• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFLUENCE OF MASSOTHERAPY (BABY SQUEEZE) AND SIDE DISH GIVING TO GIZI STATUS OF BALITA AGE 1-3 YEAR WITH GIZILESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFLUENCE OF MASSOTHERAPY (BABY SQUEEZE) AND SIDE DISH GIVING TO GIZI STATUS OF BALITA AGE 1-3 YEAR WITH GIZILESS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

INFLUENCE OF MASSOTHERAPY (BABY SQUEEZE) AND SIDE DISH GIVING TO GIZI STATUS OF BALITA AGE 1-3 YEAR WITH

GIZILESS

Muhammad Sajidin Wanda Kusumawati

Balita period represent quickly phase of brain grow which in its growth need good gizi in order to be able to grow in an optimal one. That thing earn to be strived by doing massotherapy (baby squeeze) and side dish giving routinely. The aim of this research is to analyse influence of massotherapy (baby squeeze) and side dish gizi to gizi status of balita age 1-3 year with giziless on orchard jogodayoh orchard Jabon village. Design of this research is a pre experiment of one group pre test-post test design. Population are 140 balita and technique of probability type simple random sampling got sampel as many as 10 balita. Independent variable is influence of massotherapy (baby squeeze) and side dish giving and dependent variable is gizi status of balita age 1-3 year. Data collected with questioner, observation and numeration with antropometri formula before and after masssotherapy (baby squeeze) and side dish giving on 4 May - 2 June 2011. Data analysis by using Wilcoxon Sign Rank Test. Result of research show there are analyse influence of massotherapy (baby squeeze) and side dish gizi to gizi status of balita age 1-3 year with giziless on orchard jogodayoh orchard Jabon village with ρ( 0,001-3)< α( 0,05). Balita gizi status relate to food, disease, food resilience, pattern mothering of child, health services and environment health. Health offficer can assist to instruct mother apply massotherapy (baby squeeze) and side dish giving to take care of balita gizi status in good condition level. Mother who have balita with status of giziless expected to persist massotherapy (baby squeeze) and side dish giving to increase gizi status of their balita while mother who have balita with gizi status in good level can persist massotherapy (baby squeeze) and side dish giving routinely to prevent the happening gizi balita problem.

Keyword: massotherapy (baby squeeze), side dish giving PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Massotherapy yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai pijat adalah pengobatan yang menggunakan bagian dari anggota gerak praktisi para

pemijat dengan cara-cara tertentu untuk memanipulasi bagian-bagian tubuh. Massotherapy juga dikenal sebagai pijat untuk capai, pengobatan beberapa penyakit serta kelainan dan yang sangat populer adalah pijat bayi dan balita.

(2)

Pijat untuk bayi dan balita menjadi sangat populer karena manfaatnya yang begitu besar. Pijat atau massotherapy mulai dikembangkan bukan hanya untuk bayi dan balita yang sehat namun juga untuk bayi dan balita yang mengalami masalah kesehatan seperti pada balita gizi kurang (Lies Hoedijono, 2003). Kenyataannya semua orang tua berharap bahwa balitanya dapat tumbuh sehat dengan memiliki status gizi yang baik, namun masih ada balita yang status gizinya kurang terpenuhi sehingga membutuhkan penanganan dengan segera mengingat masa balita merupakan fase cepat tumbuh otak yang dalam perkembangannya memerlukan gizi yang baik agar perkembangannya dapat optimal. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan (Ali Khomsan, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan T.Field dan Scafidi tahun 1986 menunjukkan bahwa pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan yang dipijat 15 menit 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dari kontrol (Utami Roesli, 2005). Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Jogodayoh pada bulan November 2010 terhadap 10 responden ibu balita yang memiliki balita gizi kurang usia 1-3 tahun, terdapat 3 responden (30%) mengatakan melakukan pijat bayi walaupun tidak secara rutin, yakni hanya jika balita sakit dan 7 responden (70%) mengatakan tidak melakukan pijat bayi sama sekali. Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak (Ali Khomsan, 2007). Melalui

(3)

wawancara dengan 10 responden ibu yang sama, didapatkan informasi bahwa ternyata tidak ada program makanan tambahan yang diperoleh.

