SIMULASI ALIRAN DAYA PADA PENYULANG 2
GARDU INDUK RAWALO DENGAN MENGGUNAKAN
SOFTWARE ETAP 7.0
Unggul Dzackiy K
1, Ir. Bambang Winardi
21Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email : l2f007077@student.undip.ac.id
Abstrak
Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan studi aliran daya dapat mengetahui tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan-tegangan, daya aktif dan daya reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam system, kondisi dari semua peralatan, apakah memenuhi batasbatas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan.
Untuk menyelesaikan studi aliran daya, metode yang sering digunakan adalah metode Gauss-Seidel dan metode Newton Raphson. Metode Newton Raphson lebih cepat mencapai nilai konvergen sehingga proses iterasi yang berlangsung lebih sedikit.
Pada Laporan kerja praktek ini, penulis akan membahas tentang simulasi aliran daya pada penyulang 2 Gardu induk rawalo dengan menggunaka software ETAP 7.0. Adapun metode aliran daya yang digunakan adalah metode newton-raphson.
Kata kunci:Aliran daya, newton-raphson, ETAP
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan studi aliran daya dapat mengetahui tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan, daya aktif dan daya reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam system, kondisi dari semua peralatan, apakah memenuhi batasbatas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan bisa menjalankan
software ETAP Power Station untuk
menganalisa aliran daya.
Mengetahui losses dan drop tegangan pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo.
1.3 Pembatasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai
analisis aliran daya pada Gardu Induk Rawalo dengan menggunakan ETAP Power Station 7.0.
Metode aliran daya yang digunakan adalah Newton-Raphson.
II. DASAR TEORI
2.1 Sistem Jaringan Distribusi
Ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu: Pembangkitan, Penyaluran (transmisi) dan distribusi seperti pada gambar berikut :
Gambar 1 Tiga komponen utama dalam penyaluran
tenaga listrik
Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer,20KV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.
Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti gambar di bawah ini. Sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Gambar 2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Radial
Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line seperti pada gambar di bawah ini digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lainlain).
Gambar 3 Konfigurasi Jaringan Tie Line
Jaringan Lingkar (Loop)
Pada Jaringan Tegangan Menengah
Struktur Lingkaran (Loop) seperti gambar di bawah ini dimungkinkan pemasokannya dari
beberapa gardu induk, sehingga dengan
demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.
Gambar 4 Konfigurasi Jaringan Loop
Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada gambar di bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).
Gambar 5 Konfigurasi Jaringan Spindel
Sistem Gugus atau Sistem Kluster
Konfigurasi Gugus seeperti pada gambar di bawah ini banyak digunakan untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan.
Gambar 6 Konfigurasi Jaringan Gugus atau Sistem
Kluster
2.2 Studi Aliran Daya listrik
Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Stevenson,1996).
Adapun tujuan dari studi analisa aliran daya antara lain (Sulasno,1993):
a. Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan. b. Untuk mengetahui daya aktif dan daya
reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam sistem.
c. Untuk mengetahui kondisi dari semua peralatan, apakah memenuhi batasbatas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan.
d. Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.
e. Untuk memperoleh kondisi awal untuk studi-studi selanjutnya seperti : studi
hubung singkat, stabilitas, dan pembebanan ekonomis.
Beberapa hal di atas inilah yang sangat diperlukan untuk menganalisa keadaan sekarang dari sistem guna perencanaan perluasan sistem yang akan datang.
