• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cegah Bahaya Merkuri, Mahasiswa UNAIR Produksi Seperangkat Uji Bernama KUMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cegah Bahaya Merkuri, Mahasiswa UNAIR Produksi Seperangkat Uji Bernama KUMAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Cegah

Bahaya

Merkuri,

Mahasiswa UNAIR Produksi

Seperangkat

Uji

Bernama

“KUMAK”

UNAIR NEWS – Perkembangan industri saat ini dianggap memiliki dampak negatif yang merugikan masyarakat jika tidak ada tanggung jawab dari perusahaan terkait. Banyak limbah yang dibuang di sungai tanpa melalui proses pengelolaan limbah, sehingga mengakibatkan adanya kandungan merkuri dalam air. Merkuri adalah kandungan zat yang memiliki banyak dampak negatif, beberapa diantaranya adalah mengakibatkan kerusakan pada syaraf, saluran pencernaan, dan gangguan pada ginjal. Selain maraknya kandungan merkuri dalam air beberapa produk kosmetik yang mengandung merkuri juga beredar secara illegal di masyarakat.

Fenomena ini yang kemudian mendorong lima mahasiswa Fakultas Farmasi Uiversitas Airlangga,yakni Erwin Chandra Christiawan (2014), Ayu Tarantika Indreswari (2013), Hatif Indra Nur Septiyanti (2014), Rendha Kusumaning Kristiwi (2014) dan Hawi Queen Nisa (2014) untuk membuat seperangkat penguji merkuri yang bertujuan agar masyarakat bisa melakukan uji merkuri pada air dan kosmetik dengan mudah tanpa harus pergi ke laboratorium.

(2)

Perlengkapan Produk KUMAK (Foto: Istimewa)

Seperangkat uji merkuri ini bernama KUMAK “Kit Uji Merkuri dalam Air dan Kosmetik” yang terdiri dari cawan porselin untuk menguji kosmetik, tabung reaksi untuk menguji air, serta dilengkapi dengan sarung tangan dan pembersih. Larutan yang ada pada KUMAK tersusun dari bahan senyawa KI dan HCl o,5 N untuk menghindari resiko bagi konsumen, karena bahan senyawa tersebut dianggap memiliki reaksi yang kecil dan aman untuk digunakan.

Cara menggunakan KUMAK adalah dengan meneteskan larutan pertama terlebih dahulu. Setelah diteteskan, akan tampak perubahan dalam air atau kosmetik. Jika positif, air akan berwarna pink kemerahan dan jika negatif akan berwarna kuning. Pada kosmetik, jika teridentifikasi merkuri akan berwarna pink kemudian akan memunculkan bintik oranye. Larutan kedua berfungsi untuk memvalidasi larutan pertama

(3)

sehingga hasilnya lebih akurat.

“Awalnya kami hanya membuat satu larutan. Tapi setelah konsultasi ke dosen pembimbing, beliau memberikan saran untuk menggunakan dua larutan untuk uji merkuri dan memberikan jurnal sebagai referensi,” ujar Erwin sebagai Ketua kelompok. Produksi KUMAK sendiri dilakukan di laboratorium Farmasi, untuk selanjutnya dilakukan pengemasan di salah satu rumah anggota kelompok. “Kami berharap, produk kami tetap terus dihasilkan walaupun euphoria PKM telah usai karena kami memang ingin belajar bisnis. Selanjutnya, kami juga berharap bisa mendapatkan hak paten untuk produk kami dari Badan Pengawas Obat dan makanan,”pungkas Erwin. (*)

Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila

Menikmati Potret Surabaya

Bersama Silampukau

UNAIR NEWS – Liriknya tertata apik. Menggambarkan khas hiruk

pikuk sehari-hari warga Surabaya. Percintaan muda–mudi juga tak luput dipotret oleh musisi indie bernama Silampukau.

Lagu ‘Si Pelanggan’ menjadi lagu pembuka Silampukau ketika menghibur para penonton di Aula Soetandyo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Sabtu (28/5).

