• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM RSK&E MODUL III - BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM RSK&E MODUL III - BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh:

1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483) 2. Gina Andini (3333110951) 3. Alfian Kello (3333111444) 4. Puput Puspitasari (3333111700)

Kelompok 3

Asisten : Rizki Munandar (Erg.11.09.1117.011)

LABORATORIUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

(2)

ii

maka laporan modul “Biomekanika dan Postur Kerja” (sudah / belum) memenuhi syarat untuk Laporan Praktikum Rekayasa Sistem kerja & Ergonomi (RSK&E) yang telah ACC dan dapat disajikan dan dikumpulkan dan dinilai.

Nama : 1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483) 2. Gina Andini (3333110951) 3. Alfian Kello (3333111444) 4. Puput Puspitasari (3333111700) Kelompok : 3 ` Menyetujui, Asisten Pembimbing (Rizki Munandar) Erg.11.09.1117.011

(3)

iii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-2 1.3 Tujuan Penelitian ... I-2 1.4 Batasan Penelitian ... I-2 1.5 Sistematika Penulisan ... I-3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomekanika ... II-1 2.2 Postur Kerja ... II-3 2.3 Cumulative Trauma Disorders (CTD) ... II-3 2.4 NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health) ... II-4 2.4.1 RWL (Recommended Weight Limit) ... II-5 2.4.2 Lifting Index (LI) ... II-7 2.5 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ... II-8 2.6 OWAS (Owako Working Posture Analysis) ... II-11 BAB III METODOLOGI PENELTIAN

3.1 Flow Chart ... III-1 3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah ... III-2 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data ... IV-1 4.1.1 Gambar Posisi Awal dan Akhir Perpindahan Beban ... IV-1 4.1.2 Data Simulasi yang Dilakukan ... IV-3 4.1.3 Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map ... IV-3

(4)

iv

4.2.2.2 Perhitungan RWL dan LI Pengankatan II (Beban II) ... IV- 4.2.3 Analisis Postur Kerja dengan Metode RULA ... IV- 4.2.3.1 Postur Kerja Operator Laki-Laki ... IV- 4.2.3.2 Postur Kerja Operator

4.2.4 Analisis Postur Kerja dengan Metode OWAS ... IV- 4.2.4.1 Analisa Postur Kerja Eksisting dari Kegiatan Mengangkat

Beban ... IV- 4.2.4.2 Rekomendasi Postur Kerja yang Ergonomis Untuk Kegiatan

Mengangkat Beban ... IV- 4.2.5 Rekapitulasi Keseluruhan Penilaian Sistem Kerja Kegiatan

Menangankat Beban ... IV- BAB V ANALISA

5.1 Analisa Grafik Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map ... V- 5.2 Analisa Hasil RWL dengan Metode NIOSH ... V-

5.2.1 Analisa Hasil Identifikasi Cidera Kerja Untuk Kegiatan Eksisting Dari Mengangkat Beban

5.2.2 Analisa Usulan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode NIOSH. V- 5.3 Analisa Postur Kerja dengan Metode RULA... V- 5.4 Analisa Postur Kerja dengan Metode OWAS ... V- 5.4.1 Analisa Postur Kerja Eksisting dari Kegiatan Mengangkat Beban V- 5.4.2 Analisa Rekomendasi Postur Kerja Yang Ergonomis Untuk

Kegiatan Mengangkat Beban ... V- 5.5 Analisa Keseluruhan Penilaian Sistem Kerja Kegiatan Mengankat .. V- BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ... IV-1 6.2 Saran ... IV-1 DAFTAR PUSTAKA

(5)
(6)

vi

Gambar 3.1 Flow Chart Fisiologi Kerja ... III-1 Gambar 4.1 Posisi Awal Operator Laki-laki Pada Saat Awal Pengangkatan .. IV-8 Gambar 4.2 Posisi Operator Laki-laki Pada Saat Pengangkatan ... IV-8 Gambar 4.3 Grafik Hand Grip Sebelum dan sesudah beraktivitas ... IV-9 Gambar 4.4 Tekanan Darah Sistolik... IV-9 Gambar 4.5 Tekanan Darah Diastolik ... IV-10

(7)

vii

Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja dan Reaksi Fisiologis ... II-3 Tabel 2.2 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Konsumsi Oksigen dan

Denyut Jantung ... II-3 Tabel 2.3 Kebutuhan Kalori Berdasarkan Kategori Beban Kerja ... II-5 Tabel 2.4 Klasifikasi %CVL ... II-12 Tabel 2.5 Skala Borg ... II-12 Tabel 4.1 Data Responden... IV-1 Tabel 4.2 Data Fisiologi ... IV-1 Tabel 4.3 Data Skala Borg ... IV-1 Tabel 4.4 Data Tekanan Darah ... IV-2 Tabel 4.5 Data Hand Grip ... IV-2 Tabel 4.6 Data Rata-rata Responden ... IV-3 Tabel 4.7 Data Denyut Nadi Istirahat ... IV-3 Tabel 4.8 Data Denyu Pembebanan Pertama ... IV-3 Tabel 4.9 Data Denyu Pembebanan Kedu... IV-4 Tabel 4.10 Data Denyu Nadi Bekerja ... IV-4 Tabel 4.11 Data Konsumsi (VO2max), Konsumsi Energi (KE) dan %CVL

Masing-masing Operator ... IV-5 Tabel 4.12 Data Rata-rata Konsumsi Oksigen ... IV-6 Tabel 4.13 Data Rata-rata Konsumsi Energi ... IV-7 Tabel 4.13 Data Rata-rata Konsumsi Energi ... IV-7

(8)

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari postur tubuh sangat penting diperhatikan supaya mendapatkan produktivitas yang maksimal dan dapat terhindar dari CTD (Cumulative Trauma Disorders). Apabila posisi tubuh yang salah saat bekerja tidak diperbaiki maka akan timbul kerusakan pada tubuh manusia tersebut. Cidera akibat posisi tubuh yang tidak baik saat bekerja merupakan suatu kerugian, karena akan mempengaruhi produktivitas kerja. Hal tersebut sangat tidak di inginkan dalam perindustrian ataupun dalam suatu kerja karena akan mempengaruhi outputnya. Untuk itu dalam ergonomi dipelajari biomekanika yang meneliti tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja

Biomekanika yang di gunakan adalah biomekanika terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan. PT. RSKE akan melakukan penelitian mengenai manual material handling yang nantinya akan berguna untuk meminimalisasi keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat. Penelitian dilakukan dengan cara pengangkatan beban yang dilakukan operator, kemudian operator mengisi kuisioner Nordic Body Map untuk mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami keluhan setelah melakukan pengangkatan beban.

Penelitian ini menggunakan metode NIOSH untuk mengetahiu nilai RWL dan LI, dan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dengan tujuan untuk menganalisis postur kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas. dan Selain itu menggunakan metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis) postural stress pada saat melaakukan pekerjaan dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan postur kerja pada system kerja

(9)

untuk menghasilkan rancangan yang efektif, nyaman, sehat dan efisien (ENASE).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menghitung nilai RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting Index) dalam pengukuran beban kerja dan rekomendasi rancangan gerakan-gerakan perpindahan alat dan benda kerja yang ergonomis ?

