• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OF ZINC SUPPLEMENTATION ON NUTRITIONAL STATUS AMONG CHILDREN UNDER FIVE YEARS OF AGE AT BLORA DISTRICT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE INFLUENCE OF ZINC SUPPLEMENTATION ON NUTRITIONAL STATUS AMONG CHILDREN UNDER FIVE YEARS OF AGE AT BLORA DISTRICT."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF ZINC SUPPLEMENTATION ON NUTRITIONAL STATUS AMONG CHILDREN UNDER FIVE YEARS OF AGE AT BLORA DISTRICT.

Suharto, Epi Saptaningrum, Krisdiana Wijayanti, Sutarmi, Warijan, Adiati Hendromastuti, Siti Kistimbar, Agus Prasetyo, Zaenal Abidin, Mu’awanah

By age of five, children grow and develop in many areas, changing from clumsy toddlers into lively explorers of their world, so they need more nutrition in proportion of their body weight. Growth and development in adolescent is associated with a nutritional and health status during the preschool years. Indeed, the under nutritional status or malnutrition would cause the delayed growing and development especially, brain. So they need an adequate nutritious food to support this process, primarily protein and mineral. Protein is a vital dietary component for preschoolers, as it is needed for optimal growth and mineral as well. Furthermore mineral is important to make a balancing fluid

an electrolyte. There are many kinds of mineral, one of them is zinc. Zinc is essential for proper

development. It is needed for wound healing, proper sense of taste, proper growth, and normal appetite.

The aim of this study is to determine the influence of zinc supplementation on nutritional status among children less than five years of age at Blora District, Central Java.

An experimental study method was conducted in this study. The respondents were chosen through a cluster sampling technique with a randomized sampling. A total 100 - preschool children from 10 preschools in Blora District was divided to be two groups as a trial group (n=50) and control group (n=50). A trial group was given a zinc supplementation; the other group was given placebo a 6 days a week for 4 weeks.

Pre and post test data was collected to measure the influence of giving a zinc supplementation. A t – test statistical analysis using a SPSS was applied to analyze the data.

The results showed that there was a significantly influence between a zinc supplementation related to nutritional status among children under five years. A nutritional status pre zinc supplementation presented a low nutritional status, on the other hand given a zinc supplementation showed a significantly increased body weight. Furthermore there was no significantly improved body weight on children who given a placebo.

It can be concluded that there was a significantly influence of giving zinc supplementation related to nutritional status among children under five years of age.

Keywords: zinc supplementation, nutritional status among children under five years of age.

PENDAHULUAN

Undang-undang tentang kesehatan No. 23/1992 pasal 17 ayat (2) yang mengatur penyelenggaraan kesehatan anak, menyebutkan peningkatan kesehatan anak dilakukan sejak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah

dan usia sekolah (UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992).

Dalam tumbuh kembang anak, makanan merupakan kebutuhan yang terpenting. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan

(2)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 2 dan perkembangan (Soetjiningsih, 1995 ).

Pada masa balita anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dengan kwalitas yang lebih tinggi. Hasil pertumbuhan menjadi dewasa, sangat tergantung dari kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa balita. Gizi kurang atau gizi buruk pada bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari 5 tahun, dan akan berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan otak ( Djaeni, 2000).

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Prevalensi kurang gizi di Jawa Tengah, terutama pada bayi di bawah 5 tahun dinilai masih tinggi. Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 4.378 balita atau 1,51% balita di Jawa Tengah bergizi buruk, sebanyak 40.225 balita 13,88% balita bergizi kurang (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2003).

Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak melalui perbaikan prilaku masyarakat dalam pemberian makanan, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perb aikan gizi secara menyeluruh (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000 )

Zat gizi, terutama protein dan mineral ikut berperan dalam mengatur keseimbangan air dan mineral di dalam cairan tubuh. Maka protein dan mineral disebut sebagai zat pengatur dalam penggolongan makanan. Contoh mineral yang jarang diperhatikan tapi ternyata bermanfaat besar adalah Seng (Zinc atau Zn).

Seng (Zinc) merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh. Beberapa jenis enzim memerlukan Zinc bagi fungsinya dan bahkan ada enzim yeng mengandung zinc dalam strukturnya. Zinc bermanfaat dalam membantu selera makan, meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan anak.

