0 0 0 No. 30 0,600 mm 35 60 47,50 52,50 154,71 601,65 No. 50 0,300 mm 0 0 0 0 0 0 No. 100 0,150 mm 0 0 0 0 0 0 No. 200 0,075 mm 6 10 8 92 452,67 1054,32 Pan 0 0 0 100 91,68 1146

Tabel 4.7 Gradasi Senjang dengan Kadar Aspal 5,0%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 57 57 3/8 " 9,5 mm 75 85 80 20 171 228 No. 4 4,75 mm 0 0 0 0 0 0 No. 8 2,36 mm 50 72 61 39 216,60 444,60 No. 16 1,18 mm 0 0 0 0 0 0 No. 30 0,600 mm 35 60 47,50 52,50 153,90 598,50 No. 50 0,300 mm 0 0 0 0 0 0 No. 100 0,150 mm 0 0 0 0 0 0 No. 200 0,075 mm 6 10 8 92 450,30 1048,80 Pan 0 0 0 100 91,20 1140

(16)

Tabel 4.8 Gradasi Senjang dengan Kadar Aspal 5,5%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 56,70 56,70 3/8 " 9,5 mm 75 85 80 20 170,10 226,80 No. 4 4,75 mm 0 0 0 0 0 0 No. 8 2,36 mm 50 72 61 39 215,46 442,26 No. 16 1,18 mm 0 0 0 0 0 0 No. 30 0,600 mm 35 60 47,50 52,50 153,09 595,35 No. 50 0,300 mm 0 0 0 0 0 0 No. 100 0,150 mm 0 0 0 0 0 0 No. 200 0,075 mm 6 10 8 92 447,93 1043,28 Pan 0 0 0 100 90,72 1134

Tabel 4.9 Gradasi Senjang dengan Kadar Aspal 6,0%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 56,40 56,40 3/8 " 9,5 mm 75 85 80 20 169,20 225,60 No. 4 4,75 mm 0 0 0 0 0 0 No. 8 2,36 mm 50 72 61 39 214,32 439,92 No. 16 1,18 mm 0 0 0 0 0 0 No. 30 0,600 mm 35 60 47,50 52,50 152,28 592,20 No. 50 0,300 mm 0 0 0 0 0 0 No. 100 0,150 mm 0 0 0 0 0 0 No. 200 0,075 mm 6 10 8 92 445,56 1037,76 Pan 0 0 0 100 91,24 1128

(17)

Tabel 4.10 Gradasi Senjang dengan Kadar Aspal 6,5%

Ukuran saringan Spesifikasi

Nilai Tengah

Spesifikasi (%) Berat Tertahan (gram) Min Max Lolos Tertahan Tertahan Jumlah

3/4 " 19 mm 100 100 100 0 0 0 1/2 " 12,5 mm 90 100 95 5 56,10 56,10 3/8 " 9,5 mm 75 85 80 20 168,30 224,40 No. 4 4,75 mm 0 0 0 0 0 0 No. 8 2,36 mm 50 72 61 39 213,2 437,6 No. 16 1,18 mm 0 0 0 0 0 0 No. 30 0,600 mm 35 60 47,50 52,50 151,47 589,05 No. 50 0,300 mm 0 0 0 0 0 0 No. 100 0,150 mm 0 0 0 0 0 0 No. 200 0,075 mm 6 10 8 92 443,19 1032,24 Pan 0 0 0 100 89,76 1122 4.3 PEMBUATAN CAMPURAN

Jenis campuran beton aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapisan aspal aus (Asphalt Concrete Wearing Course) AC-WC. Jenis pengujian sampel, spesifikasi agregat, gradasi agregat, agregat kasar, agregat halus, dan aspal pada masing-masing ukuran sesuai dengan Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi VI, 2010. Pengujian yang dilakukan adalah Marshall Test, Immersion Test, dan Indirect Tensile Strength Test.

4.3.1 Marshall Test

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut ini.

1. Mempersiapkan bahan.

2. Pengujian bahan, yang terdiri dari pengujian aspal, agregat halus, agregat kasar dan bahan pengisi (filler).

(18)

3. Membuat benda uji untuk mencari kadar aspal optimum dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, dan 6,5% terhadap berat total campuran, dengan dua gradasi yang berlainan gradasi senjang dan gradasi rapat.

