• Tidak ada hasil yang ditemukan

Promise Me Tonight isi.indd 1 1/10/2018 9:03:12 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Promise Me Tonight isi.indd 1 1/10/2018 9:03:12 AM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Promise

Me Tonight

(3)

Sara Lindsey

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Promise

Me Tonight

(4)

Promise Me Tonight

By Sara Lindsey

Published in 2010 by Signet Eclipse, an imprint of New American Library, a division of Penguin Group (USA), Inc.

Copyright © Sara Lindsey, 2010 All rights reserved.

Alih bahasa: Erlinda Suryamulyawati

Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali tahun 2018 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 718030209

ISBN: 978-602-04-5429-0

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

Silsilah Keluar ga W eston Lady MAR Y BRANDON m. OLIVER V iscount W eston 1752- 1747-HENR Y ISABELLA 1778 OLIVIA 1779 CORDELIA IMOGEN RICHARD POR TIA 1796-Promise Me Tonight Buku 1 Mengisahkan James Sheffield 1772-V iscount Addison

(6)

Detik selalu terasa tidak penting. Sekalipun begitu, enam puluh detik akan membentuk satu menit pe-nuh. Tapi, setiap menit juga akan cepat berlalu ketika di bandingkan dengan seluruh jam yang ada dalam sehari. Hari, juga bisa terlampaui dengan cepat, ber-ubah menjadi minggu, lalu bulan. Tapi tetap saja kecil dan remah jika dibandingkan dengan gabungan tahun yang membentuk satu kali kehidupan.

Tapi, waktu sedetik saja bisa mengubah semuanya. Momen yang amat singkat dalam jalinan waktu yang bergerak cepat yang selamanya bisa mengalihkan sebuah jalan hidup. Pada usia sepuluh tahun, James Sheffield sudah tahu bahwa hal itu memang benar. Hanya di-butuhkan waktu selama satu detik bagi ibunya untuk mengembuskan napas terakhir setelah berjam-jam bergulat dan gagal untuk melahirkan se orang bayi, dan itu juga waktu bagi sang kematian untuk menjemput nyawanya. Selubung duka yang menyelimuti rumah mereka setelah kematian sang ibu ber lang sung selama berbulan-bulan, tapi hanya butuh sekejap bagi James

Prolog

(7)

xi S A R A L I N D S E Y

untuk memastikan bahwa terjatuh dari tangga, entah karena kecelakaan atau kesengajaan, sudah membuat leher ayahnya patah.

Dan, ketika berdiri dan menatap peti mati ayahnya diturunkan ke liang lahat agar bisa beristirahat dengan tenang bersama sang ibu dan adik perempuannya yang masih bayi, hanya satu detik waktu yang di bu tuh kan bagi James untuk memastikan bahwa dia tidak akan pernah lagi merasakan sakitnya kehilangan orang yang disayanginya. Bahkan pada usia sebelia itu, James tahu bahwa hanya ada satu cara untuk melin dungi diri-nya sendiri, yaitu dengan tidak pernah mediri-nya yangi dan mencintai seseorang lagi. Dia pun mengum pul-kan serpihan hatinya yang berserapul-kan dan mengu bur-kannya di satu tempat yang begitu dalam dan gelap hingga tak seorang pun, termasuk dirinya sendiri, akan bisa menemukannya lagi.

(8)

Satu

p

Mana Mama tersayang,

Aku akam akan menikahi James. Itu akan mengen me nyenangkan. Kami akan tinggal di dekatmu. Aku bhgya bahagia. Aku sayang padamu.

Cintamu, Isabella

(Miss Danyels mebantuku mengeja katta)

Diambil dari korespondesi Miss Isabella Weston, usia enam tahun.

