• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional. Nus Nuzulia Ishak. Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PEN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional. Nus Nuzulia Ishak. Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PEN 2013"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Sebagai upaya mendukung kegiatan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dan guna mewujudkan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) dalam menata sistem kerja kepemerintahan yang lebih baik (good governance), maka seluruh kegiatan yang telah dilakukan Ditjen PEN terangkum dan dilaporkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK).

Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja unit kerja Ditjen PEN dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasarannya.

Arah kebijakan dan strategi Ditjen PEN ke depan dapat dijabarkan dalam konsep pengembangan ekspor nasional yang bertujuan untuk peningkatan daya saing dan akses pasar, serta peningkatan daya saing ekspor, yaitu diversifikasi pasar ekspor, diversifikasi produk, dan pencitraan nasional.

Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada unit kerja agar dapat melaksanakan kegiatannya secara efektif, efisien, dan responsif terhadap aspirasi dunia usaha dan lingkungan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah. Selain itu dapat memberikan bahan masukan dan feedback bagi pihak‐ pihak yang berkepentingan sehingga dapat berujung pada peningkatan kinerja. Jakarta, Maret 2014 Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak

(3)

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban kinerja good government, setiap instansi pemerintah secara periodik wajib mengkomunikasikan pencapaian tujuan dan sasaran strategis organisasi kepada stakeholders, yang dituangkan melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Berdasarkan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), penyusunan LAKIP dilakukan melalui proses penyusunan rencana strategis, penyusunan rencana kinerja dan pengukuran kinerja.

Selama periode tahun 2010 – 2014, tujuan strategis Ditjen PEN yang ingin dicapai ialah peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi ekspor, serta peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global. Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar. Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan dilakukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang‐peluang perdagangan sekecil apapun. Sasaran strategis Ditjen PEN yang ingin dicapai selama periode lima tahun ke depan adalah (1) Meningkatnya diversifikasi pasar ekspor; (2) Meningkatnya diversifikasi produk ekspor; dan (3) Meningkatnya citra pelaku dan produk ekspor Indonesia. Meningkatnya Diversifikasi Pasar Ekspor

Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara‐negara tertentu (negara tradisional AS, Jepang, EU dan Singapura) dan membuka pasar tujuan ekspor yang potensial lainnya yaitu China, India, Malaysia, Korea, wilayah Asia Tengah, Timur Tengah dan Afrika, Eropa Timur serta Amerika Latin.

Berbagai upaya yang dilakukan Ditjen PEN dalam upaya untuk meningkatkan diversifikasi pasar ekspor antara lain penyelenggaraan 236 kegiatan promosi dagang, baik melalui Direktorat Pengembangan Promosi dan Citra maupun melalui Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri (Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Centre), penyediaan 367 buku yang memuat informasi pasar berupa market intelligence dan market brief. Penyediaan informasi tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yang diharapkan dapat membawa pada peningkatan pemahaman pelaku ekspor terhadap pasar ekspor, yang pada gilirannya membawa pada peningkatan diversifikasi pasar ekspor. Pada tahun 2013, konsentrasi ekspor di lima pasar utama ekspor (CR5) mencapai 50,35% dengan pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional (yang menunjukkan pertumbuhan positif) sebesar 14,50%.

(4)

iii Meningkatnya Diversifikasi Produk Ekspor

Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk melakukan upaya diversifikasi produk dengan meningkatkan kontribusi ekspor komoditi di luar 10 produk utama terhadap total ekspor non migas. Produk yang akan dikembangkan ialah produk yang memiliki nilai tambah relatif tinggi serta produk berbasis ekonomi kreatif. Adapun bentuk pengembangan produk yang dilakukan Ditjen PEN antara lain, pengembangan desain, dukungan penciptaan kemasan, merek dan jalur distribusi.

Upaya‐upaya yang dilakukan Ditjen PEN pada tahun 2013 dalam rangka meningkatkan diversifikasi produk ekspor adalah dengan menyediakan informasi produk ekspor sebanyak 9 buku, penyelenggaran berbagai kegiatan pengembangan produk di daerah (seminar desain, adaptasi produk, dan workshop).Upaya‐upaya tersebut diharapkan memberikan insentif kepada pelaku ekspor untuk berinovasi dari sisi produk, yang pada akhirnya membawa pada peningkatan diversifikasi produk ekspor dan penurunan ketergantungan ekspor terhadap produk tertentu. Selama tahun 2013, indikator utama untuk menggambarkan kinerja diversifikasi ekspor adalah kontribusi ekspor di luar 10 produk utama dengan capaian sebesar 54%.

Meningkatnya citra pelaku dan produk ekspor Indonesia

Pencitraan bangsa merupakan suatu usaha yang dilakukan pemerintah untuk membangun dan menjaga persepsi suatu negara secara holistik. Pembentukan citra suatu negara, baik internal maupun eksternal, berbasis pada nilai dan persepsi positif yang dimiliki, sehingga mendapatkan posisi di antara negara‐negara lain di dunia. Persepsi sebuah negara oleh negara‐negara lain, dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bisnis, perdagangan, pariwisata, bahkan juga terhadap hubungan diplomasi, budaya, dan hubungan antarnegara lainnya. Oleh karena itu, upaya perbaikan citra Indonesia menjadi agenda yang penting bagi Kementerian Perdagangan. Berdasarkan Nation Brand Index (NBI) Simon Anholt, skor dimensi ekspor Indonesia adalah sebesar 45,60 pada tahun 2013. Capaian tersebut merefleksikan hasil dari upaya terpadu yang dilakukan berbagai pihak terkait dalam memperbaiki citra bangsa Indonesia, termasuk pelayanan kepada berbagai permintaan hubungan dagang. Pada tahun 2013, telah diterima sebanyak 10.331 permintaan hubungan dagang dan telah diteruskan kepada pelaku ekspor Indonesia.

(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang dan Struktur Organisasi ... 2 B. Isu Strategis dan Peran Organisasi ... 6 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA ... 9 A. Perencanaan Strategis ... 10 B. Rencana Kinerja ... 12 C. Kontrak Kinerja dan Rencana Aksi ... 14 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 16 A. Capaian Indikator Kinerja Utama ... 17 B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja ... 18 C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2013 ... 48 BAB IV PENUTUP ... 52 LAMPIRAN ... 54 1. Kontrak Kinerja Ditjen PEN 2013 ... 54 2. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran ... 56 3. Rencana Aksi atas pelaksanaan Kontrak Kinerja 2013 ... 57 4. Struktur Organisasi Ditjen PEN ... 58 5. Data Pertumbuhan Ekspor di Negara Non Tradisional 2008‐2012 dan Periode Januari – November 2013 ... 59  

(6)

v

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Jumlah Pegawai Ditjen PEN ... 5  Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Utama Ditjen PEN 2013 ... 17  Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1 ... 20  Tabel 4. Capaian Rencana Aksi Ditjen PEN 2013 ... 27  Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Sasaran 2 ... 33  Tabel 6. Tabel Capaian Rencana Aksi Ditjen PEN 2013 ... 37  Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Sasaran 3 ... 40  Tabel 8. Capaian Rencana Aksi Ditjen PEN 2013 ... 47  Tabel 9. Realisasi Anggaran Per Satker (per tanggal 31 Desember 2013) ... 49  Tabel 10. Realisasi Anggaran 2013 Per Kegiatan (per 31 Desember 2013) ... 49  Tabel 11. Realisasi Anggaran 2013 Per Sasaran (per 31 Desember 2013) ... 50 

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pegawai Ditjen PEN Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Kepangkatan ... 6  Gambar 2. Penjabaran Misi dan Tujuan Ditjen PEN ... 11  Gambar 3. Tren Konsentrasi Ekspor Indonesia di 5 Negara Tujuan Ekspor Utama ... 21  Gambar 4. Konsentrasi Ekspor Indonesia pada Lima Negara Tujuan Utama ... 22  Gambar 5. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia pada Beberapa Negara Emerging Market ... 23  Gambar 6. Trend Ekspor Non Migas Indonesia ke Negara‐Negara Tradisional 2008 – 2013 (Jan‐Nov) ... 24  Gambar 7. Trend Ekspor Non Migas Indonesia ke Negara‐Negara Non Tradisional 2008 – 2013 (Jan‐Nov)... 25  Gambar 8. Kegiatan Pameran Ditjen PEN di luar negeri ... 26  Gambar 9. Kegiatan Pameran Perwakilan Perdagangan 2013 ... 28  Gambar 10. Penyelenggaraan Misi Dagang Ditjen PEN 2013 ... 28  Gambar 11. Penyelenggaraan TEI 2013 ... 29  Gambar 12. Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama ... 34  Gambar 13. Pertumbuhan Ekspor Komoditas Potensial (2012‐2013) ... 35  Gambar 14. Kegiatan pengembangan produk yang dilakukan oleh Ditjen PEN ... 36  Gambar 15. Nilai Dimensi Ekspor NBI Simon Anholt 2010 ‐ 2013 ... 41  Gambar 16. Perolehan Inquiries Ditjen PEN ... 45 

