• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNGJAWABAN PEGAWAI NEGERI DAN BENDAHARAWAN MENURUT PASAL 74 dan 77 lew

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTANGGUNGJAWABAN PEGAWAI NEGERI DAN BENDAHARAWAN MENURUT PASAL 74 dan 77 lew"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

30

PERTANGGUNGJAWABAN PEGAWAI NEGERI DAN

BENDAHARAWAN MENURUT PASAL 74 dan 77

lew

_ _ _ _ _ _ _ _ _

Oleh: Bohari, S.H. _ _ _ _ _ _ _

----,._

Fungsi Bendaharawan adalah

fung-si kepercayaan dan pilihan, yang ti-dak dapat diberikan kepada semba-rang osemba-rang. Sebelum seseosemba-rang ditun-jnk untuk memangku jabatan Benda-harawan, syarat pendidikan dalam bi-dang itu, pengalaman kerja, khususnya di bidang keuangan negara perlu diper-hatikan. Di sarnping itu sifat-sifat pri-badinya, apakah ia rnemiliki sifat ke-sederhanaan, dapat dipercaya, merupa-kan bahan pertimbangan untuk peng-usulannya dalam jabatan Bendahara-wan. Pegawai yang ditunjuk untuk mernangku fungsi Bendaharawan, ha-rus dapat merasakan bahwa penunjuk-an itu sudah merupakpenunjuk-an penghargapenunjuk-an dan kepercayaan terhadapnya dari pi-hak atasan, sehingga ia wajib berusa-ha sekuat tenaga untuk menjalankan

tugasnya dengan sebaik-baiknya. Peja

-bat yang berwenang rnenunjuk seorang sebagai Bendaharawan harus memper-hatikan faktor-faktor yang diuraikan di atas. Bila pejabat itu tidak meng-indahkan faktor-faktor termaksud dan kemudian terjadi sesuatu hal yang ti-dak diingini, rnaka ia dapat dipersalah-kan bahwa ia telah mengabaidipersalah-kan sya-rat-syarat yang harus diperhatikan da-lam rnenunjuk sese orang pegawai pe-mangku jabatan Bendaharawan.

Dasar hukum tentang Bendahara-wan

(comptabel)

diternukan dalam Pa-sal 77

leW,

yang jika ditinjau dari ke-adaan sekarang, rnaka isinya adalah

seperti berikut :

"Yang dimaksud dengan Bendaharawan adalah orang-orang dan badan-badan yang karena negara ditugaskan untuk menerima, menyimpan, membayar (me-ngeluarkan) atau menyerahkan uang, atau kertas berharga dan barang-barang

di dalam gudang-gudang atau tempat-tempat penyimpanan yang lain sebagai dimaksud d'llam Pasal55

lew

danselaku demikian diwajibkan memberi perhitung-an ten tperhitung-ang hal pengurusperhitung-annya kepada

Badan Pemeriksa Keuangan". 1

Di sarnping orang-orang sebagai pegawai negeri yang berfungsi selaku Bendaharawan, dapat pula berfungsi sebagai Bendaharawan orang-orang swasta, rilisalnya Panitia Pernilihan Urn urn untuk rnenyimpan uang Perni-lihan-Urnum . .

Juga dapat berfungsi selaku Benda-harawan adalah Bank-bank Pemerintah lainnya atau Bank-bank Swasta yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Se-prang Kasir adalah bukan Bendahara-wan karena hanya menerima dan me-ngehfarkan, tetapi tidak rnenyimpan.

Dengan uang dimaksudkan di sini se-lain uang kepunyaan negara, juga uang

kepunyaan

pihak ketiga yang dikuasai

oleh negara, rnisalnya uang para

pern-1 A.P. van Gogh, Undang-undang

Benda-harawan yang Terpenting dan Peraturan-peraturan Lainnya dari Negara Indonesia, terjemahan oleh RD. Syarifuddin

Soemin-tardja, J.B. Wolters-Jakarta-Groningen, him.