Surat untuk ibunya, Mary, Viscountess Weston, men jelaskan tentang keuntungan jika menikahi bocah laki-laki tetangganya— Agustus 1784

Weston Manor, Essex

Juli, 1792

Sembari duduk bertengger dengan seenaknya di susuran tangga ruang galeri lukisan potret, agar bisa dengan lebih jelas mengamati pesta yang sedang berlangsung di lantai bawah, Isabella Preston, berusia empat belas tahun, dengan hati hancur menatap pria pujaan hatinya

(9)

P R O M I S E M E T O N I G H T 2

sedang berdansa dengan wanita lain. Dia berpaling untuk melihat salah satu adik perempuannya, Olivia, yang sedang duduk nyaman di lantai, menjulurkan leher untuk mengintip melewati susuran tangga dari mar mer berukir.

“Bisakah kau percaya kalau—kalau wanita nakal itu sedang berdansa dengan James?” tanya Izzie. “Seha-rus nya dia malu, berdansa dengan pria yang bukan suaminya.”

Tentu saja Izzie sepenuhnya telah berencana untuk berdansa dengan James Sheffield seperti itu, tapi dalam keadaan hendak menikahi pria itu ketika mela-kukannya—atau setidaknya bertunangan. Dan karena dia sudah merencanakan pernikahan pada hari pertama mereka berdua bertemu, Isabella merasa mereka berdua bisa dikatakan sudah bertunangan.

Usia Isabella baru enam tahun ketika mereka ber-temu untuk pertama kalinya, hanya butuh seulas senyum dari James untuk membuat Isabella jatuh cinta setengah mati. Tentu pada saat itu Isabella belum ter-lalu memahami bahwa yang dialaminya adalah rasa

cinta—dia hanya merasa menginginkan James melebihi

keinginannya pada hal lainnya selama ini. Izzie ingin merawat James, berkumpul bersama keluarganya dan James, mengisi hidup James dengan tawa dan rasa bahagia, dan mengusir bayangan kelam di mata James. Dan meski masih kecil, Izzie sudah bertekad bulat, dia berniat dengan sungguh-sungguh bahwa ketika dia dewasa nanti, James Sheffield akan menjadi miliknya. Kini dirinya telah dewasa, atau hampir dewasa, dan

(10)

me-3 S A R A L I N D S E Y

lihat James sedang bersama wanita lain rasanya nyaris tak tertahankan.

“Oh, Izzie.” Livvy menghela napas, terdengar jauh lebih dewasa daripada usianya yang baru dua belas tahun. “Jangan bicarakan James lagi!”

Isabella mengedik. “Aku tidak bisa menahannya. Aku mencintainya.”

“Aku tahu itu. Percayalah padaku, aku tahu itu. Aku pasti bisa hidup lebih tenang jika kau tidak menyukai pria itu. Tapi dia, yah—” Olivia menggigit bibir lalu menarik-narik seuntai rambut cokelat keemasannya. “Dia lebih tua.”

“James tidak tua. Dia baru dua puluh tahun bulan Mei ini. Hal”—Izzie mengibaskan sebelah tangan ke arah kerumunan tamu di lantai bawah, termasuk ke kakak laki-laki mereka, Henry—“akan berusia dua puluh tahun bulan September nanti, dan dia jelas tidak tua.”

“Aku tidak bilang James tua. Kubilang usianya lebih tua. Dan dia teman baik Hal ... juga tetangga kita. Baginya, kau tidak lebih dari adik perempuan kecil, dan bahkan jika dia menyadari perasaanmu, aku kha-watir kalau—”

“Aargh! Aku melihat wanita itu menyentuh—” Isabella mengibaskan sebelah tangan di dekat bo kong-nya, dan hampir terjungkir dari susuran tangga ketika melakukan itu. Meski sangat ingin melumat wanita itu seperti serangga, dia hanya membayangkan melakukan itu dalam imajinasinya. Lagi pula, jatuh dari ketinggian ini akan membuat lehernya patah, dan kalaupun tidak,

(11)

P R O M I S E M E T O N I G H T 4

mungkin ibunya sendiri yang akan membunuhnya karena sudah mempermalukan diri di depan para tamu. Bukan berarti gaun tidur flanel tebal tidak menutupi setiap jengkal tubuhnya dari leher hingga ke bawah, karena memang itulah yang Izzie kenakan. Tapi jatuh dari tangga bukanlah sesuatu yang pantas.

Isabella membenci kata ‘pantas’ sama seperti dia mem benci ular, laba-laba, dan selai aprikot. Henry nyiksanya dengan memberinya ular, dan ibunya me-nyik sa nya dengan masalah kepantasan. Tapi siksaan ibu nya lah yang sudah membuat Izzie sangat takut; sikap pantas dan sopan tidak pernah cocok dengan diri nya.

Isabella meluncur dari susuran tangga dan mendarat di samping adik perempuannya. “Nah, jadi apa yang membuatmu khawatir?”

“Bukan apa-apa,” gumam Livvy. “Apakah kau tahu siapa wanita itu?”

Olivia memutar bola matanya, dan tanpa repot-repot menanyakan terlebih dulu tentang siapa ‘wanita’ yang dimaksud kakaknya, dia pun menjawab, “Aku yakin wanita yang sedang berdansa dengan James itu seorang janda nakal yang akhirnya bisa meyakinkan Lord Finkley untuk kembali menikah.”

“Astaga,” bisik Isabella, yang merasa kagum sekaligus jijik.

Setelah istrinya meninggal sekitar lima puluh ta-hun yang lalu, Lord Finley menghabiskan waktunya bersama banyak wanita simpanan dan janda dari ka-langan bangsawan, setiap wanita itu berharap bisa merayu dan menikahi pria tua kaya raya itu. Tak ada

(12)

5 S A R A L I N D S E Y

yang berhasil ... sampai saat ini. Itu berarti bahwa James berada di pelukan wanita paling licik yang per-nah ada Inggris sejak setengah abad yang lalu atau sejak era para wanita penyihir yang kejam—atau mung kin keduanya. Apa pun itu, Izzie sama sekali tidak menyu-kai nya!

“Aku menduga ada sesuatu yang lebih dari si wanita yang akhirnya bisa mengikat Lord Finkley.”

Olivia menggeleng. “Kau hanya cemburu, dan kau tahu itu.”

“Caranya bersikap begitu memalukan,” ujar Izzie jengkel. “Kau lihat bagaimana dia menghambur ke dalam pelukan James? Kenapa suami wanita itu tidak

melakukan apa-apa?”

“Mungkin karena suaminya ada di sudut ruangan, sedang mendengkur selama empat jam ini?” jawab Livvy. “Sungguh, kurasa James tidak keberatan. Wanita itu memang cukup cantik,” tambahnya, yang menurut Isabella sama sekali tidak penting.

“Sepertinya begitu. Kalau kau suka wanita tinggi, kurus, dengan dada terlalu besar.”

Tentu saja, meski sangat ingin melakukannya, Izzie tidak bisa menyalahkan wanita itu karena sudah menghamburkan dirinya pada James. Pria itu teramat tampan, sayangnya. Isabella bisa saja menghabiskan— sial, dia memang sudah melakukannya—waktu ber-jam-jam memikirkan kesempurnaan fisik James, yang pertama adalah rambutnya.

Rambut James sewarna brendi berkualitas tinggi, diselingi keemasan ketika cahaya matahari menyi

(13)

nari-P R O M I S E M E T O N I G H T 6

nya. Dia membiarkan rambutnya sedikit lebih panjang daripada yang sedang mode, dan rambutnya mengikal di bagian kerah pakaiannya.

Lalu mata James, sepasang mata hijau yang indah, dihiasi bulu mata yang lebih panjang dan gelap daripada bulu mata Izzie, sungguh tidak adil. Bulu mata Izzie hanya sedikit lebih gelap daripada rambutnya yang sewarna jerami, dan begitulah adanya. Isabella Preston, kau benar-benar seorang gadis yang gagal.

James juga memiliki bentuk hidung yang lebih bagus daripada hidung Izzie. Setegas paruh burung rajawali, sepertinya itu ungkapan yang tepat, dan itu membuat James terlihat cukup sinis dan arogan yang diam-diam begitu dikaguminya. Sementara hidung Izzie sendiri hanyalah rata-rata kalau dibandingkan. Bahkan hidungnya tidak mancung dengan cantik seperti hidung Olivia. Bukankah itu sama sekali tidak adil? Izzie merasa sebagai putri pertama di keluarga Weston, seharusnya dia memiliki bentuk hidung yang paling bagus.

Hidung Lady Finkley cukup bagus, pikir Isabella dengan tidak senang. Tapi sepertinya hidung itu terlalu panjang, pikir Izzie ketika Lady Finkley mencondongkan tubuhnya lebih dekat kepada James dan membisikkan sesuatu ke telinga pria itu, yang membuat pria itu ter-tawa hingga mendongakkan kepala.

Isabella mengertakkan gigi ketika jam di ruang lukisan berdentang menunjukkan pukul setengah dua belas malam. James dan Henry telah berjanji untuk membawakan penganan manis untuknya dan Livvy

(14)

7 S A R A L I N D S E Y

sebelum tengah malam, karena dua bersaudari itu masih terlalu muda untuk diizinkan menghadiri pesta dansa.

Olivia menguap. “Maafkan aku, Izzie, tapi sudah mengantuk sekali. Mungkin mereka lupa dengan kita. Aku akan pergi tidur. Selamat malam.”

“Mmm-hmmm,” gumam Isabella tanpa mema ling-kan pandangan dari pemandangan di lantai bawah.

“Kesopanan membuatmu harus membalas dengan mengucapkan selamat malam padaku.”

“Mmm-hmmm.”

Olivia mendengus keras-keras. “Itu memang se-suatu yang harus kuterima,” gumamnya pelan. Izzie mendengar itu, tapi dia terlalu asyik untuk membalas perkataan adik perempuannya. Livvy menghela napas dengan jijik sembari berdiri dan melangkah tanpa bersuara ke arah kamar tidur mereka berdua.

Sesuatu yang harus kuterima, benar sekali, pikir Isabella sembari memperhatikan James berjalan bersama Lady Finkley ke tepi lantai dansa. Lengan Lady Finkley menyelip ke lengan James, dan tangan James menyentuh bagian bawah punggung wanita itu. Izzie meringis. Dia tahu persis betapa kuatnya sentuhan James. Begitu magis sehingga sejak kali pertama dia memegang tangan James, dia tidak ingin melepaskannya. Tapi, dia ingin Lady Finkley melepas sentuhan itu sekarang juga. Sebenarnya, Isabella ingin wanita itu pergi. Akhirnya, setelah dua kali berkeliling ruang dansa dalam waktu yang sangat lama, sebagian keinginan Izzie terkabul ketika James mengantar Lady Finkley kepada suami wanita itu yang masih mendengkur.

Referensi

Dokumen terkait

Kaitan hal tersebut ketentuan Retribusi Izin Tempat Usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 21 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebanyak 10 orang atau 31,25% siswa menganggap sosialisasi sekolah pada proses belajar mengajar baik, sebanyak 19 orang atau

Semakin besar ukuran, semakin tinggi juga aktivitas penghindaran pajak, karena perusahaan dengan total asset yang besar akan cenderung mampu dan lebih stabil dalam

Representasi mengenai stereotype terhadap suku Papua Korowai digambarkan dalam film Lost In Papua ini dalam bentuk tanda-tanda baik secara verbal maupun

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perumahan Skala Kecil di Kelurahan Bukit Lama Palembang Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan skala

menggunakan media pembelajaran yang memiliki kesesuaian antara materi pembelajaran dan media pembelajaran. Guru memilih, merancang, membuat, dan menggunakan media

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelo laan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan