• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Gunadi dan Syakir (Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Sarjana Pendidikan, dan Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Magister Seni) Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Gunadi dan Syakir (Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Sarjana Pendidikan, dan Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Magister Seni) Abstrak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS SKET UNSUR GAMBAR SEBAGAI RANGSANG CIPTA ANAK DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS MENGGAMBAR

Oleh: Gunadi dan Syakir

(Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Sarjana Pendidikan, dan Dosen Seni Rupa FBS Unnes, Magister Seni)

Abstrak

Pengembangan kreativitas anak melalui wadah pendidikan, baik formal maupun non formal senantiasa menempatkan pendidikan seni rupa sebagai medianya. Termasuk di dalamnya pembelajaran menggambar.Pengembangan kreatvitas anak sangatlah tepat bilamana kegiatan menggambar dijadikan sebagai sarana pengembangannya. Lewat penelitian ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan informasi melalui data yang akurat tentang pemamfaatan Sket Unsur sebagai metode stimulasi pengembangan krativitas anak dalam menggambar. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk; (1) Menjelaskan Sket Unsur yang dapat digunakan sebagai media stimulasi rangsang cipta bagi anak-anak dalam pengembangan kreativitas menggambarnya, (2) Mendeskripsikan cara pemanfaatan Sket Unsur dalam metode stimulasi pengembangan kreativitas menggambar bagi anak, (3) Memberikan gambaran yang jelas tentang hasil kreativitas gambar anak dengan memanfaatkan Sket Unsur sebagai media stimulasi . Pendekatan dan strategi penelitian yang sesuai untuk memecahkan permasalahan penelitian adalah penelitian kulitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan (1) Sket unsur yang dapat digunakan sebagai stimulasi rangsang cipta bagi anak-anak dalam pengembangan kreativitas menggambarnya adalah bentuk apasaja yang sudah dikenali anak dan bisa dijadikan pancingan imajinasi melalui dukungan cerita dan tanya-jawab, (2) Cara pemanfaatan Sket Unsur dalam metode stimulasi pengembangan kreativitas menggambar bagi anak yaitu pertama-tama, pelatih membuat satu jenis gambar di papan tulis. Selanjutnya dilakukan komunikasi dengan anak melalui bercerita dan bertanya berkenaan dengan sket yang ditampilkan di papan tulis. Anak memperhatikan, mendengarkan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan pelatih berkenaan dengan sket yang dibuat. Selanjutnya anak diminta untuk menggambar menurut penglaman, keinginan dan pikirannya masing-masing berkaitan dengan bentuk sket yang dibuat, (3) Penerapan sket unsur sebagai metode stimulasi dalam mengembangkan kreativitas gambar anak dapat dilaksanakan dengan mudah dan praktis. Cara ini memudahkan untuk mengembangkan imajinasi anak secara terarah serta memberikan kelonggaran pada anak untuk berkreasi dan berekspresi sesuai versi dan pandangannya masing-masing. Dari satu sket unsur dapat memunculkan beragam gambar yang berbeda bentuk dan suasana yang dihasilkan oleh anak. Kata Kunci: sket, stimulasi, kreativitas

Pendahuluan

Salah satu potensi dasar pada diri anak yang perlu dikembangkan sejak dini adalah potensi kreativitas. Bebagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak antara lain melalui kegiatan/pengajararan seni rupa khususnya dalam bentuk kegiatan menggambar.

Gambar anak-anak menjadi sesuatu yang penting untuk pertumbuhannya dan merupa-kan refleksi anak dalam pendidimerupa-kan kreatif. Melalui gambar anak, dapat dikaji berbagai hal yang berkaitan dengan pengalaman, fantasi,

imajinasi, tingkat kecerdasan, kebebasan berekspresi, kreativitas, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya (Lowenfeld dan Brittain 1982) Guru memegang peran penting dalam pendidikan, tentunya juga dituntut kreativitas-nya agar dapat mengembangkan potensi kreatif anak. Dalam kaitan pendidikan seni, Nursito (2000: 9) mengamati permasalahan rendahnya pengembangan kreativitas siswa lebih banyak disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan kreativitas. Keadaan ini lebih diperburuk

(2)

dengan kekurang mantapan wawasan dan pemahaman guru terhadap hakikat pendidikan seni, dan lebih khusus lagi pemahaman guru terhadap anak sebagai subyek didik yang memiliki karakteristik berbeda dengan orang dewasa. Kelemahan pemahaman guru/ pendidik tentang hal ini seringkali menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan kependidikan yang kurang tepat baik metode pembinaan maupun dalam penilaian/evaluasi karya anak-anak.

Pengembangan kreativitas anak melalui wadah pendidikan, baik formal maupun non formal senantiasa menempatkan pendidikan seni rupa sebagai medianya, termasuk di dalamnya pembelajaran menggambar. Pengembangan kreativitas anak sangatlah tepat bilamana kegiatan menggambar dijadikan sebagai sarana pengembangannya. Sebagai-mana dikemukakan Herbert Read, bahwa gambar sebagai hasil dan aktivitas berkarya seni dianggap sebagai media yang paling besar peluangnya bagi pengembangan potensi anak, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kreativitasnya.

