• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jurnalisme Daring

Jurnalisme bisa dijabarkan sebagai kegiatan kewartawanan secara menyeluruh terkait proses pencarian dan penceritaan peristiwa sehari-hari yang dipublikasikan melalui surat kabar, radio, televisi, ataupun internet yang dituangkan dengan menggunakan teknik jurnalistik (AR, 2016).

Media publikasi karya jurnalisme online disebut media daring (online media), situs berita (news site), atau media siber (cyber media). Jurnalisme online disebut juga jurnalisme daring (dalam jaringan). Menurut situs KBBI Daring -kbbi.kemdikbud.go.id-, daring artinya “dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.”

Jurnalisme daring merupakan praktik jurnalistik dengan menggunakan media internet yang dilaksanakan oleh wartawan yang bekerja di situs media formal, media daring bersifat visual karena tampilan gambar, warna, font memiliki peran penting sebagai inovasi perusahaan media dan mengetahui minat khalayak. Manajemen redaksi media daring itu dinamis, tidak ada aturan baku secara tetap dan universal yang berbeda dari media cetak dan penyiaran yang mapan (Wendratama, 2017).

Jurnalisme daring memiliki tujuan utama yakni menyediakan informasi yang akurat, berimbang, dan terpercaya kepada khalayak supaya bisa berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas. Tujuan ini juga mencakup kebutuhan lain, seperti hiburan, menjadi penjaga (watchdog), dan menyuarakan kepentingan dari mereka yang tidak punya kuasa untuk menyuarakan pendapatnya (voice to the voiceless).

Tertulis dalam buku Online Journalism Principles and Practices of News for The Web (Holcomb, Hathway Publisher, 2005) yang dikemukakan oleh James C. Foust, beberapa karakteristik media/jurnalisme online antara lain:

(2)

10

1. Unlimited Space. Jurnalistik online tidak memiliki hambatan dalam ruang tulisan, bisa mencakup sepanjang dan selengkap mungkin mengenai berita, tanpa batas.

2. Audience Control. Jurnalistik online memberikan keleluasaan dalam memilih berita/informasi.

3. Non-Linearity. Masing-masing berita dalam jurnalistik online bersifat independen, sehingga pembaca tidak diharuskan membaca secara berurutan.

4. Storage and Retrieval. Jurnalistik online bersifat permanen, sehingga artikel tersimpan dan bisa diakses kembali dalam situasi apapun, kapan dan dimana saja.

5. Immediacy. Jurnalistik online bergerak sangat cepat dan langsung dalam penyampaian informasi.

6. Multimedia Capability. Jurnalistik online memungkinkan sajian berita secara lengkap berupa teks, gambar, video, dan suara sekaligus.

7. Interactivity. Jurnalistik online memberikan wadah bagi khalayak untuk berinteraksi langsung dengan redaksi, seperti melalui kolom komentar dan social media sharing.

2.2 Jurnalisme Positif

Dominasi paradigma lama jurnalisme adalah “bad news is a good news” atau kabar buruk adalah berita bagus berarti kecenderungan publikasi berita atau informasi negatif. Contoh dari berita negatif itu sendiri adalah berita kriminial, intervensi politik, pembunuhan, terorisme, kelaparan, imigran, korupsi yang diberitakan secara berebihan dan menjadi komoditas isu yang selalu ramai pembaca. Pandangan jurnalisme lama adalah “bad news sells”, semakin berdarah, semakin bernilai beritanya.

Tren jurnalisme positif muncul sebagai penyeimbang arus berita di media arus utama. Jurnalisme positif tidak bisa dikelompokkan menjadi jenis-jenis jurnalisme dan berbeda dengan jenis jurnalisme damai. Tren ini ada karena khalayak sudah bosan dengan negativitas media. Konsep dari jurnalisme positif

(3)

11

yaitu sebagai alternatif informasi pilihan bagi khalayak dan penyeimbang informasi sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan media kepada publik.