Berdasarkan fenomena yang sering dijumpai, kekurangan zat ini berakibat anoreksia (tidak nafsu makan), penurunan ketajaman rasa pengecap pada lidah, terhambatnya pertumbuhan, lambatnya proses penyembuhan luka, impotensi, penurunan efisiensi penggunaan makanan dan penurunan daya kekebalan tubuh. Kekurangan Zinc dalam jangka waktu lama akan mengganggu fungsi otak dan system syaraf pusat (Almatsier,2001).

Adapun kelompok yang rentan terhadap kekurangan Zinc diantaranya adalah bayi, balita, anak-anak, ibu hamil dan meneteki, dan orang lanjut usia. Kekurangan gizi sering terjadi pada bayi dan balita, dimana kelompok ini merupakan

(3)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 3 kelompok yang paling peka atau rawan

terhadap masalah-masalah kekurangan gizi karena kelompok ini adalah kelompok yang membutuhkan perhatian serius dari keluarga tentang gizi, serta fase ini merupakan titik tolak untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Melihat pentingnya Zinc dan dampak yang ditimbulkan akibat kekurangan Zinc tersebut, khususnya pada balita, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul ”PENGARUH

SUPLEMENTASI ZINC TERHADAP GIZI BALITA DI KABUPATEN BLORA.”

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur berupa timbangan dan midline untuk mendapatkan data yang diperlukan. Selain itu juga suplemen zinc dan syrup untuk diminumkan pada responden.

Jenis penelitian ini temasuk dalam penelitian Experimental Study adalah suatu penelitian yang bertujuan menginvestigasi fenomena secara objektif, sistematik dan terkontrol dengan tujuan memprediksi dan mengontrol fenomena. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi pada kondisi tertentu yang terkontrol (Singarimbun,2003). Sedangkan metoda penelitian yang digunakan adalah Cluster sampling yaitu penelitian yang mengambil sample secara

acak dari suatu populasi, kemudian sample ini dibagi 2 kelompok yaitu kelompok yang diberikan treatmen tertentu dan kelompok kontrol yang tidak diberikan treatmen (Arikunto, 2006).

Pengukuran sample dilakukan 2 (dua) kali yaitu sebelum dilakukan treatment dan setelah dilakukan treatment. Kemudian dilakukan uji analisa dengan menggunakan “T Test”.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah balita di seluruh Kabupaten Blora

Sampel dalam penelitian ini sejumlah 100 balita dari wilayah Kecamatan Ngawen, Kunduran, Cepu, banjarejo dan Blora kota. Teknik pengambilan sample dalam penelitian adalah dengan cara cluster sampling, yaitu suatu cara pengambilan sample bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, maka daerah yang akan menjadi sampe telah ditetapkan. Kemudia diambil secara random untuk dicari sampel individu.

Sedangkan untuk pengambilan sample di lakukan dengan cara melakukan pengukuran awal terhadap Berat Badan dan Tinggi Badan serta Lingkar lengan Balita, kemudian diambil balita dengan gizi kurang sebagai responden. Untuk dapat terlibat atau tidak dapat terlibat dalam penelitian,

(4)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 4 sample harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria yang memungkinkan sample untuk dapat terlibat dalam penelitian ini, adalah

a. Termasuk anak usia balita.

b. Bertempat tinggal diwilayah Kabupaten Blora.

c. Bersedia sebagai sampel. 2) Kriteria Eksklusi

Kriteria yang menjadikan sample tidak dapat terlibat dalam penelitian ini, adalah :

a) Balita yang tidak mau terlibat di dalam penelitian.

b) Balita yang berada di luar wilayah Kabupaten Blora

Definisi Operational

1. Balita yang dimaksud dalam penelitian adalah anak yang masih berusia dibawah lima tahun.

2. Suplementasi Zinc adalah upaya pemberian Zat mikrontrien “Zinc” pada balita yang menjadi responden.

3. Status Gizi Balita yang dimaksud adalah Status Gizi yang terjadi pada balita yang dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang atau baik.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap Berat Badan(BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Lengan Atas

(LLA) balita di 10 PAUD. Kemudian ditentukan balita yang menjadi responden. Setelah ada informt consent dari orang tua balita (persetujuan menjadi responden), kemudian 50 responden diberikan suplemen zinc dan 50 responden diberikan syrup biasa. Dosis suplemen zinc adalah 5 ml tiap hari atau setara dengan 1 (satu) sendok teh. Pengukuran ulang dilakukan setelah 5 minggu dari pemberian suplemen zinc.