“Dolly, yang menyala-nyala di puncak kota/yang sembunyi di sudut jalang pria di Surabaya/Dulu, di temaram jambon gang sempit itu/aku mursal masuk, keluar, dan utuh sebagai lelaki/”. Lagu pembuka berjudul ‘Si Pelanggan’ seketika

(4)

membangkitkan mood penonton. Tepukan tangan dan sorakan seketika diluncurkan untuk duo musisi yang sedang menguasai panggung saat itu.

Adalah lirik dan musik karya Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening yang berhasil membius penonton siang itu. Duo musisi itu lantas menyanyikan kembali tujuh lagu hits berikutnya untuk memanjakan telinga pendengar.

Diantaranya adalah Bola Raya, Lagu Rantau, Puan Kelana, dan

Doa 1. Penonton pun tak sungkan untuk menyanyi bersama dengan

iringan gitar melodi yang dipetik kedua musisi yang berhasil memotret kehidupan Surabaya menjadi sebuah album.

Sesekali duo Kharis dan Eki itu melontarkan candaan kepada para penonton untuk mencairkan suasana. “Kali ini, kita bicara hubungan bilateral dua negara,” canda Kharis. Maksudnya, duo musisi itu akan mendendangkan lagu berjudul Puan Kelana. Lagu yang diciptakan pada tahun 2014 itu mengisahkan tentang seorang puan yang mengagumi romantisme Kota Paris, Prancis. Namun, tidak bagi Silampukau.

Di sebuah liriknya “Mari, Puan Kelana/Jangan tinggalkan

hamba/Toh, hujan sama menakjubkannya/Di Paris atau di tiap sudut Surabaya/”, tersirat, kota mana pun di dunia memiliki

inti cerita dan keindahannya masing-masing.

Dua penonton yang duduk di sebelah saya, Arina dan Desy, menuturkan kesukaannya pada musisi indie Surabaya yang telah memiliki dua album ini. “Awalnya suka dengan lagu Malam Jatuh di Surabaya. Saya dengar kok enak. Akhirnya keterusan dengerin lagu-lagunya Silampukau yang lainnya,” tutur Arina.

“Sama sih. Lagu-lagunya menceritakan tentang kehidupan Surabaya,” timpal Desy.

Potret Surabaya

(5)

yang datang dari warung kopi milik Eki. “Kakehan cangkruk, dan

kakehan disambati, terus akhire dadi lagu. (Kebanyakan

nongkrong dan ada banyak keluhan yang datang. Akhirnya, kita bikin lagu). Mungkin kita cangkruk di warung yang salah. Karena cangkruk kita bukan di mal mal gitu,” tutur Kharis seraya tertawa.

Di warung kopi itulah, mereka biasa membicarakan tentang kehidupan sehari-hari khas warga perkotaan. Kharis menampik apabila percakapan itu selalu tentang hal-hal yang serius dan berbobot.

Potret Surabaya pada lagu-lagu Silampukau memang tak sepenuhnya manis. Mereka berusaha menggambarkan wujud Kota Pahlawan secara apa adanya. Hiruk pikuk jalanan, lokalisasi Dolly, kemacetan Jalan Ahmad Yani. Jelas, Surabaya masih jauh dari harapan kenyamanan.

“Ada nggak sih kota yang ideal? Jelas nggak ada. Kita jatuh cinta dengan rumah kita karena kita mengembangkan perasaan dan imajinasi kita terhadap tempat itu sendiri. Bukan karena tempatnya. Surabaya jelas bukan tempat ideal. Kita cinta Surabaya apa adanya,” cerita Kharis.

Lirik-lirik manis tapi kritis itu dibalut dengan nuansa musik folk. Jari jemari dan kemampuan bermusik mereka beradu dengan senar gitar untuk mengiringi lirik yang terinspirasi dari kehidupan di Surabaya. Mengapa gitar dipilih sebagai instrumen utama?

“Kalau musik punk, nanti ini kesannya semuanya salah pemerintah. Padahal nggak gitu juga. Musik folk ini, buat kami, lebih fleksibel,” tutur Kharis yang juga lulusan Sastra Indonesia UNAIR tahun 2009.

