• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Penentuan sampel menggunakan metode non probability sampling dan. linier berganda. yang menunjukkan hasil yaitu profitabilitas berpengaruh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Penentuan sampel menggunakan metode non probability sampling dan. linier berganda. yang menunjukkan hasil yaitu profitabilitas berpengaruh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian terdahulu oleh I. A. I. Dwiyanti dan Jati (2019) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2015-2017. Penentuan sampel menggunakan metode non probability sampling dan teknik purposive sampling, serta menggunakan teknik analisis data regresi linier berganda. yang menunjukkan hasil yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah ETR perusahaan. Dari nilai ETR perusahaan yang rendah akan mengindikasi tingginya tindakan penghindaran pajak. Capital intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Maka, semakin tinggi capital intensity perusahaan akan menyebabkan nilai ETR perusahaan semakin rendah dan meningkatkan tindakan penghindaran pajak. Inventory intensity berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Jika inventory intensity perusahaan tinggi, maka nilai ETR akan mengalami penurunan yang disebabkan biaya tambahan dari persediaan yang mengurangi laba. Hal ini menyebabkian tinkat penghindaran pajak semakin tinggi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Turyatini (2017), menunjukkan hasil yaitu bahwa leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Dharma dan Ardiana (2016) yang membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

(2)

Dharma dan Ardiana (2016) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Semakin besar ukuran, semakin tinggi juga aktivitas penghindaran pajak, karena perusahaan dengan total asset yang besar akan cenderung mampu dan lebih stabil dalam menghasilkan laba, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah beban pajak. Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan Sukartha (2015) yang membuktikan tidak ada pengaruh antara pertumbuhan penjualan dan penghindaran pajak. Karena perusahaan akan tetap melakukan penghindaran pajak meskipun memiliki pertumbuhan penjualan rendah, hal ini disebabkan perusahaan ingin meminimalkan beban pajak untuk memperoleh laba yang lebih besar. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil ini mendukung penelitian Diantri dan Ulupui (2016) membuktikan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada penghindaran pajak. Dibandingkan dengan perusahaan induk pengendali (seperti kepemilikan internal perusahaan induk dan manajemen perusahaan), investor institusi memiliki proporsi ekuitas yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan adanya pembatasan peran pemegang saham institusional dalam memantau dan mengendalikan serta mempengaruhi keputusan manajemen terkait perilaku perusahaan. Komisaris Independen tidak terbukti memiliki keinginan melakukan penghindaran pajak. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putranti dan Setiawanta (2014) yang membuktikan bahwa komite independen tidak berpengaruh signifikan

(3)

terhadap penghindaran pajak, karena fungsi dan kewenangan pengawasan komite independen belum maksimal. Pihak terkait dalam perusahaan dominan (misalnya, pemegang saham pengendali yang mempengaruhi independensi) dapat mengendalikan komite komisaris, sehingga menghambat proses pengawasan komite komisaris independen.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2018), menunjukkan hasil yaitu bahwa profitabilitas secara parsial berpengaruh negative dan signifikan terhadap penghindaran pajak, karena siq 0,000 < 0.05. Karena profitabilitas berprngaruh negative terhadap penghindaran pajak, artinya semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah tingkat penghindaran pajak perusahaan, karena perusahaan dengan laba yang besar atau profit yang tinggi mampu untuk melakukan pembayaran pajak bahkan dengan mudahnya melakukan pengaturan laba. Leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, karena siq 0.244 > 0.05. Karena leverage tidak berpengaruh pada penghindaran pajak, ini berarti semakin tinggi leverage maka aktivitas penghindaran pajak pada perusahaan yang sama tidak akan terpengaruh Karena semakin tinggi tingkat hutang perusahaan maka manajemen akan melakukannya Lebih konservatif saat melaporkan operasi perusahaan. Pertumbuhan penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, karena siq 0.000 < 0.05.

(4)

Karena pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance artinya semakin tinggi pertumbuhan penjualan, maka semakin berkurang aktivitas tax avoidance disebabkan karena perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif besar akan memberikan peluang untuk memperoleh laba yang besar dan mampu membayar pajak.

B. Tinjauan Pustaka 1. Teori Keagenan

Menurut Ulum dan Sofyani (2016) teori agensi adalah dimana setiap masyarakat ekonomi dan juga masyarakat politik dapat dipisahkan dalm dua kelompok, yaitu kelompok yang dimiliki sumber daya (disebut principal) dan kelompok yang bertugas mengelola sumber daya bagi kepentingan pihak perusahaan (disebut agent). Hubungan principal dan agent kemungkinan tidak akan sesuai dengan kepentingan pribadi yang akan menyebabkan konflik (Jensen dan Meckling, 1976). Pada penelitian ini, mengasumsikan bahwa setiap masing – masing individu memiliki motivasi oleh tujuan, kesejahteraan, dan kepentingan masing–masing. Pihak perusahaan (agent) menginginkan pemungutan tarif pajak penghasilan rendah. Jika dilihat secara logika, apabila perusahaan dikenakan tarif pajak rendah maka laba yang diperolaeh perusahaan maksimal. Sedangkan, di pihak pemerintah (principal) menginginkan penerimaan pajak mengalami kenaikan dengan memerintahkan perusahaan membayar pajak sesuai dengan perundang-undangan perpajakan.

(5)

Hal ini mengindikasikan terdapat perbedaan hubungan kepentingan antara principal dan agent. Perbedaan kepentingan membuat perusahaan melakukan tindakan penghindaran pajak, dengan cara memperkecil laba. Oleh karena itu, semakin besar laba perusahaan, maka akan semakin besar juga beban pajak yang dikenakan pada perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula praktik tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Penghindaran Pajak (tax Avoidance)

Menurut Falbo dan Firmansyah (2018), penghindaran pajak merupakan usaha mengurangi pajak, tetapi masih mentaati kaidah aturan perpajakan misalnya memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun penundaan pajak yang belum diatur dalam aturan perpajakan yang berlaku. Tiga cara penghindaran pajak menurut Merks (2007), yaitu:

 Memindahkan subyek pajak atau obyek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak atas suatu jenis penghasilan.

 Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah.

 Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, treaty shopping, dan transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis.

(6)

Mengambil tindakan penghindaran pajak adalah keputusan yang harus diambil dan dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar, namun tindakan ini akan berdampak pada perusahaan. Penghindaran pajak meningkatkan risiko perusahaan yaitu risiko denda dan reputasi buruk perusahaan di mata publik yang akan dialami oleh perusahaan. Penyebab risiko karena jika manajemen salah dalam hal penghindaran pajak dalam membuat keputusan atau menerapkan strategi asli secara tidak benar yang awalnya legal hingga illegal, sehingga akan merusak nilai perusahaan di mata masyarakat, karena pemerintah bisa memberikan sanksi berupa sanksi pidana. Meski penghindaran pajak legal, pemerintah tetap menyesal jika perusahaan masih melakukannya, untuk menghindari perusahaan melakukan penghindaran pajak, pemerintah akan melakukan pengawasan penuh terhadap perusahaan yang diindikasi melakukan penghindaran pajak.

3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjulan, total aktiva, maupun modal sendiri (Rosalia, 2017). Tujuan dan manfaat profitabilitas bagi perusahaan yaitu untuk mengukur produktivitas seluruh dana yang ada di perusahaan yang digunakan sebagai modal pinjaman maupun modal sendiri, serta untuk mengetahui tingkat laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode. Laba merupakan dasar dari pengenaan pajak, semakin besar laba maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar. Sedangkan perusahaan ingin memaksimalkan

(7)

laba tapi juga menginginkan membayar pajak sedikit, maka banyak perusahaan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Besar kecilnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dapat diketahui dari analisis laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi (Fahmi, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat metode rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi laporan keuangan perusahaan. Menurut Irawati (2006), ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas perusahaan yaitu, Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investmen (ROI), dan Earning Per Share (EPS).

4. Leverage

Leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang untuk membiayai investasi. Hutang perusahaan dapat menyebabkan munculnya beban bunga dan tentunya dapat mengurangi kewajiban pajak perusahaan, sehingga leverage merupakan factor dari munculnya penghindaran pajak (tax avoidance). Leverage diukur menggunakan rasio debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan antara total hutang dibagi dengan total ekuitas perusahaan sebagai sumber pendanaan (Puspita dan

(8)

Febrianti, 2017). Sedangkan secara prakteknya untuk menutupi kekurangan akan kebutuhan dana, perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana yang dapat digunakan, salah satu sumber dana yang digunakan adalah modal pinjaman (utang), modal pinjaman relatif tidak terbatas jumlahnya dan memotivasi manajemen untuk bekerja lebih aktif dan kreatif karena dibebani untuk membayar beban kewajibannya. 5. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank , dana pensiun,dan investment banking. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen (Putri dan Putra, 2017). Fungsi dari kepemilikan institusional yaitu sebagai pihak yang memonitoring kegiatan manajer dalam mengelola perusahaan.

Dengan adanya rasa tanggung jawab perusahaan terhadap kepemilikan saham institusional maka institusional tersebut berhak ikut melakukan pengawasan terhadap tindakan yang dilakukan perusahaan dalam pengambilan keputusan dalam penghindaran pajak.

(9)

6. Inventory Intensity

Inventory intensity adalah salah satu bagian aktiva yang menbandingkan antara total persediaan dengan total asset perusahaan yang dimiliki. Menurut Wijaya dan Febrianti (2017) perusahaan yang memiliki investasi di gedung maka akan menyebabkan adanya biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang dikeluarkan diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya. Jumlah beban perusahaan yang meningkat akan menyebabkan laba perusahaan turun, lalu laba yang turun tersebut akan benrpengaruh terhadap pengenaan beban pajak dan mendorong perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak

Profitabilitas suatu perusahaan dapat menunjukkan kemampuan kinerja suatu perusahaan dalam mengelola laba dengan maksimal, besar kecilnya laba perusahaan dapat diketahui melalui analisa laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio profitabilitas. Jika rasio profitabilitas perusahaan meningkat maka kewajiban pajak yang harus dibayar juga akan meningkat.

Peningkatan kewajiban jumlah pembayaran pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan memicu perusahaan untuk melakukan tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) (Ariawan dan Setiawan, 2017). Berdasarkan teori agensi, maka akan memacu para agen untuk meningkatkan laba perusahaan.

(10)

Hubungan antara profitabilitas dengan penghindaran pajak berdasarkan penelitian sebelumnya I. A. I. Dwiyanti dan Jati (2019) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian I. A. I. Dwiyanti dan Jati (2019) juga mendukung penelitian Nurjanah et al. (2017), Ganiswari (2019), Dewinta dan Setiawan. (2016), dan Dwiyanti dan Jati (2019) yang membuktikan profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.

Ketika laba yang diperoleh meningkat maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapatkan oleh agent, selanjutnya pihak principal dan agent akan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan berdampak pada nilai effective tax rate (ETR) perusahaan, dalam penelitian ini ETR digunakan untuk pengukuran penghindaran pajak. Ketika laba meningkat, jumlah pajak yang harus dibayar juga meningkat.

Peningkatan kewajiban perpajakan pada perusahaan akan dapat menimbulkan keinginan perusahaan untuk melakukan tindakan pengurangan pembayaran pajak.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan pemaparandi atas, maka dibuat hipotesis :

(11)

2. Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak

Leverage merupakan indikasi dari pengukuran tingkat pembayaran modal terhadap kewajiban financial perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berati semakin tinggi juga biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Berdasarkan teori agensi, kontrak efisien dalam hubungan keagenan tidak bisa terjadi apabila kepentingan principal dan agen yang bertentangan. Diperlukan pengawasan dari pihak luar perusahaan, karena pengawasan tersebut dapat mempengaruhi sikap agen perusahaan dan membuat perusahaan lebih berhati-hati utuk setiap keputusan yang akan ditetapkan. Dengan adanya utang jangka panjang atau leverage pada perusahaan akan menimbulkan beban tetap (bunga yang harus dibayar).

Penelitian Turyatini (2017) membuktikan bahwa leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil dari penelitian Turyatini (2017) juga mendukung hasil dari penelitian Dharma dan Ardiana (2016), Putri dan Putra (2017), Herlambang (2020), Rachmithasari A. F. (2015)juga membuktikan leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Semakin tinggi tingkat utang maka semakin tinggi pula beban bunga. Beban bunga merupakan biaya yang bersifat deductible dan diperbolehkan mengurangi beban pajak yang dibayarkan ke pemerintah. Oleh karena itu, semakin besar hutang perusahaan maka dapat mengurangi beban pajak atas besarnya pembayaran bunga yang dihasilkan oleh hutang perusahaan tersebut.

(12)

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penjelasan di atas, maka dibuat hipotesis :

H 2 : Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak Teori agensi menyatakan bahwa adanya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer ingin menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya sedangkan pemegang saham ingin kesejahteraannya terjamin. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan yang terdiri dari lembaga atau institusi sepertibank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya Permanasari (2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Putranti dan Setiawanta (2015) menemukan bahwa kepemilikan saham institusional berpengaruh pada penurunan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Cahyono et al. (2016) juga membuktikan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap tak avoidance dan penelitian Merslythalia dan Lasmana (2016) membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pula jumlah beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Dengan tingginya beban pajak maka dapat membuat laba menurun. Sehingga kepemilikan institusional dapat membuat perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak.

(13)

Berdasarkan penelitian terdahulu maka dibuat hipotesis : H 3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

4. Pengaruh Inventory Intensity terhadap Penghindaran Pajak

Inventory Intensity bisa menunjukkan tingkat persediaan perusahaan pada total asset perusahaan dengan cara membandingkan total persediaan dan total asset perusahaan. Persediaan tersebut akan menimbulkan beban pemeliharaan dan penyimpanan. Sehingga beban tersebut akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengurangi laba perusahaan.

Jika laba perusahaan menurun, maka jumlah pajak yang terutang juga akan menurun segingga CETR yang ditanggung perusahaan juga mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil dari penelitian I. A. I. Dwiyanti dan Jati (2019) menunjukkan hasil inventory intensity berpengaruh pada penghindaran pajak, hasil penelitian ini juga didukung oleh Putri dan Putra (2017), Putri dan Lautania (2016), Kristanto (2013), dan Adisamartha dan Noviari (2015) yang membuktikan hasil Inventory Intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak, sedangkan menurut Siregar dan Widyawati (2016) membuktikan inventory intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Perusahaan akan membayar pajak lebih rendah ketika perusahaan sedang mengalami penurunan laba. Effective Tax Rate (ETR) perusahaan juga akan menurun bila terjadi penurunan laba

(14)

H1 (+)

H3 (+)

perusahaan. Dengan menurunnya ETR perusahaan, maka akan mengindikasikan meningkatnya tindakan penghindaran pajak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi inventory intensity perusahaan, maka tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan akan semakin meningkat.

Sesuai dengan hasil penelitian tersebut maka dibuat hipotesis : H 4 : Inventory Intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak. D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian hipotesis diatas dapat dibuat kerangka sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Profitabilitas (X1) Leverage (X2) Inventory Intensity (X4) Kepemilikan Institusional (X3) Penghindaran Pajak (Y)

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran  Profitabilitas (X1)  Leverage (X2)  Inventory Intensity  (X4)  Kepemilikan  Institusional (X3)  Penghindaran Pajak (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Gunungsari dengan menerapkan model Cooperative Meaningful Instructional Design (C-MID) berbantuan multimedia interaktif, yaitu

Semakin besar ukuran perusahaan tentu memiliki total aktiva yang relatif besar, sehingga dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi serta semakin

Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat1. Defisit perawatan diri

diperoleh. Kelompok dengan nilai terendah akan mendapat hukuman dari teman-teman kelompok lain. Waktu yang diberikan untuk setiap kelompok adalah10 menit. Setelah 10 menit,

Dari berbagai penelitian yang dilakukan para peneliti kenyamanan termal, terlihat bahwa hasil penelitian umumnya hanya tepat digunakan bagi kebutuhan lokal, dan

Adsorpsi pewarna tekstil oleh zeolit maupun bentonit secara umum dapat dikategorikan sebagai reaksi pertukaran ion, karena molekul pewarna umumnya besar sehingga tidak

Berbeda dengan perusahaan besar yang akan cenderung memiliki sumber pendanaan yang kuat disebabkan semakin besar ukuran perusahaan (asset) tersebut akan

Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol juga berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan akan semakin mudah