• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : ISBN :"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN DAN PRODUSEN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SISTEM JAMINAN HALAL PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH BIDANG PANGAN DI KABUPATEN PONOROGO,

JAWA TIMUR

(Consumer and Producer Perception Analysis for Implementation of Halal Assurance System in Food Small Medium Enterprise in Ponorogo District,

East Java)

Tian Nur Ma’rifat, Muhammad Nur Kholis, Slamet Purwanto

Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Darussalam Gontor

ABSTRAK

Kehalalan pangan menjadi faktor penting bagi konsumen yang beragama islam dalam mengkonsumsi produk pangan. Dalam menjamin produk tersebut memiliki status halal yang jelas, maka dirancang sistem jaminan halal sebagai mekanisme yang harus diterapkan oleh produsen jika mereka ingin mengajukan sertifikasi halal ke MUI (Majelis Ulama Indonesia). MUI sebagai lembaga yang berwewenang menerbitkan sertifikat halal. Sebelum Sistem Jaminan Halal (SJH) diterapkan di suatu perusahaan, pandangan produsen mengenai konsep halal dan penerapannya dalam bisnis mereka perlu diketahui, karena kesadaran produsen merupakan kunci terpenting dalam penerapan Sistem Jaminan Halal. Hal ini juga ditunjang dari besarnya minat konsumen dalam mengkonsumsi produk yang bersertifikat halal melalui analisis persepsi konsumen terhadap kehalalan pangan. Pada tahap pertama, diteliti mengenai analisis persepsi konsumen dengan mengadakan wawancara kepada konsumen produk pangan di Kabupaten Ponorogo. Selanjutnya adalah mengetahui persepsi produsen melalui metode wawancara ke industri kecil menengah yang bergerak di bidang pangan di Kabupaten Ponorogo. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konsumen memiliki pengetahuan yang cukup tentang halal terkait dengan hukum Islam dan definisinya tetapi masih kurangnya kesadaran konsumen tentang bagaimana untuk menjamin status halal dari produk tersebut. Dari segi produsen, diperoleh temuan bahwa masih rendahnya pengetahuan mereka terhadap syarat dan prosedur dalam pengajuan sertifikat halal yang dapat disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari pihak LPPOM MUI kepada produsen-produsen yang ada di daerah.

Kata kunci: halal, industri kecil menengah, konsumen, produsen. ABSTRACT

Halal food is an important factor for Muslim consumers in consuming food products. In order to guarantee the product has a clear Halal status, it is designed a mechanism of halal assurance system to be implemented by producers if they will apply for halal certification to LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia). MUI is a competent institution issuing halal certificates in Indonesia. Before the Halal Assurance System is applied in an enterprise, the perception from the manufacturer regarding halal concept and its application in their business is needed to know, because producer’s awareness is the most important key in the application of Halal Assurance System. This is also supported by the intention of the consumer in consuming halal certified products through analysis of consumer perception towards halal food. In The first phase, it was examined consumer perception by conducting interviews to consumers of food products in Ponorogo. The next step, is to know manufacturer’s perception through

(2)

an interview to food small and medium industries in Ponorogo. The sampling method is purposive sampling. From this study it could be concluded that consumers have sufficient knowledge about halal related to Islamic law and its definition but still a lack of consumer awareness about how to ensure the halal status of the product. In terms of manufacturers, it is found that there is still a lack of knowledge of the terms and procedures for the submission of halal certificates that can be caused due to lack of socialization from LPPOM MUI to producers.

Keywords: consumer, halal, producer, small medium enterprise.

PENDAHULUAN

Pangan (makanan dan minuman) yang halal dan baik merupakan syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di luar negeri. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya adalah muslim. Jumlah pen-duduk yang menganut agama islam dari hasil sensus penpen-duduk 2010 adalah sebanyak 207.176.162 orang (87%) dari jumlah penduduk di Indonesia. Makanan yang halal menjadi syarat utama terhadap makanan yang dikonsumsi oleh konsu-men yang beragama Islam. Dengan demikian peluang pasar untuk pangan halal sangat terbuka luas dan menjanjikan.