Usai meluncurkan full album terbaru mereka bertajuk Dosa,

Kota, dan Kenangan pada tahun 2015 lalu, grup musik Silampukau

yang berarti burung kepodang dalam bahasa Melayu ini banyak memperoleh tawaran panggung di berbagai kota di Indonesia. Duo

(6)

musisi yang pernah menelurkan album EP Sementara Ini pada tahun 2009 ini juga pernah diminta untuk mengisi panggung di Makassar, Jakarta, Bali, dan Surabaya, tentu saja. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Alumni

Sastra

Indonesia

Berkarir

Jadi

Model

Internasional

UNAIR NEWS – Berkarir setelah lulus kuliah kadang tak melihat latar belakang pendidikan yang ditempuh sebelumnya. Biasanya, hobi yang diminati dan ditekuni semasa kuliah menjadi jalan penentu karir selanjutnya. Dianna Suriani adalah salah satunya.

Nana, sapaan akrab Dianna, ialah alumni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, yang baru saja lulus pada tahun 2015 lalu. Namun, jauh sebelum dinyatakan sebagai alumni, ia sudah meniti karir sebagai seorang model. “Awal Dianna benar-benar berkarir di dunia modeling saat tahun 2010 sebagai salah satu model hair show dan saat itu kontrak dengan mengikuti roadshow di Indonesia,” tutur pemilik nama panggung Diana Lo.

Nana mulai mengepakkan sayap menjadi model profesional setelah memenangkan lomba pada ajang pencarian model berbakat di Jakarta. Pada ajang yang diadakan oleh majalah Femina, Nana dinobatkan sebagai pemenang penghargaan khusus Best Catwalk Wajah Femina (WF) tahun 2012.

(7)

“Menang gelar Best Catwalk di ajang Wajah Femina 2012 membuat orang tua akhirnya merestui saya jadi model. Sejak itu karier modeling saya makin menanjak. Dari show di kampung halaman, Surabaya, hingga di Jakarta Fashion Week (JFW). Tahun lalu, saya bahkan mencicipi dunia modeling di Singapura,” tutur Nana, sebagaimana dikutip dari suatu media.

Usai dinobatkan menjadi pemenang, karir modeling Nana kian bersinar. Nana yang kini telah bergabung dengan salah satu agensi model ternama di Indonesia, yakni Wynn Models Indonesia.

Di tahun 2014, ia bahkan dipilih oleh agensi model yang menaunginya itu untuk mewakili Indonesia dalam rangkaian

fashion show dan pemotretan untuk majalah lokal Singapura

bernama Art Republik. Perempuan yang menjadi ikon wajah JFW tahun 2014 itu tinggal di Singapura selama dua bulan bersama model-model lainnya dari Rusia, Tiongkok, Jerman, dan Brasil. Perempuan dengan tinggi 175 cm itu mengaku banyak mendapatkan pengalaman berkesan ketika harus berbaur dengan rekan sesama model profesional lainnya. Ia memetik banyak pelajaran berharga mengenai masalah profesionalisme.

“Pengalaman berkesan adalah saat modeling di Singapura selama dua bulan. Di sana, saya melihat banyak perbedaan dengan modeling di Jakarta. Betapa waktu sangat dihargai sekali di luar Indonesia. Pengetahuan saya seputar profesionalisme juga bertambah, seperti bagaimana menjaga tubuh dan penampilan. Dengan saya bertemu teman-teman model internasional, kita bisa saling bertukar pengalaman dan informasi,” tutur perempuan kelahiran 6 Desember itu.

Menjadi pengajar

Semasa Nana masih menjalani studi di tingkat sekolah menengah atas, ia berkeinginan menjadi seorang astrolog. Setelah ia diterima di Sastra Indonesia tahun angkatan 2009, ia ingin sekali menularkan ilmu berbahasa Indonesia kepada orang asing.

(8)

“Sebenarnya Nana dulu waktu SMA ingin menjadi astrolog. Namun, ketika diterima di Sastra Indonesia, Nana dulu ingin sekali menjadi pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Awalnya dulu ikut model adalah hobi, namun sekarang pekerjaan saya adalah model,” cerita Nana.

Di tengah waktunya yang terhimpit berbagai kesibukan, Nana masih menyempatkan waktu untuk membaca novel-novel sastra. Ia adalah penghobi bacaan karya Ayu Utami, Dewi ‘Dee’ Lestari, dan Paulo Coelho.