33.

(2)

Pertanggun/liawaban Pegawal Negeri

borong pada Bank Tabungan Negara. Dengan uang berupa alat pembeayaan ,

disamakan juga kertas-kertas berharga misalnya Surat Perintah Membayar (disingkat SPMU) atau mandat, cek,

giro dan lain sebagainya. 2

Seorang Bendaharawan (comptabel)

oleh Pasal 77 leW diwajibkan untuk membuat Surat Pertanggungjawaban (SP]) yang merupakan pertanggung-jawaban realisasi penerimaan dan pe-ngeluaran dalam pengurusan

Bendaha-rawan. Surat Pertanggungjawaban ini dapat dibuat baik oleh Bendaharawan Umum maupun oleh Bendaharawan khusus. Surat Pertanggungjawaban yang dibuat oleh Bendaharawan khu-sus .dengan Surat Pertanggungjawaban yang dibuat oleh Bendaharawan Umum

- .

(Kepala Kas Negara) memiliki perbe-daan prinsipil antara lain:

,

1.

Pembuatan SP] oleh Bendaharawan Khusus disampaikan kepada Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) yang

telah menerbitkan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) atas nama Bendaharawan yang bersangkutan. 2. Kepada Departemen/ Lembaga

Ne-gara (Biro Keuangan) yang memba-wahi Bendaharawan tersebut.

3. Kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk bahan pengawasan dan pemeriksaan.

Sedang pembuatan SP1 oleh Benda-harawan Umum disampaikan kepada:

1.

Kantor Wilayah Direktorat 1enderal Anggaran.

2. Direktorat ]enderal Anggaran (Di-rektorat Kas Negara, sub Direkto-rat Pengumpulan Data).

2 Harjono Sumosudirdjo, ' S.H. dkk., Bu-ku Pedoman Bendaharawan Pegawai Admi-nistrasi Pengawas Keuangan, (Jakarta: Pe-nerbit, Kurnia Esa), him. 58.

31

Selain perbedaan dalam hal penyam-paian SP], juga berbeda dalam hal

bentuk pembuatan SPJ oleh Bendaha-rawan Khusus dan Bendaharawan Umum. SP] yang dibuat oleh Benda-harawan Khusus hams disetujui

terle-bih dahulu oleh Kepala Kantor/ atasan ,

langsungnya , sedangkan bagi Bendaha-rawan Umum tidak perlu ada persetu-juan dari atasan langsung , karena

Ben-daharawan Umum sekaligus bertindak sebagai top manajer pada Kantor Kas Negara.

Yang akan kami uraikan di sini ha-nyalah mengenai Bendaharawan

Khu-sus karena Bendaharawan KhuKhu-sus ini yang banyak berhubuhgan lang sung dengan pengelolaan keuangan negara.

Sebagaimana disinggung di alas, bahwa Bendaharawan Khusus diwajib-kan untuk membuat SP] menyangkut mengenai penerimaan dan pengeluaran

yang dilakukannya dalam pengurusan

keuangan negara. Kemudian SP1

terse-but harus diperiksa lebih dahulu oleh Kepala Kantor (atasan langsung) Ben-daharawan yang bersangkutan. Ada-pun maksud pemeriksaan yang dilaku-kan terhadap Bendaharawan tadi ada-lah untuk meneliti pengeluaran-penge-luaran yang telah dilakukan , apakah

pengeluaran-pengeluaran itu sudah

me-menuhi ketentuan-ketentuan yang ber-laku (rechmatigheid) dan juga apakah pengeluaran-pengeluaran yang telah di-laksanakan sudah memenuhi keserasi-an harga ykeserasi-ang ada ataupun telah diper-gunakan harga yang semurah-murah-nya (doelmatigheid). 3

Sesudah atasan lang sung memerik-sanya, maka SP] tersebut dikirimkan

3Harjono Sumosudirdjo, S.H., Op. Cit.,

him. 238. .