Analisa data

Untuk mengkatagorikan status gizi balita, peneliti mencocokan antara Berat Badan Balita dengan tabel yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yang terbagi menjadi 4 katagori yaitu :

1. Gizi Buruk 2. Gizi Kurang 3. Gizi Baik 4. Gizi Lebih

Analisa Data adalah dengan menggunakan uji analisa statistik ”T Test”. Adapun tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui ada pengaruh yang significan antara masing-masing variabel. Bagaimana arah pengaruh dan seberapa besar pengaruh tersebut (Santoso, 2002).

HASIL PENELITIAN

Berikut ini uraian hasil penelitian yang telah dilakukan beserta penjelasannya :

(5)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 5 Untuk mengkatagorikan status gizi balita,

peneliti menggunakan tabel yang sudah dibakukan oleh pemerintah yaitu dengan melihat perbandingan usia, jenis kelamin, berat badan responden balita dan kategori status gizinya. Adapun kategori status gizi balita tersebut dibagi dalam kategori gizi buruk, kurang, baik dan lebih.

Distribusi responden yang diberikan suplementasi zinc pada pengukuran awal disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Distribusi responden intervensi pada awal pengukuran

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 3 responden (6 %) berstatus gizi buruk, sebanyak 22 responden (44 %) berstatus gizi kurang, sebanyak 25 responden (50%) berstatus gizi baik, dan sebanyak 0 responden (0 %) status gizi balita lebih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita berstatus gizi baik.

Tabel 2. Distribusi responden intervensi pada awal pengukuran

Frequenc y Percent Valid Percent Cumula tive Percent Valid1 1 2.0 2.0 2.0 2 11 22.0 22.0 24.0 3 38 76.0 76.0 100.0 Tot al 50 100.0 100.0

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 1 responden (2 %) berstatus gizi buruk, sebanyak 11 responden (22 %) berstatus gizi kurang, sebanyak 38 responden (50%) berstatus gizi baik, dan sebanyak 0 responden (0 %) status gizi balita lebih.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita mengalami kenaikan status gizi (yang semula berstatus gizi buruk (3 responden menjadi 1 responden) meningkat menjadi status gizi kurang dan yang semula berstatus gizi kurang (22 responden menjadi hanya 11 responden) karena naik menjadi berstatus gizi baik) dan yang berstatus gizi baik meningkat lebih banyak ( semula 25 responden menjadi 38 responden).

Dari perubahan table distribusi 1 menjadi tabel distribusi 2 tampak bahwa ada pergeseran status gizi responden kearah yang lebih baik setelah diberikan suplemen zinc. Sehingga dapat dikatakan bahwa suplementasi zinc berpengaruh signifikan atau bermakna dalam peningkatan status gizi balita.

Dari gambaran diagram dibawah ini tampak bahwa perubahan status gizi balita yang diberikan suplemen zinc berubah drastis atau mencolok dari status gizi kurang Frequenc y Percen t Valid Percent Cumulative Percent Valid 1= Gizi Buruk 3 6.0 6.0 6.0 2= Gizi Kurang 22 44.0 44.0 50.0 3= Gizi Baik 25 50.0 50.0 100.0 Total 50 100.0 100.0

(6)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 6 menjadi status gizi baik (lihat perubahan

pada diagram yang ditengah, bandingkan sebelum dan setelah intervensi)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perubahan diagram dibawah ini :

Keterangan :

1. gizi buruk 3. gizi baik 2 gizi kurang 4. gizi lebih b.Responden tanpa suplementasi Zinc Pengkategorian status gizi sama dengan responden yang diberikan suplementasi zinc. Berikut uraian hasil penelitian terhadap 50 responden yang tidak diberi suplemen zinc tapi diberikan placebo (berupa syrup yang diencerkan dengan air

dengan jenis rasa sama dengan rasa pada suplemen zinc).

Tabel 3. Distribusi responden kontrol pada awal pengukuran KLPK KONTROL AWAL Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1 1 2.0 2.0 2.0 2 6 12.0 12.0 14.0 3 42 84.0 84.0 98.0 4 1 2.0 2.0 100.0 Total 50 100.0 100.0

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 1 responden (2 %) berstatus gizi buruk, sebanyak 6 responden (12 %) berstatus gizi kurang, sebanyak 42 responden (84%) berstatus gizi baik, dan sebanyak 1 responden (2 %) status gizi balita lebih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita berstatus gizi baik.