2. Apa saja perbaikan postur kerja pada sistem kerja dengan memperhatikan aspek-aspek biomekanika kerja untuk menghasilkan rancangan yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghitung RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting Index) dalam pengukuran beban kerja dan rekomendasi rancangan gerakan-gerakan perpindahan alat dan benda kerja yang ergonomis.

2. Melakukan perbaikan postur kerja pada sistem kerja dengan memperhatikan aspek-aspek biomekanika kerja untuk menghasilkan rancangan yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE).

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Beban kerja untuk operator wanita adalah 5 kg. Sedangkan beban kerja operator pria adalah 10 kg.

2. Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini sebanyak 6 orang. 3. Jenis pekerjaan termasuk repetitif (aktivitas berulang-ulang).

4. Penelitian ini menggunakan metode NIOSH, RULA dan OWAS.

5. Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan software CATIA dan ErgoFellow.

(10)

Untuk menyusun laporan ini secara sistematis, maka penulis menyusun sistematika laporan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan biomekanika dan postur kerja.

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai urutan langkah-langkah dan deskripsi pemecahan masalah dari pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini menjelaskan mengenai pengumpulan data Nordic Body Map, data jarak Origin dan Destination dan data postur kerja. Pengolahannya menghasilkan nilai RWL, nilai LI dan skor OWAS. BAB V ANALISA

Pada bab ini menjelaskan mengenai analisa dari rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map, RWL dan LI dengan Metode NIOSH, postur kerja dengan metode RULA dan OWAS.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan hasil dari pengolahan data penelitian dan juga saran untuk menunjang mutu dan kualitas praktikum dimasa yang akan datang.

(11)

2.1 Biomekanika

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini.

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini.

Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut. Dalam biomekanik ini banyak disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat menopang perkembangan biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang ditangani oleh biomekanik ini.

(12)

Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : 1. General Biomechanic

General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform).

b. Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).

2. Occupational Biomechanic.

Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan biomekanik.

Biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu. Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban:

1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan.

2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat. 3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak

(13)

4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang.

5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu. 6. Kurangi frekuensi pemindahan.

7. Berikan waktu istirahat.

8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga.

9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh.

10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak menimbulkan cidera punggung.

2.2 Postur Kerja

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi: flexion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the median plane). Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh.

2.3 Cumulative Trauma Disorders (CTD)

Cumulative Trauma Disorders (CTD) dapat juga disebut sebagai repetitive motion injuries atau musculoskeletal disorders adalah cidera pada system kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat daritrauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain

(14)

alat sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas handtools atau alat lainnya yang terlalu sering. Empat faktor penyebab timbulnya CTD adalah:

a. Penggunaan gaya yang berlebihan.

b. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada dalam posisi normal.

Misalnya, bahu yang terlalu terangkat ke atas, lutu yang terlalu naik,punggung terlalu membungkuk dan lain-lain.

c. Perulangan gerakan yang sama terus menerus.

d. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi.

Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah terasa sakit atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi pembengkakan. Jika gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen (Niebel dan Frevaldi, 1999). CTD merusak system saraf Musculoskeletal yaitu urat saraf (nervers), otot, tendon, ligamen, tulang dan tulang sendi (joint) pada pergerakan extreme dari tubuh bagian atas (bahu, tangan, siku, pergelangan tangan), tubuh bagian bawah (pinggul, lutut, kaki) dan bagian belakang (leher dan punggung/badan). Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan terkena CTD, penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkuk atau bahu (cervical synddrome), nyeri pada tulang belakang yang disebut Chronic Low back Pain. Pada tangan dan pergelangan tangan terjadi penyakit trigger finger (tangan bergetar), Raynaud’s syndrome (vibrasion white finger dan carpal tunnel syndrome Tayyari, 1997).

2.4 NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health)

NIOSH (National for Occupational Safety and Health) adalah suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika. NIOSH telah melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang bepengaruh terhadap biomekanika yaitu:

1. Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh pembebanan langsung.

(15)

2. Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh, dipengaruhi oleh: a. Jarak horizontal beban yang dipindahkan dari titik berat tubuh. b. Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari lantai.

c. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital (posisi pengangkatan tepat depan tubuh).

3. Frekuensi pemindahan dicatat sebagai rata-rata pemindahan per menit untuk pemindahan berfrekuensi tinggi.

4. Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam pemindahan pada suatu pencatatan.

Cedera tulang belakang merupakan penyakit yang banyak terjadi pada pekerja Material Handling. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Department Of Labour's Bureau of Labour Statistic/DOL (BLS) menunjukkan bahwa cedera tulang belakang meliputi 20% dari semua penyakit akibat kerja dan memakan biaya 25% dari total upah pekerja. Di Indonesia, data menunjukkan bahwa 25% cedera yang diderita oleh pekerja merupakan akibat dari kesalahan penanganan material.

Banyaknya pekerjaan yang berbahaya dan menimbulkan cidera pada tahun 1970-an mendorong sekumpulan orang dari berbagai disiplin ilmu yakni epidemiologi, kedokteran, industri, keamanan, psikologi, teknik, kimia, dan statistik untuk membentuk suatu organisasi yang dapat membantu memastikan keamanan dan keselamatan kondisi kerja operator. Sebagai realisasinya kemudian dibuatlah Occupational Safety and Health (OSH) Act yang menjadi dasar terbentuknya NIOSH (National Institute of Occupational Safe and Health) yang ditandatangani oleh Presiden Richard M. Nixon, pada tanggal 29 Desember 1970.

2.4.1 RWL (Recommended Weight Limit)

Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secararepetitive dan dalam jangka waktu yang cukup

(16)

lama. RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan:

1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan.

2. Beban diangkat dengan kedua tangan.

3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam. 4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk. 5. Tempat kerja tidak sempit.

Menurut Wickens (2004) Dalam pengaplikasiannya ternyata formula NIOSH Lifting Equation memiliki keterbatasan. Formula yang dikembangkan pada tahun 1981 tersebut hanya dapat diaplikasikan pada aktivitas pengangkatan yang simetris atau pada aktivitas pengangkatan yang didalamnya tidak meliputi adanya putaran pada tubuh. Selain itu, pada formula tersebut belum mempertimbangkan tentang coupling. Dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang ada maka formula NIOSH Lifting Equation dikembangkan lebih lanjut menjadi formula baru. Formula tersebut bernama Recommended Weight Limit (RWL). RWL dapat digunakan untuk aktivitas pengangkatan yang lebih beragam. Berikut rumus matematis Recommended Weight Limit (RWL) menurut Wickens (2004).

RWL = LC X HM X VM X DM X AM X FM X CM

Keterangan :

RWL = Recommended Weight Limit LC = Konstanta berat beban HM = Faktor pengali horizontal VM = Faktor pengali vertikal DM = Faktor pengali jarak AM = Faktor pengali sudut FM = Faktor pengali frekuensi CM = Faktor pengali coupling

(17)

Tabel 2.1 Coupling Multiplier

Coupling V < 75 cm (30 in.) V > 75 cm (30 in.)