Dirujuk pada buku Jurnalisme Positif Panduan Kerja Para Jurnalis Berita Satu Media Holding (2012), jurnalisme positif menawarkan perspektif baru yaitu “good news is good news” atau berita baik merupakan berita baik juga. Berita jurnalisme positif diolah sesuai kaidah jurnalistik, disuguhkan secara lengkap dan kridibel dari sumber beritanya, serta santun dibaca oleh audiens. Jurnalisme positif menonjolkan berita yang menawarkan alternatif pemecahan serta membangkitkan optimisme dan perilaku positif bagi pembaca. Rasa percaya diri dan perilaku yang positif merupakan salah satu keluaran yang diharapkan oleh adanya jurnalisme positif. Jurnalisme positif tidak hanya menyajikan berita baik-baik saja namun mengacu pada objektivitas dengan memberikan alternatif solusi. Jurnalisme positif tidak menutup mata terkait komoditas berita negatif misal kelaparan, kericuhan, bencana alam, kemiskinan. Namun, berita-berita tersebut disampaikan secara menyeluruh dari berbagai angle dan memberikan penghargaan bagi kemanusiaan. Aktivitas jurnalistik yang ingin ditonjolkan jurnalisme positif adalah aspek positif agar peristiwa buruk sekalipun bisa memberikan alternatif harapan bagi audiens.

2.3 Kebijakan Redaksional

2.3.1 Kebijakan

Dikutip dari Kamus Bahasa Indonesia, kebijakan adalah satu-kesatuan serangkaian asas atau konsep yang menjadi fokus utama dan dasar rencana pada pelaksanaan suatu pekerjaan yang terorganisir atau hierarki meliputi cara bertindak, visi dan misi, prinsip, tujuan, dan pedoman bagi manajemen sebagai usaha mencapai target. (Ali, 1994).

Kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu dan diikuti serta dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu. Kebijakan dimaknai juga sebagai program pencapaian tujuan, nilai-nilai, dan praktik-praktik yang terarah (Masduki, 2007).

(4)

12

Kebijakan memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai rambu atau petunjuk dalam menyusun program kegiatan, memberikan arahan kepada anggota pelaksana, sebagai informasi bagaimana strategi lembaga akan dilaksanakan, sebagai upaya untuk mencapai visi dan misi sasaran, dan acuan dalam menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.

Sedangkan, tujuan dari dibuatnya kebijakan adalah sebagai pedoman atau ciri khas suatu lembaga, mewujudkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat, melindungi hak-hak masyarakat, mewujudkan kedamaian dan ketentraman, serta kesejahteraan dalam masyarakat.

2.3.2 Redaksi

Redaksi yaitu sekumpulan orang dalam sebuah organisasi perusahaan media massa (cetak, elektronik, online) yang berwenang untuk menolak atau mengizinkan pemuatan artikel melalui berbagai pertimbangan tertentu, mencakup bentuk tulisan berupa berita atau bukan, bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan (Junaedhie, 1991).

Seringkali dalam kegiatan redaksi ditemui diskusi atau rapat keredaksian, brainstrorming (penggagasan ide secara tim), debat, dan presentasi. Kegiatan redaksi terbagi menjadi delapan tahapan, antara lain:

1. Rapat Redaksi, kegiatan rutin keredaksian dalam menentukan tema, penentuan sumber berita, angle liputan, segmentasi berita, rubrikasi, dan pembagian kerja.

2. Reportase, kegiatan penulisan berita oleh reporter/wartawan yang harus selalu berkoordinasi dengan redaktur pelaksana supaya tidak melenceng dari kebijakan media tersebut.

3. Editing (Koreksi), setelah kegiatan reportase selesai, artikel berita akan diedit oleh editor. Biasanya mencakup editing berita dan bahasa.

(5)

13

4. Lay Out, proses ini dikerjakan oleh redaktur artistik (layouter) sesuai dummy yang telah disepakati, ia juga harus memastikan komponen tambahan seperti gambar, ilustrasi, suara, atau video sudah lengkap.

5. Cetak, proses ini tergantung pada perusahaan media itu sendiri, apabila ia termasuk jurnalisme cetak (surat kabar, koran, majalah, dll) maka akan dipublikasikan dalam bentuk fisik. Namun pada perusahaan media berupa elektronik dan online, maka kegiatan ini tidak perlu maka bisa langsung diunggah di medianya.

6. Evaluasi Produk, kegiatan melakukan evaluasi dalam tatanan bahasa atau ejaan berita, konsep penulisan, dan perbaikan produk supaya menjadi lebih baik. Kegiatan ini sebagai ajang pembelajaran tidak resmi yang dilakukan secara berulang-ulang.

7. Sirkulasi, kegiatan interaksi redaksi dalam merespon pembaca yang memberikan kritik atau saran supaya pesan dari media bisa tersampaikan kepada masyarakat secara transparan.

8. Umpan Balik dan Laporan Pertanggungjawaban, masih terkait respon pembaca, perusahaan media bisa membuka kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi menyampaikan gagasan atau pendapat mengenai berita atau informasi.