Gizi kurang pada balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor secara langsung yang meliputi makanan dan penyakit atau infeksi serta faktor secara tidak langsung yang meliputi ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (UNICEF). Seperti halnya dengan masalah lain pada balita, gizi kurang memerlukan penanganan segera karena dapat berpengaruh pada penurunan berat badan. Apabila berat badannya dibawah normal maka mereka juga akan mudah terserang penyakit yang akhirnya juga menambah buruk status gizi dan kesehatanya (Lies Hoedijono, 2003). Pijat bayi bekerja untuk meningkatkan nervus vagus (saraf otak ke-10) yang

akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik dan bayi cepat merasa lapar sehingga akan lebih sering menyusu pada ibunya. Pada masa balita, peningkatan nafsu makan akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembangnya. Pada saat balita tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan dicapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI (WHO, 2003). Dampak gizi kurang pada balita yang ditimbulkan bukan hanya berpengaruh pada balita namun juga berpengaruh pada masalah sosial keluarga, diantaranya yaitu sumber dana orang tua lebih besar untuk biaya pemenuhan gizi balita sehingga sumber

(4)

dana untuk kebutuhan yang lain juga terabaikan. Masalah ini akan membawa keluarga kepada keadaan yang semakin terpuruk, sedangkan masalah gizi kurang pada balita itu sendiri belum tentu akan segera teratasi.

Mengingat keterbatasan keluarga dalam sumber dana, maka dibutuhkan penanganan yang tidak membutuhkan biaya besar. Salah satu caranya adalah dengan teknik massotherapy karena teknik ini memakai media yang murah seperti baby oil, minyak telon atau lotion dan pelaksanaannya dapat dilakukan oleh ibu balita sendiri. Faktanya massotherapy atau pijat sangat besar manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan balita, yaitu meningkatkan berat badan, meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lelap, membina

ikatan kasih sayang orang tua dan anak (Bonding), meningkatkan produksi ASI (Utami Roesli, 2005).

Rumusan Masalah

”Adakah pengaruh massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang usia 1-3 tahun di Dusun Jogodayoh Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto?”

Tujuan Penelitian Tujuan Umun

Membuktikan adanya pengaruh massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang usia 1-3 tahun di Dusun Jogodayoh.

Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi status gizi balita usia 1-3 tahun sebelum diberikan

(5)

massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan. 2) Mengidentifikasi status

gizi balita usia 1-3 tahun sesudah diberikan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan.

3) Menganalisa pengaruh massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang usia 1-3 tahun.

.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan pada penelitian ini peneliti menggunakan rancangan pre eksperimen one group pre test-post test design., populasi adalah semua balita di Dusun Jogodayoh Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sejumlah 20 balita. Sampel

penelitiannya:

Keterangan: α = 0,005

= 2,575 (nilai pada kurva normal untuk nilai α)

= 0,18 (standar deviasi beda sampel)

D= 0,15 (selisih antara rerata beda di populasi dan rerata beda di sampel)

. Tipe sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling tipe simple random sampling, sampel yang digunakan sebanyak 10 orang

(6)

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi status gizi balita sebelum dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon tanggal 4 Mei– 2 Juni 2011 No Status gizi balita Frekuensi Prosentase

1. 2. 3. Baik Kurang Buruk 0 10 0 0 100 0 Total 10 100

Sumber: Data primer tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa seluruh responden status gizinya kurang, yaitu sebanyak 10 responden (100%).

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi status gizi balita sesudah dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon tanggal 4 Mei– 2 Juni 2011 No Status gizi balita Frekuensi Prosentase

1. 2. 3. Baik Kurang Buruk 9 1 0 90 10 0 Total 10 100

Sumber: Data primer tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar responden balita, yaitu sebanyak 9 responden (90%) meningkat status gizinya dari gizi kurang menjadi gizi baik.

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi pengaruh massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang usia 1-3 tahun di Dusun Jogodayoh Desa Jabon tanggal 4 Mei– 2 Juni 2011

Pelaksanaan massotherapy (pijat bayi) dan

PMT

Status gizi

Total Baik Kurang Buruk

F % f % f % f %

Sebelum 0 0 10 100 0 0 10 100

Sesudah 9 90 1 10 0 0 10 100

(7)

Sumber: Data primer tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa sebelum pelaksanaan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan, seluruh responden balita status gizinya kurang, yakni sebanyak 10 responden (100%), namun setelah pelaksanaan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan sebagian besar responden balita meningkat status gizinya, yakni sebanyak 9 responden (90%) dari status gizi kurang menjadi baik.