Good 1 1

Fair 0,95 1

Poor 0,90 0,90

Tabel 2.2 Frekuensi Multiplier

Durasi Kerja Frekuensi

Pengangkatan Per Menit

< 1 jam < 2 jam < 8 jam

V < 75 cm V > 75 cm V < 75 cm V > 75 cm V < 75 cm V > 75 cm 0,2 1 1 0,95 0,95 0,85 0,85 0,5 0,97 0,97 0,92 0,92 0,81 0,81 1 0,94 0,94 0,88 0,88 0,75 0,75 2 0,91 0,91 0,84 0,84 0,65 0,65 3 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,55 4 0,84 0,84 0,72 0,72 0,45 0,45 5 0,80 0,80 0,60 0,60 0,35 0,35 6 0,75 0,75 0,50 0,50 0,27 0,27 7 0,70 0,70 0,42 0,42 0,22 0,22 8 0,60 0,60 0,35 0,35 0,18 0,18 9 0,52 0,52 0,30 0,30 0 0,15 10 0,45 0,45 0,26 0,26 0 0,13 11 0,41 0,41 0 0,23 0 0 12 0,37 0,37 0 0,21 0 0 13 0 0,34 0 0 0 0 14 0 0,31 0 0 0 0 15 0 0,28 0 0 0 0 >15 0 0 0 0 0 0

2.4.2 Lifting Index (LI)

Setelah menghitung nilai Recommended Weight Limit (RWL), selanjutnya adalah melakukan perhitungan Lifting Index (LI). Lifting Index (LI) mrupakan rasio hasil perbandingan antara berat beban terhadap nilai Recommended Weight Limit (RWL). Berikut rumus matematis dari Lifting Index (LI) (Wickens dkk, 2004).

(18)

LI = Berat Beban / RWL

Keterangan :

LI = Lifting Index

RWL = Recommended Weight Limit

Pengertian mengenai nilai Lifting Index (LI) a. Ketika nilai LI > 1

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan resiko cedera (low back pain) pada beberapa pekerja

b. Ketika nilai LI > 3

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan resiko cedera (low back pain) pada banyak pekerja

2.5 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

RULA atau Rapid Upper Limb Assessment dikembangkan oleh Dr.Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993.

Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak memerlukan piranti khusus dalam memberikan suatu pengukuran postur leher, punggung dan tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan RULA membutuhkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan penggangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas.

(19)

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi posture (sikap), kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazards. Oleh sebab itu RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat, terutama pemeriksaan paparan (exposure) terhadap resiko gangguan bagian tubuh atas yang disebabkan karena bekerja.

2. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan Postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitive yang mengakibatkan kelelahan otot.

3. Memberikan hasil yang dapat digunakan padap emeriksaan atau pengukuran ergonomi yang mencakup faktor-faktor fisik, epidemiologis, mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah terjadi gangguan pada tubuh bagian atas akibat kerja.

RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan danpengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan RULA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau pencatatan postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan system penskoran (scoring) dan ketiga adalah pengembangan skala level tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci.

(20)

Terdapat 5 faktor eksternal yang dapat menjadi faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu:

1. Jumlah gerakan 2. Kerja otot statis 3. Beban

4. Dimensi peralatan

5. Lama kerja tanpa istirahat

Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap individu pekerja antara lain: 1. Postur tubuh

2. Kecepatan gerakan 3. Akurasi gerakan

4. Frekuensi dan lamanya delay 5. Umur dan pengalaman 6. Faktor sosial

Oleh sebab itu, RULA didesain untuk membahas faktor- faktor resiko di atas terutama pada 4 faktor eksternal pertama. Adapun tujuan dari metode ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai metode yang dapat dengan cepat mengurangi resiko cedera pada pekerja, khususnya yang berkaitan dengan tubuh bagian atas.

2. Mengidentifikasikan bagian tubuh yang mengalami kelelahan dan kemungkinan terbesar mengalami cedera.

3. Memberikan hasil analisa dan perbaikan.

Terdapat 3 langkah untuk mendapatkan hasil dari metode RULA: 1. Merekam postur tubuh ketika sedang bekerja.

Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan (lengan atas), siku tangan (lengan bawah), pergelangan tangan, leher, trunk, dan kaki. Padalangkah ini, peneliti merekam dan memasukkan data postur tubuh pekerja pada software RULA. Kemudian, dari data tersebut dapat diketahui bagian tubuh yang mempunyai kemungkinan terbesar mengalami cedera.

(21)

2. Menghitung nilai

Data hasil rekaman yang telah dimasukkan software, dihitung nilainya untuk masing-masing bagian tubuh.

3. Action Level

Dari hasil nilai yang didapatkan, kemudian diklasifikasikan menurut action level .

2.6 OWAS (Owako Working Posture Analysis)

OWAS adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasipostural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Metode OWAS dibuat oleh seseorang yang bernama O. Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1981 untuk menganalisa postural stress pada bidang pekerjaan manual. Kegunaan metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja. Sehingga performansi kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktivitas.

Sebenarnya perkembangan OWAS dimulai pada tahun tujuh puluhan di perusahaan Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini dikembangkan oleh Karhu dan kawan-kawannya di Laboartorium Kesehatan Buruh Finlandia (Institute of Occupational Health). Lembaga ini mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, lengan, dan rematik. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat beban.

Pada kurun waktu 1977 Karhu dkk memperkenalkan metode ini untuk pertama kalinya. Pengenalan pertama terbatas pada aspek klasifikasi postur kerja. Kemudian Stofert menyempurnakan metode OWAS melalui disertasinya pada tahun 1985. Penyempurnaan ini telah memasukkan aspek evaluasi analisa secara detail.

Metode OWAS merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa kategori sikap kerja yang beresiko terhadap

(22)

kecelakaan kerja pada bagian musculoskeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.

Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit, dimana disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi:

1. Sikap Punggung a. Lurus

b. Membungkuk

c. Memutar atau miring kesamping

d. Membungkuk dan memutar atau membungkuk kedepan dan menyamping

2. Sikap Lengan

a. Kedua lengan berada dibawah bahu b. Satu lengan berada pada atau diatas bahu c. Kedua lengan pada atau diatas bahu 3. Sikap Kaki

a. Duduk

b. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus c. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus

d. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk e. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk f. Berlutut pada satu atau kedua lutut

g. Berjalan 4. Berat Beban

a. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg) b. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg (10 Kg < W ≤ 20 Kg) c. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg)

(23)

Hasil dari analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.

a. Kategori 1

Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal. Tidak perlu ada perbaikan.

b. Kategori 2

Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan. Perlu perbaikan dimasa yang akan datang.

c. Kategori 3

Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan. Perlu perbaikan segera mungkin.

d. Kategori 4

Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal,postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas. Perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga.

(24)

Dalam penelitian kali ini membahas tentang biomekanika dan postur kerja, berikut ini adalah flow chart metodologi penelitiannya.

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian & Batasan Masalah

Analisa Hasil Pengolahan Data

Simpulan dan Saran Pengumpulan Data : 1. Nordic Body Map 2. Jarak Origin dan

Destination aktivitas material handling

3. Postur tubuh saat mengangkat beban

Mulai

Selesai Pengolahan Data : 1. Menghitung nilai RWL dan LI dengan metode NIOSH 2. Menghitug skor dengan metode OWAS

3. Penilaian postur kerja dengan metode RULA

Sistem kerja baik

1. Rekomendasi batas beban dengan metode NIOSH.

2. Evaluasi postur kerja yang ergonomis dengan metode OWAS.

Rekapitulasi penilaian kegiatan kerja

Ya

Tidak

(25)

3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah

1. Mulai

Memulai penelitian. 2. Studi Pendahuluan

Mencari referensi dan materi-materi yang berhubungan dalam pembahasan kali ini.