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Struktur

Organisasi

B. Isu Strategis dan Peran

Organisasi

(9)

A. Latar Belakang dan Struktur Organisasi   Ketidakpastian ekonomi global sebagai tantangan sekaligus peluang

Pada tahun 2013, beberapa fenomena yang terjadi di pasar global secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak kepada stabilitas ekonomi Indonesia. Untuk mengantisipasi ketidakpastian yang terjadi di pasar global, pemerintah pada pertengahan tahun, pemerintah telah mengeluarkan 4 (empat) paket kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan mengantisipasi volatilitas nilai tukar rupiah, menjaga pertumbuhan ekonomi, mempertahankan daya beli masyarakat dan mempercepat investasi.

Paket kebijakan yang secara langsung bersinggungan dengan Ditjen PEN adalah paket kebijakan yang pertama, yaitu terkait dengan upaya untuk mendorong ekspor dan memberikan tambahan pengurangan pajak untuk ekspor padat karya yang memiliki ekspor minimal 30 persen dari total produksi. Terkait dengan hal tersebut, upaya untuk mendongkrak kinerja ekspor terus dilakukan, baik dengan menjangkau pasar‐pasar baru maupun mempertahankan kinerja ekspor dengan mitra dagang yang telah dimiliki saat ini. Namun demikian, di tengah nuansa positif ini, sejumlah ketidakpastian muncul, antara lain terjadinya gejolak nilai tukar di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Hal ini dapat menjadi sebuah tantangan bagi Indonesia sekaligus sebagai peluang untuk mendapatkan devisa dengan meningkatkan nilai ekspor. Neraca perdagangan Indonesia tahun 2013 masih mengalami tekanan, target ekspor 2013 terlampaui Tahun 2013 bukan merupakan tahun yang mudah untuk dilalui oleh sektor perdagangan Indonesia. Sampai dengan semester I tahun 2013, neraca perdagangan dan ekspor Indonesia selalu mengalami defisit dan mengalami penurunan cukup signifikan. Hal ini menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit yang menjadi salah satu pemicu munculnya permasalahan‐ permasalahan stabilitas ekonomi Indonesia. Hal ini diperburuk dengan kondisi perekonomian global yang belum pulih sepenuhnya dari pengaruh krisis keuangan yang terjadi pada tahun‐tahun sebelumnya. Hal lain yang cukup mempengaruhi perdagangan Indonesia, terutama performance sektor ekspor non migas Indonesia adalah permasalahan harga komoditi di pasar global. Sebagai dampak belum pulihnya perdagangan dunia, komponen harga komoditi di pasar dunia juga mengalami kelesuan. Beberapa komoditi ekspor unggulan Indonesia mengalami tekanan.

Memasuki triwulan IV tahun 2013, sektor perdagangan mulai mengalai perbaikan performance, dimana neraca perdagangan mulai

(10)

mengalami surplus perdagangan.

Neraca perdagangan pada bulan Desember 2013 mengalami surplus sebesar USD 1,5 miyar yang terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD 2,3 miyar, sedangkan neraca migas masih mengalami defisit sebesar USD 0,8 miyar. Nilai surplus tersebut merupakan surplus terbesar sepanjang dua tahun terakhir.Secara kumulatif, neraca perdagangan pada tahun 2013 defisit USD 4,1 miyar, terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD 8,6 miyar, sementara neraca migas defisit USD 12,6 miyar. Surplus nonmigas di tahun 2013 meningkat 118,2% dibanding tahun lalu yang hanya mencapai USD 3,9 milyar. Meskipun neraca perdagangan tahun 2013 masih mengalami defisit, namun target ekspor yang ditetapkan pada awal tahun telah terlampaui. Realisasi ekspor baik migas maupun non migas Indonesia pada tahun 2013 mencapai USD 182,6 milyar sedangkan nilai ekspor yang ditargetkan adalah sebesar USD 179 milyar. Nilai ekspor tahun 2013 tersebut terdiri dari ekspor nonmigas sebesar USD 149,1 miyar (turun 2% yoy) dan migas USD 42,6 miyar (turun 11,8% yoy).

Permasalah utama dalam defisit neraca perdagangan yang dihadapi oleh Indonesia adalah ketergantungan pelaku usaha atau bahkan industri Indonesia pada bahan baku/ bahan penolong yang didatangkan dari luar negeri. Hal ini dapat dibuktikan dengan statistik perdagangan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2013 Indonesia melakukan importasi sebesar 76,1% dari total nilai impor Indonesia untuk mendatangkan bahan baku/ bahan penolong. Hal ini perlu untuk menjadi perhatian, karena permasalahan‐ permasalahan ekonomi Indonesia baik makro maupun mikro dimulai dari defisit neraca perdagangan. Ditjen PEN sebagai Pelaksana Tugas di Bidang Pengembangan Ekspor

Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) merupakan unsur pelaksana tugas di bidang pengembangan ekspor nasional yang menjadi ujung tombak Kementerian Perdagangan di bidang ekspor dan bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan. Ditjen PEN mempunyai tugas pokok melaksanakan pengkoordinasian dan pembinaan di bidang pengembangan ekspor nasional. Dalam melaksanakan tugas pokok, Ditjen PEN menyelenggarakan fungsi‐fungsi sebagai berikut:

a. Penyiapan perumusan kebijakan Kementerian di bidang pengembangan ekspor nasional;

b. Pelaksanaan Kebijakan di bidang pengembangan ekspor nasional sesuai dengan peraturan perundang‐undangan yang berlaku;

(11)

bidang pengembangan ekspor nasional;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan ekspor nasional; e. Pelaksanaan administrasi Ditjen. Peningkatan daya saing yang berkelanjutan produk‐produk Indonesia di pasar global

Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan, peran strategis Ditjen PEN dalam pengembangan ekspor nasional adalah membangun daya saing yang berkelanjutan produk‐produk Indonesia di pasar global. Membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan memanfaatkan peluang yang ada.

Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana menggerakkan dan mengelola seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peran serta Kementerian Perdagangan, dalam rangka membangun daya saing tersebut, perlu adanya suatu sistem manajemen yang efektif dan efisien yang berbasis kinerja harus sejalan dan sinergi dengan perkembangan dinamika pembangunan perdagangan.

Struktur Organisasi Ditjen PEN

Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan dibantu oleh seorang Sekretaris Direktorat Jenderal, 4 (empat) Direktur yang terdiri dari Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor, Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Direktur Pengembangan Promosi dan Citra, dan Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor, serta seorang Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor.

Sekretariat

Memiliki tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di ingkungan Direktorat JenderaI.

Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor

Memiliki tugas melaksanakan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pengembangan pasar dan informasi ekspor.

Direktorat Pengembangan Produk Ekspor

Memiliki tugas melaksanakan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pengembangan daya saing produk ekspor.

(12)

Direktorat Pengembangan Promosi dan Citra

Memiliki tugas melaksanakan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pengembangan promosi dan citra.

Direktorat Kerjasama Pengembangan Ekspor

Memiliki melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan, dan koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan kerjasama di bidang pengembangan ekspor dengan badan dunia, organisasi promosi perdagangan Internasional, antar negara, dan/atau dengan lembaga pemerintahan dan lembaga non pemerintahan, serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya.

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia

Memiliki tugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pendidikan dan pelatihan ekspor untuk dunia usaha dan masyarakat.

Sumber Daya Manusia Ditjen PEN

Dilihat dari sisi Sumber Daya Manusia, secara keseluruhan Ditjen PEN memiliki pegawai sejumlah 293 orang pegawai sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

Tabel 1.