4. Menganalisis dan membuat pembahasan hasil-hasil dari pengujian Marshall.

5. Membuat kesimpulan.

4.3.2 Immersion Test

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat KAO dari hasil pengujian Marshall.

2. Mempersiapkan bahan.

3. Membuat benda uji dengan nilai kadar aspal optimum yang telah didapat dari Marshall Test menggunakan Aspal Starbit dan Retona Blend sebagai bahan ikat.

4. Menguji Immersion dengan lama perendaman 24 jam.

5. Menganalisis dan membuat pembahasan hasil-hasil dari pengujian Immersion Test.

6. Membuat kesimpulan.

4.3.3 Indirect Tensile Strength Test

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat KAO dari hasil pengujian Marshall.

(19)

3. Membuat benda uji dengan nilai kadar aspal optimum yang telah didapat dari Marshall Test menggunakan Aspal Starbit dan Retona Blend sebagai bahan ikat.

4. Meletakkan benda uji pada alat uji Indirect Tensile Strength untuk dilakukan pengujian.

5. Mendapatkan nilai dial dari hasil pengujian.

6. Menganalisis dan membuat pembahasan hasil-hasil dari pengujian Indirect Tensile Strength.

7. Membuat kesimpulan.

4.4 SAMPEL BENDA UJI

Benda uji pada penelitian ini dibuat sebanyak 3 buah untuk masing-masing variasi sampel aspal dan tipe gradasinya. Jumlah seluruh benda uji dibuat sebanyak 96 benda uji. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.3 sebagai berikut ini.

Tabel 4.11 Jumlah Benda Uji untuk Mencari Kadar Aspal Optimum

Kadar Aspal

Aspal Retona Blend E-55 Aspal Starbit E-55 Gradasi

Senjang Gradasi Rapat

Gradasi Senjang Gradasi Rapat 4,5 % 3 3 3 3 5 % 3 3 3 3 5,5 % 3 3 3 3 6 % 3 3 3 3 6,5 % 3 3 3 3 Jumlah 60 Buah

(20)

Tabel 4.12 Jumlah Benda Uji untuk Immersion Test

Jenis Campuran Lama Perendaman

30 Menit 24 jam

Aspal Retona Blend E-55 Gradasi Senjang 3 3

Gradasi Rapat 3 3

Aspal Starbit E-55

Gradasi Senjang 3 3

Gradasi Rapat 3 3

Jumlah 24 Buah

Tabel 4.13 Jumlah Benda Uji untuk Indirect Tensile Strength Test

Jenis Campuran Benda Uji

Indirect Tensile Strength Test

Aspal Retona Blend E-55 Gradasi Senjang 3

Gradasi Rapat 3

Aspal Starbit E-55 Gradasi Senjang 3

Gradasi Rapat 3

Jumlah 12 Buah

Berat aspal yang digunakan untuk membuat benda uji pada masing-masing persentasi kadar aspal adalah sebagai berikut :

1. Benda uji dengan kadar aspal 4,5 % terhadap total campuran adalah 4,5 % x 1200 gr = 54 gr.

2. Benda uji dengan kadar aspal 5,0 % terhadap total campuran adalah 5,0 % x 1200 gr = 60 gr.

3. Benda uji dengan kadar aspal 5,5 % terhadap total campuran adalah 5,5 % x 1200 gr = 66 gr.

4. Benda uji dengan kadar aspal 6,0 % terhadap total campuran adalah 6,0 % x 1200 gr = 72 gr.

5. Benda uji dengan kadar aspal 6,5 % terhadap total campuran adalah 6,5 % x 1200 gr = 78 gr.

(21)

4.5 CARA MELAKUKAN PENGUJIAN

4.5.1 Pembuatan Benda Uji

Cara pembuatan benda uji dari semua kriteria campuran tersebut dapat dilakukan secara berurutan seperti langkah-langkah dibawah ini.

1. Mempersiapkan semua bahan dan peralatan.

2. Memanaskan aspal mencapai suhu 160C dan agregat mencapai 170C. 3. Mencampurkan aspal dan agregat sesuai dengan variasi kadar aspal

maupun agregat masing-masing yang direncanakan, kemudian memanaskan hingga suhu 160C dan mengaduk secara merata.