Februari 1987

(3)

32

kepada instansi yang berwenang seper-,

ti :

1. Kantor Perbendaharaan Negara;

2. Biro Keuangan Departemen/ Lemba-ga NeLemba-gara yang membawahi Benda-harawan;

3. Badan Pemeriksa Keuangan.

Baik Kantor Perbendaharaan Negara maupun Biro Keuangan Departemen/ Lembaga Negara

tidak dapat

meng-ubah

perhitungan Bendaharawan yang

tercermin dalam

,

.SPJ tersebut, tetapi haknya BPK yang berwenang melaku-kan tindamelaku-kan-tindamelaku-kan berupa per-ubahan SPJ, jika dalam pemeriksaan SPJ terdapat keganjilan-keganjilan atau penyimpanganpenyimpangan yang ber-akibat kekurangan perbendaharaan

(comptabel tekort)

yang disebabkan

karena :

1. Kekurangan-kekurangan uang dise-babkan kesalahan atau kealpaan

Bendaharawan yang bersangkutan; 2. Karena adanya

penerimaan-peneri-maan yang tidak dipertanggungja-wabkan ataupun adanya pengeluar-an-pengeluaran yang tidak sah me-nurut peraturan yang berlaku;

3. Adanya kekurangan-kekurangan

yang disebabkan persekot-persekot at as tanggungan Bendaharawan sen-diri yang tidak diselesaikan tepat pada waktunya;

4. Karena perbuatan/kecurangan Ben-daharawan ataupun perbuatan orang lain yang merupakan tang-gung jawab Bendaharawan.

Maka Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberitahukan hal itu kepada Departemen/Lembaga Negara yang membawahi Bendaharawan yang ber-sangkutan. Oleh Menteri/Ketua Lem-baga akan menerbitkan Surat Kepu- '

tusan

Ganti Rugi Semen tara

yang dimaksudkan untuk menjamin

kepen-Hukum dan Pembangunan

tingan negara. Surat Keputusan Ganti Rugi Sementara ini dapat dijadikan dasar oleh Kantor Perbendaharaan Ne-gara (KPN) untuk menerbitkan Surat Penagihan (SPN) kepada

Bendahara-wan untuk memotong gaji/ penghasilan Bendaharawan yang dikenakan ganti rugi sementara.4

Dengan diketemukannya oleh BPK terhadap penyimpangan-penyimpang-an atau kegpenyimpangan-penyimpang-anjilpenyimpangan-penyimpang-an dalam SPJ Benda-harawan tadi, maka BPK akan meng-ajukan nota kepada Departemen/ Lem-baga Negara yang membawahi Benda-harawan yang bersangkutan, agar De-partemen/Lembaga Negara memberi-kan penjelasan-penjelasan seperlunya tentang kega, njilan-keganjilan/penyim-pangan-penyimpangan yang diketemu-kan oleh BPK d'alam pemeriksaan SP J

Bendaharawan tersebut. Oleh Departe-men/ Lembaga Negara dapat memerin-tahkan kepada Bendaharawannya agar SPJ tersebut diadakan perubahan-per-ubahan. Jika Bendaharawan yang ber-sangkutan tidak bersedia mengubah-nya, maka Departemen/ Lembaga Ne-gara ataupun KBN tidak dapat memak-sanya, dan meneruskan SP J tadi ke-pada BPK. Jika BPK ·tetap menolak atau tetap tidak mengakui kebenaran SPJ tersebut, maka kepada Bendaha-rawan akan dituntut dan diberlakukan Pasal 77 leW yang berisi sebagai beri-kut :

1. Badan Pemeriksa Keuangan mene-tapkan batas waktu kepada Benda-harawan yang bersangkutan untuk

mengajukan keberatan-keberatan atas teguran dan perubahan-per-ubahan yang diadakan oleh BPK

4 M.N. Azmy Achir, Masalah Pengurusan

Keuangan Negara. Jilid I (Bandung: CV. Yulianti), him. 150.