Jumlah Pegawai Ditjen PEN

No Unit Jumlah

1. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional 1 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional 1 3. Direktur Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional 4 4. Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia 1 5. Sekretariat 68 6. Direktorat Pengembangan Pasar dan informasi Ekspor 34 7. Direktorat Pengembangan Produk Ekspor 38 8. Direktorat Kerjasama Pengembangan Ekspor 26 9. Direktorat Pengembangan Promosi dan Citra 37 10. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia 83 Jumlah 293 Sumber: Ditjen PEN, 2014

(13)

Adapun pegawai Ditjen PEN dilihat dari tingkat pendidikan dan golongan ruang/ kepangkatan, dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Pegawai Ditjen PEN Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Kepangkatan                 Sumber: Ditjen PEN, 2014 B. Isu Strategis dan Peran Organisasi   Perkembangan ekspor Indonesia berbasis pada peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor

Sejalan dengan semakin terbukanya pasar global dengan adanya berbagai perjanjian perdagangan bebas, baik bilateral, regional maupun multilateral, timbul berbagai tantangan bagi pengembangan ekspor nasional. Tantangan baru yang terbesar adalah adanya kemungkinan serbuan produk impor dari negara lain sebagai dampak dari liberalisasi perdagangan. Dalam upaya untuk melindungi industri nasional sekaligus penguasaan pasar ekspor baik di negara tradisional maupun non tradisional, program peningkatan ekspor non migas memfokuskan pada langkah diversifikasi pasar dan produk ekspor. Dengan langkah tersebut, diharapkan nantinya Indonesia tidak bergantung kepada beberapa kelompok negara maupun beberapa jenis produk ekspor namun dapat menjadikan negara‐negara lainnya sebagai mitra dagang utama yang seimbang sekaligus dapat menciptakan/ meningkatkan keragaman produk ekspor yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing tinggi.

(14)

Optimalisasi informasi dan kegiatan promosi serta pelayanan hubungan dagang dalam mengembangkan ekspor

Dalam era kemajuan teknologi dan liberalisasi perdagangan, informasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam perdagangan internasional. Informasi yang akurat dan komprehensif akan membantu para pelaku usaha Indonesia dalam merancang strategi dalam melakukan penetrasi maupun strategi dalam memasarkan produknya di pasar tujuan ekspor yang pada akhirnya akan menciptakan diversifikasi pasar dan produk ekspor. Ditjen PEN beserta perwakilan perdagangan di luar negeri (Atase Perdagangan dan ITPC) terus berupaya memberikan informasi yang komprehensif dan akurat mengenai peluang‐peluang maupun hambatan‐hambatan ekspor baik di negara tradisional maupun non tradisional melalui penyusunan kajian‐kajian Market Intelligence maupun Market Brief. Selain memberikan informasi pasar, sebagai upaya untuk mengembangkan ekspor non migas Indonesia, Ditjen PEN juga memberikan layanan hubungan dagang baik untuk pelaku ekspor Indonesia maupun buyer di luar negeri. Layanan hubungan dagang yang dilakukan oleh Ditjen PEN adalah fasilitasi permintaan hubungan dagang baik dari pelaku ekspor Indonesia maupun buyer luar negeri baik secara daring maupun luring (online maupun offline).

Selain fokus kepada penyediaan informasi ekspor dan pelayanan hubungan dagang, salah satu upaya untuk mengembangkan pangsa pasar ekspor Indonesia adalah dengan mengoptimalkan peran kegiatan promosi yang dilakukan Ditjen PEN dan perwakilan perdagangan di luar negeri. Tingginya frekuensi kegiatan promosi tidak dapat memberikan hasil yang maksimal jika tidak didukung dengan kualitas penyelenggaraan kegiatan promosi itu sendiri. Kualitas dan kuantitas kegiatan promosi yang baik akan sangat berpengaruh kepada pencapaian tujuan diversifikasi pasar dan produk ekspor Indonesia. Kegiatan pencitraan Indonesia melalui implementasi Nation Branding sebagai faktor pendukung pengembangan ekspor Indonesia Dalam era liberalisasi perdagangan seperti saat ini, aspek citra suatu negara memegang peranan penting. Tidak terkecuali dalam perdagangan internasional. Citra suatu bangsa/ negara menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian suatu barang atau jasa dari negara tersebut. Apabila citra suatu negara dipandang jelek oleh negara lain maka akan mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan tidak hanya secara psikologis namun juga dapat berdampak secara ekonomi. Dalam upaya untuk terus membangun dan menumbuhkan citra positif Indonesia di mata dunia, sejak tahun 2012 Kementerian Perdagangan melalui Ditjen PEN telah melakukan sejumlah upaya, antara lain pembuatan materi iklan televisi (television commercial/TVC) untuk Nation Branding serta penayangan TVC

(15)

tersebut di media internasional. TVC Nation Branding tersebut memvisualisasikan informasi‐informasi tentang keberagaman potensi yang dimiliki Indonesia dengan gaya bahasa yang promotif dalam mempertahankan citra positif dan persepsi yang kuat di mata para pelaku usaha luar negeri (buyer) bahwa Indonesia merupakan mitra dagang yang potensial untuk melakukan kemitraan perdagangan serta menyebarkan informasi tentang kebijakan perdagangan Indonesia yang didukung dengan testimonials, statements dan success stories dari para buyer yang telah berhasil memulai dan mengembangkan kemitraan perdagangan dengan pelaku usaha Indonesia.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari munculnya citra Indonesia yang negatif yang disebabkan oleh permasalahan‐permasalahan internal. Hasil yang ingin dicapai adalah Indonesia dapat menampilkan citra yang positif sebagai negara yang sangat layak untuk dijadikan sebagai mitra dagang.

(16)

BAB II

PERENCANAAN DAN

KONTRAK KINERJA

A. Perencanaan Strategis Ditjen PEN

B. Rencana Kinerja Ditjen PEN

C. Kontrak Kinerja dan Rencana Aksi

Ditjen PEN

(17)

A. Perencanaan Strategis

Visi dan Misi Ditjen PEN

Visi Kementerian Perdagangan

“Perdagangan sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat yang Berkeadilan”.

Misi Ditjen PEN

Mengembangkan dan mempromosikan ekspor non migas dengan melakukan langkah‐langkah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kinerja diversifikasi pasar tujuan ekspor secara berkualitas.

2. Meningkatkan kinerja diversifikasi produk ekspor secara berkualitas. 3. Meningkatkan pencitraan Indonesia ke pasar internasional. Tujuan Strategis Ditjen PEN Selama periode tahun 2010 – 2014, tujuan strategis Ditjen PEN yang ingin dicapai secara garis besar ialah peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi ekspor, serta peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global.

Sasaran Strategis Ditjen PEN

Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar. Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan dilakukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang‐peluang perdagangan sekecil apapun.

Sasaran strategis Ditjen PEN yang ingin dicapai selama periode lima tahun ke depan adalah:

1. Meningkatnya diversifikasi pasar ekspor

Tujuan strategi ini ialah untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara‐negara tertentu (negara tradisional Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, dan Singapura) dan membuka pasar tujuan ekspor yang potensial lainnya yaitu wilayah Asia Tengah, Timur Tengah dan Afrika, Eropa Timur serta Amerika Latin.

(18)

2. Meningkatnya diversifikasi produk ekspor

Tujuan strategi ini ialah melakukan upaya diversifikasi produk dengan meningkatkan kontribusi ekspor komoditi diluar 10 produk utama terhadap total ekspor non migas. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap beberapa jenis produk tertentu, terutama produk‐produk yang belum bernilai tambah tinggi. Upaya yang ditempuh antara lain melalui kegiatan pengembangan desain, dukungan penciptaan kemasan, merk dan jalur distribusi.

3. Meningkatnya citra pelaku dan produk ekspor Indonesia Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan citra Indonesia melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas serta wawasan pelaku ekspor sebagai bagian dari upaya peningkatan daya saing pelaku ekspor sekaligus peningkatan kualitas produk ekspor. Adapun perwujudan strategi ini adalah melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan pelatihan yang mencakup berbagai hal terkait dengan ekspor dan penyelenggaraan berbagai kegiatan promosi yang mendorong peningkatan citra baik Indonesia di mata dunia. Gambar 2. Penjabaran Misi dan Tujuan Ditjen PEN   Sumber: Ditjen PEN

(19)

Arah Kebijakan Arah kebijakan perdagangan luar negeri adalah meningkatkan daya saing produk ekspor non migas, serta untuk mendorong peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor dan keberagaman produk ekspor, meliputi promosi perdagangan (trade promotion), diplomasi perdagangan (trade diplomacy), fasilitasi perdagangan (trade facilitation) dan pengamanan perdagangan internasional (trade defence).

Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen PEN merupakan refleksi dari Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan yang secara simultan berinteraksi dengan para pemangku kepentingan.   B. Rencana Kinerja Peningkatan Kualitas dan Diversifikasi Produk Ekspor Indonesia

Terkait dengan upaya mewujudkan peningkatan kualitas dan diversifikasi produk ekspor Indonesia, Ditjen PEN merencanakan untuk melakukan (a) identifikasi dan analisa potensi produk dalam negeri, dalam rangka diversifikasi produk ekspor; (b) pengembangkan industri kreatif sebagai alternatif produk baru yang dapat diekspor; (c) pengembangan desain, kemasan, dan pencitraan produk ekspor. Peningkatan dan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor

Terkait dengan upaya Peningkatan dan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor, Ditjen PEN merencanakan untuk melakukan: (a)peningkatan dan penguatan pada pasar utama/tradisional (Uni Eropa, AmerikaSerikat, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura); (b) pengembangan pasarpotensial/nontradisional, antara lain negara‐ negara dikawasan Asia+RRT,Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, dan Amerika Latin.

Peningkatan Kualitas Promosi

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas promosi, Ditjen PEN merencanakan untuk mewujudkannya melalui: optimalisasi manajemen kegiatan pameran dan promosi ke luar negeri, meliputi: (a)mengembangkan konsep pameran dan promosi luar negeri secara komprehensif; (b)melakukan analisis dan evaluasi terhadap jenis pameran yang akan diikuti, dimana pameran yang diikuti haruslah sesuai dengan fokus produk yang akan ditingkatkan ekspornya; (c)meningkatkan kurasi produk dan peserta yang mengikuti pameran; (d)meningkatkan pengelolaan pelaksanaan pameran (prapameran, pelaksanaan pameran, pascapameran); (e) meningkatkan kapasitas SDM pelaksana pameran dan peserta pameran; (f)mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi kegiatan pameran yang dilakukan; (g)mengembangkan sistem

(20)

informasi promosi yang baik. Peningkatan

Kelembagaan Ekspor

Peningkatan kelembagaan ekspor diwujudkan melalui: (a)pengembangan dan penguatan lembaga pemasaran/perwakilan di luar negeri seperti: ITPC (Indonesia Trade Promotion Centre), Atase Perdagangan, dan perwakilan Indonesia di luar negeri (KDEI); (b)peningkatan manajemen lembaga pemasaran/ perwakilan dengan membuat key performance indicator (KPI) dari masing‐ masing lembaga; standar pelayanan; standar promosi dan materi promosi; potensi komoditi atau investasi yang harus dipromosikan. Lembaga pemasaran/perwakilan di luar negeri ini juga diharapkan dapat menyiapkan market intelligence dan menjalin kerjasama promosi perdagangan sehingga dapat mengoptimalkan penetrasi produk Indonesia ke pasar di luar negeri.

Pencitraan

Indonesia ke Luar Negeri

Terkait dengan upaya pencitraan Indonesia ke luar negeri, Ditjen PEN mengupayakan berbagai langkah, antara lain melalui (a) pengembangan strategi komunikasi Nation Branding yang dilakukan secara holistik. Saat ini, konsep strategi komunikasi pencitraan Indonesia telah dikembangkan, sehingga perlu segera ditindaklanjuti dengan mengimplementasikan konsep yang telah dibuat; dan (b) penguatan posisi Indonesia di pameran dagang internasional potensial.

Peningkatan kapasitas SDM eksportir dan calon eksportir Indonesia

Upaya peningkatan kapasitas SDM eksportir dan calon eksportir Indonesia diwujudkan melalui: (a) pengembangan kualitas diklat; (b) pengembangan silabus pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha; (c) peningkatan jumlah dan kemampuan instruktur pelatihan; (d) peningkatan promosi pelatihan; dan (f) peningkatan kerjasama dengan lembaga nasional dan internasional.

Pelayanan

informasi ekspor

Dalam mewujudkan pelayanan informasi ekspor yang berkualitas baik, Ditjen PEN mengupayakan sejumlah hal, diantaranya melalui: (a) peningkatan pengumpulan informasi/data dari kantor perwakilan perdagangan, TPO (Trade Promotion Office), institusi luar negeri; (b) penyebarluasan informasi terkini secara sistematis; (c) peningkatan pelayanan inquiry; (d) pemeliharaan dan pemutakhiran website Ditjen PEN secara berkala; (e) peningkatan kegiatan humas dan publikasi; (f) peningkatan konsultasi bisnis untuk UKM; (g) optimalisasi Buyer Reception Desk (BRD) dan Permanent Trade Display; (h) optimalisasi pengumpulan dan pemutakhiran data; (i) pengembangan market intelligence, yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai: rekomendasi produk dan tujuan ekspor; potensi pasar (potensi volume ekspor); pembeli potensial di negara tujuan; karakteristik pasar (selera pasar); standardisasi produk yang berlaku di negara tujuan; negara

(21)

pemasok lain (pesaing); harga produk; dan kegiatan pameran luar negeri yang efektif untuk produk yang bersesuaian. Peningkatan tatakelola yang baik Dalam upaya mendukung berbagai strategi yang akan dilaksanakan, diperlukan adanya tata kelola organisasi yang baik. Oleh karena itu, peningkatan tatakelola yang baik diwujudkan Ditjen PEN melalui peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dalam rangka peningkatan pengembangan ekspor nasional. Kegiatan Ditjen PEN Pada tahun 2013 Ditjen PEN akan melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan, yaitu : 1. Peningkatan kualitas promosi dan kelembagaan ekspor; 2. Pengembangan citra dan promosi produk ekspor; 3. Pengembangan produk ekspor; 4. Pengembangan pasar dan informasi ekspor; 5. Peningkatan kerjasama pengembangan ekspor; 6. Pengembagan SDM bidang ekspor; 7. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen PEN. C. Kontrak Kinerja dan Rencana Aksi   Dalam upaya pencapaian visi, misi, tujuan, hingga sasaran strategis, Ditjen PEN menetapkan sejumlah indikator kinerja yang selanjutnya menjadi acuan Ditjen PEN dalam penyelenggaraan program dan kegiatannya. Indikator kinerja ini kemudian dituangkan dalam suatu kontrak kinerja yang diuraikan sebagai berikut.

Meningkatnya diversifikasi pasar ekspor

Tujuan dari sasaran ini ialah untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara‐negara tertentu (negara tradisional AS, Jepang, EU dan Singapura) dan membuka pasar tujuan ekspor yang potensial lainnya yaitu China, India, Malaysia, Korea, wilayah Asia Tengah, Timur Tengah dan Afrika, Eropa Timur serta Amerika Latin.

Terkait dengan sasaran strategis ini, Ditjen PEN menetapkan indikator yakni, rasio konsentrasi penguasaan pasar di 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) sebesar 47% dan pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional sebesar 15%. Meningkatnya diversifikasi produk ekspor Tujuan dari sasaran ini ialah melakukan upaya diversifikasi produk dengan meningkatkan kontribusi ekspor komoditi di luar 10 produk utama terhadap total ekspor non migas. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap beberapa jenis produk tertentu, terutama produk‐produk yang belum bernilai tambah

(22)

tinggi. Upaya yang ditempuh antara lain melalui kegiatan pengembangan desain, dukungan penciptaan kemasan, merk dan jalur distribusi.

Dalam upaya mewujudkan strategi ini, selama tahun 2013 telah ditetapkan sejumlah target yang terkait, yaknikontribusi ekspor produk di luar 10 produk utama sebesar 53%. Meningkatnya citra pelaku dan produkekspor Indonesia

Maksud dari sasaran ini adalah meningkatkan citra Indonesia melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas serta wawasan pelaku ekspor sebagai bagian dari upaya peningkatan daya saing pelaku ekspor sekaligus peningkatan kualitas produk ekspor. Adapun perwujudan strategi ini adalah melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan pelatihan yang mencakup berbagai hal terkait dengan ekspor dan penyelenggaraan berbagai kegiatan promosi yang mendorong peningkatan citra baik Indonesia di mata dunia. Terkait dengan strategi ini, telah ditetapkan 2 (dua) indikator kinerja dengan masing‐masing targetnya, yakni skor dimensi ekspor Nation Branding Index (NBI) Simon Anholt sebesar 47 dan jumlah inquiry sebesar 8.000 inquiries. Rencana Aksi Ditjen PEN dalam upaya pencapaian target kontrak kinerja Selain penetapan komitmen melalui kontrak kinerja, Ditjen PEN juga menyusun Rencana Aksi guna mendukung tercapainya target‐tarket indikator kinerja pada Kontrak Kinerja 2013. Rencana Aksi berisi program dan kegiatan yang memfokuskan pencapaian pada Indikator Kinerja Utama Ditjen PEN, seperti yang disampaikan pada lampiran 3.