3. Perumusan Masalah

Merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dalam penelitian. 4. Tujuan Penelitian dan Batasan Masalah

Tujuan penelitian adalah jawaban dari perumusan masalah dan akan dibahas dalam kesimpulan. Sedangkan batasan masalah adalah pembatasan satu atau lebih masalah yang telah dipaparkan di latar belakang masalah yang akan diselesaikan di penelitian ini.

5. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data jarak Origin dan Destination aktivitas material handling sebelum pengangkatan beban, dokumentasi postur tubuh saat pengangkatan beban dan data Nordic Body Map setelah pengangkatan beban.

6. Pengolahan Data

Mengolah data dengan metode NIOSH dan metode OWAS untuk menghitung RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting Index) dan menghitung skor OWAS. Jika LI kurang dari 1 maka sistem kerja dikatakan baik, namun jika LI sama dengan 1 sistem kerja perlu perbaikan dan jika LI lebih dari 1 maka aktivitas tidak dianjurkan. Jika LI sama dengan 1 atau lebih dari 1 diperlukan rekomendasi batas beban dengan menggunakan metode NIOSH dan evaluasi postur kerja yang ergonomis dengan metode OWAS.

7. Jika sistem kerja sudah baik maka dilakukan rekapitulasi penilaian kegiatan kerja, yaitu meringkas data kegiatan kerja agar mudah dimengerti.

8. Analisa Hasil Pengolahan Data

(26)

9. Simpulan dan Saran

Simpulan adalah jawaban dari tujuan, dan saran agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik.

10. Selesai

(27)

4.1 Pengumpulan Data

Setelah melakukan simulasi berupa pengangkatan beban kerja pada 2 orang operator maka didapatlah gambar posisi awal dan akhir perpindahan beban, data simulasi serta hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map untuk operator laki-laki dan perempuan.

4.1.1 Gambar posisi awal dan akhir perpindahan beban

1. Laki-laki

Berikut ini adalah gambaran posisi operator laki-laki pada saat awal pengangkatan, pengangkatan dan peletakan beban.

(28)

Gambar 4.2 Posisi Operator Laki-laki Pada Saat Pengangkatan

(29)

2. Perempuan

Berikut ini adalah gambaran posisi operator Perempuan pada saat awal pengangkatan, pengangkatan dan peletakan beban.

Gambar 4.4 Posisi Awal Operator Perempuan Pada Saat Awal Pengangkatan

(30)

Gambar 4.6 Posisi Operator Perempuan Pada Saat Peletakan 4.1.2 Data simulasi yang dilakukan

Berikut ini merupakan data yang didapat dari hasil yang dilakukan pada pengangkatan pertama dan kedua.

1. Pengangkatan I (beban I)

Nama operator : Rizki Akbar Rismawan Berat Beban : 10 kg

Tabel 4.1 Data Pengangkatan I (Beban I)

H(cm) V(cm) D(cm) A(O) FM CM

Origin 35 12 54 90 0,75 0,95

Destination 55 66 54 90 0,75 0,95

2. Pengangkatan II (beban II) Nama operator : Gina Andini Berat Beban : 5 kg

Tabel 4.2 Data Pengangkatan II (Beban II)

H(cm) V(cm) D(cm) A(O) FM CM

Origin 37 10 56 30 0,75 0,95

(31)

4.1.3 Hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map

Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi yang terdiri dari identitas perseorangan dan kuisioner Nordic Body Map.

1. Identitas perseorangan a. Operator 1

Nama : Faisal Umam

Umur/tanggal lahir : 19 / 18 Mei 1993 Jenis kelamin : Pria

Jenis pekerjaan : Pengangkatan I (beban I) Berat Badan : 82,4 Kg

Tinggi badan : 174,5 Cm

b. Operator 2

Nama : Ulfi Silvia

Umur/tanggal lahir : 19 / 19 Oktober 1993 Jenis kelamin : Wanita

Jenis pekerjaan : Pengangkatan II (beban II) Berat Badan : 54,4 Kg

Tinggi badan : 158 Cm

c. Operator 3

Nama : Rizki Akbar Rismawan Umur/tanggal lahir : 18 / 27 Maret 1994 Jenis kelamin : Pria

Jenis pekerjaan : Pengangkatan I (beban I) Berat Badan : 68,5 Kg

Tinggi badan : 157 Cm

d. Operator 4

Nama : Gina Andini

Umur/tanggal lahir : 19 / 6 Mei 1993 Jenis kelamin : Wanita

(32)

Jenis pekerjaan : Pengangkatan II (beban II) Berat Badan : 56,8 Kg

Tinggi badan : 157 Cm

e. Operator 5

Nama : Ferdwin Auliakbar

Umur/tanggal lahir : 19 / 8 Juni 1993 Jenis kelamin : Pria

Jenis pekerjaan : Pengangkatan I (beban I) Berat Badan : 66 Kg

Tinggi badan : 171 Cm

f. Operator 6

Nama : Laura Natalia

Umur/tanggal lahir : 19 / 12 Desember 1993 Jenis kelamin : Wanita

Jenis pekerjaan : Pengangkatan II (beban II) Berat Badan : 52 Kg

Tinggi badan : 149 Cm

2. Kuisioner Nordic Body Map

Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map dari operator laki-laki dan perempuan pada kategori Good, Fair, dan Poor.

Tabel 4.3 Data Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map

No Lokasi Tingkat Kelelahan Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4 Operator 5 Operator 6 0 Sakit/kaku di leher bagian atas B A A A A A 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah A A B A A A

2 Sakit di bahu kiri B B B B A A 3 Sakit di bahu

kanan B B C B A A

4 Sakit pada lengan

atas kiri A B B B A A

(33)

Tabel 4.3 Data Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map(lanjutan) No Lokasi Tingkat Kelelahan Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4 Operator 5 Operator 6

6 Sakit pada lengan

atas kanan A B C C C B

7 Sakit pada

pinggang C B B B B A

8 Sakit pada bokong C B A A A A 9 Sakit pada pantat C B A A A A 10 Sakit pada siku

kiri C B B A A A

11 Sakit pada siku

kanan C B C A B A

12 Sakit pada lengan

bawah kiri A B B A A B

13 Sakit pada lengan

bawah kanan A B C B A B 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri B B B A B A 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan B B C A B A

16 Sakit pada jari-jari

tangan kiri B C B B B A

17 Sakit pada jari-jari

tangan kanan B C C B B B

18 Sakit pada paha

kiri A B A D A B

19 Sakit pada paha

kanan A B B D B B

20 Sakit pada lutut

kiri C C A B A B

21 Sakit pada lutut

kanan C C B B C C

22 Sakit pada betis

kiri A C A B A B

23 Sakit pada betis

kanan A C A B B C 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri B A A A A A 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan B A A A B A