Persamaan umum untuk arus yang mengalir menuju suatu bus adalah (Pai,1979) :
I1 = Y11 V1 + Y12 V2 + Y13 V3 + … + Y1nVn I2 = Y21 V1 + Y22 V2 + Y23 V3 + … + Y2n Vn I3 = Y31 V1 + Y32 V2 + Y33 V3 + … + Y3n Vn . . . . . . . . . . . . . . . In = Yn1 V1 + Yn2 V2 + Yn3 V3 + … + Ynn Vn (1) atau dapat juga ditulis dengan persamaan berikut :
𝐼𝑃 = 𝑛 𝑌𝑝𝑞𝑉𝑞 ; 𝑝 = 1,2,3, … , 𝑛
𝑞=1 (2)
Daya kompleks pada bus p tersebut adalah : Sp = Pp + jQp = Vp Ip
*
(3)
dengan memasukkan Persamaan (2) ke Persamaan (3) akan menghasilkan :
𝑃𝑝+ 𝑗𝑄𝑝 = 𝑉𝑝 𝑌𝑝𝑞∗ 𝑉 𝑞∗ 𝑛
𝑞=1 (4)
Apabila bagian real dan imajiner dari Persamaan (4) dipisahkan maka akan diperoleh : 𝑃𝑝 = 𝑅𝑒 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1𝑌𝑝𝑞∗ 𝑉𝑞∗ (5)
𝑄𝑝 = 𝐼𝑚 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1𝑌𝑝𝑞∗ 𝑉𝑞∗ (6)
apabila impedansi dinyatakan dalam bentuk siku-siku maka :
Ypq = Gpq + jBpq
sehingga persamaan daya pada Persamaan (5) dan (6) akan menjadi:
𝑃𝑝 = 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞 cos 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 +
𝐵𝑝𝑞
sin𝛿𝑝
−𝛿𝑞
(7)𝑄𝑝 = 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞sin 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 +
𝐵𝑝𝑞
cos𝛿𝑝
−𝛿𝑞
(8)Metode Newton Raphson
Pada metode Newton Raphson, slack bus diabaikan dari perhitungan iterasi untuk menentukan tegangan-tegangan, karena besar dan sudut tegangan pada slack bus telah ditentukan. Sedangkan pada generator bus , daya aktif dan magnitude tegangan bernilai tetap, sehingga hanya daya reaktif yang dihitung pada setiap iterasinya. Dalam analisa aliran daya, ada dua persamaan yang harus diselesaikan pada tiap-tiap bus. Kedua persamaan itu adalah seperti pada Persamaan (7) dan Persamaan (8).
Dalam penyelesaian iterasi pada metode Newton Raphson, nilai dari daya aktif (Pp) dan daya reaktif (Qp) yang telah dihitung harus dibandingkan dengan nilai yang ditetapkan, dengan persamaan berikut (Pai,1979):
∆𝑃𝑝 = 𝑃𝑝𝑠𝑝𝑒𝑐 − 𝑃𝑝𝑐𝑎𝑙𝑐 ∆𝑃𝑝 = 𝑃𝑝𝑠𝑝𝑒𝑐 − 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞cos 𝛿𝑝−
𝛿𝑞+𝐵𝑝𝑞
sin𝛿𝑝
−𝛿𝑞
(9) 𝑝 = 1,2,3, … . 𝑛 ∆𝑄𝑝 = 𝑄𝑝𝑠𝑝𝑒𝑐 − 𝑄𝑝𝑐𝑎𝑙𝑐 ∆𝑄𝑝 = 𝑄𝑝𝑠𝑝𝑒 𝑐 − 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞sin 𝛿𝑝−𝛿𝑞
−𝐵𝑝𝑞
cos𝛿𝑝
−𝛿𝑞
(10) 𝑝 = 1,2,3, … . 𝑛dimana superskrip spec berarti yang ditetapkan (specified) dan calc adalah yang dihitung (calculated).
Proses iterasi ini akan berlangsung sampai perubahan daya aktif (ΔPp) dan perubahan daya reaktif (ΔQp) tersebut telah mencapai nilai konvergen (ε ) yang telah ditetapkan. Pada umumnya nilai konvergen antara 0,01 sampai 0,0001. (Sulasno,1993).
Matrik Jacobian terdiri dari turunan parsial dari P dan Q terhadap masing-masing variabel, besar dan sudut fasa tegangan, dalam Persamaan (7) dan Persamaan (8). Besar dan sudut fasa tegangan yang diasumsikan serta daya aktif dan daya reaktif yang dihitung digunakan untuk mendapatkan elemenelemen Jacobian. Setelah itu akan diperoleh harga dari perubahan besar tegangan,∆ 𝑉 𝑉 , dan perubahan sudut fasa tegangan, Δδ.