Perusahaan media memiliki produk utama berupa berita, bagian yang paling penting dalam media adalah redaksi. Dimana redaksi memiliki peran idealisme dan profesional dalam kegiatan jurnalistik. Secara garis besar, keredaksian dibagi menjadi empat jenjang jabatan, yaitu:

1. Pemimpin Redaksi, bertanggung jawab atas operasi keredaksian secara keseluruhan

2. Redaktur Pelaksana, bertugas mengawasi pelaksanaan peliputan berita

3. Editor atau Redaktur, bertugas menyunting naskah berita 4. Wartawan atau Reporter, bertugas mencari dan membuat berita

(6)

14

Tempat di mana kegiatan keredaksian ini berlangsung disebut Dapur Redaksi.

2.3.3 Kebijakan Redaksional

Setiap perusahaan media memiliki visi, yaitu acuan ideal yang akan dibentuk, baik mengenai media itu sendiri maupun khalayaknya. Demi mewujudkan visi tersebut, maka diperlukan misi, hal yang akan dikerjakan. Dari visi dan misi tersebut lahirlah kebijakan redaksional (editoral policy) adalah pedoman perusahaan media untuk melaksanakan news room (menentukan tema atau isu liputan, angle liputan, memilih narasumber, penugasan, format berita, penyuntingan berita, hingga publikasi berita). Oleh karena itu, kebijakan redaksional adalah kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan di sebuah perusahaan media. Kebijakan redaksional sebagai gabungan kondisi objektif khalayak sebuah perusahaan media dan cita-cita institusionalnya (Abrar, 2016).

Tiap perusahaan media memiliki cita-cita institusional yang menjadi orientasinya terhadap masyarakat. Orientasi itu berupa meningkatkan kualitas hidup masyarakat, membangun masyarakat madani, menghormati hak-hak manusia, membangun individu yang unggul, dan lain sebagainya. Orientasi itulah yang menjadi nilai yang harus diperjuangkan perusahaan media. Bahkan orientasi tersebut bisa menjadi ruh bagi perusahaan media.

Visi pokok perusahaan media diputuskan menjadi kebijakan redaksional, selain menjadi kerangka acuan dan kriteria seleksi serta diolah menjadi berita, hal itu juga menjadi seuntai nilai dasar yang menjadi kunci bersama oleh wartawan yang bekerja dalam perusahaan media tersebut.

Seuntai nilai dasar atau visi itu diperkaya dan diaktualkan oleh wartawan melalui pekerjaan dan karyanya, yaitu dengan melalui

(7)

15

pergulatannya dengan realitas, serta pemikiran yang mereka olah menjadi bahan berita, laporan, maupun komentar.

Terhadap nilai dasar atau visi yang menjadi acuan dan kriteria perusahaan pers, wartawan tidak hanya sekadar menerima, melainkan juga memberi. Maka terjadilah proses berbagi, melalui interaksi itu dapat memperkaya, mengembangkan, dan mengaktualkan visi tersebut. Kebijakan redaksional berpusat pada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan, dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang beraneka ragam (Sumadiria, 2006).

2.4 Teori Hierarki Pengaruh

Teori hierarki pengaruh isi media dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Perspektif teori ini yaitu bagaimana pesan media dipublikasikan kepada khalayak merupakan hasil pengaruh atau keputusan internal dan eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada pesan media bergantung pada kepentingan dari pemilik media, rutinitas organisasi media, dan wartawan sebagai pelaku jurnalistik. Sedangkan, pengaruh eksternal pada pesan media berhubungan dengan masyarakat, pemerintah, sponsor, dan lain sebagainya.

Shoemaker-Reese dalam teorinya menjelaskan pengaruh terhadap isi pemberitaan media oleh faktor internal dan eksternal. Pengaruh tersebut dijabarkan ke dalam beberapa level yaitu individu pekerja media (individual level), rutinitas media (media routines level), organisasi media (organizational level), luar media (extramedia level), dan ideologi (ideology level). Supaya lebih jelas, lima level tersebut diringkas sebagai berikut:

2.4.1 Individu Pekerja Media (Individual Level)

Karakteristik individu pekerja media (latar belakang dan pengalaman jurnalis) tersebut memengaruhi sikap dan perilaku personal serta profesional yang bersangkutan.

(8)

16

Latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media menurut Shoemaker-Reese dibentuk oleh masalah gender atau jenis kelamin, etnis, orientasi seksual, faktor pendidikan, dan berasal dari golongan apa, orang biasa atau golongan elit (Shoemaker & Reese, 2014).