,

(4)

Hukum dan Pembanl1unan

atas perhitungan Bendaharawan

yang telah diajukan itu.

2. Setelah lewat waktu tersebut, maka BPK mengambil keputusan untuk memulai persidangan terhadap Ben-daharawan tadi.

Proses peradilan Bendaharawan di-bagi dalam 2 tingkat; yakni proses tingkat I, dan proses tingkat ke-II. Dalam proses' tingkat I ini dilakukan . oleh satu meja yang anggotanya

terdi-ri daterdi-ri seorang Ketua dan 2 orang ang-gota. Dalam proses ini BPK men

yam-paikan secara resmi dengan surat

ke-putusan persilangan (hoorbesluit) yak-ni pemberitahuan tentang perubahan-perubahan dalam surat pertanggung-jawab (SPJ) Bendaharawan beserta jangka waktu untuk mengajukan

pem-belaannya. Jika BPK menerima pembe-laan Bendaharawan, maka perubahan-perubahan atas perhitungan (SPJ)

Ben-daharawan yang diminta oleh BPK, ditiadakan yang berarti perhitungan dari Bendaharawan yang bersangkutan dipulihkan seperti semula untuk

ke-mudian disahkan oleh BPK.

Apabila BPK menolak pembelaan

Bendaharawan atau Bendaharawan

ti-dak menggunakan waktu untuk mem-bela diri, maka BPK mengeluarkan surat Keputusan Pembebanan sejum-lah ketekoran yang harus diganti oleh

Bendaharawan yang bersngkutan. Ke-putusan BPK tersebut yang menentu-kan jumlah ganti rugi berkepala

"De-mi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".

Pada proses tingkat ke-II ini,

Ben-daharawan diberikan hak untuk

me-nuntut peninjauan kembali keputusan

tingkat I dalam tenggang waktu satu

bulan setelah keputusan itu diberita-hukan. Keputusan tentang

peninjau-an kembali ini dilakukpeninjau-an dalam si·

,

33

dang Pleno (sidang lengkap) BPK.

Jika dalam sidang lengkap ini suara pro dan kontra sama banyaknya, ma-ka putusan jatuh dengan menguntung-kan Bendaharawan. Keputusan ten-tang pembebanan ganti rugi terhadap

Bendaharawan tadi mempunyai ke-kuatan hukum yang pasti yang sama dengan kekuatan putusan Hakim yang dapat dilaksanakan. Dengan demikian keputusan sidang pleno BPK merupa-kan putusan yang tidak dapat dimin-takan banding lagi. Beban pembukti-an terhadap tuntuta,n gpembukti-anti rugi Ben-daharawan diletakkan pada Bendaha-rawan itu sendiri atas kerugian yang dituduhkan kepadanya. s

Terhadap tuntutan Ganti Rugi bagi Pegawai Negeri bukan Bendaharawan

diatur dalam Pasal 74 ICW yang mene-kankan bahwa :

"Semua pegawai yang bukan

Bendaha-rawan melakukal1, perbuatan melawan hukum di dalam lingkungan tugasnya,

yang membawa akibat kerugian lang sung

a tau tidak lang sung kepada negara, da-pat dituntut ganti rugi",

Kewenangan menentukan ganti rugi

menurut Pasal 74 ICW berada

sepenuh-nya pada Menteri yang membawahi

pegawai yang bersangkutan. Keputus· an tentang pembebanan ganti rugi

ha-rus dengan pertimbangan yang ceIIllat

karena bersifat suatu hukuman, kare-nanya seluruh data/bahan yang diper-lukan harus diajukan kepada Menteri.