Secara umum persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut (Pai,1979):
∆𝑃 ∆𝑄 𝑘 = 𝐻 𝑁𝐽 𝐾 𝑘 ∆𝛿 ∆ 𝑉 𝑉 𝑘 (11) Submatrik H, N, J, L menunjukkan turunan parsial dari Persamaan (7) dan (8) terhadap |V | dan δ, dimana matrik tersebut disebut matrik Jacobian. Nilai dari masing-masing elemen Jacobian sebagai berikut (Pai,1979):
a. Untuk p ≠ q
𝐻𝑝𝑞 =𝜕𝛿𝜕𝑃𝑝
𝑞 = 𝑉𝑝 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞sin 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 −
𝐵𝑝𝑞
cos𝛿𝑝−𝛿𝑞
𝑁𝑝𝑞 = 𝜕𝑃𝑝 𝜕 𝑉𝑞 = 𝑉𝑝 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞 cos 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 +
𝐵𝑝𝑞
sin𝛿𝑝−𝛿𝑞
𝐽𝑝𝑞 =𝜕𝑄𝜕𝛿𝑝 𝑞 = − 𝑉𝑝 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞𝑐𝑜𝑠 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 +𝐵𝑝𝑞𝑠𝑖𝑛𝛿𝑝−𝛿𝑞
𝐿𝑝𝑞 = 𝜕𝑄𝑝 𝜕 𝑉𝑞 = 𝑉𝑝 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞sin 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 −𝐵𝑝𝑞
cos𝛿𝑝−𝛿𝑞
(12) b. Untuk p = q 𝐻𝑝𝑝 =𝜕𝑃𝑝 𝜕𝛿𝑝 = −𝑄𝑝− 𝐵𝑝𝑝 𝑉𝑝 2 𝑁𝑝𝑝 = 𝜕𝑃𝑝 𝜕 𝑉𝑝 = 𝑃𝑝+ 𝐺𝑝𝑝 𝑉𝑝 2 𝐽𝑝𝑝 =𝜕𝑄𝑝 𝜕𝛿𝑝 = 𝑃𝑝+ 𝐺𝑝𝑝 𝑉𝑝 2 𝐿𝑝𝑝 =𝜕 𝑉𝜕𝑄𝑝 𝑝 = 𝑄𝑝− 𝐵𝑝𝑝 𝑉𝑝 2 (13) dengan : 𝑃𝑝 = 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞 cos 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 +𝐵𝑝𝑞
sin𝛿𝑝−𝛿𝑞
𝑄𝑝 = 𝑉𝑝 𝑛𝑞=1 𝑉𝑞 𝐺𝑝𝑞sin 𝛿𝑝− 𝛿𝑞 +𝐵𝑝𝑞
cos𝛿𝑝−𝛿𝑞
III. SIMULASI ALIRAN DAYA DENGAN MENGGUNAKAN ETAP
Diagram Segaris (Single Line Diagram).
Gambar 7. Single line diagram penyulang 2 GI
Line
Tabel 1 line data penyulang 2 GI Rawalo
Kabel yang digunakan pada penyulang 2 GI Rawalo adalah kabel jenis AAAC luas penampang 240mm2 dengan impedansi sebesar R1=R2= 0,1344 ohm/km, jX1=jX2=0,3158
ohm/km, R0= 0,2824 ohm/km, jX0= 1,6033
ohm/km.