2.4.2 Rutinitas Media (Media Routines Level)

Rutinitas media merupakan kebiasaan sebuah media dalam mengemas sebuah berita. Media rutin terbentuk dari tiga unsur yang berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media (processor), dan audiens (consumer).

2.4.3 Organisasi Media (Organizational Level)

Level organisasi memiliki kaitan dengan struktur manajemen organisasi, kebijakan, dan tujuan sebuah media. Level ini lebih berpengaruh daripada dua level sebelumnya, sebab kebijakan terbesar merupakan wewenang pemilik media melalui editor media itu sendiri. Oleh karena itu, pemilik media sebagai penentu kebijakan media dalam sebuah pemberitaan. Apabila terjadi tekanan, pekerja secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi di atasnya berdasarkan tujuannya.

2.4.4 Luar Media (Extramedia Level)

Pengaruh luar organisasi media adalah pengaruh-pengaruh terhadap isi media yang berasal dari luar organisasi itu sendiri. Pengaruh tersebut seperti control dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi, pengiklan dan penonton, dan sumber berita.

2.4.5 Ideologi (Ideology Level)

Level terakhir yang dikemukakan oleh Shoemaker-Reese ini adalah ideologi. Ideologi merupakan nilai dasar dalam berpikir yang digunakan individu untuk melihat realitas dan bagaimana langkah menghadapinya. Level ideologi bersifat abstrak serta berhubungan dengan perspektif individu dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

(9)

17 2.5 Penelitian Terdahulu

Peneliti turut melakukan riset terhadap skripsi di beberapa universitas yang diakses melalui perpustakaan online dengan koleksi penelitian mereka. Hasilnya, peneliti menemukan dua skripsi dengan fokus penelitian yang senada namun berbeda teori yang digunakan beserta medianya. Kedua skripsi tersebut, yaitu:

1. Skripsi Rahmadita Aryani, Program Studi Jurnalistik, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011 berjudul Konsep Penyajian Jurnalisme Online di www.antaranews.com. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana konsep manajemen redaksi ANTARA menyajikan artikel berita daring di situs berita www.antaranews.com. Hasil penelitiannya adalah kantor berita ANTARA menerapkan aturan baku manajemen redaksinya, yaitu: (1) gathering, (2) editing, (3) distributing, dan (4) evaluating. Piramida terbalik menjadi format penulisan ANTARA, artinya menempatkan berita paling penting di posisi teratas, lalu disertakan pokok penjelas, atau lead/intro berfungsi untuk meletakkan berita yang dianggap penting. Dengan preferensi penelitian terdahulu ini, penulis akan menunjukkan garis besar perbedaan pada kedua penelitian ini, yaitu penelitian Rahmadita Aryani mengkaji konsep penyajian berita online di website media berita ANTARA yang menerbitkan berita secara umum dan bagaimana format berita yang hendak disajikan. Sedangkan, pada penelitian penulis mengkaji bagaimana kebijakan redaksional menjadi tanggung jawab penuh pekerja media di dapur redaksi GNFI berlandaskan teori hierarki pengaruh. GNFI memiliki ciri khas berita positif tentang prestasi dan keunggulan Indonesia yang bahasa redaksinya terkesan ringan dan bisa dibaca oleh semua kalangan. 2. Skripsi Dyaz Mulyani Benazir, Program Studi Jurnalistik, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015

(10)

18

berjudul Kebijakan Redaksional Situs Berita Detikcom pada Jejaring Sosial Twitter. Penelitian ini menjabarkan terkait kebijakan redaksional yang menjadi standar baku situs berita detikcom pada sosial media yaitu twitter mengenai berita yang terkini dan menjadi sorotan. Hasil penelitiannya adalah situs berita detikcom memiliki beberapa kanal, antara lain: detik health, detik hot, detik food, detik news, detik foto, detik sport, dan lain-lain. Berita-berita dari kanal tersebut yang menjadi headline secara otomatis diunggah ke akun twitter detikcom dengan berita yang menjadi ulasan khusus. Dengan preferensi penelitian terdahulu ini, penulis akan menunjukkan garis besar perbedaan pada kedua penelitian ini, yaitu penelitian Dyaz Mulyani Benazir mengkaji standar baku redaksi detikcom dalam unggahan berita dari setiap kanal ke akun twitter mereka melalui CMS (Content Management System). Sedangkan, pada penelitian penulis mengkaji bagaimana penerapan kebijakan redaksional jurnalisme positif situs berita GNFI sebagai pelopor media yang hanya menyajikan berita baik saja, GNFI yang menggunakan platform portal berita di internet tidak lepas dari kebijakan redaksi sebagai panduan utama bagi wartawan di media tersebut.

Perbedaan penelitian antara penulis dengan dua peneliti sebelumnya selain berbeda dari sisi platform berita yang digunakan yaitu pada kebijakan redaksional yang menjadi pokok utama permasalahan. Penyajian berita tiap media pasti memiliki perbedaan sesuai dengan aturan baku yang diterapkan kepada pekerja media atau wartawan sesuai dengan latar belakang, visi dan misi, serta tujuan media dengan kepentingannya sendiri.

2.6 Fokus Penelitian

Untuk menghindari pembahasan secara meluas dan universal yang dapat menyebabkan keluar dari pokok masalah yang ada, maka peneliti merasa penting untuk memberikan batasan pembahasan. Demi memudahkan pembaca dalam memahami permasalahan yang dibahas maka penelitian ini akan difokuskan pada peraturan yang diterapkan pada wartawan media daring

(11)

19

menurut Teori Hierarki Pengaruh milik Shoemaker-Reese, khususnya dalam Kebijakan Redaksional Good News From Indonesia (GNFI) berupa; (1) Individu Pekerja Media (Individual Level) mencakup latar belakang dan pengalaman jurnalis yang menjadi bagian dari redaksi GNFI, (2) Rutinitas Media (Media Routines Level) yaitu kebiasaan atau ciri khas GNFI dalam mengemas sebuah berita yang dikolaborasikan dari unsur sumber berita, organisasi media, dan audiens, (3) Organisasi Media (Organizational Level) berupa kebijakan, visi misi, dan tujuan media yang harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan penentu kebijakan media atau pemilik media GNFI, (4) Luar Media (Extramedia Level) mencakup aturan, perjanjian, atau kerjasama yang memengaruhi isi berita berasal dari luar GNFI seperti pangsa pasar dan teknologi, kontrol dari pemerintah, pengiklan dan penonton, sumber berita, dan (5) Ideologi (Ideology Level) diperoleh dari konsepsi atau perspektif jurnalis ketika menerapkan kebijakan redaksional GNFI dalam pekerjaannya secara professional.

Dimana pada unit individual yang unik seperti GNFI sebagai pelopor lahirnya jurnalisme positif di Indonesia dengan mempertimbangkan kebijakan redaksional pada media daringnya. Serta untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional tersebut diterapkan di dapur redaksi GNFI.

Penelitian dilakukan secara langsung turun lapangan di kantor redaksi GNFI di Jl. Ketintang Madya III No. 45, Karah, Jambangan, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Sedangkan, waktu penelitian dilakukan selama satu minggu dengan tiga pembagian turun lapang mulai hari pertama dan kedua yaitu mengikuti rapat keredaksian, hari ketiga dan keempat yaitu mengikuti proses kerja di redaksi sekaligus liputan turun lapang, dan hari kelima dan keenam yaitu membuat laporan penelitian.

2.7 Asumsi Dasar

Jurnalisme positif yang diterapkan Good News from Indonesia (GNFI) sebagai pelopor media yang hanya menyajikan berita baik saja, GNFI yang

(12)

20

menggunakan platform portal berita di internet tidak lepas dari kebijakan redaksi sebagai panduan utama bagi wartawan di media tersebut. Penerapan kebijakan redaksi yang memiliki batasan-batasan dalam mencari, mengolah, dan menyebarkan berita di platform berita sebagai ciri khas khusus suatu media.

Kehadiran jurnalisme positif bukan hanya sebagai jurnalisme yang sekedar menyajikan berita yang memuji dan dielu-elukan. Lebih dari itu, penerapan jurnalisme positif mengacu pada objektivitas dan cover both sides, serta menerapkan penyajian berita yang sesuai fakta dengan memberikan alternatif pemecahan sebagai bentuk keseimbangan kepada khalayak media untuk bisa menatap masa depan dengan penuh percaya diri.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi para mahasiswa, sejarawan dan pemerhati yang sedang mendalami sejarah bangsa Cina, terutama periode Klasik.. Konsep

Hariati : (2012) Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Agresi Pada Anak Jalanan Di Griya Baca, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Maka dari itu permohonan hak baru (pendaftaran tanah pertama kali) atas tanah dan/atau bangunan yang belum bersertipikat bertujuan untuk memperoleh sertipikat, dan

Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independen asimetri informasi serta sampel yang digunakan perusahaan perbankan