Di bawah ini akan diuraikan proses

tuntutan ganti rugi terhadap pegawai negeri sebagai byrikut :

1. Berita ten tang kerugian negara yang

5 Husain Achmad, S.H., dan Bohari, S,H .•

Hukum Keuangan Negara. Diterbitkan oleh

Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin

Ujung Pandang, 1986, him. 136.

(5)

'.

34

ditimbulkan oIeh perbuatan terceIa

seorang pegawai, dilaporkan ke

De-. partemen yang membawahi pegawai

terse but dalam waktu

satu minggu

seteIah terjadinya peristiwa terSe· but.

2. Menteri seteIah menerima Iaporan itu memt:rintahkan penyelidikan, apakah negara benar-benar dirugi kan, apakah kerugian itu karena perbuatan tercela yang dilakukan

oleh . pegawai yang bersangkutan,

apakah perbuatan dilakukan secara lang sung atau tidak langsung.

3. Berdasarkan laporan lengkap terse-but dan ada bukti-bukti untuk me-lakukan tuntutan ganti rugi terha-dap pegawai tersebut, maka

Men-teri ,memberitahukan kepada

pega-wai yang bersangkutan yang

menya-takan bahwa ia akan diwajibkan

,

mengganti kerugian yang diderita Negara dengan menyebut secara te-gas besarnya jumlah kerugian, alas-an-alas an kenapa ia harus menggan-ti, dan jangka waktu yang diberikan kepadanya untuk mengajukan peril-belaannya.

4. Setelah jangka waktu yang diberi-kan untuk membela diri dan pem-belaan diri telah diterima oIeh Men-teri, maka Menteri setelah mende-ngar nasihat Badan Pemeriksa Ke-uangan (BPK), mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembebanan ganti rugi kepada pegawai yang ber·

sangkutan. Tuntutan ganti rugi

da-pat pula ditiadakan ; jikalau pegawai

negeri tersebut mengakui tanggung

jawabnya . at as terjadinya kerugian

negara itu dan berjanji menyetor-kan jumlah uang kerugian sekaligus di dalam kas negara, atau

mengan-sur jumlah itu selama-Iamanya 2

'.

.

Hukum dan Pembanl'unan

,

(dua) tahun.6

Kewenangan menuntut ganti rugi ini tidak dilimpahkan kepada pejabat yang labih rendah,karenanya Menteri mempunyai kebebasan untuk meng-ambil keputusan. Dalam tuntutan

gan-ti rugi ini.

NegaraZah yang harus

mem-buktikan

bahwa pegawai itu bersalah,

jadi negara yang dibebani pembuktian.

I • • ) • ,

6 Buku Pedoman untuk Bendaharawan. Pegawai Administrasi dan Pengawas Keuangc an. Jilid I, diterbitkan oleh Panitia Pusat

Penyelenggara Upgrading Bendaharawan De-partemen Keuangan Jakarta, him. 185.

• • , • • •

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kutipan di atas tokoh aku menjelaskan bahwa dia tidak peduli hubungnya dengan orang lain akan seperti apa. Akan tetapi, setiap mahluk hidup itu membutuhkan pasangan

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan

Dari hasil tes dan wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa komponen kreativitas yang dipenuhi subjek S2 untuk soal 2b (S2M202) adalah kefasihan ,

Saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian adalah: (1) pemodelan matematika penyebaran asap yang disertai perpindahan panassaat terjadi kebakaran

website dan tidak untuk dikomersialkan”.. CATATAN 1 Penjenuhan oksigen dapat dilakukan dengan cara mengalirkan udara ke dalam air dengan menggunakan aerator yang dilengkapi

Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Temanggung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Temanggung Tahun

gunaannya dalam pembelajaran. Se- lain itu, wawancara juga dilakukan kepada masyarakat tentang kearifan lokal suku sungkai. Tahapan pelaksanaan peneliti- an,

Selain itu, bagian dari tugas kami sebagai peneliti adalah mengadakan pelatihan aplikasi SIG di bidang pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya untuk staf Dinas Kehutanan