Potensi pasar yang sangat besar terhadap produk pangan harus diimbangi dengan kemauan produsen untuk menghasilkan produk yang telah tersertifikasi halal sesuai dengan standar yang sudah diakui internasional. Lembaga sertifikasi halal yang ada di Indonesia adalah LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia). LPPOM MUI telah diberikan mandat oleh Pemerintah melalui penerbitan Keputusan Menteri Agama (KMA) 518 Tahun 2001 dan KMA 519 Tahun 2001, yang menguatkan MUI sebagai lembaga sertifikasi halal serta melakukan pemeriksaan/audit, penetapan fatwa, dan mener-bitkan sertifikat halal.

Sistem jaminan halal merupakan mekanisme yang harus diterapkan oleh produsen jika mereka ingin mengajukan sertifikasi halal ke MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai lembaga yang berwewenang menerbitkan sertifikat halal. Sertifikasi halal dapat menjadi modal utama untuk bisa bersaing di pasar bebas MEA. Sebelum Sistem Jaminan Halal diterapkan di suatu perusahaan, pandangan

(3)

diketahui, karena kesadaran produsen merupakan kunci terpenting dalam penerapan Sistem Jaminan Halal.

Kabupaten Ponorogo merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan persentase penduduk yang beragama islam sebanyak 96%. Selain itu, di Kabupaten Ponorogo banyak terdapat pondok pesantren sebagai pusat pendidikan agama islam. Dengan banyaknya jumlah penduduk yang beragama islam dan pesatnya pendidikan agama islam, sertifikasi halal produk pangan dapat menjadi nilai tambah bagi kemajuan daerah sekaligus potensi pasar yang menjanjikan. Namun, potensi ini belum diikuti dengan jumlah produsen produk pangan yang mendapatkan sertifikat halal. Jumlah produsen produk pangan yang tersertifikat halal berdasarkan hasil survei pendahuluan dari peneliti pada tahun 2016 adalah sebanyak 5 UMKM. Rendahnya jumlah UMKM yang telah bersertifikat halal di Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu indikasi bahwa sistem jaminan halal yang telah disusun oleh LPPOM MUI belum dapat direalisasikan ke perusahaan skala kecil dan menengah yang terdapat di daerah. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai potensi pasar dari produk halal di Kabupeten Ponorogo melalui persepsi konsumen dan kendala-kendala yang dihadapi oleh UMKM terhadap penerapan sistem jaminan halal dari LPPOM MUI.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kehalalan produk pangan di Kabupaten Ponorogo; dan 2) Untuk menge-tahui persepsi produsen dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem jaminan halal di Kabupaten Ponorogo.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Ponorogo, Siman, Jetis, dan Slahung di wilayah Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Metode pengam-bilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu peneliti mengambil sampel berdasarkan kesesuaian responden dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara kepada responden baik kepada konsumen dan ke produsen.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi pendahuluan mengenai penerapan SJH pada industri kecil menengah di Kabupaten Ponorogo. Penelitian pendahuluan ini terdiri dari dua tahap: Analisis persepsi konsumen terhadap kehalalan pangan dan analisis produsen terhadap penerapan SJH di Kabupaten Ponorogo.

Analisis Persepsi Konsumen terhadap Kehalalan Pangan di Kabupaten Ponorogo

Karakteristik responden di Kabupaten Ponorogo bisa dijelaskan dari latar belakang pendidikan, jenis kelamin, pendapatan, dan pengeluaran untuk pangan. Semua responden adalah muslim. Persentase jenis kelamin responden relatif seimbang, yaitu laki-laki 52% dan perempuan 48% responden. Konsumen sebagian besar merupakan konsumen yang terdidik yang ditunjukkan dari persentase latar belakang pendidikan minimal sekolah menengah atas yang lebih dari setengah jumlah responden. Responden yang memiliki latar belakang pendidikan Islam juga relatif banyak walaupun kurang dari 50%. Faktor ini dapat memengaruhi pengam-bilan keputusan konsumen saat membeli dan persepsi mereka tentang makanan halal. Aisyah (2014) menyatakan bahwa niat konsumen dengan latar belakang pendidikan Islam untuk membeli produk halal lebih tinggi dibanding konsumen dengan latar belakang pendidikan umum karena tingkat pengetahuan agama yang lebih tinggi. Sebagian besar responden merupakan pembeli berpenghasilan rendah berdasarkan tingkat upah minimum regional, dengan pengeluaran untuk pangan sekitar 50% dari pendapatan mereka.