Hasil uji analisa data Wilcoxon signed rank test, dengan bantuan SPSS versi 17.0 diketahui p (0,003) < α (0,05), artinya H0 ditolak. Jadi terdapat

pengaruh massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar kabupaten Mojokerto. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa sebagian besar responden balita, yaitu sebanyak 9 responden (90%) meningkat status gizinya dari gizi kurang menjadi gizi baik. Hanya satu responden balita yang status gizi nya tidak meningkat. Berdasarkan penghitungan melalui rumus antropometri, walaupun status gizi nya tidak meningkat namun berat badan responden sudah meningkat. Hanya saja

peningkatan berat badan ini belum memenuhi kriteria gizi baik.

Hal ini berhubungan dengan pola asuh ibu yang kurang tepat dalam menjalankan program pemberian makanan tambahan. Kendala dalam penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Depkes (2000) bahwa status gizi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendidikan dan pengetahuan yang erat kaitannya

(8)

dengan pola pengasuhan anak serta ketahanan pangan keluarga.

Secara fisiologi, dengan sentuhan melalui pijat merangsang pelepasan endorphin yang berperan dalam mekanisme pertumbuhan, yakni dengan meningkatkan ODC (Ornithin Decarboxylase) yang merupakan enzim yang menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan. Selain itu, melalui sentuhan pijat aktivitas neurotransmiter serotonin juga akan meningkat, menyebabkan peningkatan sel reseptor untuk mengikat glukokortikoid (adrenalin) sehingga kadar hormon adrenalin (hormon stres) menurun. Dengan menurunnya adrenalin maka imunoglobulin akan bekerja lebih aktif untuk melawan substansi asing yang menyerang tubuh, terutama Ig M dan Ig G yakni sebagai mekanisme pertahanan tubuh sehingga daya tahan tubuh juga meningkat. Rangsangan

sentuhan melalui pijat juga mempengaruhi mekanisme gelombang otak dengan cara menurunkan gelombang α, serta meningkatkan gelombang β dan gelombang teta yang berfungsi sebagai anti radang dan merangsang kontraksi otot polos dari saluran cerna, itu sebabnya dengan pijat, balita akan sering merasa lapar dan meningkat nafsu makannya. Selain itu, gelombang teta juga berperan dalam bawah sadar saat tidur. Jika gelombang teta lebih panjang dari gelombang α, maka fase NREM akan lebih panjang. Fase NREM yang panjang pada balita berperan untuk meningkatkan rangsangan sel-sel pertumbuhan dan memberikan ketenangan penuh saat tidur sehingga saat bangun kesiagaan atau konsentrasi menjadi lebih baik. Aktivitas pencernaan juga dirangsang oleh gelombang β. Pada aktivitas pencernaan, massotherapy mempengaruhi aktivitas

(9)

nervus vagus yang akan mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan tonus nervus vagus, gastrin dan insulin juga meningkat. Peningkatan gastrin merangsang pepsin untuk membentuk asam amino yang berfungsi sebagai sumber protein untuk pembangun, pengatur sel, meningkatkan energi dan antibodi. Sedangkan peningkatan insulin merangsang peningkatan transpor ke dalam sel lemak untuk suplai energi. Dalam kondisi tubuh yang sehat peningkatan sumber protein untuk pembangun dan pengatur sel menyebabkan asupan energi yang dibutuhkan juga semakin besar. Sebagai kompensasinya, balita akan cepat merasa lapar untuk memenuhi kebutuhan gizi. Selain berbagai manfaat dalam metabolisme tubuh yang disebabkan oleh massotherapy, gerak motorik juga dirangsang lebih aktif dengan penekanan

titik tertentu terutama yang dilakukan pada tangan dan kaki. Penekanan titik-titik ini menyebabkan rangsangan atau impuls disampaikan oleh saraf perifer aferen ke corda spinalis dan ditransmisi ke otak. Massotherapy bekerja tergantung dari kerja serabut saraf besar (serabut A delta) dan saraf kecil (serabut C) yang keduanya berada dalam rangsangan akar ganglion dorsalis. Setelah sampai pada dorsal medula spinalis, rangsangan pada serat akan diteruskan pada korteks serebral dan terbaca oleh serabut A delta untuk merangsang saraf-saraf persendian, rangsangan ini juga berfungsi untuk meredakan ketegangan di otot dan sendi (Lies Hoedijono, 2003).