Beban
Adapun data beban sebagai berikut:
Tabel 2 data beban penyulang 2 GI RawaloID
Connected Bus ID
Panjang
(m)
From Bus
To Bus
Line 01
BUS 02
BUS 03
100
Line 02
BUS 03
BUS 04
50
Line 03
BUS 04
BUS 05
150
Line 04
BUS 05
BUS 06
200
Line 05
BUS 06
BUS 07
650
Line 06
BUS 07
BUS 08
455
Line 07
BUS 08
BUS 09
65
Line 08
BUS 09
BUS 10
455
Line 09
BUS 10
BUS 11
150
Line 10
BUS 11
BUS 12
150
Line 11
BUS 12
BUS 13
50
Line 12
BUS 13
BUS 14
195
Line 13
BUS 14
BUS 15
65
Line 14
BUS 15
BUS 16
390
Line 15
BUS 16
BUS 17
325
Line 16
BUS 17
BUS 18
1040
Line 17
BUS 18
BUS 19
250
Line 18
BUS 19
BUS 20
2400
Line 19
BUS 20
BUS 21
260
Line 20
BUS 21
BUS 22
390
Line 21
BUS 22
BUS 23
1040
Line 22
BUS 23
BUS 24
150
Line 23
BUS 24
BUS 25
700
Line 24
BUS 25
BUS 26
325
Line 25
BUS 26
BUS 27
455
Line 26
BUS 27
BUS 28
50
Line 27
BUS 28
BUS 29
150
Line 28
BUS 30
BUS 29
65
Line 29
BUS 28
BUS 31
50
Line 30
BUS 31
BUS 32
390
Line 31
BUS 32
BUS 33
325
Line 32
BUS 33
BUS 34
200
Line 33
BUS 34
BUS 35
50
Line 34
BUS 34
BUS 36
50
Line 35
BUS 36
BUS 37
450
Line 36
BUS 36
BUS 38
200
Line 37
BUS 38
BUS 39
65
Line 38
BUS 39
BUS 40
390
Line 39
BUS 40
BUS 41
250
Bus Load ID kV MW Mvar BUS 05 20,000 0.4713 0.2921 BUS 06 20,000 0.0428 0.0266 BUS 07 20,000 0.0428 0.0266 BUS 08 20,000 0.0214 0.0133 BUS 09 20,000 0.0428 0.0266 BUS 10 20,000 0.1500 0.0929 BUS 13 20,000 0.0425 0.0263 BUS 14 20,000 0.0214 0.0133 BUS 15 20,000 0.0214 0.0133 BUS 16 20,000 0.0428 0.0266 BUS 17 20,000 0.0643 0.0398 BUS 18 20,000 0.1500 0.0929 BUS 19 20,000 0.0214 0.0133 BUS 20 20,000 0.0428 0.0266 BUS 21 20,000 0.0129 0.0080 BUS 22 20,000 0.0214 0.0133 BUS 23 20,000 0.0214 0.0133 BUS 25 20,000 0.0428 0.0266 BUS 26 20,000 0.0214 0.0133 BUS 27 20,000 0.0428 0.0266 BUS 29 20,000 0.0214 0.0133 BUS 30 20,000 0.7713 0.4780 BUS 31 20,000 0.0428 0.0266 BUS 32 20,000 0.0428 0.0266 BUS 33 20,000 0.0214 0.0133 BUS 35 20,000 0.4071 0.2523 BUS 37 20,000 0.0428 0.0266 BUS 38 20,000 0.0428 0.0266 BUS 39 20,000 0.0428 0.0266 BUS 40 20,000 0.1071 0.0664 BUS 41 20,000 0.0214 0.0133
Hasil Simulasi dengan Menggunaka ETAP
Tabel 3 Daya yang mengalir pada bus
Bus Generation Load Load Flow
ID kV MW Mvar MW Mvar ID MW Mvar Amp % PF
BUS 01 150 2.7773 1.8389 0 0 BUS 02 2.7773 1.8389 12.8205 83.3802 BUS 02 20 0 0 0 0 BUS 03 2.7747 1.7522 96.1541 84.5519 BUS 01 -2.7747 -1.7522 96.1541 84.5519 BUS 03 20 0 0 0 0 BUS 02 -2.7744 -1.7513 96.1541 84.5613 BUS 04 2.7744 1.7513 96.1541 84.5613 BUS 04 20 0 0 0 BUS 03 -2.7742 -1.7509 96.1541 84.5659 BUS 05 2.7742 1.7509 96.1541 84.5659 BUS 05 20 0 0 0.4569 0.2832 BUS 04 -2.7738 -1.7496 96.1541 84.5800 BUS 06 2.3169 1.4664 80.3946 84.4970 BUS 06 20 0 0 0.0415 0.0257 BUS 05 -2.3164 -1.4652 80.3946 84.5126 BUS 07 2.2749 1.4395 78.9625 84.5037 BUS 07 20 0 0 0.0414 0.0257 BUS 06 -2.2736 -1.4357 78.9625 84.5536 BUS 08 2.2322 1.4100 77.5321 84.5453 BUS 08 20 0 0 0.0207 0.0128 BUS 07 -2.2312 -1.4074 77.5321 84.5797 BUS 09 2.2106 1.3946 76.8174 84.5757 BUS 09 20 0 0 0.0413 0.0256 BUS 08 -2.2104 -1.3942 76.8174 84.5806 BUS 10 2.1691 1.3686 75.3883 84.5726 BUS 10 20 0 0 0.1444 0.0895 BUS 09 -2.1682 -1.3662 75.3883 84.6060 BUS 11 2.0238 1.2767 70.3904 84.5779 BUS 11 20 0 0 0 0 BUS 10 -2.0236 -1.2760 70.3904 84.5882 BUS 12 2.0236 1.2760 70.3904 84.5882 BUS 12 20 0 0 0 0 BUS 11 -2.0233 -1.2753 70.3904 84.5984 BUS 13 2.0233 1.2753 70.3904 84.5984 BUS 13 20 0 0 0.0409 0.0253 BUS 12 -2.0232 -1.2750 70.3904 84.6019 BUS 14 1.9823 1.2497 68.9749 84.5937 BUS 14 20 0 0 0.0206 0.0128 BUS 13 -1.9820 -1.2488 68.9749 84.6068 BUS 15 1.9614 1.2360 68.2615 84.6026 BUS 15 20 0 0 0.0206 0.0128 BUS 14 -1.9613 -1.2358 68.2615 84.6070 BUS 16 1.9407 1.2230 67.5482 84.6028 BUS 16 20 0 0 0.0411 0.0255 BUS 15 -1.9401 -1.2213 67.5482 84.6285
BUS 17 1.8990 1.1958 66.1225 84.6204 BUS 17 20 0 0 0.0616 0.0382 BUS 16 -1.8985 -1.1945 66.1225 84.6414 BUS 18 1.8369 1.1563 63.9851 84.6294 BUS 18 20 0 0 0.1434 0.0889 BUS 17 -1.8355 -1.1522 63.9851 84.6944 BUS 19 1.6921 1.0634 59.0053 84.6685 BUS 19 20 0 0 0.0205 0.0127 BUS 18 -1.6918 -1.0626 59.0053 84.6829 BUS 20 1.6713 1.0499 58.2942 84.6790 BUS 20 20 0 0 0.0407 0.0252 BUS 19 -1.6686 -1.0422 58.2942 84.8160 BUS 21 1.6279 1.0170 56.8765 84.8114 BUS 21 20 0 0 0.0122 0.0076 BUS 20 -1.6276 -1.0162 56.8765 84.8259 BUS 22 1.6154 1.0086 56.4514 84.8246 BUS 22 20 0 0 0.0203 0.0126 BUS 21 -1.6150 -1.0074 56.4514 84.8462 BUS 23 1.5947 0.9948 55.7431 84.8442 BUS 23 20 0 0 0.0202 0.0125 BUS 22 -1.5936 -0.9918 55.7431 84.9011 BUS 24 1.5734 0.9792 55.0359 84.8998 BUS 24 20 0 0 0 0 BUS 23 -1.5732 -0.9788 55.0359 84.9079 BUS 25 1.5732 0.9788 55.0359 84.9079 BUS 25 20 0 0 0.0404 0.0250 BUS 24 -1.5725 -0.9768 55.0359 84.9458 BUS 26 1.5321 0.9518 53.6229 84.9443 BUS 26 20 0 0 0.0202 0.0125 BUS 25 -1.5318 -0.9509 53.6229 84.9615 BUS 27 1.5116 0.9384 52.9167 84.9610 BUS 27 20 0 0 0.0403 0.0250 BUS 26 -1.5112 -0.9372 52.9167 84.9846 BUS 28 1.4709 0.9122 51.5050 84.9842 BUS 28 20 0 0 0 0 BUS 27 -1.4708 -0.9121 51.5050 84.9867 BUS 29 0.7457 0.4622 26.1102 84.9946 BUS 31 0.7251 0.4498 25.3949 84.9787 BUS 29 20 0 0 0.0202 0.0125 BUS 28 -0.7457 -0.4622 26.1102 84.9984 BUS 30 0.7255 0.4497 25.4045 84.9984 BUS 30 20 0 0 0.7255 0.4496 BUS 29 -0.7255 -0.4496 25.4045 85.0000 BUS 31 20 0 0 0.0403 0.0250 BUS 28 -0.7251 -0.4498 25.3949 84.9799 BUS 32 0.6848 0.4248 23.9834 84.9787 BUS 32 20 0 0 0.0403 0.0250 BUS 31 -0.6847 -0.4246 23.9834 84.9880 BUS 33 0.6444 0.3996 22.5722 84.9872 BUS 33 20 0 0 0.0201 0.0125 BUS 32 -0.6444 -0.3994 22.5722 84.9944 BUS 34 0.6242 0.3870 21.8667 84.9942
BUS 34 20 0 0 0 0 BUS 33 -0.6242 -0.3869 21.8667 84.9985 BUS 35 0.3826 0.2371 13.4024 84.9993 BUS 36 0.2416 0.1498 8.4643 84.9973 BUS 35 20 0 0 0.3826 0.2371 BUS 34 -0.3826 -0.2371 13.4024 85.0000 BUS 36 20 0 0 0 0 BUS 34 -0.2416 -0.1498 8.4643 84.9977 BUS 37 0.0403 0.0250 1.4108 84.9994 BUS 38 0.2013 0.1248 7.0535 84.9973 BUS 37 20 0 0 0.0403 0.0250 BUS 36 -0.0403 -0.0250 1.4108 85.0000 BUS 38 20 0 0 0.0403 0.0250 BUS 36 -0.2013 -0.1248 7.0535 84.9987 BUS 39 0.1611 0.0998 5.6428 84.9984 BUS 39 20 0 0 0.0403 0.0250 BUS 38 -0.1611 -0.0998 5.6428 84.9988 BUS 40 0.1208 0.0749 4.2320 84.9983 BUS 40 20 0 0 0.1007 0.0624 BUS 39 -0.1208 -0.0749 4.2320 85.0000 BUS 41 0.0201 0.0125 0.7053 84.9998 BUS 41 20 0 0 0.0201 0.0125 BUS 40 -0.0201 -0.0125 0.7053 85.0000 TOTAL 2.7598 1.7104
Dari tabel di atas dapat dilihat daya yang mengalir pada tiap bus. Besarnya daya yang mengalir tergantung pada beban yang terpasang pada bus tersebut. Pada beberapa bus besarnya nilai beban sebesar 0 (nol), hal ini disebabkan karena daya yang masuk pada bus tersebut sama dengan daya yang keluar dari bus tersebut.
Tabel 4 Losses dan drop voltage
Tabel 5 Hasil simulasi tegangan pada tiap bus
Bus Voltage ID kV %Mag Ang. BUS 01 150
100.0000
0.0000
BUS 02 2098.5219
-1.2363
BUS 03 2098.4999
-1.2463
BUS 04 2098.4890
-1.2513
BUS 05 2098.4560
-1.2664
BUS 06 2098.4193
-1.2831
BUS 07 2098.3020
-1.3366
BUS 08 2098.2215
-1.3735
BUS 09 2098.2101
-1.3787
BUS 10 2098.1318
-1.4146
BUS 11 2098.1077
-1.4257
BUS 12 2098.0836
-1.4367
BUS 13 2098.0756
-1.4404
BUS 14 2098.0449
-1.4545
BUS 15 2098.0348
-1.4592
BUS 16 2097.9747
-1.4868
BUS 17 2097.9256
-1.5094
BUS 18 2097.7739
-1.5794
BUS 19 2097.7403
-1.5949
BUS 20 2097.4217
-1.7427
BUS 21 2097.3881
-1.7584
BUS 22 2097.3380
-1.7818
BUS 23 2097.2063
-1.8434
BUS 24 2097.1875
-1.8522
BUS 25 2097.1000
-1.8933
BUS 26 2097.0605
-1.9119
BUS 27 2097.0058
-1.9376
BUS 28 2097.0000
-1.9404
BUS 29 2096.9911
-1.9446
BUS 30 2096.9874
-1.9463
BUS 31 2096.9971
-1.9417
BUS 32 2096.9759
-1.9517
BUS 33 2096.9592
-1.9596
BUS 34 2096.9493
-1.9643
BUS 35 2096.9478
-1.9650
BUS 36 2096.9484
-1.9647
BUS 37 2096.9469
-1.9654
BUS 38 2096.9452
-1.9662
BUS 39 2096.9443
-1.9666