Menjalani kuliah di UNAIR adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidupnya. Ia mendapatkan teman-teman yang dekat dengan pribadinya, aktif berorganisasi dengan bergabung menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UNAIR. Ia lantas berpesan kepada adik-adik kelasnya untuk menikmati setiap momen selama di kampus.

“Pesannya, enjoy your class! Enjoy your moments in university,” tutur Nana.

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan

Putri Indonesia 2014 Jemput

Gelar Sarjana Hukum Usai

Kontes Kecantikan

UNAIR NEWS – Gadis bertubuh semampai itu baru saja menyelesaikan kuliah pada siang hari itu. Ia berjalan menuruni tangga sembari menyibakkan rambut panjang dan tersenyum manis ke arah kami. “Hallo! Akhirnya kita ketemu ya,” sapa Elvira

(9)

Devinamira kepada kru Newsroom UNAIR yang menemuinya siang itu.

Ia baru saja selesai mengikuti kelas ‘Hukum Arbitrase’ di salah satu ruangan di lantai tiga Gedung A Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Mata kuliah itu ia selesaikan sebagai prasyarat yudisium untuk menyelesaikan kuliah strata satu Ilmu Hukum.

Sejak ia memenangkan kontes ratu kecantikan bergengsi Putri Indonesia 2014, Elvira harus menunda kesibukan kuliahnya selama satu setengah tahun. Maklum, usai dinobatkan menjadi Putri Indonesia 2014, Elvira terus menempa diri dengan berbagai latihan dan kesibukan menuju ajang Miss Universe 2014.

Setelah kompetisi tersebut rampung, ia tak bisa langsung melanjutkan kegiatan perkuliahan. Banyak konferensi pers dan tawaran yang mengalir padanya. Baginya, itu momentum jarang yang mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya.

“Waktu itu saya mikir kesempatan nggak datang dua kali. Sayang kalau nggak diambil. Sekarang udah agak lega karena bisa membagi waktu,” ujar pemenang Best National Costume pada ajang Miss Universe 2014 itu.

Setelah rangkaian ajang kecantikan itu selesai, Elvira kembali pada rutinitasnya sebagai mahasiswa. Meski ia kini tengah menjalani berbagai kesibukan sebagai entertainer, Elvira melakukan perjalanan Jakarta – Surabaya pulang pergi secara teratur seminggu sekali. Tahun 2016 ini, gadis dengan tinggi 1,78 meter ini memiliki target untuk menyelesaikan kuliah strata satunya.

“Saya masih memiliki tanggungan dua mata kuliah untuk memenuhi SKS (satuan kredit semester) sebagai prasyarat yudisium. Tema skripsi saya nggak jauh-jauh dari pariwisata dan kebudayaan di Indonesia,” ujarnya ketika ditemui di Gedung A, FH UNAIR.

(10)

Bergelut dalam dunia modelling dan mengikuti kontes ratu kecantikan ternyata bukan murni keinginan Elvira. Ibu Elvira, Henida Prabawati, telah mendorong kemampuan non-akademis Elvira sejauh ini.

“Because of my mom. Karena menurut beliau, hardskill akademik saya udah cukup. Dulu saya juga cum laude. Sekarang waktunya untuk menggali potensi di luar perkuliahan. Saya percaya rida Allah adalah rida orang tua,” tuturnya.

Masakan dan kumpul bareng keluarga adalah dua hal yang paling ia rindukan khususnya ketika ia berada di Miami, Florida, Amerika Serikat, untuk mengikuti karantina Miss Universe 2014. “Yang paling saya rindukan ketika itu adalah makanan dan masakan keluarga. Di sana saya tidak bertemu siapa-siapa selama satu bulan. Not even my family,” tutur perempuan kelahiran 28 Juni 1993.

Cantik

Bagi Elvira, Miss Universe bukan hanya soal ajang kecantikan semata. Lebih dari itu, kompetisi Miss Universe melibatkan kepribadian dan potensi diri.