Keuntungan utama yang diperoleh anak dari kegiatan menggambar adalah pengalaman mencipta dengan harapan dapat membekali untuk menjawab tantangan bentuk-bentuk baru dalam kehidupan kelak. Anak diharapkan dapat mengembangkan pemahaman dan tanggung jawab dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri. Selain itu anak dapat mengungkapkan ide dan perasaannya serta nilai-nilai yang ada di lingkungannya dalam gambar.

Namun demikian metode untuk mengem-bangkan kreativitas menggambar anak seringkali menjadi kendala bagi guru atau pendidik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang berbagai cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kreativitas anak tersebut. Oleh karena itu dipandang perlu adanya pemikiran-pemikiran atau model-model

yang dapat diterapkan untuk membantu guru atau pendidik mengembangkan kreativitas anak dalam menggambar.

Lewat penelitian ini dimaksudkan untuk mencarai dan menemukan informasi melalui data yang akurat tentang pemanfaatan “Sket Unsur” sebagai metode stimulasi pengembang-an krativitas pengembang-anak dalam menggambar. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau model bagi guru atau pendidik untuk pengembangan kreativitas anak dalam menggambar.

Merby Centre adalah lembaga pendidikan non formal di Kota Semarang yang menye-lenggarakan pendidikan kreativitas anak, termasuk di dalamnya adalah memberi-kan pelatihan menggambar pada anak-anak. Oleh karena itu tempat ini dipilih untuk lokasi penelitian sebagai tempat penerapan model pengembangan kreativitas menggambar anak dengan menggunakan Sket Unsur sebagai metode stimulasi.

Berdasarkan pemikiran dan permasalah-an umum ypermasalah-ang telah dikemukakpermasalah-an di atas, maka penelitian akan diarahkan untuk mencari jawaban permasalahan -permasalahan khusus yang meliputi: (1) Sket Unsur yang bagai-manakah dapat digunakan sebagai stimulasi rangsang cipta bagi anak-anak dalam pengembangan kreativitas menggambarnya?, (2) Bagaimanakah cara pemanfaatan Sket Unsur dalam metode stimulasi pengembangan kreativitas menggambar bagi anak?, (3) Bagaimanakah hasil pengembangan kre-ativitas gambar anak dengan metode Sket Unsur?

Tinjauan Pustaka

Pendidikan Seni Rupa bagi Anak

Dalam konteks pendidikan , seni rupa khususnya menggambar dapat menjadi sarana atau alat pendidikan dengan konsep yang mengarah pada “pendidikan melalui seni”

(3)

(educational through art) (lihat Eisner 1972:2). Pandangan ini lebih dipopulerkan lagi oleh Read (1970) yang melihat bahwa seni rupa sesungguhnya merupakan materi dan kegiatan pembelajaran yang dapat membawa ke arah tujuan pendidikan secara umum. Melalui pendidikan seni rupa dapat ditanamkan perilaku siswa yang kreatif, imajinatif, terampil, dan memiliki kepekaan estetis yang tinggi.

Pendidikan seni anak, bidang pengem-bangan yang memiliki muatan ajaran pendi-dikan seni rupa adalah bidang pengembangan daya cipta. Melalui bidang pengembangan ini anak dilatih dengan pendekatan belajar sambil bermain antara lain dalam bentuk menggam-bar. Pendekatan belajar sambil bermain, pembelajaran seni rupa sebagai bidang pengembangan daya cipta menjadi kegiatan yang amat menarik bagi anak (Syafi’i 2002: 133).

Kegiatan Menggambar bagi Anak

Beberapa hasil penelitian ahli menunjuk-kan bahwa kegiatan menggambar merupamenunjuk-kan salah satu media pendidikan kreatif yang dapat membantu pertumbuhan jiwa bagi anak. Seperti yang dikemukakan oleh Herbert Read, bahwa gambar sebagai hasil aktivitas berkarya dianggap sebagai media yang paling besar peluangnya bagi pengembangan potensi anak, terutama yang berkaitan dengan pengembang-an kreativitasnya.

Pada usia anak (baik di TK maupun di SD) setiap anak memiliki atau mengalami masa subur-suburnya ekspresi kreatif dalam meng-gambar. Daquet dalam Rohidi, dkk. (1994: 22) mengemukakan bahwa seorang anak yang tidak menggambar pada usia ini dapat dikategorikan sebagai anak anomali.