Zeithaml (1988) berpendapat bahwa konsumen akan mengevaluasi apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan dalam persepsi subyektif konsumen ketika mereka membeli produk/layanan. Persepsi kualitas produk yang dirasakan oleh konsumen menentukan perilaku mereka dalam membeli produk. Halal adalah salah satu komponen dari kualitas produk. Penelitian dari Said et al. (2013) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap produk makanan halal di Malaysia adalah pengetahuan, kepercayaan, dan religiusitas. Hal ini juga menunjukkan bahwa persepsi konsumen, tingkat pengeta-huan dan tingkat religiusitas dapat berbeda. Sejalan dengan penelitian di Indonesia

(5)

dengan penduduk muslim terbesar, Ismoyowati (2015) menyatakan bahwa ada beberapa pengetahuan yang berbeda tentang konsep halal. Responden menjelaskan konsep halal terkait dengan syariah Islam, tidak mengandung yang melanggar hukum agama, dan mengenai bahan-bahan dan proses yang harus memenuhi kaidah halal. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa konsumen relatif memiliki pengeta-huan yang sama tentang difinisi halal. Menurut pendapat mereka, halal adalah sesuatu yang diperbolehkan oleh hukum syariat. Hal ini terkait dengan istilah dalam Al Qur’an yang digunakan untuk menunjukkan apa yang halal atau diizinkan.

Faktor-faktor yang membuat konsumen percaya terhadap status halal dari produk, 50% dari responden menjelaskan tentang kedekatan dan kepercayaan kepada penjual yang telah berlangganan. Selain itu, beberapa dari mereka menyata-kan bahwa label halal merupamenyata-kan faktor penting. Dari pendapat mereka, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang halal terkait dengan hukum Islam dan definisinya tetapi kurangnya kesadaran tentang bagaimana untuk menjamin dan memverifikasi status halal dari produk yang dijual oleh penjual.

Analisis Persepsi Produsen terhadap Penerapan Sistem Jaminan Halal di Industri Kecil Menengah di Kabupaten Ponorogo

Sistem Jaminan Halal (SJH) merupakan serangkaian aturan dan mekanisme yang dirancang oleh LPPOM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal resmi di Indonesia. SJH mengatur setiap operasi yang dilaksanakan dalam industri untuk menjamin produk yang dihasilkan benar-benar terbebas dari bahan haram dan najis. Setiap perusahaan yang ingin mengajukan sertifikasi halal, wajib melaksanakan sistem jaminan halal sesuai yang ditentukan. Sistem jaminan halal juga dirancang untuk semua jenis dan skala perusahaan. Perusahaan dengan skala kecil dan menengah dapat mengajukan sertifikasi halal ke LPPOM MUI di tingkat provinsi di mana perusahaan tersebut berada. Hal ini untuk memudahkan produsen-produsen skala kecil menengah untuk mengikuti setiap prosedur dalam proses sertifikasi halal.

Dalam realisasinya, penerapan sistem jaminan halal di tingkat produsen banyak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah pengetahuan produsen

(6)

terhadap mekanisme pengajuan sertifikat halal, persepsi produsen terhadap halal itu sendiri, serta seberapa besar minat produsen dalam pengurusan sertifikat halal dari LPPOM MUI. Penelitian sebelumnya mengenai persepsi produsen terhadap sertifikasi halal di Indonesia dilakukan oleh Abdul et.al (2012) yang menyatakan bahwa responden pada dasarnya mengetahui proses pengurusan sertifikasi halal dan sepakat bahwa dengan memiliki produk bersertifikat halal, mereka dapat mening-katkan kepuasan, keyakinan, dan kepercayaan pelanggan serta mampu meningkat-kan pangsa pasar mereka dan daya saing pasar.