(23)

BAB III

AKUNTABILITAS

KINERJA

 

A. Capaian Indikator Kinerja Utama Ditjen PEN

B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Ditjen PEN

C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2013

(24)

A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kinerja Ditjen PEN tahun 2013 secara keseluruhan menunjukkan hasil yang cukup baik Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah dan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1011/M‐DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Perdagangan, maka Ditjen PEN Kementerian Perdagangan telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2013 di lingkungan Ditjen PEN. Indikator kinerja utama di lingkungan Ditjen PEN disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2010‐2014, serta Rencana Strategis Ditjen PEN tahun 2010‐2014, dengan mengakomodasikan keinginan stakeholder. Adapun kinerja Ditjen PEN berdasarkan capaian indikator kinerja utamanya dalam waktu satu tahun menunjukkan hasil pengukuran yang cukup baik terhadap target hampir diseluruh indikator kinerja utama yang menjadi indikator sasaran pembangunan perdagangan tahun 2013. Kilas capaian sasaran kinerja Ditjen PEN pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Capaian Indikator Kinerja Utama Ditjen PEN 2013

No. Indikator Kinerja Utama Satuan Rencana Tk.

Capaian Realisasi Capaian (%) 1. Rasio konsentrasi penguasaan pangsa pasar di 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) % 47 50,35* 92,87 2. Pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional % 15 14,50** 96,67 3. Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama % 53 54* 101,89 4. Skor dimensi ekspor Nation Branding Index (NBI) Simon Anholt Skor 47 45,60 97,02 5. Jumlah inquiry Inquiry 8.000 10.331 129,14 Ket.(*) data Januari‐November 2013 (**) data Januari‐November 2012/2013 dengan pertumbuhan positif

(25)

Pencapaian Kinerja 2 (dua) indikator kinerja utama Ditjen PEN melampaui target yang ditetapkan Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa indikator kinerja utama yang menunjukkan pencapaian melebihi target adalah Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama dan Jumlah inquiry. Sementara itu, sebanyak 3 (tiga) indikator menunjukkan realisasi yang belum mencapai target yang ditetapkan. Ketiga indikator tersebut adalah Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5), Pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional, dan Skor dimensi ekspor Nation Branding Index (NBI) Simon Anholt.

Adapun penjelasan mengenai penyebab keberhasilan dan kegagalan pencapaian masing‐masing indikator dijelaskan lebih lanjut pada Subbab III.B. B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja   Hasil evaluasi indikator kinerja menggambarkan perkembangan capaian sasaran Analisis dan evaluasi akuntabilitas akan menjabarkan hasil evaluasi capaian indikator‐indikator kinerja menurut sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis Ditjen PEN secara lebih terperinci dalam menggambarkan perkembangan setiap sasaran dan indikator‐ indikator kinerjanya. Subbab ini juga mengulas kembali capaian IKU yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga terlihat keterkaitan antara IKU dan indikator kinerja lainnya serta pelaksanaan Rencana Aksi dalam upaya untuk mencapai target sasaran yang ditentukan. Metodologi pengukuran pencapaian dalam indikator kinerja secara umum digunakan dua jenis rumus yang tersedia yaitu rumus I dan II, dipakai dengan mempertimbangkan karakteristik komponen realisasi yang dihadapi. RUMUS I Prosentase Pencapaian Target = Realisasi X 100% Rencana

Penggunaan rumus I, rumus ini tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi, menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik/buruk, hubungan baik/buruk realisasi capaian menunjukkan hubungan linear. Sedangkan rumus II tepat digunakan apabila kondisi capaian realisasi mencerminkan semakin tinggi/rendah realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin buruk/baik atau

(26)

mempunyai hubungan terbalik, sebagai berikut: RUMUS II Prosentase Pencapaian Target = Rencana – (Realisasi – Rencana) X 100% Rencana

Dalam pengukuran tingkat capaian kinerja Ditjen. PEN tahun 2013 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari masing‐masing indikator kinerja sasaran.

(27)

Sasaran 1. Meningkatnya Diversifikasi Pasar Ekspor

Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1 No. Indikator Kinerja 2012 2013 Rencana Tk. Capaian Realisasi Rencana Tk. Capaian Realisasi Capaian (%) 1. Rasio Konsentrasi penguasaan pangsa pasar pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 47% 49,44% 47% 50,35%* 92,87 2. Pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional 25% 27,61% 15% 14,50%** 96,67 Ket. (*): data Jan – Nov 2013 (**): dengan pertumbuhan 2012‐2013 positif IK‐1 Rasio konsentrasi penguasaan pangsa pasar pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5)

Pada periode Januari – November 2012, konsentrasi ekspor non migas Indonesia di lima negara tujuan utama yakni RRT, Jepang, Amerika Serikat, India dan Singapura, tercatat sebesar 50,35%. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47%, realisasi tahun 2013 hanya mencapai 92,87%. Realisasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar ekspor non migas Indonesia masih terkonsentrasi pada 5 (lima) negara yang disebutkan di atas. Upaya‐upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen PEN antara lain adalah melakukan kegiatan promosi seperti pameran dagang, instore promotion dan penyelenggaraan misi dagang yang memfokuskan kegiatannya di negara‐negara non tradisional. Upaya‐ upaya tersebut tidak secara otomatis dapat meningkatkan penguasaan pasar ekspor di negara‐negara non tradisional. Angka rasio penguasaan pangsa pasar banyak dipengaruhi oleh banyak faktor‐faktor lainnya. Kegiatan promosi yang dilakukan tidak secara langsung menghasilkan kontrak dagang, namun perlu untuk dilakukan proses lanjutan yang membutuhkan waktu sehingga terjadi kontrak dagang.

Pada tahun 2013, RRT menjadi negara tujuan ekspor non migas terbesar Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 18,92 milyar atau sebesar 13,88% dari total ekspor non migas Indonesia. Mengikuti RRT, berturut‐turut Jepang dengan nilai ekspor sebesar USD 14,68 milyar (10,77%), Amerika Serikat dengan nilai ekspor sebesar USD 13,79 milyar (10,12%), India dengan nilai ekspor sebesar USD 11,87 milyar (8,71%) dan Singapura sebesar USD 9,37 milyar (6,88%).

(28)

Dibandingkan dengan tahun 2012, konsentrasi ekspor non migas Indonesia ke 5 (lima) negara tujuan ekspor utama mengalami penurunan sebesar 0,91%. Pada tahun 2012, angka Concentration Ratio pada 5 (lima) negara tujuan ekspor terbesar Indonesia tercatat sebesar 49,44% dengan tingkat capaian kinerja sebesar 94,81% dibandingkan dengan target yang ditetapkan yaitu sebesar 47%. Penurunan nilai konsentrasi ekspor non migas Indonesia pada 5 (lima) negara tujuan ekspor utama tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 banyak dipengaruhi oleh menurunnya permintaan dari negara‐negara emerging market karena belum pulih sepenuhnya dari pengaruh krisis keuangan global. Di sisi lain, kondisi perekonomian negara‐negara tujuan ekspor utama (negara CR5) sudah mulai pulih dari pengaruh krisis keuangan global. Secara tidak langsung, hal tersebut juga berdampak kepada meningkatnya permintaan barang dari negara‐negara tersebut. Selain kondisi perekonomian, hal lain yang mengakibatkan penurunan nilai konsentrasi ekspor non migas adalah belum membaiknya harga komoditi ekspor di pasar dunia. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan volume ekspor non migas Indonesia pada tahun 2013 sebesar 28,01% dibandingkan tahun sebelumnya, namun nilai yang dihasilkan lebih kecil dari nilai ekspor tahun 2012. Gambar 3. Tren Konsentrasi Ekspor Indonesia di 5 Negara Tujuan Ekspor Utama Sumber: Pusdatin, diolah Jika dilihat selama periode 2010‐2013, nilai konsentrasi ekspor non migas Indonesia di 5 (lima) pasar tujuan ekspor utama berfluktuatif dengan tren naik sebesar 1,97% setiap tahunnya. Hal ini

(29)

Indonesia semakin bergantung kepada 5 (lima) negara tujuan ekspor utama.

Kecenderungan semakin terkonsentrasinya ekspor non migas Indonesia di 5 (lima) negara tujuan ekspor utama sedikit banyak dipengaruhi oleh belum stabilnya kondisi politik di negara‐negara emerging market, sebagai contoh, pasar Timur Tengah yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi emerging market ekspor non migas Indonesia belum sepenuhnya pulih dari permasalahan politik dan keamanan, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian negara‐negara tersebut yang berdampak pada nilai impor mereka dari Indonesia. Gambar 4. Konsentrasi Ekspor Indonesia pada Lima Negara Tujuan Utama   Sumber: Pusdatin, diolah Secara keseluruhan, pada periode Januari‐November 2013 nilai ekspor non migas Indonesia tercatat sebesar USD 136,35 milyar atau mengalami penurunan sebesar 3,03% dibandingkan dengan nilai ekspor non migas pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 140,61 milyar. Nilai ekspor ke 5 (lima) negara tujuan ekspor utama Indonesia (RRT, Jepang, Amerika Serikat, India dan Singapura) pada periode Januari‐November 2013 secara kumulatif juga mengalami penurunan sebesar 0,77% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012.

Sejalan dengan penurunan nilai ekspor non migas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang utama, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia mengalami kenaikan permintaan akan produk‐produk ekspor non migas Indonesia/negara emerging market. Selama periode

(30)

Januari‐November 2013, negara‐negara yang mengalami kenaikan permintaan yang cukup signifikan akan produk ekspor non migas Indonesia antara lain Turki, Ukraina, Myanmar, Nigeria, Selandia Baru, Ghana, Portugal, Brunei Darussalam, Mozambik, Mauritania, dan Hungaria. Ekspor non migas Indonesia ke negara‐negara tersebut memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat ditingkatkan mengingat terjadinya masalah perekonomian di kawasan Uni Eropa yang merupakan pasar tradisional dari produk ekspor non migas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Gambar 5. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia pada Beberapa Negara Emerging Market (dalam USD miyar)     Sumber: Pusdatin, diolah     IK‐2 Pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan diversifikasi pasar, Kemendag c.q. Ditjen PEN telah menetapkan komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekspor ke negara‐negara tujuan ekspor yang merupakan pasar non tradisional Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia terhadap kawasan tertentu, sehingga dapat mengantisipasi kondisi‐ kondisi dimana terjadi penurunan permintaan yang dapat berdampak pada neraca perdagangan Indonesia.

Pada tahun 2012, Ditjen PEN menetapkan 31 negara yang merupakan pasar tujuan ekspor tradisional bagi Indonesia. Negara‐ negara tersebut adalah RRT, Jepang, Amerika Serikat, India,

(31)

Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Belanda, Taiwan, Filipina, Australia, Jerman, Hongkong, Italia, Spanyol, Inggris Raya, Belgia, Perancis, Kanada, Polandia, Denmark, Finlandia, Swedia, Yunani, Brunei Darussalam, Portugal, Irlandia, Bulgaria, Austria, dan Luxembourg. Negara‐negara yang tidak disebutkan diatas ditetapkan sebagai negara non tradisional.

Namun pada tahun 2013, setelah melakukan pengkajian ulang dengan melihat tren dan nilai ekspor, Ditjen PEN menetapkan 24 negara sebagai negara tradisional yaitu RRT, Jepang, Amerika Serikat, India, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Belanda, Taiwan, Filipina, Australia, Jerman, Hongkong, Italia, Spanyol, Inggris Raya, Belgia, Perancis, Kanada, Denmark, Finlandia, Swedia, dan Austria.

Berdasarkan data Januari – November 2013, ekspor non migas Indonesia ke negara‐negara tradisional mencapai USD 112,52 miyar atau mengalami penurunan sebesar 3,99% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012 yaitu sebesar USD 117,20 milyar. Apabila dilihat dari volume ekspor non migas, pada periode Januari‐November 2013 volume ekspor tercatat sebanyak 566,5 juta ton mengalami kenaikan sebesar 19,37% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor harga komoditi ekspor mengalami penurunan yang mengakibatkan menurunnya nilai total ekspor non migas Indonesia. Gambar 6. Trend Ekspor Non Migas Indonesia ke Negara‐Negara Tradisional 2008 – 2013 (Jan‐Nov) Sumber: Pusdatin, diolah.

(32)

Sementara itu, nilai ekspor non migas Indonesia ke negara‐negara non tradisional pada periode Januari‐November 2013 tercatat sebesar USD 23,82 milyar, mengalami peningkatan sebesar 1,79% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 (USD 23,4 milyar). Peningkatan nilai ekspor non migas juga terjadi pada volume ekspor non migas ke negara non tradisional. Pada periode Januari‐November 2013, volume ekspor ke negara non tradisional tercatat sebesar 24,87 juta ton atau naik sebesar 16,98% dibandingkan dengan volume ekspor periode yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar 21,26 juta ton. Gambar 7. Trend Ekspor Non Migas Indonesia ke Negara‐Negara Non Tradisional 2008 – 2013 (Jan‐Nov)   Sumber: Pusdatin, diolah.  

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, yakni sebesar 15%, maka capaian pertumbuhan ekspor non migas Indonesia ke negara non tradisional tidak mencapai target yang ditetapkan. Hal ini beralasan mengingat secara keseluruhan ekspor Indonesia di tahun 2013 menunjukkan penurunan sebesar 5,18 persen. Penurunan ekspor non migas Indonesia di tahun 2013, sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum membaik, sehingga memberikan tekanan pada kinerja perdagangan di beberapa negara.

(33)

menunjukkan pertumbuhan nilai ekspor positif jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Untuk periode Januari – November 2013, sebanyak 108 negara non tradisional dengan pertumbuhan nilai ekspor positif menunjukkan nilai pertumbuhan sebesar 14.50%. Adapun negara‐negara tersebut antara lain Vietnam, Turki, Mesir, Rusia, Ukraina, Meksiko, Myanmar, Nigeria, Selandia Baru, dan Srilanka.

Untuk mengantisipasi keberlanjutan kondisi penurunan ekspor non migas Indonesia, Kementerian Perdagangan terus menggalakkan kegiatan promosi ke pasar‐pasar non tradisional, baik melalui partisipasi pada berbagai kegiatan pameran dagang internasional di negara‐negara tersebut, pengiriman misi dagang, maupun mengundang sejumlah buyer internasional dari negara‐negara non tradisional untuk melakukan sourcing ke Indonesia (misi pembelian, kunjungan pada penyelenggaraan Trade Expo Indonesia, dan lain‐ lain) serta terus berpartisipasi aktif dalam fora internasional dan memperluas akses pasar ekspor. Gambar 8. Kegiatan Pameran Ditjen PEN di luar negeri  

Rencana Aksi Pelaksanaan Kontrak Kinerja

Ditjen PEN tahun 2013

  Dalam upaya untuk mengembangkan pasar tujuan ekspor non migas Indonesia, sehingga tidak berfokus pada beberapa kelompok negara saja, Ditjen PEN telah melakukan upaya‐upaya untuk dapat meningkatkan diversifikasi pasar tujuan ekspor. Upaya – upaya tersebut tertuang dalam Rencana Aksi Ditjen PEN, yang ditujukan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Rasio konsentrasi

(34)

penguasaan pangsa pasar pada negara tujuan ekspor terbesar (CR5) sebesar 47% dan pertumbuhan ekspor ke negara non tradisional sebesar 15%. Rencana Aksi untuk dua indikator kinerja tersebut digabung karena seluruh kegiatan pendukung indikator‐indikator kinerja tersebut tidak berbeda.   Tabel 4. Capaian Rencana Aksi Ditjen PEN 2013 Sumber: Ditjen PEN, 2013 Kegiatan Promosi di Luar Negeri

Pada tahun 2013, Ditjen PEN telah melaksanakan sebanyak 236 kegiatan promosi baik di negara‐negara yang merupakan pasar tujuan ekspor tradisional maupun tradisional. Kegiatan promosi tersebut dilaksanakan baik melalui Direktorat Promosi dan Citra, ataupun melalui Atdag maupun ITPC di luar negeri. Adapun kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:

 Pameran luar negeri aktif sebanyak 14 (empat belas) kegiatan,  Pameran luar negeri berskala besar sebanyak 3 (tiga) kegiatan

yaitu MUBA (Belgia), CA‐Expo (RRT), dan OIC Expo (Iran).