Tabel 4. Distribusi responden kontrol pada akhir pengukuran

KLP K KONTROL AKHIR

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 1 responden (2 %) 3 2 1 KLPK INTERVENSI AWAL 25 20 15 10 5 0 F re q u e n c y KLPK INTERVENSI AWAL 3 2 1 KLPK INTERVENSI AKHIR 40 30 20 10 0 F re q u e n c y KLPK INTERVENSI AKHIR Freque ncy Perce nt Valid Percent Cumulat ive Percent Val id 1 1 2.0 2.0 2.0 2 3 6.0 6.0 8.0 3 45 90.0 90.0 98.0 4 1 2.0 2.0 100.0 Tot al 50 100.0 100.0

(7)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 7 berstatus gizi buruk, sebanyak 3 responden

(6 %) berstatus gizi kurang, sebanyak 45 responden (90%) berstatus gizi baik, dan sebanyak 1 responden (2 %) status gizi balita lebih.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit balita yang mengalami kenaikan status gizi yaitu semula berstatus gizi kurang (6 responden menjadi 3 responden) karena naik menjadi berstatus gizi baik dan yang berstatus gizi baik meningkat sedikit ( semula 42 responden menjadi 45 responden).

Dari perubahan table distribusi 3 menjadi tabel distribusi 4 tampak bahwa ada sedikit pergeseran status gizi responden kearah yang lebih baik pada responden yang tidak diberikan suplemen zinc. Namun kenaikan status gizi tersebut tidak bermakna atau sangat jauh jika dibandingkan dengan kenaikan gizi pada responden yang diberikan suplementasi zinc.

Data hasil analisa T-Test menunjukkan bahwa suplementasi zinc mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap kenaikan status gizi balita.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang suplementasi zinc menunjukkan bahwa sebagian besar balita mengalami kenaikan status gizi (yang semula berstatus gizi buruk (3 responden menjadi 1 responden) meningkat menjadi

status gizi kurang dan yang semula berstatus gizi kurang (22 responden menjadi hanya 11 responden) karena naik menjadi berstatus gizi baik) dan yang berstatus gizi baik meningkat lebih banyak ( semula 25 responden menjadi 38 responden).

Dari perubahan table distribusi 1 menjadi tabel distribusi 2 tampak bahwa ada pergeseran status gizi responden kearah yang lebih baik setelah diberikan suplemen zinc. Sehingga dapat dikatakan bahwa suplementasi zinc berpengaruh signifikan atau bermakna dalam peningkatan status gizi balita. Sehingga benar jika dikatakan bahwa Seng (Zinc) merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh. Beberapa jenis enzim memerlukan Zinc bagi fungsinya dan bahkan ada enzim yeng mengandung zinc dalam strukturnya. Zinc bermanfaat dalam membantu selera makan, meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan anak (Almatsier,2001).

Pada saat akhir pengukuran, peneliti banyak menemukan pernyataan dari orang tua balita bahwa setelah minum zinc anak menjadi meningkat nafsu makannya. Selain itu ada juga yang mengungkapkan bahwa diare anak berangsur sembuh setelah minum zinc

(8)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 8 Dari hasil penelitian tampak bahwa

hanya sedikit balita yang mengalami kenaikan status gizi yaitu semula berstatus gizi kurang (6 responden menjadi 3 responden) karena naik menjadi berstatus gizi baik dan yang berstatus gizi baik meningkat sedikit ( semula 42 responden menjadi 45 responden).

Dari perubahan table distribusi 3 menjadi tabel distribusi 4 tampak bahwa ada sedikit pergeseran status gizi responden kearah yang lebih baik pada responden yang tidak diberikan suplemen zinc. Namun kenaikan status gizi tersebut tidak bermakna atau sangat jauh jika dibandingkan dengan kenaikan gizi pada responden yang diberikan suplementasi zinc.