Penelitian ini menggali mengenai variabel-variabel yang memengaruhi produsen dalam menerapkan sistem jaminan halal di perusahaan yang dimiliki, antara lain:

a. Pengetahuan produsen tentang definisi halal.

b. Persepsi produsen mengenai faktor yang membuat konsumen percaya dengan status halal produk pangan yang dihasilkan.

c. Pengetahuan produsen mengenai cara penjaminan kehalalan produk yang dijual.

d. Pengetahuan produsen mengenai tata cara pengurusan sertifikat halal ke LPPOM MUI.

e. Minat perusahaan dalam mengurus sertifikat halal ke LPPOM MUI. f. Kendala yang dihadapi produsen dalam pengurusan sertifikat halal. g. Pengetahuan produsen mengenai kriteria dalam SJH

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar produsen menye-butkan definisi halal adalah segala sesuatu yang dibolehkan sesuai syariat islam. Beberapa responden menjelaskan secara spesifik bahwa halal terkait dengan bahan pangan yang terbebas dari bangkai, darah, babi/bahan najis, dan bahan yang dapat membahayakan tubuh manusia.

Dari total delapan produsen yang diwawancarai secara mendalam oleh peneliti, semua produsen mengetahui definisi dari halal baik berdasarkan hukum-nya atau bahanhukum-nya. Persepsi produsen mengenai faktor yang membuat konsumen percaya dengan status halal produk pangan yang dihasilkan adalah melalui

(7)

dari MUI, cara berpakaian dalam berdagang, cara pengolahan yang tidak dicampur dengan bahan yang subhat, serta status kepemilikan unit usaha pondok pesantren. Kabupaten Ponorogo memiliki sekolah berbasis agama islam dan pondok pesantren lebih banyak dibanding sekolah umum. Beberapa pondok pesantren dan lembaga pendidikan islam memiliki unit usaha yang tersebar di Kabupaten Ponorogo. Hal ini juga memengaruhi kegiatan perekonomian yang ada di masyarakat di antaranya adalah persepsi mengenai unit usaha yang dimiliki oleh beberapa pondok pesantren atau lembaga berbasis agama islam. Pemilik unit usaha tersebut meyakini bahwa status kepemilikan dibawah lembaga berbasis islam dapat membuat konsumen percaya terhadap status kehalalan produk yang dijual.

Variabel selanjutnya adalah pengetahuan produsen mengenai cara penja-minan kehalalan produk yang dijual di antaranya adalah melalui pengendalian kualitas dari bahan baku hingga ke pengolahan, pemakaian bahan baku dari produk nabati, pemrosesan bahan yang sesuai syariat islam, pengecekan proses dan produk di laboratorium dan dinas terkait, serta pemilihan suplier yang beragama islam dan sudah dipercaya. Dari jawaban-jawaban yang disampaikan oleh responden, tidak ada yang menyebutkan mengenai pencantuman sertifikat halal dari MUI. Hal ini dapat dikarenakan responden belum ada yang mengurus sertifikat halal dari MUI.

Sebagian besar responden tidak mengetahui tata cara pengurusan sertifikat halal dari LPPOM MUI. Hal ini menunjukkan kurangnya sosialisasi dari LPPOM MUI kepada produsen yang ada di daerah. Sosialisasi dan informasi mengenai pengurusan sertifikat halal dari LPPOM MUI hendaknya dilakukan dengan lebih gencar ke daerah-daerah dikarenakan kecukupan informasi yang diperoleh pro-dusen sangat menentukan keberhasilan penerapan sistem jaminan halal di seluruh unit usaha. Hal ini didukung dengan tingginya minat produsen dalam mengurus sertifikat halal ke LPPOM MUI. Seluruh responden menyatakan berminat untuk mengurus sertifikat halal, namun dihadapkan dengan kendala-kendala di antaranya adalah kurangnya informasi mengenai mekanisme pengurusan, lamanya waktu pengurusan, jarak, biaya pengurusan sertifikat, serta keterbatasan sumber daya manusia di dalam pengelolaan unit usaha.