Lewat kegiatan menggambar, anak dapat berekspresi mengungkapkan kandungan hatinya. Mereka akan merasa bebas, lepas dari segala kekangan karena merasa mendapatkan

kompensasi lewat kegiatan berekspresi. Kegiatan berekspresi lahir dalam bentuk perbuatan, maka dari itu anak berekspresi berarti melakukan perbuatan-perbuatan fisik yang dapat mengungkapkan kreasinya, emosinya, serta fungsi jiwa lainnya. Gambar anak menjadi ciri-ciri perkembangan jiwanya, yang menyertai perkembangan fisik dan perkembangan aspek lainnya (Lowenfeld dan Brittain 1982: 54-64). Oleh karena itu pendidik/ orang tua sudah semestinya memiliki pemahaman akan hal ini sehingga dapat menyadari hubungan antara aktivitas meng-gambar dengan perkembangan diri anak.

Gambar anak-anak juga merupakan ungkapan spontan, dan ungkapan spontan ini juga merupakan salah satu keunikan dan daya tarik pada gambar anak. Adanya aktivitas menggambar, maka fantasi anak mudah timbul, ini berarti pula anak berekspresi dan padanya ada kegiatan mencipta. Menurut Ernst A Koch, fantasi yang ada pada tiap-tiap anak adalah penggerak daya cipta (kreativitas). Tugas guru adalah menggali, merangsang dan memba-ngunkan daya cipta anak didik. Guru harus banyak memberi kemungkinan berekspresi pada murid agar daya cipta anak didiknya menjadi terlatih.

Karakteristik Gambar Anak

Berdasarkan pendapat para ahli, gambar anak diciptakan berdasarkan penglihatan dan perasaan terhadap lingkungannya. Adanya perbedaan tingkatan usia dan tipe pada diri setiap anak menjadikan karyanya memiliki karakteristik yang tentunya berbeda dengan orang dewasa atau berbeda pada tiap tingkatan usia dan tipe di antara anak (Lowenfeld & Brittain dalam Badiran 1994: 1982).

Bila dicermati gambar-gambar anak terlihat adanya keanekaragaman serta keunikan sesuai dengan perkembangannya.

(4)

Keanekaragaman gambar anak itu menimbulkan bentuk ungkapan yang berbeda-beda pula. Sebab pada dasarnya masing-masing anak memiliki karakteristik tersendiri dalam ungkapan visualnya. Keanekaragaman karakteristik gambar yang dimiliki anak ini menimbulkan berbagai kesulitan dalam menyesuaikan metode pembimbingan, pengajaran, dan penilaian yang akan digunakan. Hal ini disebabkan karena suatu metode pembimbingan, pengajaran, dan penilaian yang akan digunakan, lebih dahulu disesuaikan materi pengajaran dan karakteristik anak yang akan diajar.

Untuk memahami karakteristik gambar anak-anak, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru atau pendidik agar dapat memberi motivasi dan stimulasi yang tepat yaitu: periodisasi dalam perkembangan jiwa anak, dan tipologi anak.

a. Periodesasi

Masa yang dilalui selama hidup manusia biasanya dibagi-bagi, digolong-golongkan menurut tahap-tahap tertentu berdasarkan perkembangan jasmani maupun jiwanya. Penggolongan waktu tersebut disebut periodesasi atau pembagian masa. Dalam setiap masa yang dilaluinya berkembanglah keadaan rohani dan jasmani anak dengan segala bentuk atau ciri masing-masing. Demikian pula halnya mengenai ciri-ciri gambar anak-anak, juga dapat diidentifikasi berdasar-kan periodesasi.

Para ahli banyak yang telah mempelajari gambar anak-anak. Mereka itu adalah Corrado Ricci dari Italia (1887), Sully dari Amerika (1896), dan Kerschensteinrer dari Jerman (Zulkifli 1999: 43), serta Victor Lowenveld dengan bukunya yang sangat terkenal yaitu Creative and Mental Grouth (1987).

Lowenveld membagi ciri-ciri gambar anak berdasarkan periodesasi yang terdiri dari (1)

Masa Coreng-moreng (umur 2 – 4 tahun), (2) Masa Prabagan (umur 4 – 7 tahun), (3) Masa Bagan (umur 7 – 9 tahun), (4) Masa Permulaan Realisme (umur 9 – 11 tahun), (5) Masa Realisme Semu (umur 11 – 15 tahun).

b. Tipologi

Read (1970), mengutip pendapat Jung tentang pembagian tipe secara psikologi, yang pada intinya menyebutkan bahwa bila salah satu dari fungsi-fungsi psikologi itu menjadi kebiasaan yang paling menonjol maka terbentuklah tipe tertentu. Dengan demikian akan terbentuklah tipe pikir, tipe rasa, tipe indra, dan tipe intuisi. Setiap tipe itu masing-masing dapat menjadi introvert atau extrovert tergantung dari bagaimana ia berhubungan dengan obyeknya.

Dalam buku Education Through Art, Read (1970) membedakan ungkapan anak dalam delapan tipe, di mana pembedaan ini juga didasari oleh ide Jung. Selanjutnya Lowenveld dan Brittain (1982) seperti halnya Read, juga membedakan gambar anak-anak dalam dua tipe psikologi, yaitu (1) tipe visual, dan (2) tipe haptic. Tipe visual selalu menguta-makan indra mata untuk menanggapi lingkung-annya, sedangkan tipe haptic mengutamakan sentuhan, perabaan dan perasaan tubuhnya sendiri untuk menanggapi lingkungannya.

Gejala terpenting untuk dicatat para pendidik ialah adanya kecenderungan dua macam tipe kesenirupaan anak tersebut di atas. Yang pertama disebut tipe visual, yang kedua disebut non-visual. Hal ini harus sangat diperhatikan karena selain ada perkembangan dalam umur, terdapat perbedaan tipe karena pembawaan (kodrati). Dalam ungkapan penghayatannya kita lihat perbedaan menyolok.

Tabiat khas atau tipe anak itu menimbul-kan tindamenimbul-kan atau perbuatan dengan hasil yang bermacam-macam pula. Oleh karena itu maka

(5)

diperlukan pula pengertianan penguasaan atas tipe-tipe tersebut untuk dapat melaksanakan pembimbingan yang semestinya (lihat juga Garha 1980).

Munculnya tipe dan karakteristik gambar anak-anak, juga tidak terlepas dari aspek sosio-kultural yang memberikan warna dari pengalaman estetis yang diperoleh anak, karena aspek tersebut baik dari masa lalu maupun sekarang menentukan kualitas persepsi dalam menangkap gejala di ling-kungannya (Syafi’i 1993: 29).

Kreativitas Anak

Kreativitas lazim dimaknai sebagai daya cipta. Hal ini juga dinyatakan oleh Baron (dalam Ali dan Asrori 2005) bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan sama sekali baru tetapi dapat pula merupakan kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Sedangkan Utami Munandar (1992) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengkolaborasi gagasan.

Pada anak, kreativitas tidak datang dengan tiba-tiba tetapi melalui proses yang panjang dengan dorongan dan motivasi (press) yang baik, baik dari dalam pribadi (personal) maupun dari luar sehingga mampu menghasil-kan potensi kreatif (Rodhes dalam Munandar 1999).

Metode Pengembangan Kreativitas Anak dalam Menggambar

Hanya guru yang profesional dan kreatif mampu mengembangkan krativitas atau memberikan kesempatan yang menyenangkan pada anak untuk berkreasi dan berapresiasi (Sunaryo 1992: 4). Aktualisasi dari guru profesional tersebut adalah memiliki berbagai kompetensi di antaranya menciptakan iklim

belajar dan penilaian hasil belajar yang tepat. Memiliki metode yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta kreativitas anak didik (Rohidi 1994: 138).

Pendidikan yang menempatkan seni rupa sebagai medianya, akan memberi peluang besar bagi pengembangan potensi kreativitas (Read, 1970) yaitu mengungkapkan fantasi, imajinasi, tentang diri atau lingkungannya dalam wujud kreasi visual (Eisner dalam Triyanto 2001: 381). Lewat pembelajaran seni rupa, dorongan atau gejala-gejala emosi yang dirasakan, gagasan-gagasan tentang dunia atau lingkungan anak, memperoleh peluang disublimasikan. Lewat berkarya seni, kemam-puan memecahkan masalah, daya temu, serta kebebasan berekspresi anak didik mendapat peluang berkembang secara bebas (Lowenfeld dan Brittain 1982).

Sket Unsur

Sket di sini dapat diartikan sebagai gambar rencana, yaitu proses awal untuk kepentingan penyelesaian sebuah karya lukisan atau desain lebih lanjut. Saat mengawali proses membuat karya lukis atau desain dibuat gambar rencana secara sederhana berupa sket yang akan dikembang-kan lebih lanjut menjadi karya yang lengkap. Dapat pula disebut lukisan cepat (hanya garis-garis besarnya); gambar rancangan; rengrengan; denah; bagan; atau membuat lukisan cepat; membuat gambar rancangan (http / / w w w. a r t i k a t a . c o m / a r t i 3 5 1 5 6 2 -sketsa.php.)

Sket (sketch) adalah gambar yang dibuat secara cepat dan spontan dengan mengguna-kan garis-garis sederhana. Garis menjadi medium yang paling pokok dalam karya sket. Sket dapat dibuat dengan menggunakan media kering atau media basah. Pensil, arang dan tinta adalah media yang sangat lazim digunakan dalam sket.

(6)

Jenis sket berdasarkan subjek yang ditampilkan, dapat berupa benda, binatang, figur manusia, bangunan, landskap, aktivitas manusia, ataupun bentuk-bentuk khayali. Dalam karya gambar anak-anak juga selalu diawali dengan proses sket terlebih dahulu, kemudian dikembangkan dan diselesaikan dengan arsir, pulasan, atau pewarnaan lainnya. Sket unsur dapat diartikan sebagai sket yang menjadi bagian dari keseluruhan unsur yang ada dalam gambar atau sket tersebut menjadi unsur dari bagian gambar lainnya sebagai salah satu unsur.

Metode Penelitian

Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan secara holistik-sistemik dan faktual. Dikatakan holistik-sistemik karena permasalahan yang dikaji dipandang sebagai satuan sistem yang unsur-unsurnya saling mengait secara menyeluruh. Karena masalah yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada, maka paradigma pendekat-an dpendekat-an strategi penelitipendekat-an ypendekat-ang sesuai adalah penelitian kualitatif deskriptif. Strategi penelitian semacam ini dipandang lebih mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan kejelasan deskripsi yang teliti dan penuh makna.

Penetapan paradigma penelitian kualitatif ini didasarkan kesesuaian ciri-cirinya yang: (1) menggunakan rancangan penelitian yang luwes, dalam arti memungkinkan penyempur-naan selama proses penelitian, (2) meneliti latar belakang obyek sesuai dengan kondisi yang wajar atau alamiah (natural setting); (3) menyesuaikan diri dengan kenyataan ganda yang dijumpai dalam proses penelitian; dan (4) prosesnya berbentuk siklus dengan mengan-dalkan peneliti sebagai instrumen utama.

Obyek dan Latar Penelitian

Kajian penelitian ini difokuskan pada penerapan Sket Unsur sebagai metode pengembangan kreativitas anak dalam menggambar. Penelitian ini berupa penerapan model pembelajaran pada anak khususnya dalam menggambar sehingga latar penelitian yang dipilih adalah Pusat Pelatihan menggam-bar Anak-anak Merby Centre Semarang karena di tempat ini sangat banyak jumlah anak yang mengikuti bimbingan menggambar.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, cara yang dilakukan adalah:

1. Data yang berkenaan dengan: (1) aktivitas pembelajaran menggambar bagi anak-anak di Merby Centre Semarang, (2) penerapan Sket Unsur sebagai model metode pengembangan kreativitas anak dalam menggambar, dilakukan dengan observasi atau pengamatan secara langsung dan seksama pada obyek. Pencatatan terhadap hasil amatan yang dilakukan, diikuti perekaman dengan alat perekam berupa kamera foto.

2. Wawancara mendalam (in-depth inter-view), dilakukan untuk menjaring data dari anak-anak sebagai sasaran berkenaan dengan tanggapan mereka tentang penerapan Sket Unsur dalam menggam-bar serta dari informan lain tentang pandangan mereka terhadap gambar anak-anak dan cara menyikapinya dengan struktur yang fleksibel agar informasi yang diperoleh memiliki kedalaman yang cukup. Kelonggaran cara ini mampu mengorek kejujuran informan dalam memberikan informasi yang sebenarnya.

3. Studi dokumenter dilakukan pada dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, termasuk di

(7)

dalamnya penelaahan terhadap sumber pustaka.

Untuk menjamin atau meningkatkan validitas data dalam penelitian ini diupayakan dengan cara triangulasi, sebagai cara yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif. Triangulasi yang digunakan adalah pengumpulan data yang menurut Patton dalam Soetopo (1987), yaitu penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data sejenis atau sama.

Analisis Data

Analisis data digunakan dalam kerangka pendekatan kualitatif yang bertujuan mencoba melakukan “penteorian di lapangan” dengan mengumpulkan data yang diarahkan secara strategis melalui pengembangan teori. Pengembangan teori dan pengumpulan data ini terkait secara dialektis (Rohidi 1993). Bersamaan dengan proses pengumpulan data dilakukan analisis data dengan mereduksi dan membuat klasifikasi melalui analisis domain, taksonomi, dan komponensial, serta penemuan tema-tema untuk mendeskripsikan secara menyeluruh dan menampilkan makna dari fokus penelitian.

Proses analisis ini difokuskan pada tujuan untuk proses analisis data mencakup tiga alur kegiatan sebagai suatu sistem, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga komponen analisis tersebut aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus (Milles & Huberman dalam Rohidi 1992: 20).

Hasil Penelitian

Pembelajaran Menggambar dengan Penerapan Metode Sket Unsur

Pembelajaran menggambar yang dirancang untuk diterapkan pada anak peserta pelatihan menggambar pada pusat pelatihan Merby Centre dengan menerapkan sket unsur sebagai metode rangsang cipta, dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut. a. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini pertama-tama siswa dikondisikan pada tempat atau ruang kelas yang digunakan. Masing-masing diminta untuk menempatkan diri secara teratur. Di sini semua anak duduk dengan cara lesehan tanpa kursi namun menggunakan meja gambar yang ukurannya disesuaikan bila anak posisi duduk melantai. Selanjutnya anak diminta menyiap-kan perlengkapan gambarnya. Dalam pembe-lajaran dengan metode sket unsur sebagai rangsang cipta ini, anak hanya diminta menyiapkan perlengkapan berupa kertas gambar dan spidol hitam.

b. Tahap pelaksanaan

Langkah pelaksanaan pembelajaran menggambar dengan penerapan sket unsur sebagai metode rangsang cipta yaitu pertama-tama, pelatih membuat satu jenis gambar di papan tulis.