“It’s not just about beauty. It’s about personality, and how y o u b e h a v e y o u r s e l f . P a d a a j a n g i t u , s a y a t i d a k merepresentasikan Elvira, tapi ini tentang Indonesia. Kalau kamu dipanggil, mungkin selanjutnya mereka tidak ingat namamu. Tapi ingat Indonesia,” ujarnya seraya mengingat tentang perjuangannya ketika mengikuti Miss Universe 2014.

Dalam sesi wawancara dengan juri, Elvira bercerita tentang penegakan hukum di Indonesia. “Saya mengatakan bahwa hukum di Indonesia sangat melindungi wanita. Wanita memiliki derajat yang sama dengan pria. Tidak ada kesenjangan hukum antara pria dan wanita. Kita adalah civil law, negara yang patuh hukum,” kenangnya.

(11)

banyak pengalaman berkesan bagi Elvira. Ia mengaku bahwa meskipun kompetisi tersebut telah berakhir sejak awal tahun 2015 silam, namun hubungan baik dengan sesama kontestan tetap terjalin hingga kini. Ia dan kawan-kawannya sesama kontestan Miss Universe sering berkumpul untuk mengadakan reuni.

“Bertemu dengan 88 orang dari berbagai belahan dunia adalah yang paling berkesan buat saya. Dengan itu saya menjadi punya banyak teman. Tiap saya pergi ke negara-negara dari berbagai belahan dunia, ada teman yang bisa saya temui,” ujarnya senang.

Keberlanjutan studi

K i n i , s e l a i n t e t a p m e n j a l a n i r u t i n i t a s d i b i d a n g

entertainment, Elvira berfokus pada keberlanjutan studinya. Ia

berencana untuk bisa yudisium dan mengikuti prosesi wisuda di tahun ini. Mengikuti wisuda dan memakai toga, adalah keinginannya saat ini untuk membanggakan orangtuanya. Ditanya mengenai cita-cita, dulu ia sempat berkeinginan untuk menjadi diplomat. Namun, kini ia sadar bahwa untuk menjadi diplomat membutuhkan proses yang cukup sulit. Ia juga harus meninggalkan banyak hal jika menekuni bidang profesi tersebut. “Untuk keberlanjutan studi, mungkin saya tetap di Jakarta. Saya cuma menggunakan hukum ini untuk defence saya. Di

entertainment bisnis, hukum bisnis, perjanjian kontrak iklan, movie deal. Jangan asal main tanda tangan. Saya selalu baca,

memastikan bahwa tidak ada pelanggaran-pelanggaran. Ketelitian itu karena hukum adalah bidang studi saya. To me, hukum dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya tentang karir dan jabatan,” paparnya.

Berbagai prestasi yang telah diraih Elvira tak lepas dari perjuangan dan kerja keras yang ia lakoni. Seperti motto hidupnya, “Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha”.

(12)

memang harus ada pengorbanan dan usaha. Mungkin memang akan terasa pahit di depan, tapi akan menjadi manis di belakang. Karena tidak ada hal di dunia ini yang sia-sia,” pungkasnya. (*)

Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa mereka Terdakwa I IBRAHIM BIN UJANG, Terdakwa II SOPYAN BIN ABDUL MANAP dan Terdakwa III MUHAMMAD DANI BIN ABDUL MANAP secara bersama-sama dengan JURIT BIN ABDULLAH (

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran permukaan pada areal pertanaman wortel dengan teknik konservasi tanah dan air dengan penutupan mulsa plastik lebih tinggi

MenurutTjiptono (2012, hal.146) “kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja

Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

Norma rezim yang dikodifikasikan oleh FATF dalam “40+9 Rekomendasi” yang berjalan beriringan dengan daftar “Non-cooperative Countries and Territories (NCCTs)” kemudian menjadi

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-F OGNOSI-FARMASI ARMASI BAHAN BAHAN ALAM ALAM SEMESTER III T. SEMESTER III TAHUN AKADEMIK AHUN AKADEMIK

MATAKULIAH KONSEP SAINS II PRODI PGSD IKIP PGRI MADIUN", Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 2016 Publication nidaalulfahuntoro.blogspot.com

Allele contribution value and the average of allele effect indicated that allele C was higher than allele T during 0-4 weeks interval of growth rate, and during