(8)

Kriteria dalam Sistem Jaminan halal merupakan serangkaian persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan dalam rangka menghasilkan produk halal secara konsisten. Pengetahuan produsen terhadap kriteria dalam SJH yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai bahan, produk, fasilitas produksi, dan penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa produsen sudah mengetahui cara menjaga bahan dan proses dari cemaran bahan haram. Selain itu, produsen sudah mengetahui cara membersihkan fasilitas produksi dari najis dan bahan haram. Produsen juga sudah mengetahui cara penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, yaitu dengan melakukan penarikan produk sesuai kode produksi dan dilakukan pemusnahan. Pengetahuan produsen mengenai kriteria dalam SJH dapat menunjukkan sejauh mana produsen mengetahui penerapan SJH di tempat produksi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan produsen terhadap prinsip-prinsip penerapan SJH di tempat produksinya, maka semakin mudah produsen tersebut memenuhi prosedur dan syarat dalam pengajuan sertifikat halal.

KESIMPULAN

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang halal terkait dengan hukum Islam dan definisinya tetapi masih kurangnya kesadaran konsumen tentang bagaimana untuk menjamin dan memverifikasi status halal dari produk yang dijual. Dari segi produsen, mereka sebagian besar sudah mengetahui mengenai definisi halal dan prinsip-prinsip kriteria dalam SJH. Kurangnya infor-masi dan sosialisasi mengenai prosedur dan syarat pengajuan sertifikat halal dari LPPOM MUI menjadi penyebab ketidaktahuan produsen terhadap prosedur dan syarat yang harus dipenuhi. Tingginya minat produsen dalam mengurus sertifikat halal ke LPPOM MUI seharusnya diimbangi dengan sosialisasi mengenai pengu-rusan sertifikat halal dari LPPOM MUI ke produsen di daerah sehingga industri pangan halal dapat lebih mudah direalisasikan baik itu di kota besar ataupun di daerah.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu pelaksanaan penelitian ini dan khususnya kepada seluruh civitas akademika Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Darussalam Gontor serta enumerator data dari mahasiswa, yaitu Akbar Pangayoman dan M. Hisyam Farchan Arifin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul M, Ismail H, Mustapha M, Kusuma H. 2013. Indonesian small medium enterprises (SMEs) and perceptions on Halal food certification. African Journal of Business Management. 7(16): 14921500.

Aisyah M. 2016. The Influence of Religious Behavior on Consumers’ Intention to Purchase Halal-Labeled Products. Business and Entrepreneurial Review. 14(1): 15–32.

Ismoyowati D. 2015. Halal Food Marketing: A Case Study on Consumer Behavior of Chicken-based Processed Food Consumption in Central Part of Java, Indonesia. Agriculture and Agricultural Science Procedia. 3: 169–172. Said M, Hassan F, Musa R, Rahman NA. 2014. Assessing Consumers’ Perception,

Knowledge and Religiosity on Malaysia's Halal Food Products. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 130: 120–128.

Zeithaml VA. 1988. Consumer perceptions of price, quality, and value: a means-end model and synthesis of evidence. The Journal of marketing. 52(3): 2–22.

Referensi

Dokumen terkait

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions!. Start

Alat pengujian yang digunakan memiliki ketelitian yang kurang dikarenakan pembacaan alat belum menggunakan sistem komputer sehingga faktor kesalahan pembacaan hasil

Penggunaan metode demostrasi Menurut Roestiyah dalam Miftahul Huda (2013:231), demonstrasi atau peragaan merupakan salah satu stra- tegi mengajar dimana guru

Akibat hukum pernyataan tersebut ternyata merugikan hak atas tanah yang dipunyai rakyat sebagai perseorangan serta hak ulayat yang dipunyai oleh masyarakat hukum

Pancasila merupakan dasar negara dan sekaligus ideologi bahasa, oleh sebab itu nilai1nilai yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan N tujuan mengelola

Penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Konsumsi Buah dan Sayur Dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Pada Siswa SD Budya Wacana Yogyakarta”

Meskipun dimensi perpustakaan dianggap sebagai sebuah tempat yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu secara nyata dalam persepsi pemustaka terhadap kualitas

Hanya dengan mendengar dari kejauhan, para pembeli ikan dapat langsung mengetahui bahwa yang memainkan ritme ini merupakan pedagang ikan favorit mereka.. Jika