26 Sakit pada jari

kaki kiri B A A A A A

27 Sakit pada jari

kaki kanan B A B A B A

Keterangan : A : Tidak Sakit C : Sakit B : Agak Sakit D : Sakit Sekali

(34)

Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map

No Lokasi Tingkat Kelelahan

A B C D

0 Sakit/kaku di leher bagian atas 5 1 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 5 1 2 Sakit di bahu kiri 2 4 3 Sakit di bahu kanan 2 3 1 4 Sakit pada lengan atas kiri 3 3 5 Sakit di punggung 3 2 1 6 Sakit pada lengan atas kanan 1 2 3 7 Sakit pada pinggang 1 4 1 8 Sakit pada bokong 4 1 1 9 Sakit pada pantat 4 1 1 10 Sakit pada siku kiri 3 2 1 11 Sakit pada siku kanan 2 2 2 12 Sakit pada lengan bawah kiri 3 3 13 Sakit pada lengan bawah kanan 2 3 1 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 2 4 15 Sakit pada pergelangan tangan

kanan 2 3 1

16 Sakit pada jari-jari tangan kiri 1 4 1 17 Sakit pada jari-jari tangan kanan 4 2 18 Sakit pada paha kiri 3 2 1 19 Sakit pada paha kanan 1 4 1 20 Sakit pada lutut kiri 2 2 2 21 Sakit pada lutut kanan 2 4 22 Sakit pada betis kiri 3 2 1 23 Sakit pada betis kanan 2 2 2 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 5 1 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 4 2 26 Sakit pada jari kaki kiri 5 1 27 Sakit pada jari kaki kanan 3 3

4.2 Pengolahan Data

Berikut ini merupakan pengolahan data yang terdiri dari Grafik hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map, Perhitungan dengan metode NIOSH, Analisis postur kerja dengan metode RULA, dan Analisis postur kerja dengan metode OWAS

(35)

4.2.1 Diagram hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map

Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map:

Gambar 4.7 Diagram Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map

Dari diagram diatas, didapat keluhan yang paling dominan pada bagian tubuh bagian lengan kanan dan paha kanan karena pengangkatan beban yang berulang-ulang dengan beban untuk operator 1 yaitu 10 kg dan operator 2 yaitu 5 kg.

4.2.2 Perhitungan dengan metode NIOSH

Pada perhitungan dengan menggunakan metode NIOSH ini terdiri dari Perhitungan RWL dan LI pengangkatan I pada beban I dan beban II.

4.2.2.1 Perhitungan RWL dan LI pengankatan I (beban I) 1. Origin LC = 23 HM = 25/H = 25/35 = 0,714 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[12-75]) = 0,811 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/54 = 0,903 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×90) = 0,712 0 1 2 3 4 5 6 Sak it/ kak u di… Sak it/ kak u di… Sak it d i b ah u k ir i Sak it d i b ah u k an an Sak it p ad a len gan … Sak it d i p u n g g u n g Sak it p ad a len gan … Sak it p ad a p in g g an g Sak it p ad a b o k o n g S ak it p ad a p an tat Sak it p ad a sik u k ir i Sak it p ad a sik u… Sak it p ad a len gan … Sak it p ad a len gan … Sak it p ad a… Sak it p ad a… Sa kit p ad a ja ri-… Sa kit p ad a ja ri-… Sak it p ad a p ah a k ir i Sak it p ad a pah a… Sa k it p ad a lu tu t k ir i Sa kit p ad a lu tu t… Sak it p ad a b etis k ir i Sak it p ad a betis … Sak it p ad a… Sak it p ad a… Sak it p ad a jar i… Sak it p ad a jar i…

Rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map

A B C D

(36)

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0,714×0,811×0,903×0,712×0,75×0,95 = 6,101

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/6,101 = 1,639

LIorigin ≥ 1, maka pada pekarjaan ini pasti terjadi resiko kerja karena

beban kerja yang diterima melebihi beban yang dianjurkan (berbahaya).

2. Destination LC = 23 HM = 25/H = 25/55 = 0,45 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[66-75]) = 0,973 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/54 = 0,903 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×90) = 0,712

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0, 45×0,973×0,903×0,712×0,75×0,95 = 4,613

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/4,613 = 2,168

LIorigin ≥ 1, maka pada pekarjaan ini pasti terjadi resiko kerja karena

(37)

4.2.2.2 Perhitungan RWL dan LI pengankatan II (beban II) 1. Origin LC = 23 HM = 25/H = 25/37 = 0,676 VM = 1−(0,003[V−75]) = 1−(0,003[10−75]) = 0,805 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/56 = 0,9 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×30) = 0,904

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0,676×0,805×0,9×0,904×0,75×0,95 = 7,258

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/7,258 = 1,378

LIorigin ≥ 1, maka pada pekarjaan ini pasti terjadi resiko kerja karena

beban kerja yang diterima melebihi beban yang dianjurkan (berbahaya). 2. Destination LC = 23 HM = 25/H = 25/35 = 0,714 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[66-75]) = 0,973 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/56 = 0,9 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×30) = 0,904

(38)

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0, 714×0,973×0,9×0,904×0,75×0,95 = 9,266

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/9,266 = 1,079

LIorigin ≥ 1, maka pada pekarjaan ini pasti terjadi resiko kerja karena

beban kerja yang diterima melebihi beban yang dianjurkan (berbahaya).

4.2.2.3 Rekomendasi beban kerja dengan metode NIOSH 1. Pengangkatan I (beban I)

Dengan ditambahkannya meja dengan tinggi 60 cm maka akan berpengaruh terhadap nilai VM dan AM. Kemudian mengubah posisi operator terhadap posisi awal benda dan posisi peletakannya sehingga menghasilkan sudut yang lebih kecil. Selain itu jarak destination diperpendek. Dengan ditambahkannya meja dan berubahnya sudut serta jarak destination, maka akan berpengaruh pada penurunan nilai RWL dan LI dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Origin LC = 23 HM = 25/H = 25/35 = 0,714 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[72-75]) = 0,991 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/6 = 1,57 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×30) = 0,904

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

(39)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0,714×0,991×1,57×0,904×0,75×0,95 = 16,467

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/12,967 = 0,607

LIorigin ≤ 1, maka pada pekarjaan ini dianjurkan (tidak berbahaya).

b. Destination LC = 23 HM = 25/H = 25/35 = 0,714 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[66-75]) = 0,973 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/6 = 1,57 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×30) = 0,904

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0,714×0,973×1,57×0,904×0,75×0,95 = 16,165

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/16,165 = 0,619

LIorigin ≤ 1, maka pada pekarjaan ini dianjurkan (tidak berbahaya).

2. Pengangkatan II (beban II)

Dengan ditambahkannya meja dengan tinggi 60 cm maka akan berpengaruh terhadap nilai VM dan AM. Selain itu jarak origin diperpendek. Dengan ditambahkannya meja serta berubahnya jarak origin,

(40)

maka akan berpengaruh pada penurunan nilai RWL dan LI dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Origin LC = 23 HM = 25/H = 25/35 = 0,714 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[70-75]) = 0,985 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/4 = 1,945 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×30) = 0,904

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0,714×0,985×1,945×0,904×0,75×0,95 = 20,273

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/20,273 = 0,493

LIorigin ≤ 1, maka pada pekarjaan ini dianjurkan (tidak berbahaya).

b. Destination LC = 23 HM = 25/H = 25/35 = 0,714 VM = 1−(0,003[V-75]) = 1−(0,003[66-75]) = 0,973 DM = 0,82 + 4,5/D = 0,82 + 4,5/4 = 1,945 AM = 1−(0,0032×A) = 1−(0,0032×30) = 0,904

(41)

FM = 0,75 (6 pengankatan/menit dalam durasi 10 menit untuk V<75cm)

CM = 0,95 (coupling type fair untuk V<30 Inches)

RWLorigin = LC×HM×VM×DM×AM×FM×CM

= 23×0,714×0,973×1,945×0,904×0,75×0,95 = 20,026

LIorigin = Massa Beban/RWL

= 10/20,026 = 0,499

LIorigin ≤ 1, maka pada pekarjaan ini dianjurkan (tidak berbahaya).

4.2.3 Analisis postur kerja dengan metode RULA

Berikut ini merupakan analisis postur kerja pada operator laki-laki dan perempuan dengan metode RULA

4.2.3.1 Postur kerja operator laki-laki 1. Posisi awal pengangkatan

Gambar 4.8 Manikin Operator 1 Pada Posisi Awal Pengangkatan

Gambar 4.9 Analisa Postur Kerja Operator 1 Bagian Kanan Pada Posisi awal pengangkatan dengan Metode RULA

(42)

Gambar 4.10 Analisa Postur Kerja Operator 1 Bagian Kiri Pada Posisi awal pengangkatan dengan Metode RULA

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi postur kerja pada posisi kanan dan kiri termasuk kategori berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

2. Posisi pengangkatan

Gambar 4.11 Manikin Operator 1 Pada Posisi Pengangkatan

Gambar 4.12 Analisa Postur Kerja Operator 1 Bagian Kanan Pada Posisi pengangkatan dengan Metode RULA

(43)

Gambar 4.13 Analisa Postur Kerja Operator 1 Bagian Kiri Pada Posisi pengangkatan dengan Metode RULA

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi postur kerja pada posisi kanan dan kiri termasuk kategori berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

3. Posisi peletakan

Gambar 4.14 Manikin Operator 1 Pada Posisi Peletakan

Gambar 4.15 Analisa Postur Kerja Operator 1 Bagian Kanan Pada Posisi peletakan dengan Metode RULA

(44)

Gambar 4.16 Analisa Postur Kerja Operator 1 Bagian Kiri Pada Posisi peletakan dengan Metode RULA

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi postur kerja pada posisi kanan dan kiri termasuk kategori berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

4.2.3.2 Postur Kerja Operator perempuan 1. Posisi awal pengangkatan

Gambar 4.17 Manikin Operator 2 Pada Posisi Awal Pengangkatan

Gambar 4.18 Analisa Postur Kerja Operator 2 Bagian Kanan Pada Posisi awal pengangkatan dengan Metode RULA

(45)

Gambar 4.19 Analisa Postur Kerja Operator 2 Bagian Kiri Pada Posisi awal pengangkatan dengan Metode RULA

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi postur kerja pada posisi kanan dan kiri termasuk kategori berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

2. Posisi pengangkatan

Gambar 4.20 Manikin Operator 2 Pada Posisi Pengangkatan

Gambar 4.21 Analisa Postur Kerja Operator 2 Bagian Kanan Pada Posisi pengangkatan dengan Metode RULA

(46)

Gambar 4.22 Analisa Postur Kerja Operator 2 Bagian Kiri Pada Posisi pengangkatan dengan Metode RULA

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi postur kerja pada posisi kanan dan kiri termasuk kategori berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

3. Posisi peletakan

Gambar 4.23 Manikin Operator 2 Pada Posisi Peletakan

Gambar 4.24 Analisa Postur Kerja Operator 2 Bagian Kanan Pada Posisi peletakan dengan Metode RULA

(47)

Gambar 4.25 Analisa Postur Kerja Operator 2 Bagian Kiri Pada Posisi peletakan dengan Metode RULA

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi postur kerja pada posisi kanan dan kiri termasuk kategori berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

4.2.4 Analisis postur kerja dengan metode OWAS

Berikut ini merupakan analisis postur kerja dengan metode OWAS pada operator laki-laki dan perempuan.

4.2.4.1 Analisa postur kerja dari kegiatan mengangkat beban 1. Laki-laki

Gambar 4.26 Analisa Postur Kerja Operator Laki-laki pada Posisi Awal Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

(48)

Gambar 4.27 Analisa Postur Kerja Operator Laki-laki pada Posisi Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

Gambar 4.28 Analisa Postur Kerja Operator Laki-laki pada Posisi Peletakan Beban dengan Metode OWAS

Berdasarkan hasil penelitian postur kerja dengan metode OWAS dengan berat beban pada operator laki-laki adalah 10 kg dapat terlihat bahwa skor postur kerja posisi awal pengangkatan sebesar 3, yang terdiri dari sikap punggung membungkuk, sikap kedua tangan dibawah bahu, sikap kaki berdiri atau jongkok dengan kedua lutut. Selanjutnya skor postur kerja pada posisi pengangkatan beban sebesar 2, terdiri dari sikap punggung membungkuk dan memutar, sikap kedua lengan berada di bawah bahu serta sikap kaki berdiri dan bertumpu pada kedua

(49)

kaki lurus. Sedangkan skor postur kerja pada posisi peletakan beban sebesar 4 terdiri dari sikap punggung membungkuk dan memutar, sikap kedua lengan berada di bawah bahu dan sikap kaki berdiri dan bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk. Dari ketiga skor postur kerja yang didapatkan pada posisi awal pengangkatan merupakan postur kerja yang kerja yang mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan, perlu perbaikan segera mungkin. Selanjutnya posisi pengangkatan merupakan postur kerja yang mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan, perlu perbaikan di masa yang akan datang. Dan yang terakhir posisi peletakkan hasilnya menunjukan bahwa postur kerja tersebut sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal, postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas dan perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga.

2. Perempuan

Gambar 4.29 Analisa Postur Kerja Operator Perempuan pada Posisi Awal Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

(50)

Gambar 4.30 Analisa Postur Kerja Operator Perempuan pada Posisi Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

Gambar 4.31 Analisa Postur Kerja Operator Perempuan pada Posisi Peletakan Beban dengan Metode OWAS

Berdasarkan hasil penelitian postur kerja dengan metode OWAS dengan berat beban pada operator perempuan adalah 5 kg dapat terlihat bahwa skor postur kerja posisi awal pengangkatan sebesar 3, yang terdiri dari sikap punggung membungkuk, sikap kedua tangan dibawah bahu, sikap kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk. Selanjutnya skor postur kerja pada posisi pengangkatan beban sebesar 2, terdiri dari sikap punggung membungkuk dan memutar, sikap kedua lengan berada di bawah bahu serta sikap kaki berdiri dan

(51)

bertumpu pada kedua kaki lurus. Sedangkan skor postur kerja pada posisi peletakan beban sebesar 4 terdiri dari sikap punggung membungkuk dan memutar, sikap kedua lengan berada di bawah bahu dan sikap kaki berdiri dan bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk. Dari ketiga skor postur kerja yang didapatkan pada posisi awal pengangkatan merupakan postur kerja yang kerja yang mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan, perlu perbaikan segera mungkin. Selanjutnya posisi pengangkatan merupakan postur kerja yang mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan, perlu perbaikan di masa yang akan datang. Dan yang terakhir posisi peletakkan hasilnya menunjukan bahwa postur kerja tersebut sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal, postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas dan perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga.