Setelah gambar di papan tulis selesai dibuat, selanjutnya dilakukan komunikasi dengan anak melalui bercerita dan bertanya. Anak memperhatikan, mendengarkan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan pelatih berkenaan dengan sket yang dibuat dengan narasinya sebagai berikut. Pelatih : Anak-anak, siapa yang tahu ini

gambar apa ya?

Anak-anak : payung..., payung, ...payung. Pelatih : Bagus.., ini adalah gambar payung,

siapa yang punya payung di rumah.

(8)

Anak-anak : Saya.., saya..., saya juga.

Pelatih : Payung biasanya dipakai bila

sedang apa.

Anak-anak : Bila hujan, ... tapi ada juga payung untuk jualan kan, saya juga suka main hujan-hujan pakai payung,... iya saya juga. Saya dan adik juga biasa pakai payung berdua. Pelatih : Wah.. ternyata semua tahu payung

ya.... baik kalau begitu

bagaimana kalau kita menggam-bar tetapi harys ada gammenggam-bar payungnya.

Anak-anak : ya mau...., setuju..., mau.... Pelatih : Baiklah kalau begitu siapkan kertas

dan spidolnya dan mulailah menggambar yang ada gambar payung menurut yang kamu pernah lihat.

Semua anak langsung mengeluarkan spidolnya dan mulai menggoreskan pada kertas yang sudah disiapkan. Tidak berapa lama kemudian gambar-gambar telah selesai dengan menampikan payung sebagai unsur dalam gambar sesuai versinya masing-masing. Contoh hasil gambar antara lain dapat dilihat pada gambar berikut.

Karya Rahmi (9 th) Karya Winny (7 th)

Gambar yang dibuat menampilkan unsur payung dengan versi yang berbeda sesuai dengan pengalamannya. Oleh karena itu contoh sket sebagai unsur yang harus ada dalam gambar sebagaimana yang juga dibuat di papan tulis tidak menjadikan anak untuk menirunya tetapi justru menjadi pancingan bagi anak untuk menampilkan imajinasi dan pengalamannya sendiri.

Sket unsur sebagai stimulasi kreativitas gambar anak, mula-mula anak mengamati gambar berupa sket di papan tulis adalah proses bagi anak untuk mengkonstruksi ide dan imajinasinya. Setelah dilakukan cerita, dialog, dan tanya jawab antara guru/ pelatih dengan anak-anak berkenaan dengan gambar sket tersebut, imajinasi anak mulai muncul dan kemudian mampu menjadi stimulasi untuk menimbulkan daya cipta pada diri anak melalui gambarnya. Perhatikan bagaimana anak memunculkan imajinasi dan kreativitasnya setelah melalui rangsangan sket unsur sebagaimana pada gambar-gambar berikut.

Hasil pengembangan kreativitas gambar anak sangat jelas terlihat pada masing-masing gambar anak tersebut di atas. Kekayaan unsur, kekuatan imajinasi, keberanian dan percaya diri juga sangat jelas terlihat. Payung ditampilkan dengan bentuk dan suasana yang berbeda-beda menurut pandangan anak masing-masing.

Adapun isi ungkapan visual anak pada masing-masing gambarnya juga dapat diketahui dari penjelasannya secara lisan melalui wawancara langsung. Sebagai contoh Icha (wawancara, 23 Sept 2009)... Saya menggambar bapak, ibu, saya dan adik memakai payung karena hujan. Bapak bersama mama berjalan di belakang, saya di tengah dan adik di depan karena adik sukanya lari-lari. Ini hujannya deras sekali sampai baju saya basah,.. adik juga basah. Bunga banyak mekar karena kena air hujan jadi subur.

(9)

Bunganya berwarna warni. Saya sukanya memetik bunga yang warna pink, kalau adik sukanya warna merah.

Komentar Jason (wawancara, 23 Sept 2009)... Saya kan punya payung besar warnanya bagus. Tapi saya pakai kalau ke sekolah bila hujan. Saya sukanya pakai payungnya sendiri saja tidak usah ditemanin. Biar bisa lari-lari. Kalau panas matahari saya juga biasa disuruh pakai payung sama mama biar kulitnya tidak hitam.

Selanjutnya komentar Inayah tentang gambar yang dibuat (wawancara, 23 Sept 2009)... ini saya gambar temanku sedang kehujanan tapi untungnya bawa payung jadi bisa pakai payung deh jadi kan tidak basah. Kalau temanku ini yang tidak pakai payung ya basah semua terus nangis,... kasihan juga sih. Habis dianya lupa bawa payung.

Sedangkan komentar Winny tentang gambar yang dibuat (wawancara, 23 Sept 2009)... Kalau ke pantai kan panas jadi

Perbandingan sket rangsang cipta (payung) dengan kreativitas anak dalam gambarnya Keterangan

A. Sket unsur sebagai stimulasi pengembangan kreativitas anak B. Karya Icha 6 tahun

C. Karya Jason 6 tahun D. Karya Winny 7 tahun E. Karya Rahmi 9 tahun

(10)

biasanya orang bawa payung. Ini saya gambar orang jualan minuman di pantai pakai payung. Anak-anak bermain-main di pantai pakai payung supaya tidak kepanasan. Saya sukanya main pasir kalau ke pantai.

Mengamati gambar berupa sket di papan tulis adalah proses awal bagi anak untuk mengkonstruksi ide dan imajinasinya. Setelah dilakukan cerita, dialog, dan tanya jawab antara guru/ pelatih dengan anak-anak berkenaan dengan gambar sket tersebut, imajinasi anak mulai muncul dan kemudian mampu menjadi stimulasi untuk menimbulkan daya cipta pada diri anak melalui gambarnya.

Keefektifan Pemanfaatan Sket Unsur

Treatmen yang diberikan kepada anak berupa kegiatan menggambar dengan menggunakan sket unsur sebagai stimulasi dalam pengembangan kreativitas ini dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan anak mengawali kegiatan menggambar.

Keefektifan sket unsur dilihat dari kemampuan anak mengawali kegiatan menggambar, dapat diketahui berdasarkan pengamatan langsung saat perlakuan ini dilakukan. Kondisi awal terlihat sangat baik karena anak memperhatikan dengan cermat saat diberi pancingan gambar berupa sket di papan tulis kemudian diceritakan dan diajak dialog tentang gambar yang ditunjukkan. Persoalan yang sering muncul tatkala mengajar anak menggambar adalah sangat sulit dan lamban memulai. Namun dengan metode ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat dengan jelas bahwa secara umum anak dengan mudah dan cepat serta penuh semangat memulai menggambar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa metode ini sangat membantu dalam mempercepat anak mengawali/ memulai menggambar.

2. Kemampuan anak mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya

Hal ini juga jelas terlihat berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap gambar-gambar yang dihasilkan. Anak secara spontan dan lancar dapat mengembangkan imajinasi-nya dan menuangkanimajinasi-nya dalam gambar setelah dilakukan proses awal berupa stimulasi dengan sket unsur di papan tulis. Hal ini terbukti dari tiga kali treatmen tampak jelas betapa kemampuan imajinasi dan kreativitas anak dapat muncul dengan murni. Sket yang disajikan sebagai stimulasi menjadi unsur yang berkembang pada perwujudan gambar anak-anak. Anak memvisualisasikan unsur tersebut berdasarkan versinya masing-masing menurut pikiran dan pengalamannya. Sehingga kreativitas muncul dan terlihat dengan jelas dari ungkapan visual yang unik tersebut.

3. Kelancaran anak dalam menggambar Metode ini juga sangat membantu dalam memperlancar kegiatan menggambar anak. Pada saat dilakukan pengamatan ketika proses menggambar berlangsung, tampak anak sibuk sendiri-sendiri dengan antusias dan penuh percaya diri. Anak dapat menyelesaikan gambar dalam waktu yang lebih cepat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, anak biasanya dapat menyelesaikan gambar yang memerlukan waktu antara 1 jam s.d. 1,5 jam, namun dengan metode stimulasi dengan sket unsur ini anak dapat lebih cepat memulai dan menyelesai-kannya. Rata-rata anak menyelesaikan gambar hanya memerlukan waktu 30 menit.

Gambar yang dibuat lebih menyenang-kan anak karena tanpa terbebani oleh tuntutan teknik-teknik yang memberatkan. Karena gambar ini hanya dibuat dalam bentuk gambar sket tanpa memberikan pewarna sehingga anak lebih cepat dan lancar menuangkan pikiran dan pengalamannya.

(11)

4. Kesungguhan anak dan kepuasan anak dalam menggambar

Dari segi kesungguhan, cara ini tampak sangat efektif karena pengondisian awal yang dimulai dengan pancingan sket kemudian bercerita tentang bentuk yang ditampilkan lalu anak diajak berdialog dan tanya-jawab membuat perhatian anak lebih terfokus dan tertarik. Oleh karena itu kondisi ini membuat anak terlihat penuh kesungguhan dalam proses menggambar. Saat mengawali dengan menyiapkan alat dan perlengkapan, tampak sangat bersemanyat kemudian dengan penuh kesungguhan menuangkan imajinasi masing-masing pada kertas gambar.

Penutup

Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:

1. Sket unsur yang dapat digunakan sebagai stimulasi rangsang cipta bagi anak-anak dalam pengembangan kreativitas meng-gambarnya adalah bentuk apa saja yang sudah dikenali anak dan bisa dijadikan pancingan imajinasi melalui dukungan cerita dan tanya-jawab.

2. Cara pemanfaatan Sket Unsur dalam metode stimulasi pengembangan kreativitas menggambar bagi anak yaitu pertama-tama, pelatih membuat satu jenis gambar di papan tulis. Selanjutnya dilakukan komunikasi dengan anak melalui bercerita dan bertanya berkenaan dengan sket yang ditampilkan di papan tulis. Anak memperhatikan, mendengarkan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan pelatih berkenaan dengan sket yang dibuat. Selanjutnya anak diminta untuk menggambar menurut penglaman, keinginan dan pikirannya masing-masing berkaitan dengan bentuk sket yang dibuat.

3. Penerapan sket unsur sebagai metode stimulasi dalam mengembangkan kreativitas gambar anak dapat dilaksana-kan dengan mudah dan praktis. Cara ini memudahkan untuk mengembangkan imajinasi anak secara terarah serta memberikan kelonggaran pada anak untuk berkreasi dan berekspresi sesuai versi dan pandangannya masing-masing. Dari satu sket unsur dapat memunculkan beragam gambar yang berbeda bentuk dan suasana yang dihasilkan oleh anak.

4. Treatmen yang diberikan kepada anak berupa kegiatan menggambar dengan menggunakan sket unsur sebagai stimulasi dalam pengembangan kreativitas ini, keefektifannya dapat diketahui beberapa hal meliputi: (1) kemampuan anak mengawali kegiatan menggambar, dapat dikatakan bahwa metode ini sangat membantu dalam mempercepat anak dalam mengawali atau memulai meng-gambar, (2) kemampuan anak mengem-bangkan imajinasi dan kreativitasnya. Anak secara spontan dan lancar dapat mengembangkan imajinasinya dan menuangkannya dalam gambar setelah dilakukan proses awal berupa stimulasi dengan sket unsur di papan tulis, (3) membantu kelancaran anak dalam menggambar. Anak dapat menyelesaikan gambar dalam waktu yang lebih cepat, (4) kesungguhan anak dan kepuasan anak dalam menggambar.

Daftar Pustaka

Badiran, M.1994. “Karakteristik Ungkapan Siswa dalam Mata Pelajaran Menggam-bar”, makalah dalam Seminar Nasional Pendekatan-pendekatan dalam Penelitian Seni dan Pendidikan Seni di IKIP Semarang.

(12)

Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif (Trj.) Rohidi, T.R, Jakarta: UI Press,

Esner, E.W. 1972. Education Artistic Vision. New York: Macmillan.

Garha, O. 1980. Pendidikan Kesenian: Seni Rupa, Jakarta: PT. Perca Offset, Lowenveld, V. & Brittain. 1982., WL, Creative

and Mental Growth, New York: Macmillan.

Read,H.1970. Education Through Art, London: Faber & Faber.

Rohidi, T.R. 1994.Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan, Semarang: IKIP Semarang Press.

Sugiyanto, T.1995. Mayke, Bermain, Mainan dan Permainan, Jakarta: Dep. P&K Dirjen Dikti.

Sunaryo, A. 1992. “Peranan Guru Pendidikan Seni Rupa yang Berkualitas dalam Pendidikan”, Makalah pada Seminar dan Pameran Seni Lukis Sanggar Budaya Kabupaten Tegal, 13 – 15 November 1992.

Susanto,AP. 2004. (ed.), Gerak Semarak Klub Merby, Semarang: Pramita Offset. Sutopo, H.B.1987. “Dasar-dasar Penelitian

Kualitatif”, Makalah. Srakarta: Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret.

(13)

Gambar

Gambar yang dibuat menampilkan unsur payung dengan versi yang berbeda sesuai dengan pengalamannya

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN.. TAHUN ANGGARAN

Berdasarkan pada hasil trimmed model, maka model penelitian yang semula dan menunjukkan hubungan antar variabel menjadi berubah sebagaimana terdapat pada Gambar 1

Universitas Negeri

Amanat ayahnya dipenuhi dengan baik ol eh Abu Thal ib. Ia j aga dan pel ihara put era saudaranya it u sebagaimana mest inya. Ia mengasuh anak it u sesuai dengan kemat angan

Formulir DPA SKPD RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN.. SATUAN KERJA

Analisis aliran dasar di UPT PSDA Lumajang dengan menggunakan enam metode RDF pada proses kalibrasi meliputi mencari nilai parameter masing-masing filter,

Maka dengan ini Pokja III ULP Kota Kotamobagu mengumumkan Pemenang pada paket. pekerjaan tersebut di atas sebagai

Dalam tesis ini, saya membahas mengenai tokoh utama dari sebuah novel karya Mark Twain yang berjudul The Adventures of Huckleberry Finn.. Novel tersebut merupakan