4. Membersihkan cetakan benda uji mold dan mengolesi bagian dalamnya dengan minyak pelumas.

5. Membersihkan batang penumbuk dan mengolesi bagian bawah batang penumbuk dengan minyak pelumas dan bagian dalam pegangan penumbuk.

6. Meletakkan selembar kertas / kertas penghisap yang sudah digunting sesuai dengan ukuran cetakan dibagian bawah cetakan, kemudian memasukkan benda uji sepertiga dari volume cetakan dan menusuk dengan spatula, kemudian memasukkan benda uji hingga duapertiga dari volume cetakan dan menusuk dengan spatula, dengan cara yang sama memasukan benda uji hingga penuh dalam cetakan dan menusuk dengan spatula.

7. Meletakan cetakan mold diatas dudukannya (landasan) pemadatan. Memadatkan sebanyak 75 pukulan, membalik benda uji setelah tumbukan pertama selesai dan menumbuk lagi sebanyak 75 pukulan. Dengan jumlah total pukulan 2x75 pada tiap sampel benda uji.

8. Mendiamkan benda uji sesudah pemadatan selesai sampai mencapai suhu ruang, kemudian mengeluarkan benda uji dari cetakan dengan

(22)

menggunakan ejector hydrolic pump lalu mendiamkan sampai dingin mencapai suhu ruang.

4.5.2 Pengujian Marshall

Marshall Test bertujuan untuk memperoleh nilai-nilai dari stabilitas (stability), kelelehan (flow), VMA (Void in Mineral Aggregate), VFWA (Void Filled With Asphalt), VITM (Void in the Total Mix), MQ (Marshall Quotient), dan kepadatan (density).

Langkah-langkah pengujian dalam Marshall Test sebagai berikut ini.

1. Menyiapkan semua peralatan dan benda uji, kemudian membersihkan benda uji dari kotoran yang menempel selama proses pencetakan.

2. Mengukur tinggi benda uji dengan kaliper sebanyak tiga kali di tiga posisi yang berbeda, sampai mendapatkan angka yang mendekati angka rata-rata, kemudian menimbang dan mencatat beratnya sehingga mendapatkan berat benda uji sebelum direndam.

3. Merendam benda uji didalam air selama 20 s/d 24 jam pada suhu ruang untuk mendapatkan kejenuhan, kemudian menimbang didalam air untuk mendapatkan berat isi.

4. Menegeluarkan benda uji dari rendaman lalu mengelap bagian permukaannya (hingga mencapai kering permukaan atau SSD), kemudian menimbang untuk mendapatkan berat jenuh.

5. Memasukkan benda uji kedalam water bath selama 30 menit dengan suhu air 60°C.

6. Menyiapkan kepala penekan test head dan memberi vaslin atau minyak pelumas. Kemudian memeriksa mesin penekan Marshall Test dan perlengkapannya, menyetel dial stabilitas pada angka nol.

(23)

7. Mengambil benda uji yang direndam dalam water bath dan memindahkan ke test head, memasang dial flow pada tempatnya, kemudian menghidupkan mesin pembebanan. Mengamati dial stabilitas dan dial flow, caranya membaca dial flow bila dial stabilitas telah mencapai angka maksimum.

8. Mencatat pembacaan pada dial stabilitas dan dial flow, caranya : misal, pada dial stabilitas diperoleh 5 putaran dan telah berhenti di 50, berarti pembacaan dial stabilitas = 550.

9. Mengulangi langkah-langkah seperti diatas untuk benda uji yang lain sebanyak benda uji yang dibuat dalam penelitian.

10. Mencatat semua hasil pengujian.

4.5.3 Pengujian Immersion

Pengujian Immersion dilakukan secara berurutan sebagai berikut ini.

1. Melihat hasil KAO dari pengujian marshall.

2. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan dan memberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji, kemudian membersihkan benda uji dari kotoran yang menempel selama proses pencetakan.

3. Mengukur tinggi benda uji dengan kaliper sebanyak tiga kali di tiga posisi yang berbeda, sampai mendapatkan angka yang mendekati rata-rata, lalu menimbang dan mencatat beratnya sehingga diperoleh berat benda uji sebelum direndam.

4. Merendam benda uji didalam air selama 20 s/d 24 jam pada suhu ruang untuk mendapatkan kejenuhan, kemudian menimbang didalam air untuk mendapatkan berat isi.

(24)

5. Mengeluarkan benda uji dari rendaman lalu mengelap bagian permukaannya (hingga mencapai kering permukaan atau SSD), kemudian menimbang untuk mendapatkan berat jenuh.

6. Memasukkan benda uji kedalam water bath selama 24 jam.

7. Menyiapkan kepala penekan test head dan memberi vaslin atau minyak pelumas. Kemudian memerikas mesin penekan Marshall Test dan perlengkapannya, menyetel dial stabilitas pada angka nol.

8. Mengambil benda uji yang direndam dalam water bath dan memindahkan ke test head, memasang dial flow pada tempatnya, kemudian menghidupkan mesin pembebanan. Mengamati dial stabilitas dan dial flow, caranya membaca dial flow bila dial stabilitas telah mencapai angka maksimum.

9. Membaca pembacaan pada dial stabilitas dan dial flow, caranya : misal, pada dial stabilitas diperoleh 5 putaran dan telah berhenti di 50, berarti pembacaan dial stabilitas = 550.

10. Mengulangi langkah-langkah seperti diatas untuk benda uji yang lain sebanyak benda uji yang dibuat dalam penelitian.

11. Mencatat semua hasil pengujian.

4.5.4 Pengujian Indirect Tensile Strength

Pengujian Indirect Tensile Strength dilakukan secara berurutan sebagai berikut ini.

1. Melihat hasil KAO dari pengujian marshall.

2. Menyiapkan semua peralatan dan benda uji, kemudian membersihkan benda uji dari kotoran yang menempel selama proses pencetakan.

3. Meletakkan benda uji pada alat uji Indirect Tensile Strength untuk dilakukan pengujian.

4. Memastikan beban dan benda uji sejajar selama pengujian. 5. Menentukan tinggi dan diameter benda uji.

(25)

6. Memastikan tempat untuk menguji benda uji suhunya tetap pada suhu 25C.

7. Berhati-hati dalam menurunkan beban dari tempatnya.

8. Melakukan pengawasan terhadap perubahan bentuk dan menentukan beban vertikal dari kerusakan benda uji.

9. Mengulangi langkah-langkah seperti diatas untuk benda uji yang lain sebanyak benda uji yang dibuat dalam penelitian.

10. Mencatat semua hasil pengujian.

4.6 ANALISIS DATA

Setelah Marshall Test dilakukan, dilanjutkan dengan menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil pengujian. Data-data-data yang diperoleh antara lain : 1. Berat benda uji sebelum direndam (gram).

2. Berat benda uji di dalam air (gram).

3. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air (gram). 4. Tebal benda uji (gram).

5. Pembacaan arloji stabilitas (kg). 6. Pembacaan arloji kelelehan flow (mm).

Untuk mendapatkan nilai-nilai dari karateristik uji Marshall didapatkan dengan bantuan data lainnya dan dihitung menggunakan persamaan 4.1 dan 4.2 berikut ini.

1. Berat Jenis Aspal

BJ Aspal =

Volume Berat

(4.1)

2. Berat Jenis Agregat

BJ Agregat = 100 ) 2 ( ) 1 (A.FB.F (4.2)

Keterangan : A = Presentase agregat kasar B = Presentase agregat halus F1 = Berat jenis agregat kasar

(26)

F2 = Berat jenis agregat halus

Kemudian nilai-nilai stabilitas (stability), kelelehan (flow), MQ (Marshal Quotient), VITM (Void in the Total Mix), VFWA (Void Filled With Asphalt), VMA (Void in Mineral Aggregate), dan kepadatan (density) dapat dihitung berdasarkan data-data tersebut menggunakan persamaan 4.3 sampai dengan 4.15 berikut: 1. Kepadatan (Density) g = f c (4.3) f = d – e (4.4)

Keterangan : g = nilai density (gr/cc)

c = berat benda uji sebelum direndam (gr)

d = berat benda uji dalam keadaan jenuh / SSD (gr) e = berat dalam air (gr)

f = volume / isi (cm3)

2. VMA (Void in Mineral Aggregate)

l = 100 – j (4.5) j = BJ Agregat g b x ) -(100 (4.6)

Keterangan : l = nilai VMA (%)

b = persentase aspal terhadap campuran (%) g = berat isi sampel (gr/cc)

3. VFWA (Void Filled With Asphalt) a. Persentase aspal terhadap campuran

b = x 100 100 a

a

 (4.7)

Keterangan : a = Persentase aspal terhadap batuan b = Persentase aspal terhadap campuran

(27)

b. Persentase aspal terhadap agregat m = 100 x l i (4.8) i = BJ Aspal g b x (4.9) l = 100 – j (4.10) j =       BJ Agregat g b x ) -(100 (4.11)

Keterangan : g = berat isi sampel (gr/cc)

b = persentase aspal terhadap campuran

4. VITM (Void in the Total Mix)

n = 100 -       h g 100 (4.12) h = 100 –                      BJ Aspal % Aspal BJ Agregat % Agregat 100 (4.13)

Keterangan : n = nilai VITM

g = berat isi sample (gr/cc)

h = berat jenis maksimum teoritis campuran

5. Stabilitas

q = p x s (4.14)

Keterangan : q = angka stabilitas

p = pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat s = angka koreksi tebal benda uji

(28)

6. Kelelehan (Flow)

Flow menunjukkkan deformasi benda uji akibat pembebanan nilai. Nilai flow langsung terbaca pada arloji flow saat Marshall Test, dalam satuan milimeter (mm). 7. MQ (Marshal Quotient) MQ = r q (4.15)

Keterangan : MQ = nilai Marshall Quotient (kg/mm) q = nilai stabilitas (kg)

r = nilai flow (mm)

Nilai index of retained strength diperoleh dari hasil immersion test kemudian diolah menggunakan persamaan 4.16 berikut.

Index of retained strength =

1 2

S S

x 100% (4.16)

Keterangan : S1 = stabilitas setelah direndam selama 0,5 jam S2 = stabilitas setelah direndam selama 24 jam

Indirect Tensile Strength Test adalah kuat tarik maksimum dihitung dari puncak beban kemudian diolah menggunakan persamaan 4.17 berikut.

ITS = x A0

h P runtuh

(4.17)

Keterangan : ITS = Kuat tarik tidak langsung (kg/cm2) P runtuh = beban puncak (kg)

h = tinggi sample (cm)

(29)

4.7 Dasar Menentukan Kesimpulan Perbandingan (Signifikan atau Tidak Signifikan)

Dalam tugas akhir ini disepakati, penarikan kesimpulan (signifikan atau tidak signifikan) yang berkaitan dengan membandingkan dua hasil pengujian antara campuran aspal Retona Blend E-55 dan campuran aspal Starbit E-55 ditentukan dari hasil perhitungan persentase. Besaran selisih nilai persentase hasil uji diatas 5% dianggap signifikan, sedangkan besaran selisih persentase hasil uji dibawah 5% dianggap tidak signifikan.

Gambar

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian (1 dari 3)
Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian (2 dari 3)
Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian (3 dari 3)
Tabel 4.1 Gradasi Rapat dengan Kadar Aspal 4,5%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini diantaranya yang pertama, keyakinan diri atas komputer berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan SIA. Hal ini berarti dengan

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Pajak yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai jenis Pajak Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 2, sepanjang

Tidak hanya itu, mahasiswi bercadar UIN Sunan Ampel Surabaya juga mempunyai hak atas dirinya untuk mencari ilmu, karena bagi mereka tidak cukup hanya mendapatkan ilmu

Dari beberapa hal tersebut, dilakukan penelitian apakah dengan model pembelajaran Open-Ended Learning (OEL) dengan pendekatan saintifik dan Problem Based Learning

Pada dasarnya, pabrik beras merupakan sebuah pabrik penggilingan beras yang memiliki kapasitas lebih besar daripada penggilingan lainnya dan aktivitas utamanya adalah

Efisiensi alokatif dan ekonomi pada penelitian ini diperoleh melalui analisis dari sisi input produksi menggunakan harga input dan output rata-rata yang berlaku di tingkat

Berdasarkan beberapa definisi yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa remunerasi atau kompensasi pada intinya mengartikan hal yang sama dimana remunerasi

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada target pembelajaran kanji untuk mata