 Pameran partisipasi Atase Perdagangan sebanyak 75 (tujuh puluh lima) kegiatan, dan

 Pameran partisipasi ITPC sebanyak 132 kegiatan,

 

Indikator Kinerja Kegiatan Pendukung Rencana Tk.

Capaian Realisasi Capaian (%) 1. Rasio Konsentrasi penguasaan pangsa pasar pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) sebesar 47% 2. Pertumbuhan ekspor non migas ke negara non tradisional 15%

 Kegiatan Promosi di LN (DJPEN,

Atdag dan ITPC) 205 kegiatan promosi 236 kegiatan promosi 115,12  Kegiatan promosi dalam negeri

(TEI) 1 1 100

Market Intelligence (DJPEN, Atdag

dan ITPC) 47 46 97,87

Market Brief (DJPEN, Atdag dan

ITPC) 332 321 96,69

 Diklat Ekspor PPEI 135 angkatan 134 angkatan 99,26  Kerjasama pengembangan ekspor 5 Naskah

(35)

Gambar 9. Kegiatan Pameran Perwakilan Perdagangan 2013

 Pengiriman misi dagang sebanyak 9 (sembilan) kegiatan, yakni ke Nigeria, Arab Saudi, Eropa Barat (Jerman dan Hungaria), Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), Asia Tengah (Kazhakstan), Eropa Timur (Ukraina dan Rumania), Asia Selatan (Pakistan), Amerika Selatan (Brazil dan Peru), dan Afrika bagian Selatan (Gambia dan Senegal). Gambar 10. Penyelenggaraan Misi Dagang Ditjen PEN 2013

(36)

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan di awal tahun, yakni sebanyak 205 kegiatan promosi, realisasi kegiatan promosi yang dilaksanakan di negara‐negara non tradisional menunjukkan tingkat pencapaian sebesar 115,12%.

Dibandingkan dengan tingkat capaian kegiatan promosi di luar negeri tahun 2012, tingkat capaian tahun 2013 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 52,99% dimana jumlah kegiatan promosi yang dilakukan Ditjen PEN pada tahun 2012 sebanyak 502 kegiatan promosi.

Kegiatan promosi dalam negeri (Trade Expo Indonesia)

Penyelenggaraan TEI ke‐28 Tahun 2013, yang berlangsung pada tanggal 16 s.d. 20 Oktober 2013 di JIExpo Kemayoran Jakarta. Selama 5 (lima) hari penyelenggaraan TEI 2013, tercatat sebanyak 9.343 pembeli (buyers) mancanegara dari 105 negara yang hadir pada arena pameran.

Jumlah transaksi yang berhasil diperoleh selama penyelenggaraan TEI 2013 mencapai USD 1,82 milyar. Nilai transaksi TEI 2013 mengalami kenaikan sebesar 82% dibandingkan hasil capaian transaksi pada TEI 2012. Nilai transaksi TEI 2013 sebesar USD 1,82 miyar terdiri dari transaksi produk sebesar USD 692,20 juta (37,91%), transaksi jasa sebesar USD 65,90 juta (3,61%) dan investasi sebesar USD 1,07 miyar (58,49%).

Gambar 11.

Penyelenggaraan TEI 2013

     

(37)

Intelligence diberikan Ditjen PEN kepada pelaku ekspor Indonesia adalah Market Intelligence, yaitu pengamatan langsung terhadap pasar produk potensial, segmen pasar, strategi pesaing, dengan melihat kondisi negara target pasar untuk melakukan kegiatan penetrasi pasar produk Indonesia.

Pada tahun 2013 Ditjen PEN, baik melalui Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor (Dit. P2IE) maupun Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC), telah menyusun kajian Market Intelligence sejumlah 46 buku dengan rincian sebagai berikut: 15 buku dari Atase Perdagangan, 19 buku dari ITPC dan 12 buku dari Dit. P2IE.

Jumlah Market Intelligence yang dihasilkan oleh Ditjen PEN pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 176,47% dibandingkan capaian tahun 2012 yang hanya sebanyak 12 buah Market Intelligence.

Penyusunan Market

Brief

Bentuk informasi ekspor lain yang dihasilkan oleh Ditjen PEN dalam upaya untuk memperluas pasar tujuan ekspor Indonesia adalah penyusunan Market Brief. Kajian Market Brief disusun berdasarkan desk research.

Pada tahun 2013, Ditjen PEN baik melalui Dit. P2IE, Atase Perdagangan dan ITPC telah menyusun sebanyak 321 Market Briefyang terdiri dari Dit. P2IE sebanyak 12 Market Brief, sebanyak 115 Market Brief dari Atase Perdagangan dan sebanyak 194 Market Brief dari ITPC. Jika dibandingkan dengan target awal tahun, tingkat capaian jumlah penyusunan Market Brief tahun 2013 hanya mencapai 96,69%. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa posisi Atase Perdagangan yang belum terisi sehingga mempengaruhi pencapaian kinerja Ditjen PEN secara keseluruhan. Meskipun pencapaian kinerja tidak sesuai dengan target, jumlah informasi Market Brief tahun 2013 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu mencapai 273,26% dari jumlah Market Brief yang dihasilkan pada tahun 2012 sebanyak 86 buah.

Diklat Ekspor PPEI Pada tahun 2013, Ditjen PEN melalui BBPPEI mengadakan pelatihan ekspor sebanyak 134 angkatan atau 99,26% dari target yang ditetapkan pada awal tahun yaitu sebanyak 135 angkatan pelatihan. Apabila dibandingkan dengan jumlah angkatan pelatihan pada tahun 2012, capaian kinerja tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 13,56% dari tahun sebelumnya yang tercatat hanya dapat menyelenggarakan 118 angkatan pelatihan.

(38)

memenuhi target, namun mengalami peningkatan jumlah angkatan pelatihan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen Ditjen PEN untuk memberikan pelatihan maupun pendidikan ekspor kepada kalangan dunia usaha Indonesia yang sangat besar. Hal ini dapat ditunjukkan dengan upaya‐upaya yang dilakukan Ditjen PEN melalui BBPPEI dalam mencari partner kerjasama untuk melaksanakan kegiatan pelatihan, mengingat tidak semua kegiatan pelatihan di BBPPEI dapat dibiayai oleh APBN sehingga perlu untuk meningkatkan jejaring kerjasama dengan instansi atau lembaga lain dalam pelaksanaan pelatihan. Kerjasama

Pengembangan Ekspor

Pada tahun 2013, Ditjen PEN telah melakukan penandatanganan naskah kesepakatan/ Memorandum of Understanding baik dengan instansi pemerintah maupun swasta di luar negeri sebanyak 6 (enam) naskah kesepakatan. Adapun kesepakatan‐kesepakatan tersebut adalah dengan:

1. The Nigerian Association Chamber of Commerce, Industry, Mines and Agriculture (NACCIMA), dengan ruang lingkup kerjasama untuk mempromosikan perdagangan, investasi dan kerjasama teknis di bidang teknis;

2. Iran Trade Promotion Organization (ITPO), dengan ruang lingkup kerjasama untuk melakukan kegiatan promosi ekspor; 3. SIPPO, dengan ruang lingkup kerjasama pemberian fasilitasi

coaching program untuk produk furniture sekaligus mengikutsertakan pada pameran SPOGA.

4. CBI, dengan ruang lingkup pemberian export coaching program untuk produk home decor & home textile, dan product ingredients serta pemberian capacity building kepada pegawai Ditjen PEN. 5. Department of International Trade Promotion (DITP)

Thailand, dengan ruang lingkup kerjasama untuk bersama‐sama melakukan kegiatan peningkatanpromosi dan pengembangan ekspor.

6. The Ministry of Commerce and Industry of The Republic of

Liberia – Liberia.

Capaian kinerja jumlah kesepakatan kerjasama yang ditandatangani Ditjen PEN pada tahun 2013 melebihi target yang ditetapkan pada awal tahun. Jika dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun sebelumnya, pencapaian kinerja tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 50% dari naskah kesepakatan tahun 2012 sebanyak 4 (empat) naskah kesepakatan.

(39)

     

(40)

Sasaran 2. Diversifikasi Produk Ekspor

Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Sasaran 2 No. Indikator Kinerja 2012 2013 Rencana Tk.

Capaian Realisasi Rencana Tk. Capaian Realisasi Capaian (%) 3. Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama 55% 53,03% 53% 54% 101,89 Ket. (*): data Jan – Nov 2013 IK‐3 Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu. Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor, maka akan semakin menguatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan internasional. Adapun saat ini, Kementerian Perdagangan telah menetapkan 10 jenis produk yang disebut sebagai 10 produk utama, dengan nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk‐produk lainnya. Produk‐produk tersebut adalah tekstil dan produk tekstil, produk elektronik, karet dan produk karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi.

Pada tahun 2013, Kementerian Perdagangan menargetkan kontribusi ekspor di luar 10 produk utama sebesar 53%. Adapun capaian pada tahun 2013 (Periode Januari‐November) menunjukkan bahwa nilai ekspor non migas di luar 10 produk utama mencapai USD 73,63 milyar atau dengan kontribusi sebesar 54% dengan tingkat capaian sebesar 101,89% dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa produk ekspor Indonesia telah cukup terdiversifikasi. Jika kondisi ini terus dipertahankan, maka pada tahun‐tahun yang akan datang, ekspor Indonesia tidak lagi tergantung pada sejumlah produk tertentu, sehingga penurunan harga suatu produk atau komoditas di pasar dunia tidak akan berpengaruh besar terhadap nilai ekspor Indonesia.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, capaian ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,97%, dimana pada periode Januari s.d. November 2012 kontribusi ekspor di luar 10 produk utama mencatatkan nilai sebesar USD 74,56 miyar

(41)

96,42% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 55%.

Hal tersebut tidak terlepas dari peran Ditjen PEN dalam mengembangkan produk ekspor Indonesia. Ditjen PEN terus melakukan upaya diversifikasi produk ekspor dengan melaksanakan program‐program pengembangan produk yaitu adaptasi produk, product intelligence, pengembangan desain & kemasan, penyusunan buku kajian produk. Gambar 12. Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama Sumber: Pusdatin, diolah.

Total ekspor 10 produk utama Indonesia pada periode Januari‐ November 2013 mencapai USD 62,72 milyar, mengalami penurunan sebesar 5,04% jika dibandingkan dengan nilai ekspor 10 produk utama periode yang sama tahun 2012. Hal ini merupakan dampak dari perlambatan perekonomian global serta pengaruh belum membaiknya harga komoditi di pasar dunia. Adapun produk‐produk utama yang mengalami penurunan nilai ekspor antara lain adalah produk elektronik (turun 10,94%), karet dan produk karet (turun 11,11%), Sawit (turun 10,89%), produk otomotif (turun 7,77%) dan kopi (turun 4,53%). Sedangkan produk utama lainnya mengalami peningkatan. Adapun produk utama yang mengalami peningkatan signifikan adalah produk udang yang mengalami peningkatan sebesar 20,75% dan produk kakao dengan peningkatan sebesar 15,31%.

Selain 10 produk utama, Kementerian Perdagangan juga telah menetapkan 10 produk ekspor potensial, yakni produk‐produk yang nilai ekspornya berpotensi untuk dikembangkan menjadi lebih besar dan berkontribusi terhadap ekspor nasional. Produk‐produk

(42)

tersebut adalah kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan dan produk perikanan, produk kerajinan, perhiasan, rempah‐rempah, dan peralatan kantor. Periode Januari‐November 2013, komoditas potensial mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 9,89 miyar, atau menunjukkan penurunan sebesar 4,88% jika dibandingkan dengan nilai ekspor periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meskipun mengalami penurunan, produk‐produk tersebut masih memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan pada tahun‐tahun mendatang. Pada periode Januari‐November 2013, kontribusi komoditi ekspor potensial mencatatkan persentase sebesar 7.04%. Secara detail, produk potensial yang mengalami peningkatan yang sangat signifikan adalah produk tanaman obat dengan peningkatan sebesar 176,15%. Selanjutnya adalah produk alat kesehatan dengan peningkatan sebesar 19,92%, kulit & produk kulit dan produk makanan olahan dengan peningkatan sebesar 6,59%. Gambar 13. Pertumbuhan Ekspor Komoditas Potensial (2012‐2013)   Sumber: Pusdatin, diolah Dalam rangka mendorong terwujudnya diversifikasi produk ekspor sebagai upaya mengurangi ketergantungan kepada produk ekspor tertentu, sekaligus sebagai upaya meningkatkan kinerja ekspor non migas Indonesia, Ditjen PEN telah melakukan sejumlah kegiatan di tahun 2013 antara lain kegiatan seminar, workshop dan pelatihan mengenai pengembangan produk, adaptasi produk, serta sejumlah

(43)

kegiatan untuk mempromosikan produk ekspor Indonesia di luar 10 produk utama dengan mengikutsertakan dalam kegiatan pameran (di dalam maupun di luar negeri), misi dagang, maupun dengan melalui instore promotion.

Gambar 14.

Kegiatan pengembangan produk yang dilakukan oleh Ditjen PEN

(44)

Rencana Aksi Pelaksanaan Kontrak Kinerja

Ditjen PEN 2013

 

Selain melakukan diversifikasi pasar ekspor, Ditjen PEN mengemban tugas untuk melakukan diversifikasi produk ekspor sehingga tidak tergantung dengan produk‐produk tertentu. Upaya – upaya tersebut tertuang dalam Rencana Aksi Ditjen PEN, yang ditujukan untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama sebesar 53%. Tabel 6. Tabel Capaian Rencana Aksi Ditjen PEN 2013

Penyusunan kajian produk ekspor

Selama tahun 2013, Ditjen PEN telah melakukan penyusunan sebanyak 8 jenis informasi produk ekspor dan produk kreatif, yang terdiri dari 4 buku profil produk, 1 (satu) jenis katalog produk, 1 (satu) buku referensi dan 2 (dua) jenis informasi identifikasi eksportir potensial. Adapun untuk buku profil produk terdiri dari produk Rumput Laut, Ikan Hias, Mutiara dan Confectionery.Sementara untuk katalog produk, pada 2013 Ditjen PEN menyusun katalog Trade with Remarkable Indonesia. Untuk informasi identifikasi eksportir dan calon eksportir potensial mencakup kategori produk Kakao, dan produk Karet. Adapun buku referensi yang dihasilkan pada tahun 2013 adalah buku referensi Made In Indonesia.

Indikator Kinerja Kegiatan Pendukung Rencana Tk.

Capaian Realisasi Capaian (%) 3. Kontribusi ekspor di luar 10 produk utama

 Penyusunan profil produk 9 buku 8 buku 88,89

 Penyusunan katalog produk

 Adaptasi Produk 300 420 140

 Penerimaan Misi Pembelian 200 220 110

 Diseminasi Hasil Product

Intelligence 2012 7 daerah 7 daerah 100

Gambar

Gambar	9.		 Kegiatan	Pameran	Perwakilan	Perdagangan	2013
Tabel	8.		 Capaian	Rencana	Aksi	Ditjen	PEN	2013 	 	 Sumber:	Ditjen	PEN,2013	 Ket:	*	kegiatan	deliverables	Ditjen	PEN	 	 Implementasi	 Nation	Branding	 	 Sebagai	upaya	untuk	membangun	citra	Indonesia	di	mata	dunia,	pada	 tahun	 2013	 Ditjen	 PEN	 telah	 mel

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Probabilitas (p-value) sebesar 0,078 , hal ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 ,artinya bahwa ib-VACA tidak berpengaruh signifikan terhadap Return

Dan lebih dari itu, adalah untuk menumbuhkan rasa patriotisme (hub al-wathan). Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa seseorang untuk membangaun masyarakat

Hasil " Hasil penelitian menunjukkan ada empat (4) faktor dengan 20 variabel dalam menentukan loyalitas karyawan pada PT. Inti Buana Permai Denpasar. Ke empat faktor

Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah akan menyertakan berkas PKS (Perjanjian kerja sama) yang mana ini akan di setujui oleh kedua belah pihak yang dikeluarkan oleh kantor

Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan kausal yang signifikan antara kompetensi dengan kompensasi, Variabel Kompetensi mempunyai pengaruh langsung dengan rekrutmen

Selama proses penggalian data, peneliti juga melaksanakan focus grup discussion bersama remaja putus sekolah yang akan melangsungkan pernikahan dan keluarga yang terdampak

KESIMPULAN yang dapat ditarik adalah Penggunaan IP Telephony pada jaringan komputer lokal di kantor pusat PT.XYZ merupakan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhan

Rute terpendek yang terpilih yaitu rute 4 yang memiliki rute dari titik sumber ke Distribution Center Cipadung Kidul, kemudian ke Distribution Center Taman Kopo Indah,