4.2.4.2 Rekomendasi postur kerja yang ergonomis untuk kegiatan mengangkat beban

1. Laki-laki

Gambar 4.32 Rekomendasi Postur Kerja Operator Laki-laki pada Posisi Awal Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

(52)

Gambar 4.33 Rekomendasi Postur Kerja Operator Laki-laki pada Posisi Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

Gambar 4.34 Rekomendasi Postur Kerja Operator Laki-laki pada Posisi Peletakan Beban dengan Metode OWAS

Gambar di atas merupakan rekomendasi postur kerja operator dengan metode OWAS pada operator laki-laki dengan berat beban 10 kg. Dari rekomendasi tersebut, dapat terlihat bahwa skor postur kerja posisi awal pengangkatan sebesar 1, yang terdiri dari sikap punggung memutar, sikap kedua tangan dibawah bahu, sikap kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Selanjutnya skor postur kerja pada posisi pengangkatan beban sebesar 1, terdiri dari sikap punggung

(53)

membungkuk dan memutar, sikap kedua lengan berada di bawah bahu serta sikap kaki berdiri dan bertumpu pada kedua kaki lurus. Sedangkan skor postur kerja pada posisi peletakan beban sebesar 1, terdiri dari sikap punggung memutar, sikap kedua tangan dibawah bahu, sikap kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dari ketiga skor postur kerja yang didapatkan pada posisi awal pengangkatan, posisi pengangkatan dan posisi peletakkan hasilnya menunjukan bahwa postur kerja tersebut tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal, sehingga tidak perlu ada perbaikan.

2. Perempuan

Gambar 4.32 Rekomendasi Postur Kerja Operator Perempuan pada Posisi Awal Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

Gambar 4.33 Rekomendasi Postur Kerja Operator Perempuan pada Posisi Pengangkatan Beban dengan Metode OWAS

(54)

Gambar 4.34 Rekomendasi Postur Kerja Operator Perempuan pada Posisi Peletakan Beban dengan Metode OWAS

Gambar di atas merupakan rekomendasi postur kerja operator dengan metode OWAS pada operator perempuan dengan berat beban sebesar 5 kg. Dari rekomendasi tersebut, dapat terlihat bahwa skor postur kerja posisi awal pengangkatan sebesar 1, yang terdiri dari sikap punggung memutar, sikap kedua tangan dibawah bahu, sikap kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Selanjutnya skor postur kerja pada posisi pengangkatan beban sebesar 1, terdiri dari sikap punggung membungkuk dan memutar, sikap kedua lengan berada di bawah bahu serta sikap kaki berdiri dan bertumpu pada kedua kaki lurus. Sedangkan skor postur kerja pada posisi peletakan beban sebesar 1, terdiri dari sikap punggung memutar, sikap kedua tangan dibawah bahu, sikap kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dari ketiga skor postur kerja yang didapatkan pada posisi awal pengangkatan, posisi pengangkatan dan posisi peletakkan hasilnya menunjukan bahwa postur kerja tersebut tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal, sehingga tidak perlu ada perbaikan.

(55)

4.2.5 Rekapitulasi keseluruhan penilaian sistem kerja kegiatan mengangkat beban Berikut ini merupakan hasil rekapitulasi keseluruhan penilaian sistem kerja kegiatan mengangkat beban.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Keseluruhan Penilaian Sistem Kerja Kegiatan Mengangkat Beban Kegiatan Perhitungan dengan Metode NIOSH Analisa postur kerja dengan metode RULA Analisa postur kerja dengan metode OWAS Rekomendasi metode NIOSH Rekomendasi metode OWAS Pengangkatan I Origin RWL : 6,101 LI : 1,639  Destination RWL : 4,613 LI : 2,168 Nilai skor 7 pada ketiga posisi (postur kerja berbahaya, perlu pemeriksaan dan perubahan)  Awal Pengangkatan Skor 3  Pengangkatan Skor 2  Peletakan Skor 4 (postur kerja berbahaya, perlu pemeriksaan dan perubahan)  Origin RWL : 16,464 LI : 0,607  Destination RWL : 16,165 LI : 0,619 Skor 1 pada ketiga posisi (postur kerja aman tidak berbahaya) Pengangkatan II Origin RWL : 7,258 LI : 1,378  Destination RWL : 9,266 LI : 1,079 Nilai skor 7 pada ketiga posisi (postur kerja berbahaya, perlu pemeriksaan dan perubahan)  Awal Pengangkatan Skor 3  Pengangkatan Skor 2  Peletakan Skor 4 (postur kerja berbahaya, perlu pemeriksaan dan perubahan)  Origin RWL : 20,276 LI : 0,493  Destination RWL : 20,026 LI : 0,499 Skor 1 pada ketiga posisi (postur kerja aman tidak berbahaya)

Dari data berikut baik menggunakan metode NIOSH, RULA ataupun OWAS menunjukan bahwa pekerjaan yang dilakukan berbahaya pada sistem muskuloskeletal sehingga di butuhkannya perbikan postur kerja dengan menambahkan meja dengan tinggi 60 cm yang berpengaruh pada sikap punggung agar tidak membungkuk dan sikap kaki yang tidak jongkok pada saat pengambilan beban. Kemudian mengubah posisi operator terhadap posisi awal benda dan posisi peletakannya sehingga menghasilkan sudut yang lebih kecil. Dan memperpendek jarak origin dan destination.

(56)

5.1 Analisa Grafik Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map

Grafik hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map diperoleh dari rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map dari enam operator yaitu tiga operator pria dan tiga operator wanita. Data kuisioner Nordic Body Map didapatkan setelah operator melakukan pekerjaan, dan pengisian kuisioner dilakukan secara subyektif oleh operator tersebut terhadap rasa sakit yang dirasakan pada 28 lokasi tubuh setelah melakukan pekerjaan.

Tingkat keluhan pada kuisioner Nordic Body Map terdiri dari empat kategori yaitu A (tidak sakit), B (agak sakit), C (sakit), dan D (sakit sekali). Karena setiap operator memilih kategori tersebut secara subyektif, maka penilain keluhan di 28 lokasi tubuh diambil yang paling dominan dirasakan oleh operator.

Berdasarkan Gambar 4.7 grafik hasil rekapitulasi kuisioner Nordic Body Map dapat terlihat keluhan yang dominan pada setiapbagian tubuh. Pada kategori A (tidak sakit) berada pada lokasi tubuh leher bagian atas, leher bagian bawah, punggung, bokong, pantat, siku kiri, paha kiri, betis kiri, pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan, dan jari kaki kiri. Operator mengalami keluhan agak sakit atau kategori B pada lokasi tubuh bahu kiri, bahu kanan, lengan atas kiri, pinggang, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kiri, pergelangan tangan kanan, jari-jari tangan kanan, jari-jari tangan kiri, paha kanan, dan jari kaki kanan. Operator merasa keluhan sakit atau kategori C pada lokasi tubuh siku kanan, lutut kiri, dan betis kanan. Sedangkan pada keluhan sakit sekali atau ktegori D hanya satu operator yang merasakannya yaitu pada lokasi tubuh paha kiri, dan paha kanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa operator mersakan keluhan pada lokasi tubuh lengan serta paha, hal tersebut disebabkan oleh berat beban yang mencapai 10kg untuk pria dan 5 kg untuk wanita diangkat oleh

(57)

5.2.1 Analisa hasil identifikasi cidera kerja untuk kegiatan eksisting dari mengangkat beban

Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Setelah menghitung nilai Recommended Weight Limit (RWL), selanjutnya adalah melakukan perhitungan Lifting Index (LI). Lifting Index (LI) mrupakan rasio hasil perbandingan antara berat beban terhadap nilai Recommended Weight Limit (RWL).

Pengangkatan beban yang dilakukan pada PT. RSK&E terdiri dari dua tahap. Untuk setiap tahap pangangkatan terdapat nilai origin dan nilai destination. Origin adalah hubungan antara posisi awal operator dengan benda yang ingin diangkut, sedangkan destination adalah hubungan antara posisi awal operator dengan lokasi peletakan benda. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai RWL yaitu Horizontal Location (H), Vertical Location (V), Vertical Travel Distance (D), Lifting Frequency (F) dan, Asymetry (A). Dimana semakin besar nilai faktor-faktor tersebut maka nilai RWL nya akan semakin kecil, dan sebaliknya jika semakin kecil nilai faktor-faktor tersebut maka nilai RWL nya akan semakin besar.

Berdasarkan hasil perhitungan RWL dan LI pada pengangkatan I (beban I) maka diperoleh RWLorigin sebesar 6,101 kg dan LIorigin sebesar

1,69. Karena nilai LIorigin ≥ 1, maka pada pekarjaan ini pasti terjadi resiko

kerja karena beban kerja yang diterima melebihi beban yang dianjurkan (berbahaya). Pada keadaan destination diperoleh nilai RWLdestination sebesar 4,613 kg dan LIdestination 2,168. Karena nilai LIdestination ≥ 1, maka

pada pekarjaan ini pasti terjadi resiko kerja karena beban kerja yang diterima melebihi beban yang dianjurkan (berbahaya). Pada pengangkatan II

(58)

9,266 kg dan LIdestination 1,079. Karena nilai LIdestination ≥ 1, maka pada

pekarjaan ini pasti terjadi resiko kerja karena beban kerja yang diterima melebihi beban yang dianjurkan (berbahaya).

5.2.2 Analisa usulan perbaikan sistem kerja dengan metode NIOSH

Analisa usulan perbaikan system kerja dengan metode NIOSH dengan menggunakan perhitungan RWL dan LI. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengurangi nilai LI sehingga nilai LI mencapai <1. Nilai LI sangat bergantung pada nilai RWL, semakin besar nilai RWL maka nilai LI semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil nilai RWL maka nilai LI semakin besar. Sedangkan nilai RWL dipengaruhi oleh faktor-faktor Horizontal Location (H), Vertical Location (V), Vertical Travel Distance (D), Lifting Frequency (F) dan, Asymetry (A).

untuk memperbaiki sistem kerja yang ada maka nilai RWL harus diperbesar, oleh sebab itu diperlukan penurunan nilai pada faktor-faktor yang mempengaruhi RWL. Hal yang dapat dilakukan untuk untuk mengurangi nilai faktor-faktor yang mempengaruhi RWL yaitu dengan cara mengurangi nilai Horizontal Location (H) dengan cara mendekatkan jarak benda maupun meja peletakan benda terhadap posisi operator, mengurangi nilai Vertical Travel Distance (D) dengan cara memberikan alas tebal pada lantai tepat di bawah benda, dan mengurangi nilai Asymetry (A) dengan cara mengatur posisi operator terhadap posisi awal benda ke posisi peletakan sehingga diperoleh sudut yang lebih kecil.

(59)

menggunakan metode RULA.

Pengamatan dilakukan terhadap dua operator yaitu operator pria dan operator wanita. Pada setiap pengangkatan terdiri dari tiga posisi yaitu posisi awal pengangkatan, posisi pengangkatan, dan posisi peletakan benda. Pada operator pria skor RULA yang diperoleh pada ketiga posisi tersebut sebesar 7, Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga). Pada operator wanita skor RULA yang diperoleh pada ketiga posisi tersebut sebesar 7, Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

5.4 Analisa Postur Kerja dengan Metode OWAS

5.4.1 Analisa postur kerja eksisting dari kegiatan mengangkat beban

Analisa postur kerja dengan metode OWAS dilakukan dengan menggunakan softwere ErgoFellow. Pengamatan dilakukan terhadap dua operator yaitu operator pria dan operator wanita. Pada setiap pengangkatan terdiri dari tiga posisi yaitu posisi awal pengangkatan, posisi pengangkatan, dan posisi peletakan benda. Pada operator pria hasil yang diperoleh pada posisi awal pengangkatan dan posisi pengangkatan sebesar 3 yang artinya pekerjaan tersebut harus dilakukan perbaikan sesegera mungkin, hasil pada posisi peletakan sebesar 4 yang artinya diperlukan tindakan yang benar untuk memperbaiki sistem kerja dengan segera (saat itu juga). Pada operator wanita hasil yang diperoleh pada posisi awal pengangkatan dan posisi pengangkatan sebesar 3 yang artinya pekerjaan tersebut harus dilakukan perbaikan sesegera mungkin, hasil pada posisi peletakan sebesar 4 yang

Gambar

Tabel 2.2 Frekuensi Multiplier  Durasi Kerja
Gambar 3.1 Flow Chart Biomekanika dan Postur Kerja
Gambar 4.1 Posisi Awal Operator Laki-laki Pada Saat Awal Pengangkatan
Tabel 4.3 Data Hasil Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi desain perbaikan dilakukan dengan menggunakan software blender dan setelah melalui simulasi posisi postur tubuh operator pada saat melakukan

Metode yang dikembangkan untuk menganalisis postur kerja aktivitas MMH yaitu: NIOSH, OWAS, REBA dan RULA.. Selanjutnya akan membandingkan metode-metode tersebut dengan

Postur tubuh bagian putaran pergelangan tangan berada digaris tengah, diberi skor = 1 Tabel 4.23 Tabel penilaian postur kerja Grup a pada karyawan 7 operator mesin cetak Wilayah

Berbeda dengan skor LI pada A.2.2 asal dan tujuan yang kurang dari 1 (LI &lt; 1), hal tersebut menunjukan bahwa berat beban yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan yang

Analisis Postur Kerja pada Stasiun Pemanenan Tebu dengan Metode OWAS dan REBA, Studi Kasus di PG Kebon Agung, Malang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja operator las yaitu berdiri membungkuk memiliki skor RULA paling tinggi yaitu 7 yang berarti bahwa

mengetahui keluhan apa saja yang diderita oleh pekerja dan faktor-faktor yang berpengaruh pada metode OWAS dengan merekam dan mengambil gambar postur kerja operator di

Berbeda dengan pengkuran waktu baku dengan metode jam henti yang Berbeda dengan pengkuran waktu baku dengan metode jam henti yang menggunakan data waktu