2. Pengaruh Zinc terhadap peningkatan status gizi balita

Berdasarkan fenomena yang sering dijumpai, kekurangan zat ini berakibat anoreksia (tidak nafsu makan), penurunan ketajaman rasa pengecap pada lidah, terhambatnya pertumbuhan, lambatnya proses penyembuhan luka, impotensi, penurunan efisiensi penggunaan makanan dan penurunan daya kekebalan tubuh. Kekurangan Zinc dalam jangka waktu lama akan mengganggu fungsi otak dan system syaraf pusat (Almatsier,2001).

Sedangkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa suplementasi zinc mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap kenaikan status gizi balita. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa zinc berguna dalam meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan pertumbuhan balita.

Sehingga suplementasi zinc sangat diperlukan dalam mengatasi masalah kekurangan gizi pada balita.

SIMPULAN

1) Hasil penelitian pada responden dengan suplementasi zinc menunjukkan bahwa sebagian besar balita mengalami kenaikan status gizi (yang semula berstatus gizi buruk (3 responden menjadi 1 responden) meningkat menjadi status gizi kurang dan yang semula berstatus gizi kurang (22 responden menjadi hanya 11 responden) karena naik menjadi berstatus gizi baik) dan yang berstatus gizi baik meningkat lebih banyak ( semula 25 responden menjadi 38 responden).

2) Hasil penelitian pada responden tanpa pemberian zinc menunjukkan bahwa hanya sedikit balita yang mengalami kenaikan status gizi yaitu semula berstatus gizi kurang (6 responden menjadi 3 responden)

(9)

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol.1, No.1, Februari 2011 9 dan yang berstatus gizi baik

meningkat sedikit (semula 42 responden menjadi 45 responden). 3) Ada pengaruh yang bermakna

antara suplementasi zinc terhadap peningkatan status gizi balita

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,

Jakarta.

Aswar, S, 2002, Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakata.

Departemen Kesehatan RI, 2002, Bila

Anda Ingin Balita Yang Sehat, Direktorat

Bina Peran serta masyarakat, Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Green,L.W, 2002, Health Education Planning Diagnostik Approach, Meyfield

Publishing Company, California.

Jahari Abas Basuni, 2002, Penilaian

Status gizi dengan antropometri BB/Tb

Moehji Sjahmien, Ilmu Gizi (2),

Penanganan Gizi Buruk

Nasution, S., 2002, Metodologi Research

(penelitian ilmiah), PT Bumi Aksara,

cetakan kelima, Jakarta.

Notoatmojo, S, 2002, Pengantar pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,

Andi offset, Yogyakarta.

Priyatno, Dwi, 2008, Mandiri Belajar SPSS, MediaKom, Yogyakarta.

Singarimbun, M., 2003, Metodologi Penelitian Survey, LP3, Jakarta.

Sediaoetama, A.D., 1996, Ilmu Gizi, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta

WHO, 2002, Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar

(terjemahan), penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana, Bandung.

Gambar

Tabel  3.  Distribusi  responden  kontrol  pada  awal pengukuran   KLPK KONTROL AWAL     Frequency  Percent  Valid  Percent  Cumulative Percent  Valid  1  1  2.0  2.0  2.0  2  6  12.0  12.0  14.0  3  42  84.0  84.0  98.0  4  1  2.0  2.0  100.0  Total  50

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan dan Pola Asuh dengan Status Gizi Balita Di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut..

Sedangkan menurut tempat tinggal diketahui bahwa risiko status gizi kurang dan status gizi buruk pada balita yang mengalami penyakit menular berbasis lingkungan dan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RW 2 Kelurahan Ngampilan Yogyakarta diperoleh data dari 40 balita ditemukan anak balita dengan status gizi buruk sebanyak

Pengaruh konsumsi F100 terhadap perubahan status gizi balita gizi buruk Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 balita yang normal mengkonsumsi F100 semua (100%)

Dari penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Grabahan didapatkan hasil dari 45 siswi yang mengalami menarche sebagian kecil sebanyak 2 responden (

Diantara 102 balita yang menderita KEP (gizi kurang dan gizi buruk) mengalami peningkatan status gizi (menjadi gizi baik) sebanyak 55,9% setelah dilakukan pendampingan gizi

Status gizi balita setelah dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon, sebagian besar status gizinya menjadi

Sebagian besar subyek yang mengalami simtom depresi memiliki status gizi lebih dan kurang, yaitu 69,7% (23 orang), dan memiliki status gizi baik sebanyak 10 orang