ID Type Losses % Vd in Vmag kW kVar Trafo Trafo 2.6002 86.6385 1.4781 Line 01 Line 0.3120 0.8757 0.0220 Line 02 Line 0.1560 0.4378 0.0110 Line 03 Line 0.4681 1.3135 0.0329 Line 04 Line 0.4363 1.2243 0.0367 Line 05 Line 1.3678 3.8384 0.1172 Line 06 Line 0.9231 2.5904 0.0805 Line 07 Line 0.1295 0.3633 0.0114 Line 08 Line 0.8728 2.4491 0.0783 Line 09 Line 0.2508 0.7039 0.0241 Line 10 Line 0.2508 0.7039 0.0241 Line 11 Line 0.0836 0.2346 0.0080 Line 12 Line 0.3131 0.8786 0.0307 Line 13 Line 0.1022 0.2869 0.0101 Line 14 Line 0.6006 1.6853 0.0601 Line 15 Line 0.4796 1.3458 0.0490 Line 16 Line 1.4370 4.0326 0.1517 Line 17 Line 0.2938 0.8244 0.0336 Line 18 Line 2.7526 7.7243 0.3186 Line 19 Line 0.2839 0.7966 0.0336 Line 20 Line 0.4195 1.1771 0.0501 Line 21 Line 1.0907 3.0606 0.1318 Line 22 Line 0.1533 0.4303 0.0188 Line 23 Line 0.7156 2.0081 0.0875 Line 24 Line 0.3154 0.8851 0.0396 Line 25 Line 0.4300 1.2067 0.0546 Line 26 Line 0.0448 0.1256 0.0058 Line 27 Line 0.0345 0.0969 0.0089 Line 28 Line 0.0109 0.0305 0.0029 Line 29 Line 0.0142 0.0397 0.0037 Line 30 Line 0.0757 0.2125 0.0212 Line 31 Line 0.0559 0.1568 0.0166 Line 32 Line 0.0323 0.0906 0.0099 Line 33 Line 0.0030 0.0085 0.0015 Line 34 Line 0.0012 0.0034 0.0010 Line 35 Line 0.0003 0.0008 0.0014 Line 36 Line 0.0034 0.0094 0.0032 Line 37 Line 0.0007 0.0020 0.0008 Line 38 Line 0.0024 0.0066 0.0037 Line 39 Line 0.0000 0.0001 0.0004 Total 17.5173 128.4993BUS 40 20
96.9406
-1.9684
BUS 41 20
96.9402
-1.9686
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, semakin jauh/panjang saluran maka tegangan akan semakin turun dan perbedaan sudut akan semakin besar. Akan tetapi profil tegangan masih dalam batas toleransi ± 5% yaitu sebesar 96,9402% dari tegangan base (20 kV) atau sebesar 19.3880 kV.
IV. KESIMPULAN
1. Besarnya tegangan pada ujung bus (BUS 41) yaitu sebesar 96.9402% masih dalam batas toleransi yaitu sebesar ±5%.
2. Semakin besar beban maka lossesnya akan semakin besar pula, hal itu dikarenakan pada saat beban bertambah maka arus akan bertambah pula sehingga rugi-rugi saluran (I2R) akan semakin besar pula.
3. Total beban pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo sebesar 2.7598 MW dan 1.7104 Mvar
4. Total losses pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo sebesar 0.0175 MW dan 0.1285 Mvar.
DAFTAR PUSTAKA
[1] John J. Grainger, William D. Stevenson, Jr., “Power System Analysis”, McGraw-Hill Inc, 1994
[2] Hadi Saadat, “Power System Analysis”, McGraw-Hill Inc, 1999
[3] Turan Gonen, “Modern Power System Analysis”, John Wiley & Sons, 1988
[4] Sulasno, Ir. “Analisis Sistem
tenaga”,Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 1993
[5] Sulasno, Ir. “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”,Semarang: Satya Wacana, 1993
BIODATA PENULIS
Unggul Dzackiy Kurniawan, lahir di Cilacap 10 April
1989. Menempuh
pendidikan di SD Negeri Kalisabuk 03, SMP Negeri 2 Maos, SMA Negeri 1 Purwokerto dan sekarang sebagai mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Semarang, November 2011 Mengetahui, Dosen Pembimbing
Ir. Bambang Winardi 19610616 199303 1 002