PENUTUP Simpulan

Status gizi balita sebelum dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun

(10)

Jogodayoh Desa Jabon, seluruhnya mengalami gizi kurang sebanyak 10 responden (100%).

Status gizi balita setelah dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon, sebagian besar status gizinya menjadi baik yaitu sebanyak 9 responden (90%).

Terdapat pengaruh massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang usia 1-3 tahun di Dusun jogodayoh Desa jabon

Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto dengan tingkat signifikan ρ (0,003) < α (0,05) yang berarti bahwa massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan sangat efektif dalam upaya meningkatkan status gizi balita gizi kurang usia 1-3 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

A.H.Markum.2002.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1.Jakarta:EGC

Abdoerrachman dkk. 2001. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Info Medika

Ahr, Barbara. 2005. Pentingnya Pijat

Bayi. Jakarta :

www.sahabatnestle.co.id Agung, I Gusti Ngurah. 2004. Statistika

Penerapan Metode Analisis untuk Tabulasi Sempurna dan tak Sempurna. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa

Alan Health & Nicki Bainbridge. 2005. Baby Message, kekuatan menenangkan dari sentuhan. Jakarta: Dian Rakyat

Aldy, Daerul. 2007. Keajaiban Sentuhan Pada Bayi dan Metode Kanguru. Jakarta : www:waspada.co.id

Alimul, H. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba

Alpers, Ann.2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolp. Jakarta: EGC

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta

Baliwati, Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya

(11)

Betz, Cecilyl. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Chandra, Ely. 2007. Baby Guide. Bali-Indo: MAX MEDIA

Danim, Darwis Sudatwan. 2003. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : EGC

Depkes RI.2000. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta

Depkes RI.2009. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap motivasi pengobatan penderita TBC.

(http://depkes.wordpers.com/2 009/01/16/hubungan-tingkat- pengetahuan-terhadap-

motivasi-pengobatan-penderita-tbc/) diakses pada tanggal 31 Juli 2011

Djaeni, Ahmad. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat

Richard C. Woolfson. 2005. Mengapa Anakku Begitu?. Jakarta: Erlangga

Khomsan, Ali. 2007. Kurang Gizi pada

Balita. Jakarta:

www.nestle.com

Kuntoro. 2008. Metode Sampling dan Penentuan Besar Sampel. Surabaya: Pustaka Melati Kuntoro. 2009. Metode Statistik.

Surabaya: Pustaka Melati Luise. 2007. Sentuhan yang

Menyehatkan. Jakarta : Ayah Bunda Milna. 2007. Cara yang Baik Merawat Si Kecil. Jakarta : www.infosehat.com

Roesli, Utami. 2005. Pedoman Pijat Bayi. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara

Gambar

Tabel  4.10  Distribusi  frekuensi  status  gizi  balita  sesudah  dilakukan  massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan  di Dusun Jogodayoh Desa Jabon tanggal  4 Mei– 2 Juni 2011  No  Status gizi balita  Frekuensi  Prosentase

Referensi

Dokumen terkait

Variabel FBIR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR dan memberikan kontribusi sebesar 3,69 persen terhadap CAR pada Bank

Quraish Shihab tentang mukjizat, ia mengatakan bahwa mukjizat sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama, ialah peristiwa “luar biasa” yang terjadi dari

Sesuai dengan penjelasan yang telah penulis kemukakan di atas, dalam menulis skripsi ini, akan membahas mengenai permasalahan dengan judul skripsi:

BENTUK SURAT PENAWARAN PESERTA PERORANGAN Tetap Cukup Jelas.. BENTUK SURAT KUASA Tetap

Laporan Tugas Akhir dengan judul : “ Mengurangi Riak Arus Output Inverter Satu Fasa Kendali PI dengan Metode Virtual L “ diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Grafik slump beton Pada Gambar 8 dapat dilihat tingkat kemudahan pengerjaan ( workability ) beton akan mengalami penurunan seiring dengan penambahan serat kulit

Selama ini Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan terus mendorong pengendalian dan pengawasan ketersediaan pasokan untuk memastikan kestabilan harga baik di

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan